Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tulang merupakan rangka pembentuk dan penompang tubuh utama manusia,
termasuk jaringan dan organ di dalamnya. Tulang juga merupakan bentuk khusus
jaringan ikat dengan kerangka kolagen yang mengngandung hidroksiapatit.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 1

B. TUJUAN:
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem skeletal.
2. Untuk mengetahui pengertian osteogenesis imperfecta.
3. Untuk mengetahui penyebab osteogenesis imperfecta.
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteogenesis imperfecta.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala osteogenesis imperfecta.
6. Untuk mengetahui komplikasi osteogenesis imperfecta.
7. Untuk mengetahui diagnosis osteogenesis imperfecta.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 2

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SKELETAL

Sistem skeletal atau rangka tubuh adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang-tulang yang
memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap dan posisi.

Gambar 1.Sistem skeletal tubuh. (Sumber: Anderson PD, 1998.)

Sistem skeletal disusun oleh tulang-tulang yang berjumlah 206 buah.


Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tesebut dikelompokkan menjadi:
1. Ossa longa (tulang panjang) yaitu tulang yang ukuran panjangnya terbesar
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 3

Contohnya: os. humerus dan os. femur.

Gambar 2.Ossa longa. (Sumber: Anderson PD, 1998.)

2. Ossa brevia (tulang pendek) yaitu tulang yang ukurannya pendek.


contohnya: os. Carpi

Gambar 3. Ossa brevia. (Sumber: Anderson PD, 1998.)

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 4

3. Ossa plana (tulang pipih) yaitu tulang yang ukurannya lebar.


Contohnya: os scapula

Gambar 4. Ossa plana. (Sumber: Anderson PD, 1998.)

4. Ossa ireguler (tulang tak beraturan)


contohnya: os. vertebrae

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 5

Gambar 5. Ossa ireguler. (Sumber: Anderson PD, 1998.)

5. Ossa pneumatika ( tulang berongga udara)


contohnya: os. Maxilla

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 6

Gambar 6. Ossa pneumatika. (Sumber: Anderson PD, 1998.)

Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa (jaringan
berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat). Permukaan luar tulang
dilapisi selubung fibrosa (periosteum) dan permukaan dalam dilapisi oleh selaput tipis jaringan
ikat (endosteum) yang melapisi rongga sumsum dan meluas kedalam kanalikuli tulang kompak.
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang merupakan pusat
osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis. Periosteum mengandung
osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum
merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka ke tulang dan berperan dalam memberikan
nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga
dan lebih banyak mengandung kapur (kalsium fosfat dan kalsium karbonat) sehingga tulang
menjadi padat dan kuat. Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung seratserat sehingga lebih lentur. Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.
Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon (busa). Rongga
tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa
terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.
Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yang disebut kondrosit
menempati rongga kecil (lakuna) didalam matriks dengan substansi dasar seperti gel (berupa
proteoglikans) yang basofilik. Kalsifikasi menyebabkan tulang rawan tumbuh menjadi tulang
(keras).
Tulang rawan tubuh terdiri dari:
1. Kartilago hialin matriks mengandung seran kolagen, merupakan jenis tulang rawan
yang paling banyak dijumpai.
2. Kartilago elastin serupa dengan tulang rawan hialin, tetapi lebih banyak serat elastin
yang mengumpul pada dinding lakuna yang mengelilingi kondrosit.
3. Fibrokartilago tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara berangsur menyatu dengan
tulang rawan hialin atau jaringan ikat fibrosa yang berdekatan.
Secara mikroskopis tulang terdiri dari:
a. Sistem havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah, aliran limfe)
b. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris)
c. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat diantara lempengan-lempengan yang
mengandung tulang).
d. Kanalikuli (memancar diantara lakuna dan tempat difusi makanan sampai ke
osteon).
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 7

Gambar 7. Struktur mikroskopis tulang. (Sumber: Anderson PD, 1998.)

Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblas, dan osteoklas serta
matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur organik terutama kalsium dan fosfor.
Fungsi sistem skeletal tubuh antara lain sebagai berikut:
1. Kerangka tubuh
sistem skeletal memberi bentuk bagi tubuh.
2. Proteksi
Sistem skeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak dilindungi oleh tulangtulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat pada rongga dada (kavum toraks) yang
dibentuk oleh tulang-tulang kosta.
3. Ambulasi dan mobilisasi
Bersama dengan sistem muskular memungkinkan terjadinya pergerakan tubuh dan
perpindahan tempat.
4. Hemopoesis
Berperan dalam pembentukan sel darah pada sumsum merah
5. Deposit mineral
Tulang mengandung 99% kalsium dan 90 % fosfor tubuh.(1)
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 8

1.2 DEFINISI OSTEOGENESIS IMPERFEKTA


Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan pembentukan
jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit,
sklera, gigi, ataupun tuli. Osteogenesis Imperfecta (OI) merupakan suatu kelainan pada tulang
yang terbentuk secara tidak sempurna. Penderita OI memiliki kesalahan (mutasi) pada perintah
genetic bagaimana membuat tulang-tulang kuat . Sebagai gambaran umum, penderita OI adalah
seseorang yang sering mengalami patah tulang sepanjang hidupnya.
Osteogenesis imperfekta ( tulang rapuh ) ditandai oleh fragilitas tulang yang abnormal.
Skelera sering terlalu tipis dan translusen serta mungkin tampak biru karena defisiensi jaringan
ikat. Empat tipe penyakit ini ( ringan, luas, parah, dan bervariasi ) telah dikenal, dan tipe luas
yang terjadi pada neonatus adalah tipe yang paling berat. Bayi yang mengidap penyakit ini dapat
lahir dengan fraktur multiple dan tidak dapat bertahan hidup. Lebih dari 90% pasien dengan
osteogenesis imperfekta mengalami mutasi di gen COL1A1 dan COL1A2, yang masing-masing
menyandi rantai pro(I) dan pro2(I). Telah tercatat lebih dari 100 mutasi di kedua gen ini dan
mencakup delesi gen parsial dan duplikasi. Mutasi lain memengaruhi penggabungan RNA, dan
tipe yang tersering menyebabkan digantikannya glisin oleh asam amino lain yang lebih besar
sehingga mengganggu pembentukan heliks tripel. Secara umum, mutasi-mutasi ini menyebabkan
berkuramgnya ekspresi kolagen atau menimbulkan kelainan struktur rantai pro yang kemudian
membentuk fibril abnormal yang memperlemah keseluruhan struktur tulang. Jika terdapat satu
rantai abnormal, rantai tersebut dapat berintraksi dengan dua rantai normal, tetapi protein tidak
dapat melipat sehingga terjadi penguraian enzim matis semua rantai. Hal ini dinamai bunuh diri
prokolagen ( procolagen suicide ) dan merupakan salah satu contoh mutasi negative dominan,
suatu akibat yang sering dijumpai jika suatu protein terdiri dari banyak subunit berbeda.
Osteopetrosis ( marble bone desease ) yang ditandai oleh meningkatnya kepadatan
tulang, disebabkan oleh ketidak mampuan tubuh meresorbsi tulang. Salah satu bentuk penyakit
ini disertai oleh asidosis tubulus ginjal dan klasifikasi serebrum. Penyakit ini disebabkan oleh
mutasi di gen ( terletak di kromosom 8q22 ) yang menyandi karbonat anhidrase II (KA II), satu

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 9

dari empat isozim karbonat anhidrase yang terdapat di jaringan manusia. Reaksi yang dikatalisis
oleh karbonat anhidrase diperlihatkan dibawah :
CO2 + H2O H2CO3 H+ + HCO3Pada osteoklas yang berperan dalam resorbsi tulang, KA II tanpaknya memberikan
proton untuk menetralkan ion OH- yang tertinggal di dalam sel ketika ion H+ dipompa melalui
tepi bergelombang. Oleh karena itu, jika aktifitas KA II berkurang pada osteoklas, resorbsi
normal tulang tidak terjadi dan timbul osteopetrosis. Mekanisme klasifikasi serebrum belum
jelas, sedangkan asidosis tubulus ginjal mencerminkan kurangnya aktifitas KA II di tubulus
ginjal. Osteoporosis adalah pengurangan masa jaringan tulang per satuan volume yang progresif
dan generalisata serta menyebabkan kelemahan tulang. Rasio mineral terhadap elemen organic
tidak berubah di tulang normal sisanya. Fraktur berbagai tulang, misalnya kaput femur, mudah
terjadi dan menimbulkan beban besar baik bagi pasien maupun system kesehatan masyarakat.
Diantara berbagai factor lain, estrogen serta interleukin-1 dan -6 tampaknya berkaitan erat
dengan timbulnya osteoporosis.
1.3 ETIOLOGI
Hampir 90% bentuk klinis (tipe) osteogenesis imperfekta disebabkan oleh kelainan
struktural atau produksi dari prokolagen tipe I (COL1A1 dan COL1A2)1-4,8, komponen protein
utama matriks ekstraselular tulang dan kulit. Sekitar 10% kasus klinis yang tak jelas, tidak
didapat kelainan biokimia dan molekul prokolagen. Tidak diketahui dengan jelas apakah kasus
ini dikarenakan deteksi yang terbatas atau karena kelainan genetik yang heterogen.
Dibeberapa kasus secara genetik diturunkan dari orangtua kepada anaknya dengan tingkat
kemampuan yang berbeda. Tetapi ada juga anak yang tidak mendapatkan osteogenesis imperfekta
meskipun orang tuanya osteogenesis imperfekta, sebaliknya ada juga anak yang mendapatkan
osteogenesis imperfekta meskipun orang tuanya tidak osteogenesis imperfekta. Penyebab kasus
ini, gen yang bermutasi secara resesif artinya orang tua tidak ada osteogenesis imperfekta, tetapi
keduanya pembawa sifat mutasi gen sehingga anak-anak harus menerima salinan mutasi dari orang
tuanya. Ultrasound juga sering dideteksi sebagai penyebab osteogenesis imperfekta selama
kehamilan. Tes gen dapat mengidentifikasi adanya mutasi, khususnya jika mutasi gen orang tua juga
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 10

diketahui. Osteogenesis Imperfecta disebabkan oleh kerusakan genetik yang mempengaruhi


kemampuan tubuh untuk membuat tulang kuat. yang dominan, osteogenesis imperfekta adalah seseorang
yang mempunyai produksi kolagen tipe 1 yang sedikit atau kualitas jelek sehingga protein pada
tulang berkurang. Berkurangnya produksi kolagen tipe 1 atau kualitas jelek.
1.4 EPIDEMIOLOGI
Osteogenesis imperfekta diturunkan secara auto somal dominan. Pada kasus minoritas
dapat ditemukan penurunan secara resesif yang disebabkan oleh mosaicism pada orangtua.
Kejadian osteogenesis imperfekta diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada
perbedaan menurut ras dan jenis kelamin. Usia penderita saat gejala muncul, terutama gejala
mudah patahnya tulang, sangat bervariasi. Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak
mengalami patah tulang sampai masa dewasa. Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang
dapat dialami sejak dalam uterus atau prenatal.
1.5 PATOGENESIS
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang dan
jaringan fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput otak dan
dermis. Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe I. Secara struktural,
molekul prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari 2 rantai pro1 (I) (disebut COL1A1,
dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai pro2 (I) (disebut COL1A2, dikode pada kromosom 7).
Masing-masing rantai triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y yang
berulang. Prolin sering berada di posisi X, sedangkan hidroksiprolin atau hidroksilisin sering
berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam amino terkecil yang mempunyai struktur cukup
padat dan berperan penting sebagai poros dari helix sehingga bila terjadi mutasi akan sangat
mengganggu struktur dan produksi helix. Prokolagen yang abnormal akan membentuk cetakan
yang tak normal sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun tak beraturan.
Beberapa protein bukan kolagen dari matriks tulang juga berkurang. Hal ini menyebabkan
adanya penurunan pembentukan tulang, osteopenia, dan terjadi kerapuhan sehingga
meningkatkan angka kepatahan (fraktur). Lebih dari 200 mutasi yang berbeda mempengaruhi
sintesis atau struktur prokolagen tipe I ditemukan pada penderita osteogenesis imperfekta. Jika
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 11

mutasi tersebut menurunkan produksi atau sintesis prokolagen tipe I, maka terjadi osteogenesis
fenotip ringan (osteogenesis imperfecta tipe I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan
struktur prokolagen tipe I maka akan terjadi osteogenesis imperfekta fenotip yang lebih berat
(tipe II, III, dan IV). Kelainan struktur itu pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85%
karena point mutation akibat glisin digantikan oleh asam amino lain dan sisanya karena kelainan
single exon splicing.
1.6 MANIFESTASI KLINIS
Osteogenesis imperfecta mempunyai ciri khas rapuhnya skletal dalam berbagai derajat.
Fraktur dan deformitas tulang terjadi walau dengan trauma ringan. Sistem klasifikasi yang paling
sering dipakai untuk membedakan tipe osteogenesis imperfekta adalah yang dibuat oleh Sillence.
Klasifikasi tersebut didasarkan pada gejala klinis, genetik, dan kriteria radiografi. Gejala
klinisnya sangat bervariasi antar penderita walaupun dalam tipe yang sama. Tipe-tipe tersebut
antara lain :
1. Tipe I (Ringan)
Bentuk osteogenesis imperfekta paling ringan dan paling sering ditemukan, bahkan
sering ditemukan dalam suatu pedigree keluarga yang besar. Diturunkan secara autosomal
dominan dan disebabkan oleh menurunnya produksi atau sintesis prokolagen tipe I (functional
null alleles). Kebanyakan penderita tipe I mempunyai sklera berwarna biru, fraktur berulang
pada masa anak-anak tapi tidak sering, dan ketulian (30-60% pada usia 20-30 tahun). Fraktur
terjadi karena trauma ringan sedang dan menurun setelah pubertas. Terdapat dua subtipe yaitu
subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis
imperfecta. Kelainan lainnya yang bisa ditemukan antara lain mudah memar, kelemahan sendi
dan otot, kifoskoliosis, dan perawakan pendek ringan dibanding anggota keluarga lainnya.
2. Tipe II (Sangat berat atau perinatal lethal)
Penderita sering lahir mati atau meninggal pada tahun pertama kehidupan dengan berat lahir
dan panjang badan kecil untuk masa kehamilan. Kematian terutama disebabkan karena distres
pernafasan, juga karena malformasi atau perdarahan sistem saraf pusat. Terjadi karena mutasi
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 12

baru yang diturunkan secara autosomal dominan (jarang resesif) akibat penggantian posisi glisin
pada triple helix prokolagen tipe I dengan asam amino lain. Tulang rangka dan jaringan ikat
lainnya sangat rapuh. Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang terlihat sebagai
crumpled appearance pada radiografi. Selain itu juga dapat terjadi pada tulang tengkorak atau
vertebra, tulang tengkorak tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh dengan pembesaran
fontanela anterior dan posterior. Fraktur multipel tulang iga membentuk gambaran manik-manik
(beaded appearance), thoraks yang sempit ikut berperan dalam terjadinya distres pernafasan.
Penderita mungkin mempunyai hidung yang kecil dan mikrognatia. Sklera berwarna biru gelapkeabuan.
3. Tipe III (Berat Progresif)
Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan yang
menghasilkan gangguan fisik signifikan, berupa sendi yang sangat lentur, kelemahan otot, nyeri
tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak. Terjadi karena point mutation atau frame shift
mutation pada prokolagen tipe I yang diturunkan secara autosomal dominan atau resesif. Berat
badan dan panjang lahir sering rendah, fraktur sering terjadi dalam uterus. Setelah lahir, fraktur
sering terjadi tanpa sebab dan sembuh dengan deformitas. Kebanyakan penderita mengalami
perawakan pendek, bentuk wajah relatif triangular dan makrosefali. Sklera bervariasi dari putih
hingga biru, sering dijumpai dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun).
Disorganisasi matriks tulang menyebabkan gambaran popcorn pada metafisis, dilihat dari
gambaran radiologi.
4. Tipe IV (Tak terdefinisi atau Moderately severe)
Terjadi karena point mutation atau delesi kecil pada prokolagen tipe I yaitu pada rantai
COL1A2, kadang pada COL1A1. Merupakan tipe osteogenesis imperfekta yang paling
heterogen karena memasukkan temuan-temuan pada penderita yang tidak tergolong dalam 3 tipe
sebelumnya. Fraktur dapat terjadi dalam uterus dengan tulang panjang bawah bengkok yang
tampak sejak lahir. Sering terjadi fraktur berulang, kebanyakan penderita mempunyai tulang
yang bengkok walau tidak sering mengalami fraktur. Frekuensi fraktur berkurang setelah masa
pubertas. Penderita tipe ini memerlukan intervensi ortopedik dan rehabilitasi tetapi biasanya
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 13

mereka dapat melakukan ambulasi sehari-hari. Penderita mengalami perawakan pendek


moderate, warna sklera biasanya putih, dapat dijumpai dentinogenesis imperfecta, sehingga
beberapa penulis membedakan tipe ini menjadi 2 subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai
dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta. Gambaran
radiologi dapat menunjukkan osteoporotik dan kompresi vertebra. Adanya penelitian
mikroskopik terhadap tulang penderita osteogenesis imperfekta membawa penemuan tipe-tipe
baru osteogenesis imperfekta. Para peneliti menemukan beberapa penderita yang secara klinis
termasuk tipe IV mempunyai pola yang berbeda pada tulangnya. Mereka menamakan sebagai
osteogenesis imperfekta tipe V dan tipe VI. Penyebab mutasi pada kedua tipe ini belum dapat
diidentifikasi, namun diketahui penderita kedua tipe ini tidak mengalami mutasi pada gen
prokolagen tipe I. Pada tahun 2006 ditemukan 2 tipe baru osteogenesis imperfekta yang
diturunkan secara resesif. Kedua tipe ini disebabkan oleh kelainan gen yang mempengaruhi
pembentukan kolagen tapi bukan mutasi kolagen secara primer.
1.7 DIAGNOSIS
Diagnosis osteogenesis imperfekta ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang sama
pada keluarga dan atau manifestasi klinis yang berbeda-beda tiap penderita, dari tipe ringan
sampai berat, ditambah dengan beberapa pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinis yang bisa
ditemukan antara lain sering fraktur berulang, perawakan pendek, sklera berwarna biru, masalah
gigi (dentinogenesis imperfecta), dan gangguan pendengaran yang makin progresif setelah masa
pubertas. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1. Laboratorium biokimia dan molekular
Analisa sintesa kolagen didapat melalui kultur fibroblas dari biopsi kulit, terutama untuk
mendeteksi osteogenesis imperfecta tipe I,III dan IV. Analisa mutasi DNA prenatal dilakukan
pada kehamilan dengan resiko osteogenesis imperfekta, melalui kultur villus korion.
Pemeriksaan kombinasi antara analisa DNA dan biopsi kolagen akan mendeteksi hampir 90%
dari semua tipe mutasi gen pengkode prokolagen tipe I.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 14

2. Pencitraan
Radiografi tulang skeletal setelah lahir (bone survey) bentuk ringan (tipe I) tampak
korteks tulang panjang yang menipis, tidak tampak deformitas tulang panjang. Bisa
menunjukkan gambaran Wormian (Wormian bones) pada cranium. Bentuk sangat berat (tipe II)
tampak gambaran manik-manik (beaded appearance) pada tulang iga, tulang melebar, fraktur
multipel dengan deformitas tulang panjang. Bentuk sedang dan berat (tipe III dan IV) tampak
metafisis kistik atau gambaran popcorn pada kartilago, tulang dapat normal atau melebar pada
awalnya kemudian menipis, dapat ditemukan fraktur yang menyebabkan deformitas tulang
panjang, sering disertai fraktur vertebra. Densitas mineral tulang (bone densitometry) diukur
dengan Dual-Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA) yang menghasilkan nilai rendah pada
penderita.
Ultrasonografi prenatal pada minggu 15-18 kehamilan untuk mendeteksi kelainan
panjang tulang anggota badan. Yang tampak dapat berupa gambaran normal (tipe ringan) sampai
dengan gambaran isi intrakranial yang sangat jelas karena berkurangnya mineralisasi tulang
kalvaria atau kompresi kalvaria. Selain itu dapat juga ditemukan tulang panjang yang bengkok,
panjang tulang berkurang (terutama tulang femur), dan fraktur iga multiple. USG prenatal ini
terutama untuk mendeteksi osteogenesis imperfekta tipe II.
1.8 DIAGNOSIS BANDING
1. Perlakuan salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect)
Pada osteogenesis imperfekta tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus
penelantaran anak. Usia fraktur tulang yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus
dicurigai karena kasus penelantaran anak. Selain itu pada penelantaran anak juga terdapat
manifestasi klinis non skeletal, misalnya perdarahan retina, hematoma organ visera, perdarahan
intrakranial, pankreatitis dan trauma limpa. Tipe fraktur pada penelantaran anak biasanya adalah
fraktur sudut metafiseal yang jarang ditemukan pada osteogenesis imperfekta. Densitas mineral
tulang pada penelantaran anak juga normal, sedangkan pada osteogenesis imperfekta rendah.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 15

2. Osteoporosis juvenil idiopati (OJI)


Keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8-11 tahun, yang
mengalami fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari penyakit lainnya. Gejala biasanya nyeri
tulang belakang, paha, kaki, dan kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal,
meski dapat juga terjadi pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang menyebabkan
deformitas dan perawakan pendek ringan, tulang tengkorak dan wajah normal. Osteoporosis
juvenile idiopati akan membaik spontan dalam 3-5 tahun, namun deformitas vertebra dan
gangguan fungsi dapat menetap. Jika didapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka
harus dipikirkan suatu osteoporosis juvenile idiopati tipe ringan.
3. Achondroplasia
Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat mutasi pada gen
FGFR3. Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan protein yang berperan dalam
pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan tulang (osifikasi) dan jaringan otak. Klinis
didapat sejak lahir berupa perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan tungkai
terutama lengan dan tungkai atas, pergerakan siku terbatas, makrosefali dengan dahi yang
menonjol. Kejadian fraktur berulang tak pernah terjadi.
4. Riketsia
Merupakan gangguan kalsifikasi dari osteoid akibat defisiensi metabolit vitamin D.
Walau jarang terjadi, riketsia juga bisa karena kekurangan kalsium dan fosfor dalam diet. Klinis
yang ditemukan antara lain hipotoni otot, penebalan tulang tengkorak yang menyebabkan dahi
menonjol, knobby deformity pada metafisis dan dada (rachitic rosary), bisa terjadi fraktur
terutama tipe greenstick fracture. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar 25-hidroksivitamin D serum, kalsium dan fosfor yang rendah, serta alkalin fosfatase meningkat. Beberapa
penyakit malabsorpsi intestinal berat, penyakit hati atau ginjal menimbulkan gambaran klinis dan
biokimia sekunder riketsia nutrisional. Pada osteogenesis imperfekta kalsium serum dan alkalin
fosfatase normal. Kadar 25-hidroksi-vitamin D serum penderita osteogenesis imperfekta sering
rendah menunjukkan defisiensi vitamin D sekunder akibat kurangnya paparan terhadap sinar
matahari yang sering dialami penderita osteogenesis imperfekta.
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 16

1.9 PENATALAKSANAAN
Penderita dengan osteogenesis imperfekta memerlukan penanganan tim medis
multidisiplin ilmu. Pada beberapa kasus, penanganan perlu dimulai sejak lahir. Namun karena
penyakit ini didasari oleh kelainan genetik maka tidak didapatkan pengobatan yang efektif.
1. Medikasi
Tujuan utama pengobatan osteogenesis imperfekta adalah mengurangi angka kejadian
fraktur, mencegah deformitas tulang panjang dan skoliosis serta meningkatkan luaran fungsional.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bisfosfonat intravena (pamidronat) memberikan
perbaikan bagi anak dengan osteogenesis imperfekta. Bisfosfonat adalah analog sintetis dari
pirofosfat, penghambat alami resorpsi tulang osteoklastik sehingga meningkatkan mineralisasi
tulang dan memperkuat tulang. Mekanisme kerjanya adalah dengan menekan aktivitas dan juga
memperpendek usia hidup osteoklas. Salah satu penelitian oleh Glorieux pada 30 anak
osteogenesis imperfekta tipe III dan IV, berusia 3-16 tahun yang diterapi dengan pamidronat
dosis 1,5-3 mg/kg berat badan/hari selama 3 hari berturut-turut, diulang tiap 4-6 bulan selama 1,5
tahun. Penelitian ini melaporkan pemakaian pamidronat menyebabkan densitas mineral tulang
dan penebalan korteks metakarpal meningkat, penurunan insiden fraktur yang dikonfirmasi
dengan pemeriksaan radiologis, mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kualitas hidup.
Penggunaan bisfosfonat oral (alendronat) pada anak osteogenesis imperfekta masih terus diteliti.
Laporan kasus di Turki setelah pemakaian alendronat 5 mg tiap hari selama 36 bulan
pada anak laki-laki berusia 8 tahun menunjukkan peningkatan densitas mineral tulang dan
menurunkan insiden fraktur secara signifikan. Penelitian yang membandingkan pemakaian
bisfosfonat intravena dan oral oleh Dimeglio menunjukkan bahwa keduanya sama-sama
meningkatkan densitas mineral tulang, menurunkan petanda biokimia dari pertumbuhan
(turnover) tulang, dan mempercepat pertumbuhan linear. Selain itu pemakaian secara oral lebih
diterima oleh anak-anak dan praktis dibandingkan dengan pemakaian intravena. Penderita
osteogenesis imperfekta yang rentan terhadap trauma dan memerlukan imobilisasi jangka lama
akibat frakturnya sering menyebabkan defisiensi vitamin D dan kalsium pada anak. Karena itu
diperlukan suplementasi vitamin D 400-800 IU dan kalsium 500-1000 mg sebagai profilaktik
OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 17

walau tidak memperbaiki penyakit osteogenesis imperfekta sendiri. Terapi potensial lain yang
sampai saat ini masih dalam taraf penelitian adalah terapi sel dan gen. Ada dua alternatif
pendekatan yang sedang diteliti, pertama mengganti gen mutan dengan sel normal melalui
transplantasi sumsum tulang, dan kedua memasukkan ribozym ke dalam sel untuk memecah gen
mutan.
2. Bedah ortopedi
Tatalaksana ortopedi ditujukan untuk perawatan fraktur dan koreksi deformitas. Fraktur
harus dipasang splint atau cast. Pada osteogenesis imperfekta fraktur akan sembuh dengan baik,
sedangkan cast diperlukan untuk meminimalkan osteoporosis akibat imobilisasi jangka lama.
Koreksi pada deformitas tulang panjang memerlukan prosedur osteotomi dan pemasangan
intramedullary rod.
3. Rehabilitasi medic

Rehabilitasi fisik dimulai pada usia awal penderita sehingga penderita dapat mencapai
tingkat fungsional yang lebih tinggi, antara lain berupa penguatan otot isotonik, stabilisasi sendi,
dan latihan aerobik. Penderita tipe I dan beberapa kasus tipe IV dapat mobilisasi spontan.
Penderita tipe III kebanyakan memerlukan kursi roda namun tetap tak mencegah terjadinya
fraktur berulang. Kebanyakan penderita tipe IV dan beberapa tipe III dapat mobilisasi atau
berjalan dengan kombinasi terapi fisik penguatan otot sendi panggul, peningkatan stamina,
pemakaian bracing, dan koreksi ortopedi.
4. Konseling genetic
Penderita dan keluarga sebaiknya dijelaskan mengenai kemungkinan diturunkannya
penyakit ini pada keturunannya. Osteogenesis imperfecta adalah penyakit autosomal dominan,
sehingga penderita mempunyai resiko 50% untuk menurunkan pada turunannya. Selain itu juga
perlu didiskusikan mengenai kemungkinan adanya mutasi baru seperti somatik asimtomatik dan
germline mosaicsm.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 18

2.0 PROGNOSIS
Osteogenesis imperfecta merupakan kondisi kronis yang membatasi tingkat fungsional
dan lama hidup penderita. Prognosis penderita osteogenesis imperfekta bervariasi tergantung
klinis dan keparahan yang dideritanya. Penyebab kematian tersering adalah gagal nafas. Bayi
dengan osteogenesis imperfekta tipe II biasanya meninggal dalam usia bulanan - 1 tahun
kehidupan. Sangat jarang seorang anak dengan gambaran radiografi tipe II dan defisiensi
pertumbuhan berat dapat hidup sampai usia remaja. Penderita osteogenesis imperfekta tipe III
biasanya meninggal karena penyebab pulmonal pada masa anak-anak dini, remaja atau usia 40
tahun-an sedangkan penderita tipe I dan IV dapat hidup dengan usia yang lebih panjang atau
lama hidup penuh.
Penderita osteogenesis imperfekta tipe III biasanya sangat tergantung dengan kursi roda.
Dengan rehabilitasi medis yang agresif mereka dapat memiliki ketrampilan transfer dan
melakukan ambulasi sehari-hari di rumah. Penderita osteogenesis imperfekta tipe IV biasanya
dapat memiliki ketrampilan ambulasi di masyarakat juga tak tergantung dengan sekitarnya.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 19

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan pembentukan
jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit,
sklera, gigi, ataupun tuli. Osteogenesis Imperfecta (OI) merupakan suatu kelainan pada tulang
yang terbentuk secara tidak sempurna. Osteogenesis imperfecta memiliki empat tipe berdasarkan
manifestasi klinisnya yaitu tipe 1, tipe 2, tipe 3, dan tipe 4.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 20

DAFTAR PUSTAKA
1.

Anderson PD, 1998. Anatomi dan fisiologi Tubuh Manusia, edisi kedua, cetakan
keempat, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010, 37-44

2.

Dimeglio LA, Peacock M. Two-year clinical trial of oral alendronate versus


intravenous pamidronate in children with osteogenesis imperfecta. J Bone Miner
Res 2006;21(1):132-40

3.

Nussbaum RL, McInnes RR, Willard HF. The molecular and biochemical basis of
genetic disease. Dalam: Thompson and thompson genetic in medicine, edisi ke-6.
Philadelphia: Saunders, 2004, 229-346.

4.

Root AW, Diamond Jr FB. Disorders of calcium metabolism in the child and
adolescent. Dalam: Sperling MA, eds. Pediatric endocrinology, edisi ke-2.
Philadelphia: Saunders, 2002, 657-85.

5.

Unal E, Abaci A, Bober E, Buyukgebis A. Oral alendronat in osteogenesis


imperfecta. Indian Ped 2005;42:1158-6014.

OSTEOGENESIS IMPERFECTA

Page 21

Anda mungkin juga menyukai