KELOMPOK I
A.MUTMAINNAH (201728)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pielonefritis
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Ns. Yunita Palinggi
S.Kep, M.Kep, pada mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pielonefritis para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Osteoporosis adalah salah satu masalah kesehatan di dunia. Pada orang yang menderita
penyakit ini, tulang menjadi tipis dan rapuh yang pada akhirnya bisa menyebabkan patah.
Penyakit ini ditandai hilangnya masa tulang, sehingga tulang menjadi mudah patah dan tidak
tahan tekanan dan benturan. Osteoporois memerlukan serangkaian tindakan untuk proses
terapinya. Berbagai pencegahan bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pengeroposan
tulang.
Perawat sebagai bagian dari tenaga kesehatan yang harus mengetahui kondisi pasien, harus
mengetahui konsep dasar penyakit sekaligus mengetahui teori asuhan keperawatan pada
pasien osteoporosis. Makalah ini dibuat untuk membantu memahami konsep penyakait
osteoporosis dan sebagai gambaran dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional
dan tepat sesuai respon masing-masing individu
1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu Osteoporosis.
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana konsep osteoporosis.
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana proses perawatan pada osteoporosis.
BAB II
KONSEP MEDIK
Osteoporosis adalah kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan massa tulang
tanpa disertai pada matriks tulang (Chairuddin Rasjad).
Osteoporosis alias pengeroposan tulang jika tidak disadari hanya akan dibiarkan saja oleh
penderitanya. Osteoporosis adalah salah satu dari penyakit yang tidak disadari oleh
penderitanya dan tiba-tiba malah menunjukkan gejala yang fatal dan mirip dengan kejutan.
Bagaimnapun, kebanyakan orang pada awalnya menganggap osteoporosis ini sebagai hal
biasa diusia tua namun sebenarnya yang terjadi adalah lebih buruk dari yang mereka pikirkan.
Oleh karena itu, penyesalan biasanya terjadi ketika penyakit osteoporosis sudah membuat
terjadinya patah tulang.
Ada dua jenis osteoporosis yang perlu kita ketahui, yang pertama adalah osteoporosis
primer yang disebabkan oleh kondisi pascamonopause pada wanita dan usia tua pada pria.
Sementara itu, osteoporosis yang disebabkan oleh faktor faktor lain seperti pola makan atau
gaya hidup yang salah. Selain kedua bentuk osteoporosis yang suda umum dikenal tersebut,
ada pula jenis osteoporosis juvenil yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Sayangnya,
osteoporosis ini masih belum diketahui apa yang menjadi penyebabnya.
.
2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI
2.2.1 Anatomi
Tulang panjang
Tulang panjang merupakan tulang yang mempunyai panjang lebih besar dari pada
lebarnya dan di ujung-ujung tulang terdapat tulang spongiosa yang dikelilingi tulang
kompakta.
Tulang pendek
Tulang pendek banyak terdapat di regio carpal diantaranya adalah os Schapoideum,
dan os lunatum. Pada tulang ini tersusun atas tulang spongiosa yang diliputi oleh
tulang kompakta.
Tulang pipih
Scapula, os frontale, dan os parietale merupakan tulang jenis ini. Terdiri atas lapisan
tipis tulang kompakta yang disebut tabula dan dipisahkan oleh selaput tipis tulang
spongiosa yang dinamakan diploe.
Tulang irregular
Tulang irregular merupakan tualng yang tersusun atas selapis tipis tulang kompakta
dan di dalamnya terdapat tulang spongiosa. Contoh tulang jeni ini adalah os cranial,
os vertebrae, dan os coxae.
Tulang sesamoid
Tulang sesamoid adalah tulang kecil yang dijumpai pada daerah tendo- tendo
tertentu. Tulang sesamoid yang terbesar yaitu patella, yang ada pada tendo
musculus quadriceps femoris. Tulang sesamoid berfungsi merubah arah tarikan
tendo dan menguangi friksi pada tendo (Snell, 2012).
2.2.2 Fisiologi
menerus. Proses tersebut adalah resorpsi dan formasi tulang, keduanya akan terjadi
terhadap gangguan mekanik serta perubahan faal tulang sehingga susunan matriks
Integritas massa tulang dipengaruhi oleh keseimbangan antara proses formasi dan
proses penghancuran tulang dan pembentukan tulang terganggu. Proses ini adalah
Proses remodelling tulang adalah hasil dari kerja dua jenis sel. Keduanya bekerja
Tulang terdiri atas matriks organic keras yang sangat diperkuat dengan endapan
2.2.3 Kalsium
Tubuh manusia dewasa mengandung sekitar 1100gr kalsium, dan 99%nya berada
dalam kerangka tubuh. Kalsium dalam tulang terdiri Atas 2 tipe: cadangan yang
dapat ditukar dengan cepat, dan cadangan kalsium yang jauh lebih besar ddengan
proses penukaran yang lambat. Ada 2 sistem homeostatik yang independen:
sistem yang mengatur Ca2+ plasma yang tiap harinya bergerak keluar masuk dari
cadangan yang mudah ditukar; dan sistem yang berperan dalam remodelling
tulang melalui resropsi dan deposisi tulang yang konstan.
Ada 2 tipe kalsium: plasma dan bebas. Kalsium plasma ada yang terikat pada
protein (albumin dan globulin) dan ada juga yang berdifusi (berionisasi dan
berkompleks dengan HCO3-, sitrat, dst). Kalsium bebas yang terionisasi dalam
cairan tubuh adalah perantara kedua dan diperlukan untuk pembekuan darah,
kontraksi otot, dan fungsi saraf. Penurunan kadar Ca2+ dapat menyebabkan tetani
hipokalsemik yang ditandai dengan sejumlah besar spasme otot rangka, seperti
yang terjadi pada laringospasme dimana jalan napas akan tersumbat dan
menimbulkan asfiksia fatal.
Ketiga hormon ini bekerja secara terpadu untuk mempetahankan kadar Ca2+
yang konstan dalam cairan tubuh.`
Massa tulang meningkat secara konstan dan mencapai puncak sampai usia 40 tahun, pada
wanita lebih muda sekitar 30-35 tahun. Walaupun demikian tulang yang hidup tidak pernah
beristirahat dan akan selalu mengadakan remodelling dan memperbaharui cadangan
mineralnya sepanjang garis beban mekanik. Faktor pengatur formasi dan resorpsi tulang
dilaksanakan melalui 2 proses yang selalu berada dalam keadaan seimbang dan disebut
coupling. Proses coupling ini memungkinkan aktivitas formasi tulang sebanding dengan
aktivitas resorpsi tulang. Proses ini berlangsung 12 minggu pada orang muda dan 16-20
minggu pada usia menengah atau lanjut. Remodelling rate adalah 2-10% massa skelet per
tahun. Proses remodelling ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor lokal yang
menyebabkan terjadinya satu rangkaian kejadian pada konsep Activation – Resorption –
Formation (ARF). Proses ini dipengaruhi oleh protein mitogenik yang berasal dari tulang
yang merangsang preosteoblas supaya membelah membelah menjadi osteoblas akibat adanya
aktivitas resorpsi oleh osteoklas. Faktor lain yang mempengaruhi proses remodelling adalah
faktor hormonal. Proses remodelling akan ditingkatkan oleh hormon paratiroid, hormon
pertumbuhan dan 1,25 (OH)2 vitamin D. Sedang yang menghambat proses remodelling
adalah kalsitonin, estrogen dan glukokortikoid. Proses-proses yang mengganggu remodelling
tulang inilah yang menyebabkan osteoporosis.
Merokok
Defisisensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada
makanan, peminum alcohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam rokok
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsiumdari darah ke tulang
sehingga pembentukan tulang oleh osteoblast menjadi melemah. Mengkonsumsi
kopi lebih dari 3 cangkir perhari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih.
Keadaan tersebut menyebabkan banyak kalsium terbuang bersama air kencing.
Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan
penyangga berat badan merupakan stimulus penting bagi resorspi tulang. Beban
fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang.
Gangguan makan (anoreksia nervosa)
Menopause dini, menurunnya kadar estrogen menyebabkan resorpsi tulang
menjadi lebih cepat sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.
Penggunaan obat-obatan tertentu seperti diuretic, glukokortikoid, antikonvulsan,
hormone tiroid berlebihan, dan kortikosteroid.
2.3.1 Osteoporosis Primer
Osteoporosis Primer adalah kelainan metabolic tulang dimana terdapat penurunan
massa tulang tanpa disertai pada matriks tulang (Chairuddin Rasjad).
Osteoporosis alias pengeroposan tulang jika tidak disadari hanya akan dibiarkan
saja oleh penderitanya. Osteoporosis adalah salah satu dari penyakit yang tidak
disadari oleh penderitanya dan tiba-tiba malah menunjukkan gejala yang fatal dan
mirip dengan kejutan. Bagaimnapun, kebanyakan orang pada awalnya
menganggap osteoporosis ini sebagai hal biasa diusia tua namun sebenarnya yang
terjadi adalah lebih buruk dari yang mereka pikirkan. Oleh karena itu, penyesalan
biasanya terjadi ketika penyakit osteoporosis sudah membuat terjadinya patah
tulang.
Ada dua jenis osteoporosis yang perlu kita ketahui, yang pertama adalah
osteoporosis primer yang disebabkan oleh kondisi pascamonopause pada wanita
dan usi tua pada pria. Sementara itu, osteoporosis yang disebabkan oleh faktor
faktor lain seperti pola makan atau gaya hidup yang salah. Selain kedua bentuk
osteoporosis yang suda umum dikenal tersebut, ada pula jenis osteoporosis juvenil
yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Sayangnya, osteoporosis ini masih belum
diketahui apa yang menjadi penyebabnya.
Adakalanya osteoporosis ini membuat anak yang baru memasuki usia remaja
jadi kehilangan pendengarannya. Sklera (bagian mata yang berwarna
putih)mata penderita biasanya berwarna biru atau abu-abu atau paling tidak ada
di keluarganya yang memiliki sklera seperti itu. Untuk membedakan antara
osteoporosis yang terjadi pada anak, dilakukanlah tes genetik.
2.4 PATOFISIOLOGI
Osteoporosis merupakan silent disease. Penderita osteoporosis umumnya tidak
mempunyai keluhan sama sekali sampai orang tersebut mengalami fraktur. Osteoporosis
mengenai tulang seluruh tubuh, tetapi paling sering menimbulkan gejala pada daerah
daerah yang menyanggah berat badan atau pada daerah yang yang mendapat tekanan
(tulang vertebra dan kolumna femoris) (ode, 2012).
Pada tulang yang normal, kecepatan pembentukan dan resorpsi tulang bersifat konstan
pergantian segera disertai resorpsi, dan jumlah tulang yang digantikan sama dengan
jumlah tulang yang diresorpsi. Osteoporosis terjadi kalau siklus remodeling tersebut
terganggu dan pembentukan tulang yang baru menurun hingga dibawah resorpsi tulang.
Kalau tulang diresorpsi lebih cepat daripada pembentukanya, maka kepadatan atau
densitas tulang tersebut akan menurun (Kowalak, 2003)
Pada wanita menopause tingkat esterogen turun sehingga siklus remodeling tulang
berubah dan pengurangan jaringan tulang dimulai karena salah satu fungsi esterogen
adalah mempertahankan tingkat remodeling tulang yang normal, sehingga ketika
esterogen turun, tingkat resorbsi tulang menjadi lebih tinggi dari pada formasi tulang
yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang (Lane, 2001 dalam Mu’minin, 2013).
2.5 PATHWAY
Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan
peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur pertengahan, dapat melindungi
terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri atas 3 gelas Vitamin D susu skim atau susu
penuh atau makanan lain yang tinggi kalsium (mis. keju Swis, brokoli kukus, salmon
kaleng dengan tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi
perlu di resepkan preparat kalsium (kalsium karbonat).
2.8 KOMPLIKASI
Perforasi membran timpani dapat menetap dan berlanjut menjadi otitis media
kronis
Komplikasi sekunder mencakup mastoid (mastoiditis), meningitis, atau abses otak
(jarang)
Salah satu komplikasi dari osteoporosis adalah patah tulang. Patah tulang dapat menyebabkan
nyeri, gangguan dalam bergerak, dan penurunan produktivitas. Patah tulang belakang akan
menyebabkan nyeri punggung, postur tubuh bungkuk, dan tinggi badan yang berkurang.
Khusus untuk wanita yang sudah menopause atau yang sudah berusia lanjut, pencegahan bisa
dilakukan dengan melakukan kontrol rutin ke dokter. Bila perlu, dokter akan menyarankan
terapi penggantian hormon untuk mencegah osteoporosis
BAB III
Kriteria hasil yang dibuat untuk menjadi tolok ukur tindakan yang sudah dilakukan harus
berdasarkan hal-hal berikut (Dlaune dkk,2002)
Didasarkan pada diagnosis keperawatan
Didokumentasikan dengan kata serta bisa di ukur
Realistis dan bisa di capai(ada batas waktunya)
Bisa di lakukan dan dikembangkan oleh klien dan tenaga kesehatan
Mencerminkan tndakankeperawatan yang di lakukan dan di observasi oleh perawat.
Ada dua macam tujuan tindakan keperawatan,yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan
jangka panjang.Tujuan jangka pendek berfokus pada etiologi, sedangkan tujun jangka
panjang berfokus ppada problem atau masalah klien .Perencanaan tindakan keperawatan
adalah tulisan yang di buat dan digunakan sebagai panduan saat melakukan tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah yang muncul
3.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap ke empat dari proses keperawatan. Tahap in muncul jika
eperencanaan di buat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang di lakukan mungkin
sama,mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah dibuat pada perencanaan. Aplikasi
yang di lakukan pada klien akan berbedaa,disesuaikan pada kondisi klien saat itu dan
kebutuhan yang paling di rasakan oleh klien
Implementasi keperawatan membutuhkan flesibilitas dan kreatifitas perawat. Sebelum
melakukan suatu tindakan ,perawat harus mengetahui alasan mengapa tindakan tersebut
harus dilakukan. Perawat harus yakin bahwa: (1) Tindakan keperawatan yang di lakukan
sesuai dengan tindakan yang sudah di rancanakan (2) Dilakukan dengan cara yang
tepat,aman serta sesuai dengan kondisi klien; (3) selalu dievaluasi apakah sudah efektif;
dan (4) Selalu di dokumentasikan menurut urutan waktu (Doenges dkk,2006).
Aktifitas yang dilakukan pada tahap implementasi (Delaune dkk, 2002)Sebagai berikut.
Pengkajian lanjutan
Membuat priotitas
Menghitung alokasi tenaga
Memulain intervensi keperawatan
Mendokumentasikan tindakan dan respon klien terhadap tindakan yang telah
dilakukan
TINJAUAN KASUS
4.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny “S”
Umur : 58 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Jendral Sudirman
Status : Kawin
Suku : Bugis
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Ruang : Melati
Diagnosa Medis:
b. Penanggung jawab
Nama : Tn “K”
Umur : 60 thn
Hubungan : Suami
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pengusaha
Pasien menyatakan mengalami penurunan TB sebanyak 3cm dari 165 ke 162 dan penurunan
BB sebanyak 2kg dari 52kg ke 50kg.Pasien menyatakan nyeri timbul ketika berjalan.
Pasien mengeluh nyeri pada sendi yang dirasakanya.sejak 3 bulan yang lalu,rasa ngilu sudah
dirasakan sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien tidak memperdulikannya. Klien mengalami
menopause sejak 6 tahun lalu. Menurut klien dirinya tidak suka minum susu sejak usia muda
dan tidak menyukai makanan laut.Klien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakanya kare
usianya yang bertambah tua. Pasien saat ini dipasangi infuse RL pada vena cephalica tangan
kanan
Alergi
Kesehatan keluarga
Keluarga pasien menyatakan tidak ada yang memiliki penyakit seperti yang diderita pasien.
Perempuan
Lelaki
Meninggal
Pasien
4.3 Pola Fungsi Kesehatan
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan kesehatan umum kurang membaik. Pasien mengatakan tidak
mampu melakukan Perawatan secara mandiri di karenakan pasien selalu merasakan
ngilu pada sendi saat berjalan. Pasien mengatakan kurang memperdulikan kesehatan,
pasien mengatakan tidak mengetahui penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan.
Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat herbal maulun tradisional.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan tidak mampu melakukan Perawatan secara mandiri Dan butuh
bantuan dari keluarga Dan perawat . Pasien mengeluh merasa ngilu pada sendi, nyeri
di rasakan hilang timbul seperti tertusuk- tusuk jarum, tidak nyaman saat beraktivitas,
selama perawatan pasien di bantu oleh keluarga dan perawat.
b. Pola Nutrisi-Metabolik p
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2x sehari namun hanya 1/2 porsi yang di habiskan. Pasien
mengatakan hanya mengonsumsi nasi dan sayur. Pasien mengatakan tidak memiliki
gangguan mengunyah atau menelan makanan. Pasien mengatakan hanya mampu
menghabiskan 1/2 liter air perhariperhari.
2. Selama sakit
d. Pola eliminasi
1. Sebelum sakit
Buang air kecil Dan buang air besar
Pasien mengatakan buang air besar frekuensi 1xsehari, waktu BAB di pagi hari,
warna feses kuning kecoklatan, konsistensi feses padat, pasien mengatakan tidak Ada
memakai obat pecahan tidak Ada keluhan pada saat bab, pasien mengatakan Bak
frekuensi 2xsehari dengan warna urine kuning bening, bau kas urine amonia, pasien
mengatakan tidak Ada keluhan saat Bak pasien tidak menggunakan alat bantu
berkemih.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan sudah 2 hari di rumah sakit belum BAB Dan BAK 2X sehari tidak
menggunakan alat bantu buang air kecil Dan air besar
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan jarang tidur di siang hari , pasien tidur di malam hari mulai pukul
21.00 -05. 00 pasien tidur 6-7 perhari. Pasien mengatakan tidak Ada gangguan tidur,
Dan sangat puas dengan kualitas tidurnya, pasien mengatakan tidak pernah
mengantuk saat melakukan aktivitas, pasien tidak mengonsumsi obat tidur.
1. Selama sakit
pasien mengatakan tidak Ada kesulitan pada saat tidur, paisen mengatakan sering
terjaga Dan puas dengan tidur, tidurnya yaitu sekitar 6-7 jam .
F. Pola kognitif-persepsi/sensori
1. Kognitif
pasien mengatakan mampu mengenali dirinya, waktu orang lain dengan
kesadaran compos mentis, pendidikan terakhir SD. Bahasa yang di gunakan
bahasa Indonesia, kemampuan membaca Dan berkomunikasi baik, tidak Ada
gangguan mental, tidak Ada todak Ada perubahan memori Dan konsentrasi,
pasien mengatakan bila cemas sedang, bila cemas kadang kadang sedang kadang
tidak panik.
Persepsi/sensori
pendengaran pasien baik tanpa alat bantu, tidak terganggu kiri kanan penglihatan
jelas, tidak menggunakan kaca mata, lensa kontak, mata palsu, tidak but a, pasien
mengatakan perabaan mampu merasakan rangsangan /sentuhan pada
tubuh.penciuman tidak Ada gangguan, dapat mencium bau/aroma dengan baik.
Tidak Ada gangguan indra penciuman.
2. Selama sakit
1. Kognitif
Pasien mampu mengenal dirinya Dan orang lain, tingkat kesadaran compos mentis,
bahasa yang di gunakan bahasa Indonesia, kemampuan berkomunikasi dengan
perawat baik, tidak gangguan mental, pasien tidk Ada perubahan memori Dan
berkonsentrasi, bila mengeluh ngilu pada sendi.
2. Persepsi /sensori
1. Sebelum sakit
1. Sebelum sakit
pasien mengatakan perannya sebagai ibu rumah tangga
2. Selama sakit
Keluarga dan perawat membuat memenuhi kebutuhan pasien, hubungan dengan pasien lain
dan petugas kesehatan lainnya baik, petugas kesehatan Dan kekuataha memberikan dukungan
Dan motivasi pada pasien, pasien tidak merasa kesepian.
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak Ada gangguan hubungan seksual. Pemahaman terhadal
FUNGSI seksual,
2. Selama sakit
Pasien mengatakan tidak Ada gangguan pada alat Reproduksi, perkawinan hanya
sekali.
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan jarang sholat 5 waktu dengan keluarga. Tidak Ada ritual yang di
yakini dapat mempengaruhi kesehatan.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan ia tidak mampu sholat dengan keluarganya Dan percaya kepada
Allah pasti Allah menyembuhkan dirinya.
k. Pola koling-toleransi terhadal stress
1. Sebelum sakit
Pasien mengatakan jika terjadi masalah. Di diskusikan sama keluarga, pasien
mengatakan ketika mempunyai masalah akan mencari solusi. Pengambilan keputusan
di bantu oleh keluarga.
2. Selama sakit
Pasien mengatakan masalah yang di hadapi pasien sekarang yaitu penyakitnya. Pasien
ingin segera sembuh Dan kembali bisa lagi beraktivitas.
4.4 Pengkajian Fisik
a) Pengukuran TB : 162cm
b) Pengukuran BB : 50
c) IMT : 21,93
d) Pengkuran Vital Sign
2. Tekanan darah : 120/70
Diukur di : Nadi brakialis
Posisi pasien : Berbaring
3. Nadi :88x/mnt
Reguler/Irreguler : Reguler
4. Suhu :36,8
Di ukur di :axila(menggunakan termometer digital)
5. Respirasi 18x/mnt
Reguler/irreguler : Reguler
e) Tingkat kesadaran (kuantitatif dan kualitatif)
1. Kualitatif : Compos mentis
2. Kuantitatif : EYE(Respon mata ) :4
: VERBAL(Respon suara) :5
: MOTORIK (Respon gerakan ) : 6
-----+
15
(pasien sadar penuh)
f) Keadaan umum
- Pasien sakit sedang
- Kesadaran penuh
- Memerlukan observasi
- Keperluan kebutuhan di bantu
g) Pemeriksaan fisik
1. Kepala :
2. Inpeksi :
Bentuk kepala simetris,kulit kepala bersih dan tidak berketombe , rambut
lurus dan lebat ,rambut tampak bersih dan halus berwana hitam putih ,wajah
tampak simetris
3. Palpasi:
Tidak didapatkan pembengkakan serta tidak terdpat nyeri tekan dan tidak
terdapat bekas luka yang menonjol
2. Mata
a. Inspeksi:
Mata tampak simetris antara kiri dan kanan,mata pasien tampak
bersih ,konjungtiva berwarna merah mudah pupil respon cahaya = kiri kanan
pasien bisa melihat
b. Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan pada mata.
3. Telinga
a. Inspeksi :
Bentuk telinga kanan kiri tampak simetris ,pendengaran baik,telingah pasien
bersih tidak terdapat serumen ,tidak menggunakan alat bantu pendengaran
dan tidak terdapat cairan pada telinga.
b. Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan.
4. Hidung
a. Inspeksi
Bentuk hidung kanan kiri simetris,penciuman baik,hiung tampak bersih tidak
terdapat sekret ,tidak menggunakan alat bantu pernafasan maupun NGT.
b. Palpasi
Tidak terdapat nyeri sinus pada hidung
5. Mulut dan tenggorokan
a. Inspeksi
Keadaan bibir tampak lembab,keadaaan gusi baik,keadaan gigi tampak bersih
dan rapih,lidah tampak bersih kemampuan bicara pasien tampak
normal,fungsi mengunyah tampak baik,suara terdengar lembut dan ramah.
Tidak mengunakan alat bantu ,kemampuan prngucapan normal.
6. Leher
a. Inspeksi
Leher tamak simetris tidak terdapat peradangan dan pembengkakan pada
kelenjar thyroid
b. Palpasi
Tidak ada pembengkakan thyroid
7. Tengkuk
a. Inspeksi
Tidak terdapat nyeri pada tengkuk
8. Dada
a. Inspeksi
Dada tampak simetris antara kiri dan kanan tidak terdapat
kelainan ,menggunkan pernafasan dada dengan frekuensi 18-20x/mnt
b. Palpasi
Tidak teraba adanya benjolan dan nyeri tekan dan tidak terdapat adanya
massa.
c. Perkusi
Suara perkusi dari seluruh dada adalah sonor atau normal.
d. Auskultasi
Suara risikuler,tidak terdapat adanya suara tambahan (Normal)
9. Payudara
2. Inspeksi
Tidak di kaji
10. Punggung
a. Inspeksi
Pasien terlihat bungkuk(kifosis).
b. Palpasi
Pasien merasakan nyeri saat dilakukan palpasi pada area punggung.
11. Abdomen
a. Inspeksi
Warna kulit putih,abdomen datar,tidak terdapat luka dan benjolan. Tidak
terdapat luka,tidak terdapat benjolan dan tidak terdapat adanya bayangan
pembuluh dara vena.
b. Palpasi
Turgor kulit sedang,tidak teraba adanyya massa dan tidak terdapat nyeri
tekan.
c. Perkusi
Perkusi perut terdengar timpani,tidak terdapat adanya nyeri ketuk pada organ
abdomen
d. Auskultasi
Frekuensi pristatik usus 18x/mnt dilakukan selama 2menit pada tiap rensiol.
Uraian kasus :
Ny. S umur 58 tahun datang ke RSUD AA dengan keluhan nyeri pada sendi yang
sering dirasakannya sejak tiga bulan yang lalu, rasa nyeri itu sudah dirasakan sejak beberapa
tahun lalu, namun Ny. S tidak memperdulikannya. Klien mengatakan nyeri timbul ketika
berjalan dan beraktivitas sehari-hari. Ketika memeriksakan diri ke dokter, Ny. S dianjurkan
untuk melakukan rontgen kaki. Hasil rontgen menunjukkan bahwa Ny. S menderita
osteoporosis diperkuat lagi dengan hasil BMD T Score -3. Klien mengalami menopause sejak
6 tahun yang lalu. Menurut klien dirinya tidak suka minum susu sejak usia muda dan tidak
menyukai makanan laut. Klien beranggapan bahwa keluhan yang dirasakannya karena
usianya yang bertambah tua. Riwayat Kesehatan sebelumnya diketahui bahwa klien tidak
pernah mengalami penyakit seperti DM dan hipertensi serta tidak pernah dirawat di RS. Pola
aktivitas diketahui klien banyak beraktivitas duduk karena dulu dirinya bekerja sebagai staf
administrasi sehingga tidak memiliki waktu untuk berolahraga. Pendidikan terakhir pasien
SMA. Pasien mengatakan mengalami penurunan tinggi badan sebanyak 3 cm. Hasil
pengukuran TB 162 dan BB 50 Kg (BB sebelumnya 52 kg).
1. Klasifikasi data :
Ds
Do
Ny. S umur 58
tahun bekerja
sebagai staf
administrasi
Pendidikan
terakhir SMA
5. implementasi
-Hasil :
T : hilang timbul
-Hasil :
-Hasil :
Skala nyeri : 5
O : Skala nyeri 5
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Osteoporosis termasuk penyakit gangguan metabolisme, Osteoporosis alias pengeroposan
tulang jika tidak disadari hanya akan dibiarkan saja oleh penderitanyaAda dua jenis
osteoporosis yang perlu kita ketahui, yang pertama adalah osteoporosis primer yang
disebabkan oleh kondisi pascamonopause pada wanita dan usi tua pada pria. Sementara
itu, osteoporosis yang disebabkan oleh faktor faktor lain seperti pola makan atau gaya
hidup yang salah.
5.2 Saran
Sebagai perawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan berperaan dalam upaya
pendidikan dengan memberikan penyuluhan tentang pengertian osteoporosis, penyebab
dan gejala osteoporosis serta pengelolaan osteoporosis. Berperan juga dalam
peninggkatan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan serta peningkatan pengetahuan,
sikap dan praktik pasien serta keluarganya dalam melaksanakan pengobatan osteoporosis.
Peran teakhir yang adalah peningkatan kerja sama dan system rujukan antar berbagai
tingkat fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini akan member nilai posistif dalam upaya
peningkatan dejarat kesehatan masyarakat.