Oleh :
Nabilah Dzakiyatul Fakhirah
(141610101004)
Tahun 2014/2015
A. Pengertian Tulang
Tulang adalah jaringan yang paling keras diantara jaringan ikat lainnya yang terdiri
atas hampir 50 % air dan bagian padat, selebihnya terdiri dari bahan mineral terutama
kalsium kurang lebih 67 % dan bahan seluler 33 %.
Tulang adalah kerangka penyangga tubuh, pelindung organ tubuh dari benturan, dan
tempat terkaitnya otot sehingga memungkinkan otot melakukan pergerakan antara
sambungan tulang yang satu dengan yang lain. Dengan kata lain, tulang merupakan
penunjang utama aktivitas fisik.
B. Komponen Pembentuk Tulang
Perkembangan tulang berasal dari jenis perkembangan membranosa dan
perkembangan kartilago. Proses peletakan jaringan tulang (histogenesis) di sebut ossifikasi
(penulangan). Jika hal ini terjadi dalam suatu model selaput dinamakan penulangan
intramembranosa dan tulang yang dibentuk dinamakan tulang membran atau tulang dermal
karena tulang ini berasal dari suatu membran.
Tulang-tulang endokondral (tulang kartilago) merupakan tulang yang berkembang
dari penulangan suatu model tulang rawan. Penulangan ini dinamakan penulangan
intrakartilaginosa (penulangan tidak langsung). Jenis-jenis penulangan intramembranosa
merupakan suatu proses yang mendesak, sedangkan jenis penulangan intrakartilaginosa
merupakan proses yang berjalan perlahan-lahan dan berencana.
Tulang normal terdiri dari lapisan tulang padat yang mengelilingi lempengan dan
serabut tulang (tulang berongga) yang diselingi sumsum tulang. Ketebalan lapisan luar yang
padat ini berbeda-beda pada setiap bagian rangka, sebagai contoh tulang tengkorak dan
tulang anggota tubuh jauh lebih besar dibandingkan tulang belakang. Kekuatan rangka
terutama dihasilkan oleh tulang padat ini, namun tulang berongga juga ikut berperan penting.
b. Kolagen
Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh manusia. Keberadaannya adalah
kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein yang terdapat di tubuh. Dia adalah struktur
organic pembangun tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat kolagen memiliki daya tahan
yang kuat terhadap tekanan. Kata kolagen sendiri berasal dari bahasa Yunani yang artinya
(bersifat lekat atau menghasilkan pelekat).
c. Fibrosa
Disusun oleh matriks berwarna gelap dan keruh, dengan serabut kolagen padat dan kasar
yang tersusun sejajar dan membentuk satu berkas sehingga bersifat keras.
C. Faktor yang berpengaruh terhadap keseimbangan pembentukan dan reabsorpsi tulang
adalah:
a. Vitamin D
Berfungsi meningkatkan jumlah kalsium dalam darah dengan meningkatkan penyerapan
kalsium dari saluran pencernaan. Kekurangan vitamin D dapat menyebabkan deficit
mineralisas, deformitas dan patah tulang.
b. Hormon parathyroid dan kalsitonin
Merupakan hormone utama pengatur homeostatis kalsium. Hormon parathyroid mengatur
konsentrasi kalsium dalam darah, sebagian dengan cara merangsang perpindahan kalsium
dari tulang. Sebagian respon kadar kalsium darah yang rendah, peningkatan hormon
parathyroid akan mempercepat mobilisasi kalsium, demineralisasi tulang, dan pembentukan
kista tulang. Kalsitonin dari kelenjar tiroid meningkatkan penimbunan kalsium dalam tulang.
c. Peredaran darah
pasokan darah juga mempengaruhi pembentukan tulang. Dengan menurunya pasokan darah /
hyperemia (kongesti) akan terjadi penurunan osteogenesis dan tulang mengalami
osteoporosis (berkurang kepadatannya). Nekrosis tulang akan terjadi bila tulang kehilangan
aliran darah.
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi pada suatu tingkat yang
konstan, kecual i pada masa pertumbuhan kanak-kanak dimana lebih banyak terjadi
pembentukan dari pada absorpsi tulang.
Proses ini penting untuk fungsi normal tulang. Keadaan ini membuat tulang dapat berespon
terhadap tekanan yang meningkat dan untuk mencegah terjadi patah tulang. Perubahan
tersebut membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matric organic
yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang relatife menjadi lemah dan rapuh.
Pembentukan tulang baru memerlukan matrik organik baru, sehingga memberi tambahan
kekuatan tulang. (Price,S.A,1995 : 1179)
D. Struktur Tulang
Susunan tulang terdiri dari sel-sel, matrik organik, dan mineral. Mineral ini terdiri
dari kolagen dan bahan dasar yang mengandung monopolisakarida. Pada komponen matrik
inilah mengendapnya kristaloid yang terdiri dari kalsium dan fosfat. Sel-sel tulang terdiri dari
ostiosit, osteoblas dan osteoklast. Kristal tulang terdiri dari beberapa komponen atau bagian
yaitu:
a. Kristal bagian dalam (kristal interrior) terdiri dari ion-ion
b. Permukaan kristal (kristal permukaan) mengandung kation dan anion yang spesifik
c. Lapisan yang mengandung air (hidration shell) mengandung lapisan anion yang tidak
spesifik selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis dengan medium sekitarnya
Komponen lain dari tulang adalah glikogen. Glikogen mempunyai kaitan dengan
deposisi garam-garam anorganik dalam tulang rawan tempat sel-sel tulang rawan mengalami
hipertrofi sehingga di dapati kadar glikogen yang tinggi di daerah tersebut.
Tulang diselimuti dibagian luar oleh membran fibrus padat disebut periosteum.
Periosteum memberikan nutrisi pada tulang dan memungkinkan tumbuh, selain sebagai
tempat perlekatan tendon dan ligament. Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan
limfatik. Lapisan yang terdekat mengandung osteoblast. Dibagian dalamnya terdapat
endosteum yaitu membran vascular tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan
rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast terletak dekat endosteum dan dalam lacuna
howship (cekungan pada permukaan tulang).
Sumsum tulang merupakan jaringan vascular dalam rongga sumsum (batang) tulang
panjang dan tulang pipih. Sumsum tulang merah terutama terletak di sternum, ilium, vertebra
dan rusuk pada orang dewasa, bertanggung jawab dalam produksi sel darah merah dan putih.
Pada orang dewasa tulang panjang terisi oleh sumsum lemak kuning. Jaringan tulang
mempunyai vaskularisasi yang baik. Tulang kanselus menerima asupan darah melalui
pembuluh metafis dan epifis. Pembuluh periosteum dan memasuki rongga meduler melalui
foramina (lubang-lubang kecil). Arteri nutrient memasok darah ke sumsum tulang, system
vena ada yang keluar sendiri dan ada yang mengikuti arteri.
Tulang tersusun dari 3 jenis sel yaitu :
a. Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekreasikan matrik tulang.
Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar (glukosaminoglikan / asam
polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang merupakan kerangka dimana garam garam
minral ditimbun terutama calsium, fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertimdak sebagai pemeliharaan fungsi tulang dan
terletak pada oston (unit matrik tulang). Osteon yaitu unit fungsional mikroskopik tulang
dewasa yang di tengahnya terdapat kapiler dan di sekeliling kapiler terdapat matrik tulang
yang disebut lamella. Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat
proseus yang berlanjut kedalam kanakuli yang halus(kanal yang menghubungkan dengan
pembuluh darah yang terletak kurang lebih0,1 mm).
c. Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar brinti banyak memungkinkan mineral dan matriks tulang dapat
diabsorpsi, penghancuran dan remodeling tulang. Tidak seperti osteoblags dan osteosit
osteoklas mengiki tulang.
Tulang merupakan jaringan yang dinamis dalam keadaan peralihan tulang (resorpsi dan
pembentukan tulang). Kalium dalm tubuh orang dewasa diganti 18% pertahun.
HISTOLOGI TULANG
SEL-SEL
PADA TULANG:
Osteoblast :
yang mensintesis dan
menjadi
perantara mineralisasi
osteoid.
Osteoblast ditemukan
dalam satu
lapisan pada
permukaan
jaringan tulang
sebagai sel
berbentuk kuboid
atau silindris
pendek yang saling
berhubungan
melalui tonjolantonjolan
pendek.
Osteosit :
merupakan
komponen sel
utama dalam jaringan
tulang.
Mempunyai peranan
penting dalam
pembentukan matriks
tulang dengan
cara membantu
pemberian
nutrisi pada tulang.
Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian
yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari
deretan sel monosit makrofag.
Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast
selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot
skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan
dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar
tulang kompak yang kaku dan padat. Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong
sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.
STRUKTUR MAKROSKOPIK
Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :
1. Substantia spongiosa (berongga)
2. Substantia compacta (padat)
Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa dindingnya merupakan
tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang berongga yang
dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga saling berhubungan dan
circumferentialis externa.
- Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae
circumferentialis interna.
PERIOSTEUM
Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa
yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan
bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke
dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik
karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat
penting dalam proses penyembuhan tulang. Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang
karena :
- pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.
- terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
- terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.
ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga
sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang
termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari
jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi osteogenik.
KOMPONEN JARINGAN TULANG
Seperti halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas
unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang
tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :
Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak
ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek,
dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal.
Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan
aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif
mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula
adanya lisosom.
Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat
bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.
Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolantonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa
kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam
sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan
melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ionion di antara osteosit yang berdekatan.Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai
kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah
menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 m-100m
dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Kllicker
dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan
resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas
dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan
osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang
berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled
border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen
mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks
organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan
memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat
pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon
dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga
berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.
Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik.
Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan
juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan
mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada
permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel
osteogenik menghasilkan osteoklas.
Sel sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi
khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati
pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh
lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi
osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu,
terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi
menjadi sel osteoklas lebih lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.
MATRIKS TULANG
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri
dari 70% garam anorganik dan 30% matriks organic. 95% komponen organic dibentuk dari
kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen
yang tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh
tulang adalah kurang lebih setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan
kolagen pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada
struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit
mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh
lebih kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam
hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan
terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen.
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam
pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan
antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan beberapa
protein.
Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium
dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal kristal tersebut tersusun
sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium, natrium,
dan potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan
dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.
DAFTAR PUSTAKA
Ganong, 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XX. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Guyton AC, Hall JE, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi IX. PenerbitBuku
Kedokteran EGC.
Bahan Kuliah Mahasiswa FKG-UNPAD
Sumber : Prof. Subowo dr., Msc., PhD