Anda di halaman 1dari 46

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tulang adalah bentuk khusus dari jaringan ikat yang terdiri dari sel dan matriks
ekstraseluler. Selain itu, tulang juga terdiri dari jaringan ikat lainnya, termasuk
jaringan hemopoietic, jaringan lemak, pembuluh darah, dan saraf (Ross, 2001).
Matriks tulang terdiri dari organik dan anorganik, (Gartner, 2011 ) terutama
didominasi oleh matrix kolagen ekstraseluler (collagen type I) yang disebut sebagai
osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga
tulang menjadi kaku dan kuat, sehingga mampu menyokong dan melindungi organorgan vital. Mineral pada tulang adalah kalsium fosfat dalam bentuk kristal
hidroksiapatit (CA10 (PO4) 6 (OH) 2) (Ross, 2001).
Sebagai konstituen utama dari kerangka dewasa, tulang tidak hanya berfungsi
sebagai penyokong, tetapi juga untuk melindungi organ-organ vital, seperti otak dan
sumsum tulang belakang (Gartner, 2011) di mana terjadi pembentukan sel-sel darah
(Ross, 2001). Kemampuan tulang untuk melakukan fungsi rangkanya disebabkan
oleh jaringan tulang dan hyalin atau tulang rawan artikular (Gartner, 2011).
Tulang juga berfungsi sebagai reservoir kalsium, fosfat, dan ion lain yang
dapat dilepaskan atau disimpan untuk menjaga konsentrasi konstan ion yang penting
dalam cairan tubuh. Tulang juga mempunyai fungsi mekanik dan metabolisme untuk
rangka (Mescher, 2010).
Otot rangka yang melekat pada tulang di sendi memungkinkan pergerakan
bagian tubuh terhadap satu sama lain dan sebagai penggerak dari seluruh tubuh.
Hampir semua kalsium tubuh disimpan dalam kerangka tulang, sehingga bertindak
sebagai reservoir, kalsium dapat dibebaskan dari kerangka untuk mempertahankan
homeostasis kalsium darah. Tulang juga sebagai perlekatan sumsum tulang dalam
rongga sumsum, yang bertanggung jawab untuk hematopoiesis (Gartner, 2011).

Tulang juga merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri dari bahan kalsifikasi
antarsel, matriks tulang, dan tiga jenis sel yaitu osteosit, osteoblas, dan osteoklas
(Mescher, 2010). Permukaan luar tulang ditutupi oleh jaringan ikat lunak, dan dua
lapis periostenum yaitu: Lapisan fibrosa luar terdiri dari jaringan ikat kolagen padat
tidak teratur dan yang kedua adalah lapisan seluler dalam terdiri dari osteogenik, selsel osteoprogenitor (sel osteogenik), beberapa osteoblas, dan kadang terdapat
osteoklas (Gartner, 2011).
Jaringan tulang juga diklasifikasikan menjadi jaringan tulang compact (padat)
dan spons (cancellous). Jaringan tulang spons dan kompak terletak di bagian-bagian
tertentu dari tulang. Hal ini berguna untuk menguraikan secara singkat jenis tulang
dan di mana dua jenis jaringan tulang berada. Atas dasar bentuk, tulang dapat
diklasifikasikan ke dalam empat kelompok yaitu : tulang panjang, tulang pendek,
tulang pipih, dan tulang irregular (Ross, 2001).
Dalam makalah ini, akan dijelaskan mengenai struktur, tipe sel tulang, jenis,
komposisi, fungsi, proses penulangan , serta penyakit yang berhubungan dengan
tulang secara lebih rinci.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana struktur tulang dan fungsinya terhadap tubuh?
2. Apa saja komposisi, tipe, dan jenis tulang?
3. Bagaimana proses terjadinya penulangan atau ossifikasi?
4. Apa saja penyakit yang berhubungan dengan tulang?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui struktur tulang dan fungsinya terhadap tubuh.
2. Mengetahui komposisi, tipe sel, dan jenis tulang.
3. Mengetahui proses terjadinya penulangan atau ossifikasi.
4. Mengetahui penyakit yang berhubungan dengan tulang.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tipe Sel Tulang


Lima tipe sel yang ditunjuk memiliki hubungan dengan jaringan tulang:
sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, sel pelapis tulang, dan osteoklas. Dengan
terkecuali osteoklas, setiap sel ini dapat diperhatikan merupakan bentuk yang
berbeda dari tipe sel dasar yang sama. Setiap sel mengalami perubahan dari yang
belum dewasa menjadi bentuk yang lebih dewasa dalam hubungan aktivitas
fungsional (pertumbuhan tulang). Perbedaannya, osteoklas berasal dari lapisan sel
yang berbeda dan memiliki tugas untuk reabsorbsi tulang, sebuah aktivitas yang
berhubungan dengan perubahan tulang (Ross 2011, 223).
Sel
pelapis
tulang

steo

steo

oste
oprogenit

artil

ost
eoklast
Sel

steo
klast

S
tem
sel

Granul
osit/monosit
progenitor

endoste

Gambar 1: Gambaran skema sel yang berhubungan dengan tulang. Semua sel
kecuali osteoklast berasal dari stem sel mesenkim, yang mana dibedakan
menjadi sel osteoprogenitor, osteoblast, dan osteosit dan sel pelapis
tulang (Ross 2011, 224).
2.1.1 Osteoprogenitor
Osteoprogenitor ditemukan di luar dan di dalam permukaan tulang dan
dapat juga terletak di pembuluh yang mensuplai tulang (Ross 2011, 225). Sel
osteoprogenitor adalah sel yang tidak dibedakan, sel pluripoten yang berubah
dari jaringan penghubung mesenkim. Sel ini terdapat di lapisan dalam jaringan
penghubung periosteum dan di lapisan dalam endosteum yang melapisi kavitas

sumsum, osteon (sistem havers), dan lubang-lubang kecil di dalam tulang.


Fungsi utama dari periosteum dan endosteum adalah menutrisi tulang dan
menyediakan secara berlanjut suplai osteoblast baru untuk pertumbuhan,
perubahan, dan perbaikan tulang. Selama perkembangan tulang, sel
osteoprogenitor melakukan proliferasi secara mitosis dan berubah menjadi
osteoblast yang mana kemudian menghasilkan serat kolagen dan matriks tulang
(Eroschenko 2005, 86).

2.1.2 Osteoblast
Osteoblast bertugas untuk mensistesis komponen organik dari matriks
tulang, terdiri atas serat kolagen tipe 1, proteoglikan, dan beberapa glikoprotein
termasuk osteonektin. Endapan dari komponen inorganik tulang juga tergantung
pada keaktifan osteoblast. Osteoblast terdapat secara khusus pada permukaan
matriks tulang, biasanya bersebelahan dengan lapisan agak seperti epitelium.
Saat mereka bergabung secara aktif dalam sintesis matriks, osteoblast akan
berbentuk kubus dan menjadi sitoplsama basofilik. Saat aktivitas sintesis
mereka menurun, mereka akan memipih dan sitoplasma basofilik berkurang.
Aktivitas osteoblast distimulasi oleh hormon paratiroid (Mescher 2010, 144).

Gambar 2: Gambar yang ditunjuk panah adalah osteoblast (Ross 2011, 225)
4

Osteoblast juga bertugas untuk kalsifikasi matriks tulang. Osteoblast


dikenali dalam mikroskop dengan bentuk kubus atau bentuk poligonalnya dan
agregasi mereka menjadi satu lapisan dari sel (Ross 2011, 225).
2.1.3 Osteosit
Osteosit adalah bentuk dewasa dari osteoblast dan sel utama dari tulang;
mereka juga lebih kecil dari osteoblast. Seperti kondrosit pada kartilago,
osteosit terperangkap di sekeliling matriks tulang yang diproduksi oleh
osteoblast. Osteosit berada pada bentukan seperti gua pada lakuna dan sangat
dekat dengan pembuluh darah. Perbedaannya dengan kertilago, hanya satu
osteosit yang ditemukan pada setiap lakuna. Juga, karena mineralisasi matriks
tulang lebih sukar daripada kartilago, nutrisi dan metabolit tidak dapat berdifusi
secara bebas masuk ke dalam osteosit. Hasilnya, tulang sangat vaskular dan
memiliki sebuah sistem saluran yang unik atau kanal kecil yang disebut
kanalikuli, yang mana terbuka menjadi osteon (Eroschenko 2005, 86).

Gambar 3: Osteosit dan osteoblast (Mescher 2010, 144).


2.1.4 Osteoklast
Osteoklast bertugas untuk reabsorbsi tulang. Osteoclast ini besar,
merupakan sel multinukleat yang terdapat pada daerah dimana tulang dibuang.
Mereka bertempat tepat di jaringan tulang di bagian tulang yang direabsorbsi.
5

Sebagai hasil dari aktivitas osteoklast, sebuah tonjolan dangkal yang disebut
resorption bay atau lakuna howship dapat diamati pada tulang secara langsung
dibawah osteoclast. Sel ini terlihat mencolok bukan hanya karena bentuknya
yang lebar, tetapi juga karena osteoklast ditandai dengan asidofilia. Itu juga
menunjukan reaksi histokimia yang kuat dari asam fosfatase karena banyak
lisosom yang dikandungnya (Ross 2011, 228).

Gambar 4: Bagian yang ditunjuk panah adalah osteoklast (Mescher 2010,


147)
2.1.5 Sel Pelapis Tulang
Sel pelapis tulang adalah gabungan dari osteoblast dan penutup tulang yang
tidak berubah. Pada bagian dimana perubahan tidak terjadi, permukaan tulang
tertutup dengan lapisan tipis sel dengan penyusutan sitoplasma dan kekurangan
organel yang berlebih pada bagian perinuklear. Sel ini ditunjukan sebagai bonelining cell atau sel pelapis tulang. Sel pelapis tulang pasa permukaan luar tulang
disebut sel periosteal, dan lapisan permukaan dalam tulang sering kali disebut
sel endosteal. Batas pertemuan tampak dimana saat terjadi kontak di antara
keduanya. Sel pelapis tulang menunjukkan populasi sel yang bergabung dari
osteoblast. Tugas utama mereka untuk fungsi pemeliharan dan membantu

menutrisi osteosit yang menempel dibawah matriks tulang dan meregulasi


pergerakan kalsium dan fosfat masuk dan keluar tulang (Ross 2011, 227).

Gambar 5: Formasi tulang secara mikroskopis (Eroschenko 2005, 87)


2.2 Osifikasi
Perkembangan tulang awalnya dimulai dari bentuk embrio, oleh dua proses
yang berbeda: osifikasi intramembran dan osifikasi endokhondral. Meskipun
tulang diproduksi oleh dua proses yang berbeda, mereka menunjukkan struktur
histologis yang sama (diFiore, 2008).
1. Osifikasi intramembran, di mana osteoblas terdifirensiasi langsung dari
jaringan mesenkim dan mulai mensekresi osteoid. (Junqueira, 2009)
2. Osifikasi endokhondral, di mana sudah ada matriks tulang rawan hialin
terkikis dan diganti oleh osteoblas memproduksi osteoid. (Junqueira, 2009)

Dalam kedua proses, jaringan tulang yang muncul pertama adalah jaringan
tulang primer. Tulang primer bersifat sementara dan akan segera digantikan oleh
tulang sekunder. Selama pertumbuhan tulang, daerah tulang primer, daerah
resorpsi, dan daerah tulang sekunder semua akan muncul berdampingan.
(Junqueira, 2009)
2.2.1 Osifikasi Intramembran
Osifikasi intramembran, dimana sebagian besar yang dihasilkan adalah
tulang pipih, disebut demikian karena prosesnya terjadi saat kondensasi dari
jaringan mesenkim embrio. Tulang frontal dan parietal bagian tengkorak-serta
dari occipital dan tulang temporal dan mandibula dan maksila-dibentuk oleh
osifikasi intramembran. Rangkuman proses dapat dilihat pada
Gambar 6 (Junqueira, 2009).

Gambar 7: (Junqueira, 2009)


Proses perkembangan dimana sebagian besar tulang tengkorak terbentuk.
(a): Kelompok sel mesenkim dalam "membran" atau lembaran jaringan embrio
ini, terdifirensiasi menjadi osteoblas yang memproduksi osteoid. (b): Sel
terperangkap dalam matriks terkalsifikasi berdifirensiasi menjadi osteosit. (c):
Serat tulang diproduksi dengan cara ini, ruang internal vaskularisasi
membentuk rongga sumsum dan dikelilingi oleh periosteum di kedua sisi. (d):
Renovasi serat tulang menghasilkan dua lapisan compact bone pipih dengan
cancellous bone terletak di antaranya, yang merupakan karakteristik dari
tulang-tulang pipih (Junqueira, 2009).
Pada lapisan kondensasi mesenkim atau "membran," titik awal saat
pembentukan tulang disebut pusat osifikasi. Proses ini dimulai ketika kelompok
sel mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas. Osteoblas menghasilkan
matriks osteoid dan kemudian terkalsifikasi, sehingga terjadi enkapsulasi pada
beberapa osteoblas, yang kemudian menjadi osteosit. Kumpulan ini membentuk
dinding tulang yang membentuk rongga memanjang yang didalamnya

10

mengandung kapiler, sel-sel sumsum tulang, dan sel yang belum terdifirensiasi.
Beberapa kelompok seperti itu muncul hampir bersamaan di pusat osifikasi, dan
terjadi fusi antar dinding akan memberi bentukan seperti spons. Jaringan ikat
yang tersisa di antara dinding tulang akan menyebabkan perkembangan
pembuluh darah dan sel-sel mesenkim yang belum terdiferensiasi, sehingga
akhirnya merangsang pertumbuhan sumsum tulang. Pusat-pusat osifikasi tulang
tumbuh secara radial dan akhirnya mengalami fusi, lalu menggantikan jaringan
ikat asli (Gambar 7 dan Gambar 8) (Junqueira, 2009)
Gambar 8:

11

Bagian rahang dari janin seekor babi mengalami osifikasi intramembran.


(a): Area mesenkim khas (M), mesenkim terkondensasi (CM) yang berdekatan
dengan agregat osteoblas baru (O). Beberapa osteoblas mensekresikan matriks
tulang (B) yang tetap tertutup oleh osteoblas. Di antara trabekula ini dari tulang
primer yang baru dibentuk adalah daerah vaskularisasi (V) yang akan
membentuk rongga sumsum. X40. H & E. (b): perbesaran yang lebih tinggi
menunjukkan periosteum berkembang (P) yang mencakup massa tulang primer
dan akan segera bergabung untuk membentuk piring tulang. Mesenkim yang
membesar di atas adalah rongga sumsum berkembang (Junqueira, 2009).
Dalam tulang pipih tengkorak ada dominasi ditandai pembentukan tulang
selama resorpsi tulang pada kedua permukaan internal dan eksternal. Dengan
demikian, dua lapisan kompak tulang (piring internal dan eksternal) muncul,
sedangkan bagian tengah (diploe) mempertahankan sifat spons nya. The
fontanel atau "titik lunak" pada kepala bayi baru lahir bayi adalah daerah di
tengkorak yang sesuai dengan bagian-bagian dari jaringan ikat yang belum

12

mengeras. Bagian dari lapisan jaringan ikat yang tidak mengeras menimbulkan
endosteum dan periosteum tulang baru (Junqueira, 2009).
2.2.2 Osifikasi Endokhondral
Osifikasi endokhondral terjadi di bagian tulang rawan hialin yang
bentuknya dalam versi kecil, atau yang disebut model pada tulang yang akan
dibentuk. Jenis osifikasi ini biasanya untuk pembentukan tulang pendek dan
tulang panjang (Junqueira, 2009).
Osifikasi endokhondral dari tulang panjang terdiri dari urutan kejadian
skematis diperlihatkan pada Gambar 3. Awalnya, jaringan tulang pertama
muncul sebagai diafisis bone collar tulang rawan. Bone collar ini diproduksi
oleh aktivitas osteoblas lokal dalam perichondrium sekitarnya. Bone collar
menghambat difusi oksigen dan nutrisi ke tulang rawan dan menyebabkan
adanya perubahan degeneratif. Kondrosit mulai memproduksi alkaline fosfatase
dan membengkak (hipertrofi), lalu memperbesar lacunae. Perubahan ini
mengkompres matriks ke trabekula yang sempit dan menyebabkan kalsifikasi
dalam struktur ini. Kematian kondrosit menyebabkan terbentuknya struktur tiga
dimensi berpori yang dibentuk oleh sisa-sisa tulang rawan matriks yang
terkalsifikasi (Gambar 4). Pembuluh darah dari perichondrium sebelumnya
menembus bone collar yang sebelumnya mengalami perforasi oleh osteoklas,
membawa sel osteoprogenitor ke wilayah tengah yang berpori. Selanjutnya,
osteoblas yang terbentuk dari tulang rawan matriks terkalsifikasi menghasilkan
lapisan terus menerus pada tulang primer yang mengelilingi sisa-sisa matriks
tulang rawan. Pada tahap ini, tulang rawan yang terkalsifikasi menghasilkan
basofil, dan tulang primer menghasilkan eosinofil (Gambar 4) (Junqueira,
2009).

13

Gambar 9:

Osteogenesis tulang panjang oleh osifikasi endokhondral. Osifikasi


endokhondral membentuk sebagian tulang pada rangka dan terjadi pada janin
dalam model yang terbuat dari tulang rawan hialin (1). Proses ini memakan
waktu beberapa minggu dan tahap perkembangan meliputi: pembentukan bone
collar sekitar pertengahan model tulang rawan dan degenerasi tulang rawan (2),
diikuti oleh invasi pusat osifikasi yang dihasilkan oleh kapiler dan sel
osteoprogenitor dari periosteum (3), deposisi osteoid oleh osteoblas baru,
kalsifikasi anyaman tulang, dan remodeling sebagai tulang kompak (4). Pusat
osifikasi primer ini berkembang di diafisis, di sepanjang pertengahan tulang
yang berkembang. Osifikasi sekunder pusat berkembang setelah proses yang
sama terjadi di epifisis. Pusat-pusat osifikasi primer dan sekunder dipisahkan
oleh lempeng epifisis (5) yang melanjutkan elongasi tulang. Dua pusat osifikasi
tidak bergabung sampai lempeng epifisis menghilang (6) ketika sudah penuh
(Junqueira, 2009).
14

Gambar 10: Sel dan matriks dari pusat osifikasi primer.

Sebuah daerah kecil pusat osifikasi primer menunjukkan fitur dari osifikasi
endokhondral. Sisa-sisa kompresi kalsifikasi matriks tulang rawan (ungu tua),
sekarang tanpa kondrosit, tertutup oleh bekas osteoid atau tulang matriks.
Tulang baru ini terbentuk dan dikelilingi oleh lapisan besar osteoblas aktif.
Beberapa osteoblas yang ditangkap oleh matriks telah menjadi osteosit yang
lebih kecil (panah) (Junqueira, 2009).

15

Proses di dalam diafisis membentuk pusat osifikasi primer (Gambar 9).


Pusat osifikasi sekunder muncul sedikit setelah epifisis dari model tulang rawan
dan dikembangkan dengan cara yang sama. Selama masa ekspansi dan
renovasi, pusat-pusat osifikasi primer dan sekunder menghasilkan rongga yang
secara bertahap diisi dengan sumsum tulang (Junqueira, 2009).
Di pusat-pusat osifikasi sekunder, tulang rawan tersisa di dua wilayah:
tulang rawan artikular (Gambar 9), yang berlangsung sepanjang hidup dan tidak
memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan panjangnya tulang, dan tulang
rawan epifisis (juga disebut piring epifisis atau lempeng pertumbuhan), yang

Gambar 11
menghubungkan setiap epifisis ke diafisis (Gambar 12 dan 13). Epifisi
tulang rawan bertanggung jawab untuk pertumbuhan panjangnya tulang dan
menghilang pada saat usia dewasa, itulah sebabnya mengapa pertumbuhan

16

tulang berhenti di saat usia dewasa. Penghapusan lempeng epifisis (penutupan


epifisis) terjadi pada waktu yang berbeda dan terjadi pada semua tulang sekitar
usia dua puluhan. Dalam forensik atau melalui pemeriksaan X-ray dari rangka
yang bertumbuh memungkinkan untuk menentukan "usia tulang" dari orang
muda, terutama epifisis yang terbuka dan yang ditutup. Setelah epifisis telah
ditutup, pertumbuhan panjang tulang menjadi tidak mungkin, meskipun
pelebaran tulang masih mungkin terjadi (Junqueira, 2009).
Gambar 12:

Lempeng pertumbuhan epifisis: lokasi dan zona aktivitas. Pusat osifikasi


primer yang besar dan tumbuh di diafisis tulang panjang dan pusat-pusat
penulangan sekunder di epifisis dipisahkan dalam setiap tulang yang

17

berkembang dengan piring tulang rawan yang disebut lempeng epifisis. (a):
piring epifisis dapat diidentifikasi dalam sebuah x-ray dari tangan seorang anak
sebagai daerah kepadatan sumsum yang lebih rendah daripada pusat osifikasi.
Sel dalam pelat pertumbuhan epifisis berfungsi untuk perpanjangan lanjutan
dari tulang sampai ukuran penuh tubuh tercapai. Proses perkembangan di
lempeng pertumbuhan epifisis terjadi di zona tumpang tindih dengan
penampilan histologis yang berbeda. (b): Perpindahan dari epifisis ke diafisis,
zona ini memiliki sel khusus: (1) biasanya muncul tulang rawan hialin, (2)
tulang rawan dengan chondroblast yang mengalami proliferasi mengisi lacunae
sebagai axial aggregates, (3) degenerasi tulang rawan di mana sel-sel yang
hipertrofik dan matriks kondensasi, (4) suatu daerah di mana kondrosit telah
menghilang dan matriks mengalami kalsifikasi, dan (5) zona di mana pembuluh
darah dan osteoblas telah menginvasi kekosongan dari tulang rawan tua,
memproduksi rongga sumsum dan osteoid untuk tulang baru (Junqueira, 2009).
Gambar 13: Lempeng sel dan matriks pertumbuhan epifisis

18

19

(a): Di bagian atas mikrograf lempeng pertumbuhan (GP) menunjukkan


zona tulang rawan hialin dengan sel yang beristirahat (R), proliferasi (P), dan
hipertrofi (H). Kondrosit yang membengkak dan mengalami degenerasi
mensekresi fosfatase, aktivitas ini mengkompres matriks dan menyebabkan
pengendapan awal CaPO4. Ini menghasilkan spikula kalsifikasi (C) di matriks
tulang rawan sebelumnya. Lacunae yang mirip seperti terowongan di mana
kondrosit telah mengalami apoptosis dari diafisis oleh darah besar, berdinding
tipis, dan mulai mengubah ruang ini menjadi rongga sumsum (M) . Endosteum
dan osteoblas juga bergerak dari pusat osifikasi primer diafisis dan sel ini

20

menutupi spikula tulang rawan kalsifikasi dan terdapat lapisan osteoid,


membentuk matriks pendukung yang menjadi anyaman tulang primer (B)
(Junqueira, 2009).
(b): Perbesaran menunjukkan detail dari sel dan matriks spikula di zona
yang hipertrofi (H) dan osifikasi. Sifat pewarnaan dari matriks jelas berubah
dalam proses ini: pertama ketika dikompresi dan mulai mengalami kalsifikasi
(C), dan kemudian ketika osteoid dan tulang (B) tetap di tempat. Ruang besar
antara matriks spikula yang mengeras menjadi rongga sumsum (M), di mana
sinus eosinofil sel darah merah dan agregat dari basofil sel darah putih dapat
dibedakan. Sumsum adalah situs utama pembentukan sel darah pada orang
dewasa (Junqueira, 2009).
Lempeng epifisis tulang rawan dibagi menjadi lima zona (Gambar 5),
mulai dari sisi epifisis tulang rawan (Junqueira, 2009):
1. Zona istirahat terdiri dari tulang rawan hialin dengan kondrosit yang khas.
2. Dalam zona proliferasi, kondrosit mulai membelah dengan cepat dan
membentuk kolom sel bertumpuk yang sejajar dengan sumbu panjang
tulang.
3. Zona hipertrofik berisi kondrosit bengkak yang sitoplasmanya memiliki
akumulasi glikogen. Hipertrofi mengkompres matriks menjadi septa tipis
antar kondrosit.
4. Dalam zona kalsifikasi, hilangnya kondrosit dengan apoptosis disertai
dengan kalsifikasi dari septa tulang rawan matriks dengan pembentukan
kristal hidroksiapatit (Gambar 6).
5. Dalam zona osifikasi, jaringan tulang pertama muncul. Kapiler dan sel
osteoprogenitor yang berasal dari periosteum mengisi rongga yang
ditinggalkan oleh kondrosit. Banyak dari rongga tersebut diperbesar dan

21

menjadi rongga sumsum. Sel-sel osteoprogenitor membentuk osteoblas,


yang menetap di lapisan septa dari kalsifikasi matriks tulang rawan.
Osteoblas menghasilkan osteoid di atas spikula dari kalsifikasi matriks
tulang rawan, membentuk tulang anyaman (Gambar 6).
Singkatnya, pertumbuhan panjang tulang panjang terjadi oleh karena
proliferasi kondrosit pada lempeng epifisis yang saling berdekatan. Pada saat
yang sama, kondrosit di sisi diafisis dari lempeng hipertrofi, matriksnya
mengalami kalsifikasi, dan sel-sel mati. Osteoblas berada di lapisan tulang
primer pada kalsifikasi matriks tulang rawan. Karena dua peristiwa yang
berlawanan ini (proliferasi dan penghancuran) mirip, maka lempeng epifisis
tidak mengalami perubahan ketebalan. Sebaliknya, jauh dari tengah diaphysis,
menyebabkan pertumbuhan panjang tulang (Junqueira, 2009).
2.3

Zone in Ephiphyseal
Ketika tulang retak, pembuluh darah terganggu dan sel-sel tulang yang
berdampingan dengan fraktur mati. Pembuluh darah yang rusak menghasilkan
perdarahan lokal dan membentuk gumpalan darah. Segera bekuan darah
dikeluarkan oleh makrofag dan matriks tulang yang berdekatan diserap oleh
osteoklas. Periosteum dan endosteum di lokasi fraktur merespon dengan
proliferasi intens menghasilkan kalus lunak fibrocartilage-seperti jaringan yang
mengelilingi fraktur dan mencakup ekstremitas dari tulang retak. Tulang primer
kemudian dibentuk oleh kombinasi endokhondral dan osifikasi intramembran.
Perbaikan lebih lanjut menghasilkan trabekula tidak teratur dibentuk dari tulang
primer yang sementara menyatukan ujung-ujung tulang retak, membentuk kalus
tulang keras. Tekanan yang dikenakan pada tulang selama perbaikan dan selama
kembali secara bertahap pasien terhadap aktivitas berfungsi untuk merombak
kalus tulang. Tulang utama dari kalus secara bertahap diserap kembali dan
digantikan oleh tulang sekunder, renovasi dan mengembalikan struktur tulang

22

asli. Tidak seperti jaringan ikat lainnya, tulang jaringan menyembuhkan tanpa
membentuk bekas luka. (Junqueira, 2009).

Gambar 14

2.4

Matriks Tulang
Matriks tulang terdiri dari sel-sel hidup dan bahan ekstraseluler. Karena matriks

tulang mengalami kalsifikasi atau mineralisasi, tulang lebih keras daripada tulang
rawan. Difusi tidak melalui matriks yang terkalsifikasi. Oleh karena itu, matriks
tulang memiliki tingkat vaskularisasi tinggi. Matriks tulang mengandung
komponen organik dan anorganik. Komponen organik memungkinkan tulang
untuk menahan ketegangan, sedangkan komponen mineral menahanpenekanan.
(Eroschenko, 2008)
Komponen organik utama matriks tulang adalah tipe kasar serat kolagen I, yang
merupakan protein utama. Komponen organik lainnya adalah glikosaminoglikan
sulfat dan asam hyaluronic yang membentuk agregat proteoglikan lebih besar.
Glikoprotein osteocalcin dan osteopontin mengikat erat kristal kalsium selama
mineralisasi matriks tulang. Protein matrix lain adalah sialoprotein yang mengikat
osteoblas ke matriks ekstraseluler melalui integrin protein membran plasma.

23

Komponen anorganik matriks tulang terdiri dari mineral kalsium dan fosfat dalam
bentuk kristal Hydroxyapatite. Hubungan serat kolagen kasar dengan kristal
Hydroxyapatite memberikan tulang dengan kekerasan, daya tahan, dan kekuatan.
Selain itu, sesuai dengan kebutuhan yang muncul, hormon paratiroid dari kelenjar
paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid mempertahankan kandungan mineral
dalam darah.(Eroschenko, 2008)
Matriks tulangterdiri darikomponenorganik dan anorganik:
a. Kalsiumdan fosfor merupakan sebagian dari komponen anorganik (sekitar
65% dari massa). Sebagian besar kalsium dan fosfor dalam bentuk
kristalHydroxyapatite[CA10(PO4)6(OH)2] yangdimasukkan ke dalam celah
dan berjajar sepanjang serat kolagen tipe I. Kristal menarik air, membentuk
kulit hidrasi yang memfasilitasi pertukaran ion dengan cairan ekstraselular.
(Gartner & Hiatt, 2011)
b. Kolagen tipe I merupakan unsur utama darikomponenorganik,
membentuksekitar 80% sampai 90% dari bagian organik tulang. Sebagian
besar komponen organik yang tersisa dalam bentuk komposit aggrekan,
sedangkan osteocalcin, osteopontin, sialoproteins tulang, dan gliko protein
adhesive melengkapi komponen organik matriks tulang. Glikoprotein
memfasilitasi protein matriks tulang untuk kristal Hydroxyapatite.
Integrinada dalam membran plasma dari sel-sel tulang.(Gartner & Hiatt,
2011)
Komponen anorganik sekitar 50% dari berat matriks tulang. Hydroxyapatite
paling banyak ditemukan, tetapi bikarbonat, sitrat, magnesium, kalium, dan
natrium ada namun sedikit. Sejumlah bentuk non-kristalin seperti CaSO4
jugaditemukan . Ion pada permukaan Hydroxyapatiteadalah hidrasi, lapisan air dan
bentuk ion sekitar kristal. Lapisan ini, kulit hidrasi, memfasilitasi pertukaran ion
antara kristal dan cairan tubuh.(Mescher, 2010)
Bahan organik yang tertanam dalam matriks kalsifikasi adalah kolagen tipe I
dan substansi dasar, yang berisi proteoglycan agregat dan beberapa glikoprotein
multiadhesive tertentu, termasuk osteonectin. Kalsium mengikat glikoprotein,

24

terutama osteocalcin, dan fosfatase dirilis pada vesikel matriks oleh osteoblas ng
yamemicu kalsifikasi matriks. Jaringan lain yang mengandung kolagen tipe I,
namun tidak mengandung glikoprotein atau vesikel matriks biasanya tidak
mengalami kalsifikasi. Karena kandungan kolagen yang tinggi, matriks tulang
yang mengalami dekalsifikasibersifat asidofil. Gabungan mineral dengan serat
kolagen berguna untuk kekerasan dan ketahanan dari jaringan tulang. Setelah
tulang mengalami dekalsifikasi, bentuknya tetapnamun menjadi fleksibel seperti
tendon.(Mescher, 2010)

Gambar 15: Matriks tulang beserta sel tulang.(Mescher, 2010)


Matriks tulang paling banyak mengandung kolagen tipe I bersama dengan
matriks protein lain (noncollagenous). Komponen struktural utama dari matriks
tulang adalah kolagen tipe I dan pada tingkat lebih rendah, tipe V kolagen.
Sebenarnya jenis lain seperti jenis III, XI, XIII dan kolagen juga ditemukan dalam
matriks. Semua molekul kolagen merupakan sekitar 90% dari berat total matriks
tulang protein.(Ross & Pawlina, 2011)
Matriks ini juga berisi matriks protein lain (noncollagenous) yang merupakan
substansi dasar tulang. Sebagai komponen minor dari tulang sebesar 10% dari
berat total protein matriks tulang, protein lain sangat penting untuk perkembangan
tulang, pertumbuhan, pembentukan, dan perbaikan. Baik kolagen dan substansi
dasar menjadi mineral untuk membentuk jaringan tulang.(Ross & Pawlina, 2011)
Empat kelompok utama protein noncollagenous ditemukan dalam matriks
tulang adalah sebagai berikut:

25

a. Makromolekul proteoglikan mengandung protein inti dengan berbagai jumlah


rantai kovalen melekat pada glikosaminoglikan (Hyaluronan, kondroitin
sulfat, dan keratan sulfat). Proteogikan berkontribusi terhadap kekuatan tekan
tulang, serta bertanggung jawab untuk faktor pertumbuhan dan dapat
menghambat mineralisasi.
b. Multiadhesive glikoprotein bertanggung jawab untuk perlekatan sel-sel tulang
dan serat kolagen untuk bahan tanah mineral. Beberapa glikoprotein yang
lebih penting adalah osteonectin (yang berfungsi sebagai perekat antara
kolagen dan kristal hydroxyapatite) dan sialoprotein seperti osteopontin (yang
memediasi perlekatan sel untuk matriks tulang) dan sialoprotein I dan II.
c. Vitamin Kyang meliputi osteocalcin (menangkap kalsium dari peredaran dan
merangsang osteoklas dalam pembentukan tulang), protein S (membantu
dalam penghapusan sel yang mengalami apoptosis), dan matriks Gla-protein
(MGP) (berpartisipasi dalam pengembangan kalsifikasi vaskular).
d. Faktor pertumbuhan dan sitokin, merupakan protein regulator kecil seperti
IGFs, TNF-,TGF-,PDGFs, BMPs,IL, dan 1IL-6. BMP bertugas menginduksi
diferensiasisel mesenkim menjadi osteoblas, sel pembentuk tulang. BMP-7
juga dikenal sebagai osteogenik protein-1 (OP-1), kini digunakan secara
klinisuntuk mendorong pertumbuhan tulang setelah operasi tulang.(Ross &
Pawlina, 2011)
2.5

Sendi
Sendi adalah daerah di mana tulang yang dibatasi dan dikelilingi oleh jaringan

ikat yang berfungsi untuk memegang teguh tulang bersama-sama dan untuk
menentukan jenis dan derajat gerakan antara mereka. Sendi dapat diklasifikasikan
sebagai diartrosis, yang memungkinkan gerakan bebas tulang dan sinartrosis di
mana terjadi gerakan yang sangat terbatas atau bahkan tidak ada gerakan sama
sekali. Ada tiga jenis sinartrosis berdasarkan jenis jaringan yang menyatukan
permukaan tulangnya (Mescher, 2011):
a. Sinostosis adalah di mana tulang disatukan oleh jaringan tulang dan tidak ada
gerakan yang berlangsung. Pada orang dewasa tua, sinostosis menyatukan
26

tulang tengkorak, pada anak-anak dan dewasa muda tulang bersatu dengan
jaringan ikat padat
b. Sinkondrosis adalah di mana tulang bergabung dengan tulang rawan hialin.
Lempeng epifisis dari tulang yang bertumbuh adalah salah satu contohnya dan
pada orang dewasa sinkondrosis lah yang menyatukan tulang rusuk pertama
pada tulang dada dengan sedikit gerakan
c. Sindesmosis adalah di mana tulang bergabung oleh ligamen interoseus jaringan
ikat padat atau fibrokartilago (misalnya, simfisis pubis dengan gerakan yang
sangat terbatas)
Diartrosis (Gambar 1-1) adalah sendi yang umumnya menyatukan tulang
panjang dan memiliki mobilitas yang besar, seperti siku dan lutut sendi. Sebuah
diarthrosis, ligamen dan kapsul jaringan ikat padat menjaga keselarasan tulang.
Kapsul membungkus rongga sendi tersegel yang berisi cairan synovial yang tidak
berwarna, transparan dan kental. Rongga sendi tidak dibatasi oleh epitel tetapi oleh
jaringan ikat khusus yang disebut membran sinovial yang memperluas lipatan dan
villi ke dalam rongga dan mengeluarkan cairan sinovial sebagai pelumas. Cairan
sinovial berasal dari plasma darah, tetapi dengan konsentrasi tinggi asam
hialuronik yang diproduksi oleh sel-sel membran synovial (Mescher, 2011).
Diartrosis adalah sendi yang memungkinkan pergerakan bebas dari tulang yang
melekat, seperti buku-buku jari, lutut dan siku. (a): Diagram menunjukkan
komponen diarthrosis yang meliputi (1) kapsul terus menerus dengan ligament
yang memasukkan ke dalam periosteum dari kedua tulang, (2) sebuah sinovial atau
rongga sendi dilapisi oleh membran sinovial dan mengandung cairan sinovial
sebagai pelumas dan (3) ujung epifisis tertutup oleh tulang rawan artikular. (b):
bagian longitudinal melalui diartrosis dari pertumbuhan tulang panjang
menunjukkan posisi dekat dari batas-batas kapsul (C) dari lempeng pertumbuhan
epifisis (E) dimana osifikasi endokondral terjadi. Di situ juga ditampilkan tulang
rawan artikular (A) dan lipatan membran sinovial yang memperpanjang ke dalam
rongga sendi dari jaringan ikat kapsul untuk produksi cairan sinovial. Membran
sinovial adalah jaringan ikat khusus yang melapisi kapsul sendi sinovial dan
kontak pelumas cairan synovial (Mescher, 2011)
27

Gambar 16: (Mescher,2011)


2.5.1 Penyakit Sendi
Penyakit Sendi:
a. Osteoartritis
penyakit sendi degenerative yang merupakan salah satu penyakit sendi
yang paling umum. Patogenesis osteoartritis tidak diketahui tetapi
umumnya osteoartritis terkait dengan penuaan dan cedera tulang rawan
artikular. Kebanyakan individu menunjukkan beberapa bukti penyakit
ini pada usia 65. Penyakit ini dicirikan oleh nyeri sendi kronis dengan

28

berbagai tingkat deformitas sendi dan kerusakan tulang rawan artikular


(Ross & Pawlina, 2011)
Osteoartritis sering mempengaruhi berat bantalan sendi: pinggul,
lutut, tulang belakang lumbal lebih rendah dan sendi tangan dan kaki.
Ada penurunan konten proteoglikan, yang mengalami penurunan
kadar air dalam matriks antar kartilago. Kondrosit juga memainkan
peran penting dalam patogenesis osteoarthritis dengan memproduksi
interleukin-1 (IL-1) dan faktor tumor nekrosis (TNF-), Produksi
metalloproteinase dirangsang, sedangkan sintesis kolagen tipe II dan
proteoglikan oleh kondrosit dihambat. Pada tahap awal penyakit ini,
lapisan superfisial dari tulang rawan artikular terganggu. Akhirnya,
perusakan tulang rawan meluas sampai ke tulang, dimana tulang
subkondral yang tidak dilapisi diajukan menjadi permukaan artikular
baru. Perubahan ini mengakibatkan pengurangan progresif mobilitas
dan peningkatan rasa sakit dengan gerakan bersama (Ross & Pawlina,
2011)
Osteoartritis belum ada obatnya dan pengobatannya berfokus
untuk menghilangkan rasa sakit dan kekakuan untuk memungkinkan
rentang yang lebih besar dari pergerakan sendi. Osteoartritis dapat
stabil dengan usia, tetapi lebih sering perlahan-lahan berkembang
dengan cacat jangka panjang (Ross & Pawlina, 2011)
b. Radang sendi atau arthritis
Dapat disebabkan oleh banyak faktor dan dapat menghasilkan
berbagai tingkat rasa sakit dan kecacatan dari respon patologis
artikular kartilago ke cedera. Trauma Sederhana bersama dengan
insiden tunggal bisa merusak tulang rawan artikular yang mengalami
kalsifikasi dan mulai digantikan oleh tulang. Proses ini dapat
menyebabkan ankilosis yaitu fusi tulang pada sendi hilangnya bersama
dan selanjutnya kehilangan gerak). Kaki dan lutut sendi pelari dan
pemain sepak bola dan tangan dan jari sendi pemain alat musik gesek
sangat rentan terhadap kondisi ini. Respon imun atau proses infeksi
29

yang melokalisasi pada sendi, seperti pada rheumatoid artritis atau


tuberkulosis, juga dapat merusak tulang rawan artikular, menghasilkan
baik berat nyeri sendi dan ankilosis bertahap. Bedah yang
menggantikan sendi yang rusak dengan sendi buatan seringkali
mampu mengurangi rasa sakit dan mengembalikan gerakan bersama.
Penyebab umum lainnya dari kerusakan artikular kartilago adalah
pengendapan kristal asam urat dalam sendi, terutama jari-jari kaki dan
jari-jari. Kondisi ini dikenal sebagai gout artritis atau, lebih sederhana,
gout. Gout telah menjadi lebih umum karena meluasnya penggunaan
diuretik thiazide dalam pengobatan hipertensi. Pada individu gout
cenderung, adalah efek samping yang paling umum dari obat ini. Gout
menyebabkan parah, nyeri karena kristal tajam dalam sendi. Iritasi
juga menyebabkan pembentukan deposit berkapur yang merusak sendi
dan membatasi gerakannya (Ross & Pawlina, 2011)
c. Ostheoarthritis
Penyakit degeneratif sendi sinovial yang terkait dengan
keausan pada tulang rawan artikular dari kondilus dari salah satu atau
kedua anggota tulang sendi. Tulang rawan hyalin mulai degenerasi dan
akhirnya mengikis, dan tulang-tulang kortikal dari kondilus yang
menghubungkan satu sama lain selama artikulasi, menyebabkan rasa
sakit cukup parah untuk membatasi gerakan pada sendi dan
melemahkan kekuatan (Gartner, 2011).
d. Osteoporosis
Sering disebut tulang keropos, adalah penyakit tulang yang paling
sering terjadi yang ditandai dengan hilangnya progresif kepadatan
tulang yang normal disertai kerusakan mikroarsitektur nya.

30

Gambar 17: perbandingan tulang normal dan


osteoporosis
Hal itu disebabkan oleh ketidakseimbangan antara osteoklas
dimediasi resorpsi tulang dan osteoblas dimediasi deposisi tulang,
mengakibatkan penurunan risiko fraktur (Ross, 2011).
e. Rheumatoid arthritis
Penyakit pada sendi sinovial yang berhubungan dengan destruksi dari
membran sinovial. Membran sinovial menjadi infiltrasi sel plasma dan
limfosit. tulang rawan artikular akhirnya dihancurkan dan diganti
dengan jaringan ikat fibrovascular mengakibatkan sakit parah selama
gerakan sendi. (Gartner, 2011)
f. Rickets
Penyakit pada balita dna anak-anak yang disebabkan oleh defisiensi
vitamin D. ketika vitamin D tidak ada, mukosa pada lambung tidak
mengabsorbsi kalsium meskipun ketika makanan adekuat.
Gambar 18 : perbedaan tulang normal dan tulang pada penderita
rickets

31

Tanpa kalsium, terjadi kelainan osifikasi tulang pada tulang rawan


epifisis dan membuat orientasi sel metafisis bermasalah sehingga
menghasilkan matriks tulang yang kurang kalsifikasi. rakhitis
menyebabkan tulang , terutama kaki, untuk menjadi cacat dan lemah
karena tulang tidak bisa lagi menanggung berat badan (Gartner, 2011).
g. Osteomalacia
Penyakit defisiensi vitamin D pada orang dewasa yang
berkepanjangan. Ketika vitamin d tidak ada untuk waktu yang panjang,
tulang yang baru terbentuk dalam proses renovasi tidak menghasilkan
tulang yang sempurna. Selama kehamilan, kondisi ini dapat menjadi
parah bagi wanita karena janin membutuhkan kalsium, dan satusatunya sumber untuk janin adalah dari ibu (Gartner, 2011).
h. Scurvy
Penyakit defiesiensi vitamin C. ketika intake vitamin C tidak
adekuat, defisien produksi kolagen menyebabkan pembentukan dan
perkembangan tulang menjadi tidak adekuat. Kondisi ini juga
menyebabkan masalah lain karena penyembuhan menjadi tertunda
karena kolagen tidak mencukupi (Ross, 2011).
2.6

Tipe Tulang
Pada pemeriksaan mikroskopis, tulang menunjukkan dua jenis: tulang belum

sempurna pirmer dan tulang sempurna sekunder.

32

Gambar 19: Komponen tulang.

Diagram menunjukkan gambaran dari fitur dasar dari tulang, termasuk tiga
jenis sel osteosit, osteoblas, dan osteoklas; lokasi mereka yang biasa; dan
organisasi khas tulang pipih. Osteoblas mensekresikan matriks yang kemudian
mengeras oleh kalsifikasi, menjebak sel diferensiasi sekarang disebut osteosit
dalam lakuna individu. Osteosit mempertahankan matriks kalsifikasi dan
menerima nutrisi dari pembuluh darah melalui saluran yang sangat kecil melalui
matriks yang disebut kanalikuli. Osteoklas adalah sel monosit yang diturunkan
dalam tulang yang penting dalam remodeling tulang.(Anthony,2009)
2.6.1 Tulang primer/Tulang Belum Sempurna
Tulang primer adalah jaringan tulang pertama yang muncul dalam
perkembangan embrio dan dalam perbaikan fraktur. Hal ini ditandai dengan
disposisi acak dari serat kolagen halus dan karena itu sering disebut tulang
tenunan (Gambar 20). Jaringan tulang primer biasanya bersifat sementara dan
digantikan pada orang dewasa oleh jaringan tulang sekunder kecuali di

33

beberapa tempat di tubuh, misalnya, dekat jahitan dari calvaria, dalam soket
gigi, dan dalam beberapa insersi tendon. Selain array teratur dari serat kolagen,
karakteristik lain dari jaringan tulang primer adalah kandungan mineral yang
lebih rendah (itu lebih mudah ditembus oleh sinar-x) dan proporsi yang lebih
tinggi dari osteocytes dibandingkan pada tulang sekunder. (Anthony,2009)
Gambar 20: Primer (anyaman) tulang dan sekunder (lamellar) tulang.
(a): mikrograf tulang retak mengalami perbaikan. Tulang primer yang baru

terbentuk, tulang yang belum matang, kaya osteosit, dengan berkas diatur
secara acak dari kalsifikasi kolagen. Osteoklas dan osteoblas banyak di
endosteum sekitarnya. X200. H & E. (b): tulang sekunder atau dewasa
menunjukkan matriks disusun sebagai lamellae, terlihat samar-samar di sini
sebagai garis konsentris yang mengelilingi kanal osteonic. X100. H & E.
(Anthony,2009)
Jaringan tulang awalnya dibentuk dalam tulang yang sedang berkembang
dan disebut dengan tulang belum sempurna. Ini berbeda dari tulang sempurna
dalam beberapa hal (Ross,2011):
Tulang belum sempurna tidak menunjukkan penampilan lamellated
terorganisir. Atas dasar pengaturan serat kolagen, tulang tersebut didesain
34

nonlamellar. Tulang nonlamellar juga disebut bundle bone atau woven bone
karena susunan tautan dari serat kolagen.
Tulang belum sempurna mengandung sel-sel yang relatif lebih luas per
satuan unit daripada tulang sempurna.
Sel-sel tulang yang belum sempurna cenderung diatur acak, sedangkan
sel-sel tulang sempurna biasanya diatur dengan sumbu panjang mereka dalam
arah yang sama seperti lamellae tersebut.
Matriks tulang yang belum sempurna memiliki substansi tanah lebih
daripada matriks tulang sempurna. Matriks tulang yang belum sempurna lebih
intens dengan hematoxylin, sedangkan matriks tulang sempurna lebih intens
dengan eosin.
Meskipun tidak jelas dalam bagian histologi, tulang yang belum sempurna
tidak berat mineralisasinya saat awal terbentuk, sedangkan tulang sempurna
mengalami berkepanjangan mineralisasi sekunder. Mineralisasi tulang sekunder
sempurna jelas dalam microradiograph bagian tanah yang menunjukkan sistem
Haversian muda menjadi kurang mineral daripada sistem Haversian tua.
2.6.2 Jaringan Tulang Sekunder/ Tulang Sempurna
Jaringan tulang sekunder adalah jenis yang biasanya ditemukan pada orang
dewasa, menunjukkan kalsifikasi beberapa lapisan matriks (masing-masing 3-7
m tebal) dan sering disebut sebagai tulang pipih. Lamellae ini yang cukup
terorganisir, baik sejajar satu sama lain atau konsentris di sekitar kanal vaskular.
Setiap kompleks lamellae konsentris tulang yang mengelilingi sebuah kanal
kecil yang berisi pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar disebut
osteon (sebelumnya dikenal sebagai sistem haversian) (Gambar 1 dan 3).
Lakuna dengan osteocytes ditemukan antara lamellae, interkoneksi oleh
kanalikuli yang memungkinkan semua sel untuk berhubungan dengan sumber
nutrisi dan oksigen dalam kanal osteonic (Gambar 21). Batas luar dari masingmasing osteon adalah lapisan yang lebih kaya kolagen disebut garis semen.
(Anthony,2009)

35

Gambar 21: Sebuah osteon.


Dalam persiapan kering, tulang osteons dasar dapat dilihat dengan lakuna
(L) terletak di antara lamellae konsentris dan interkoneksi oleh kanalikuli
halus (C). Meskipun tidak jelas dengan mikroskop cahaya, setiap lamella
terdiri dari beberapa array paralel dari serat kolagen. Dalam lamellae yang
berdekatan, serat kolagen yang berorientasi pada berbagai arah. Kehadiran
sejumlah besar lamellae dengan berbeda orientasi serat memberikan tulang
dengan kekuatan besar, meskipun ringan. Hanya sisa-sisa osteocytes (O) di
beberapa lakuna dan isi kanal osteonic yang terlihat di tulang tanah. Dalam
hidup proses osteocytic jaringan terhubung melalui gap junction yang hadir
dalam kanalikuli berturut-turut, membuat sel-sel di semua lamellae dalam
komunikasi dengan pembuluh darah di saluran pusat. X500.(Anthony,2009)
Tulang sempurna terdiri dari unit-unit struktural yang disebut osteon
(Sistem Haversian).Tulang sempurna sebagian besar terdiri dari unit silinder
yang disebut osteons atau sistem Haversian. Osteon terdiri dari lamellae

36

konsentris dari matriks tulang yang mengelilingi saluran sentral, yang osteonal
(Haversian) saluran, yang berisi pembuluh darah dan suplai saraf dari osteon
tersebut. Canaliculi yang berisi proses osteosit umumnya diatur dalam pola
radial sehubungan dengan saluran. Sistem canaliculi yang terbuka untuk
saluranosteonal juga berfungsi untuk lewatnya zat antara osteosit dan pembuluh
darah. Antara osteon, sisa-sisa dari lamellae konsentris sebelumnya disebut
lamellae interstitial. Karena bentuk ini, tulang sempurna juga disebut tulang
pipih.(Ross,2011)
Sumbu panjang dari osteon biasanya sejajar dengan sumbu panjang tulang.
Serat kolagen dalam lamellae konsentris dalam osteon yang ditetapkan sejajar
satu sama lain dalam setiap lamella diberikan tetapi dalam arah yang berbeda
dalam lamellae yang berdekatan. Susunan ini memberikan permukaan potongan
tulang pipih penampilan kayu lapis dan menanamkan kekuatan besar untuk
osteon tersebut.
Tulang pipih juga ditemukan di tempat lain selain osteon tersebut.
Circumferential lamellae mengikuti seluruh lingkar dalam dan luar poros dari
tulang panjang, terdapat banyak seperti cincin pertumbuhan pohon. Saluran
perforating (saluran Volkmann 's) adalah saluran dalam tulang pipih di mana
pembuluh darah dan saraf mengalir dari permukaan periosteal dan endosteal
untuk mencapai saluran osteonal, saluran perforating juga menghubungkan
saluran osteonal satu sama lain. Saluran perforating biasanya dijalankan pada
sekitar sudut kanan terhadap sumbu panjang osteon dan tulang. Saluran
Volkmanns tidak dikelilingi oleh lamellae konsentris, fitur kunci dalam
identifikasi histologis mereka.(Ross,2011)
Tulang spons sempurna secara struktural mirip dengan tulang kompak
sempurna kecuali bahwa jaringan diatur sebagai trabekula atau spikula; banyak
ruang sumsum interkoneksi dari berbagai ukuran yang adadiantara jaringan
tulang. Matriks dari tulang adalah lamellated.
Tulang belum sempurna terbentuk lebih cepat daripada tulang sempurna.
Meskipun tulang sempurna jelas merpukan jenis tulang utama pada orang

37

dewasa dan tulang yang belum sempurna adalah jenis tulang utama dalam janin
yang sedang berkembang, daerah tulang yang belum sempurna yang hadir pada
orang dewasa, terutama di mana tulang sedang direnovasi. Area tulang yang
belum sempurna yang umum dalam soket alveolar dari rongga mulut orang
dewasa dan di mana tendon masuk ke tulang. Tulang sempurna ini dalam soket
alveolar yang memungkinkan untuk melakukan koreksi ortodontik bahkan pada
orang dewasa.
2.7

Kategori Tulang
2.7.1 Jaringan tulang yang diklasifikasikan sebagai compact (padat) atau
spons (cancellous).
Jika tulang dipotong, dua pengaturan struktural yang berbeda dari jaringan
tulang dapat dikenali. Sebuah kompak, lapisan padat membentuk bagian luar
tulang (tulang kompak); anyaman seperti spons terdiri dari trabe - culae (tipis,
jaringan tulang spikula anastomosing) membentuk interior tulang (tulang
spons). Ruang-ruang dalam anyaman adalah terus-menerus dan, dalam tulang
hidup, termasuk sumsum dan pembuluh darah.(Ross,2011)
Dalam tulang kompak, serat kolagen diatur dalam lapisan tipis tulang yang
disebut lamellae yang sejajar satu sama lain di pinggiran tulang, atau konsentris
disusun di sekitar pembuluh darah. Dalam tulang panjang, outer lamellae
sirkumferensial yang mendalam untuk periosteum. Inner lamellae sirkumfleksa
mengelilingi rongga sumsum tulang. Lamellae konsentris mengelilingi kanal
dengan pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar yang disebut osteons
(sistem Haversian). Ruang di osteon yang berisi pembuluh darah dan saraf
adalah pusat (Haversian) canal. Sebagian besar tulang kompak terdiri dari
osteons. Lakuna dan osteosit terhubung melalui kanalikuli ditemukan antara
lamellae di setiap osteon. (Victor,2008)
Pemeriksaan kasar tertutup bagian tebal tulang kering menggambarkan
tulang kortikal kompak dan kisi trabeculae pada tulang cancellous dibagian
interior tulang. Dalam jaringan hidup tulang kompak ditutupi eksternal dengan

38

periosteum dan semua permukaan tulang kanselus ditutupi dengan endosteum.


(Anthony,2009)
Tulang kompak terdiri dari lapisan tulang yang sangat tipis disebut
lamellae, diatur dalam empat sistem-Circumferential lamellae luar dan dalam,
lamellae interstisial, dan osteons yang mudah diamati pada tulang panjang.
Kalsifikasi lapisan terluar dari diafisis, yang terletak didalam periosteum
adalah sistem outer circumferential lamellar, di mana serat Sharpey
dimasukkan.
Tulang lamellae yang mengelilingi rongga sumsum dikenal sebagai sistem
dalam circumferential lamellar. Tulang spons yang melapisi sistem lamellar
ini melebarkan trabeculae dan spikula ke dalam rongga sumsum.
Sistem saluran Haversian, berdiameter sekitar 20 sampai 100 m,
merupakan sistem lamellar dominan dalam tulang kompak. Osteon terdiri
dari wafer-lamellae tipis dari tulang kalsifikasiyang membentuk silinder
konsentris pusat, saluran haversian berisi suplai neurovaskular dan dilapisi
oleh sel osteoprogenitor dan osteoblas. Sebagai cabang pasokan pembuluh
darah dan bifurkasi, osteon mencerminkan kelompok ini. Osteon yang
dipisahkan oleh sebuah batas, yang dikenal sebagai cementing line, terdiri
dari substansi dasar kalsifikasi yang hanya berisi beberapa serat kolagen.
Susunan heliks dari serat kolagen terorganisir secara ketat, sehingga bila
dilihat secara potongan melintang, serat sejajar satu sama lain dalam lamella
tertentu, tetapi tegak lurus terhadap serat kolagen lamellae yang berdekatan.
Pola ini dibuat dengan memvariasikan puncak heliks, mengurangi
kemungkinan patah tulang.
Saluran Haversian terhubung ke saluran-saluran osteon sebelah mereka
melalui saluran miring, saluran Volkmann, yang memungkinkan pembuluh
darah mengakses ke saluran haversian lainnya.
Osteons terbentuk sebagai berikut: lamella terluar, yang berbatasan dengan
cementing line, terbentuk pertama; garis lamellae yang terakhir yang
dibentuk; dan lamella terdalam, yang berbatasan dengan saluran haversian

39

adalah yang terakhir yang akan dibentuk. Karena osteosit tergantung pada
canaliculi tidak efisien untuk kelangsungan mereka, ketebalan setiap osteon
terbatas pada sekitar 20 lamellae.
Tulang secara terus menerus direnovasi sebagai osteonyang diserap kembali
oleh osteoclasts dan diganti oleh osteoblas. Proses ini meninggalkan sisasisa osteon tua, yang muncul sebagai fragmen busur berbentuk lamellae,
yang dikenal sebagai interstitial lamellae, yang terjebak di antara osteonyang
tidak terserap.( Leslie,2011)
2.7.2 Tulang diklasifikasikan menurut bentuk, lokasi tulang spons dan
kompak bervariasi dengan bentuk tulang.
Jaringan tulang spons dan kompak terletak di bagian-bagian tertentu dari
tulang. Hal ini berguna untuk menguraikan secara singkat jenis tulang dan
survei di mana dua jenis jaringan tulang berada. Berdasarkan morfologi
eksternal, tulang dikategorikan sebagai:
Tulang panjang
Terdiri dari poros ramping, diaphysis, dan dua kepala, epifisis. Memiliki
ciri lebih panjang dalam satu dimensi dari tulang lain dan terdiri dari
poros dan dua ujung (misalnya, tibia dan metacarpals).
Tulang pendek
Panjang dan lebarnya mirip, memiliki ciri hampir sama panjang dengan
diameter (misalnya, tulang-tulang karpal tangan).

Tulang pipih
Terdiri dari dua lempeng datar tulang kompak mengapit lapisan tulang
spons. Memiliki ciri tipis dan seperti lempengan (misalnya, tulang-tulang
calvaria dan sternum). Kedua tulang tersebut terdiri dari dua lapisan
tulang kompak relatif tebal dengan lapisan intervening tulang spons.
Tulang irregular

40

Tidak memiliki morfologi definitif, memiliki bentuk yang tidak sesuai


dengan salah satu dari tiga kelompok yang baru saja dijelaskan;
bentuknya mungkin rumit (misalnya vertebra) atau tulangnya mungkin
berisi ruang udara atau sinus (misalnya, tulang ethmoid).
Tulang sesamoid
Terbentuk dalam substansi tendon.
Pemeriksaan tulang pada penampang menunjukkan dua jenis tulang yaitu,
tulang kompak dan kanselus (spons) tulang. Pada tulang panjang, bagian
silinder luar adalah tulang kompak padat. Permukaan bagian dalam dari
tulang kompak berdekatan dengan rongga sumsum adalah tulang kanselus
(spons). Tulang kanselus mengandung berbagai daerah interkoneksi dan
tidak padat; Namun, kedua jenis tulang ini memiliki penampilan
mikroskopis yang sama. Pada bayi baru lahir, rongga sumsum tulang
panjang berwarna merah dan menghasilkan sel darah. Pada orang dewasa,
rongga sumsum tulang panjang biasanya berwarna kuning dan penuh
dengan jaringan adiposa (lemak).(Victor,2008)
Tulang panjang memiliki poros, disebut diaphysis, dan dua ujung yang
diperluas, masing-masing disebut epiphysis. Permukaan artikular dari
epiphysis ditutupi dengan tulang rawan hialin. Bagian tulang antara
diaphysis dan epiphysis disebut metaphysis. Bagian tersebut memanjang
dari diaphysis ke garis epifisis. Sebuah rongga besar berisi sumsum
tulang, yang disebut sumsum atau rongga medular, membentuk bagian
dalam tulang. Dalam poros, hampir seluruh ketebalan jaringan tulang
kompak; paling banyak, hanya sejumlah kecil dari tulang spons
menghadap rongga sumsum. Pada ujung tulang, sebaliknya adalah benar.
Di sini tulang spons diperluas dan tulang kompak terdiri lebih sedikit dari
kulit luar yang tipis.(Ross,2011)
Pada tulang panjang, diujungnya-disebut epifisis terdiri dari tulang
spons ditutupi oleh lapisan tipis tulang kompak. Bagian silinder-diaphysis
hampir seluruhnya terdiri dari tulang kompak, dengan komponen tipis

41

tulang spons pada permukaan dalamnya sekitar rongga sumsum tulang.


(Anthony,2009)
Berdasarkan kepadatan, tulang mungkin padat, seperti dalam tulang
kompak, atau spons, seperti dalam tulang cancellous. Tulang spons selalu
dikelilingi oleh tulang kompak. Rongga sumsum tulang panjang, dilapisi
oleh lapisan tipis tulang cancellous, sumsum merah pada individu muda,
terakumulasi timbunan lemak sebagai salah satu usia dan dikenal sebagai
sumsum kuning pada orang dewasa. Sumsum merah memproduksi sel-sel
darah, sedangkan sumsum kuning tidak menghasilkan sel-sel darah, tetapi
mempertahankan potensi hematopoietiknya. Tulang cancellousmemiliki
ruang sumsum osteoblas berlapis yang mengandung sumsum merah, dan
jaringan tulang yang membentuk perimeter dari ruang sumsum memiliki
lebih kecil dan lebih besar lamellae tidak teratur pada tulang-spikula dan
trabeculae.( Leslie,2011)
Tulang calvaria terdiri dari lapisan luar dan dalam dari tulang kompak
dengan lapisan tulang spons dikenal sebagai sela diploe di antara mereka.
Periosteum meliputi lapisan luar tulang tempurung kepala dikenal sebagai
tengkorak, tetapi periosteum yang meliputi lapisan bagian dalam tulang
calvaria adalah dura mater, lapisan terluar meninges menutupi dan
melindungi otak.( Leslie,2011)

42

Tulang pendek memiliki kulit tulang kompak dan memiliki tulang


spons dan ruang sumsum di dalam. Tulang pendek biasanya membentuk
sendi gerak dengan sebelahnya; seperti tulang panjang, permukaan
artikular mereka ditutupi dengan tulang rawan hialin. Di tempat lain,
periosteum, kapsul jaringan ikat fibrosa menutupi permukaan luar tulang.
(Ross,2011)

43

BAB 3
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
a. Tulang adalah bentuk khusus dari jaringan ikat yang terdiri dari sel dan
matriks ekstraseluler. Selain itu, tulang juga terdiri dari jaringan ikat
lainnya, termasuk jaringan hemopoietic, jaringan lemak, pembuluh
darah, dan saraf
b. Tulang juga merupakan jaringan ikat khusus yang terdiri dari bahan
kalsifikasi antarsel, matriks tulang, dan tiga jenis sel yaitu osteosit,
osteoblas, dan osteoklas
c. Perkembangan tulang awalnya dimulai dari bentuk embrio, oleh dua
proses yang berbeda yaitu osifikasi intramembran dan osifikasi
endokhondral. Osifikasi intramembran dimana sebagian besar yang
dihasilkan adalah tulang pipih. Sedangkan, osifikasi endokhondral
biasanya untuk pembentukan tulang pendek dan tulang panjang.
d. Matriks tulang mengandung komponen organik dan anorganik.
Komponen organik memungkinkan tulang untuk menahan ketegangan,
sedangkan komponen mineral menahan penekanan.
e. Sendi adalah daerah di mana tulang yang dibatasi dan dikelilingi oleh
jaringan ikat yang berfungsi untuk memegang teguh tulang bersamasama dan untuk menentukan jenis dan derajat gerakan. Sendi dapat
diklasifikasikan sebagai diartrosis dan sinartrosis
f. Beberapa penyakit sendi yaitu osteoarthritis, arthritis, osteoporosis,
rheumatoid arthritis, rickets, osteomalacia, scurvy , dan lain sebagainya.
g. Tipe tulang dibagi menjadi dua jenis yaitu tulang primer atau tulang
belum sempurna dan tulang sempurna.

3.2

Saran

44

a. Agar mengetahui struktur tulang dan fungsinya terhadap tubuh, serta


komposisi, tipe sel, dan jenis tulang.

45

b. Agar mengetahui proses terjadinya penulangan atau ossifikasi. Dan


mengetahui penyakit yang berhubungan dengan tulangDAFTAR
PUSTAKA

Eroschenko, Victor P. 2008. Di Fiores Atlas of Hystology Functional Correlations,


11th Ed. United State of America: Lippincott Williams & Wilkins
Gatner, L.P., James L.H. 2011. Concise Histology. Philadelphia: Saunders Elsevier.
Mescher A.L. 2010. Junqueira's Basic Histology, 12th ed. The McGraw-Hill
Companies.
Ross, M.H., W. Pawlina. 2001. Histology a Text and Atlas with Correlated Cell and
Molecular biology. 6th ed. Philadephia: Lippincot

46

Anda mungkin juga menyukai