PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fibrosarkoma merupakan salah satu keganasan yang menyerang jaringan
yang berasal dari sel mesenkim. Bagian tubuh yang sering terkena adalah femur
dan tibia. Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri dan pembengkakan.
Penyebab dari fibrosarkoma belum pasti,tetapi faktor yang palang sering
menimbulkan keganasan ini adalah genetik yang disebabkan karena adanya
mutasi gen akibat dari paparan radiasi. Fibrosarkoma merupakan kasus yang
jarang ditemukan dengan presentase 4% dari seluruh kasus keganasan tulang.
Fibrosarkoma adalah tumor ganas sel jaringan ikat dan kolagen.pada
awalnya fibrosarkma di diagnosis atas dasar adanya tumor sel spindel yang
membentuk kolagen, termasuk disini adalah Malignant Fibrous Histiocytoma,
sarcoma
synovial
type
fibrous
monofasic,
malignant
schwannoma,
destruktif
dan
membandel, biasanya pada usia dewasa. Fibrosarcoma dapat berupa masa soft
tisue atau sebagai tumor tulang, baik primer ataupun sekunder yang secara klinis
sulit dibedakan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ketebalan lapisan luar yang padat ini berbeda-beda pada setiap bagian rangka,
sebagai contoh tulang tengkorak dan tulang anggota tubuh jauh lebih besar
dibandingkan tulang belakang. Kekuatan rangka terutama dihasilkan oleh tulang
padat ini, namun tulang berongga juga ikut berperan penting.
Penyusun utama tulang sesungguhnya adalah mineral tulang yang
mengandung kalsium (Ca) & fosfor (P), dan protein yang disebut kolagen.
Struktur tulang mirip beton untuk bangunan atau jembatan. Komponen kalsium
dan fosfor membuat tulang keras dan kaku mirip semen, sedang serat-serat
kolagen membuat tulang mirip kawat baja pada tembok.
Tulang adalah jaringan hidup yang harus terus diperbaharui untuk menjaga
kekuatannya. Tulang yang tua selalu dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru
dan kuat. Bila proses ini, yang terjadi di permukaan tulang (peremajaan tulang)
tidak terjadi, rangka kita akan rusak karena keletihan ketika kita masih muda. Ada
2 jenis sel utama dalam tulang, yakni mosteoklast (yang merusak tulang) dan
osteoblast (yang membentuk tulang baru). Kedua sel ini dibentuk dalam sumsung
tulang.
Sel tulang
a. Osifikasi endokondral, pertumbuhan tulang ini ditandai dengan
pertumbuhan tulang rawan dan degenerasi dalam epifise.
b.
proses
kedua
berlangsung
pelarutan
hidroksiapatik
yang
diikuti
Tulang keras
Merupakan kumpulan sel sel
mengandung senyawa kapur dan fosfat. Kedua senyawa ini menyebabkan tulan
menjadi keras. Osteoblast pada lacuna menjadi tidak aktif dan disebut esteosit
( sel tulang ).Osteosit satu dengan lainnya dihubungkan oleh kanalikula yang
mengandung sitoplasma dan pembuluh darah yang bertugas memenuhi kebutuhan
nutrisi osteosit.
Tulang keras berdasarkan strukturnya dibedakan menjadi dua, yaitu tulang
kompak dan tulang spons (tulang berongga). Pada tulang keras atau tulang
kompak, matrik tulang padat dan rapat, misalnya pada tulang pipa. Pada tulang
spons, matrik berongga. Rongga-rongga pada tulang spons berisi jaringan
sumsum tulang.apabila berwarna merah, berarti mengandung sel-sel darah merah,
misalnya pada epifisis tulang pipa. Apabila berwarna kuning, berarti mengandung
sel-sel lemak, misalnya pada diafisis tulang pipa.
Rongga di dalam tulang berisi sumsum tulang ada 2 macam yaitu sumsum
b. Tulang rawan
Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf
kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan memiliki sifat lentur karena
tulang rawan tersusun atas zat interseluler yang berbentuk jelly yaitu condroithin
sulfat yang didalamnya terdapat serabut kolagen dan elastin. Maka dari itu tulang
rawan bersifat lentur dan lebih kuat dibandingkan dengan jaringan ikat biasa. Pada
zat interseluler tersebut juga terdapat rongga rongga yang disebut lacuna yang
berisi sel tulang rawan yaitu chondrosit.
Tulang rawan terdiri dari tiga tipe yaitu:
1. Tulang rawan hialin; tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan,
mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita
temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk
bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
2. Tulang rawan elastis; tulang yang mengandung serabut-serabut elastis.
Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada
telinga) dan laring.
3. Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundelbundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku.
Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada
simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.
c. Struktur Tulang
Susunan tulang terdiri dari sel-sel, matrik organik, dan mineral. Mineral ini
terdiri dari kolagen dan bahan dasar yang mengandung monopolisakarida. Pada
komponen matrik inilah mengendapnya kristaloid yang terdiri dari kalsium dan
fosfat. Sel-sel tulang terdiri dari ostiosit, osteoblas dan osteoklast. Kristal tulang
terdiri dari beberapa komponen atau bagian yaitu:
a.
b.
spesifik
c.
yang tidak spesifik selalu dalam keadaan seimbang dan dinamis dengan medium
sekitarnya
Osteoblas
Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekreasikan
matrik tulang. Matrik tulang tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar
(glukosaminoglikan / asam polisakarida dan proteoglikan). Matrik tulang
merupakan kerangka dimana garam garam minral ditimbun terutama calsium,
fluor, magnesium dan phosphor.
b. Osteosit
Osteosit
adalah
sel-sel
tulang
dewasa
yang
bertimdak
sebagai
pemeliharaan fungsi tulang dan terletak pada oston (unit matrik tulang). Osteon
yaitu unit fungsional mikroskopik tulang dewasa yang di tengahnya terdapat
kapiler dan di sekeliling kapiler terdapat matrik tulang yang disebut lamella.
Didalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh nutrisi lewat proseus yang
berlanjut kedalam kanakuli yang halus(kanal yang menghubungkan dengan
pembuluh darah yang terletak kurang lebih0,1 mm).
c.
Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar brinti banyak memungkinkan mineral dan
2.2 Fibrosarkoma
2.2.1 Definisi
Fibrosarkoma adalah neoplasma ganas yang berasal dari sel mesenkim,
dimana secara histologi sel yang dominan adalah sel fibroblas. Pembelahan sel
yang tidak terkontrol dapat menginvasi jaringan lokal serta dapat bermetastase
jauh ke bagian tubuh yang lain.1
2.2.2 Etiologi
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum diketahui, namun ada beberapa faktor
yang sering berkontribusi seperti faktor radiasi yang menyebabkan adanya
perubahan genetik oleh karena hilangnya alel, poin mutasi, dan translokasi
kromosom. Selain beberapa penyebab di atas, fraktur tulang, penyakit paget, dan
operasi patah tulang juga dapat menimbulkan fibrosarkoma sekunder.
2.2.3 Patofisiologi
Fibrosarkoma dapat terjadi akibat pengaruh paparan radiasi dari lingkungan
yang mengakibatkan terjadinya translokasi kromosom pada sekitar 90% kasus. xradiation dan gamma radiation paling berpotensi menyebabkan kerusakan
jaringan. Ionisasi radiasi menyebabkan terjadinya perubahan genetik yang
meliputi mutasi gen, mutasi mini-satellit ( perubahan jumlah DNA sequences),
formasi mikronukleus ( tanda kehilangan atau kerusakan kromosom), aberasi
kromosomal (struktur dan jumlahnya), perubahan ploidi (jumlah dan susunan
kromosom), DNA stand breaks dan instabilitas kromosom. Ionisasi radiasi
mempengaruhi semua fase dalam siklus sel, namun fase G 2 merupakan yang
paling sensitif.
Sepanjang hidup sel pada sumsum tulang, mukosa usus, epitelium testikular
seminuferus, folikel ovarium rentan mengalami trauma dan sebagai akibatnya
akan selalu mengalami proses mitosis. Iradiasi selama proses mitosis
mengakibatkan aberasi kromosomal. Tingkat kerusakan bergantung pada
intensitas, durasi, dan kumulatif dari radiasi. DNA dapat mengalami kerusakan
G
G1
G1
G2
G2
G3,4
G3,4
Any G
Any G
T
T1
T2
T1
T2
T1
T2
Any T
Any T
N
N0
N0
N0
N0
N0
N0
N1
Any N
M
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M0
M1
G1 Keganasan rendah
G2 Keganasan sedang
G3 Keganasan tinggi
G4 Keganasan sangat tinggi
Osteolytic osteosarcoma
Osteolytic osteosarcoma adalah keganasan yang paling umum dari tulang
belakang multiple myeloma, kasusnya terjadi sekitar 50% di sekitar lutut.
2.2.7 Diagnosis
Diagnosis fibrosarcoma di tegakkan atas dasar hasil biopsi yang di dapat.
Biopsi dilakukan pada langkah pertama sebelum terapi. Biopsi seharusnya di
lakukan ahli bedah yang bertanggung jawab dalam melakukan reseksi dan
rekonstruksi akhir. Dilakukan di pusat dimana pendekan tim dilakukan tim terdiri
dari ahli onkologi, ahli radiologi, ahli patologi dan ahli bedah, masing-masing
pengalaman di bidang keahliannya sehingga membuahkan hasil pengobatan yang
memuaskan. Di pusat yang mempunyai ahli patologi yang berpengalaman,
sitologi aspirasi jarum halus dapat diterima sebagai alat bantu diagnosis.
2.2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Rontgen
Pada foto rontgen biasanya tampak gambaran sebagian lesi yang radiolusen
sebagai akibat proses destruksi kortikal tulang, batas tumor tidak jelas, serta
tampak massa isodens berlatar belakang bayangan otot. Selain itu juga bisa
menunjukkan reaksi tulang akibat invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi,
reaksi periosteal atau remodeling tulang.7
2. Ultrasonografi
Pada pemeriksaan tumor jaringan lunak, ultrasonografi memiliki dua peran
utama yaitu dapat membedakan tumor kistik atau padat dan mengukur besarnya
tumor.7
3. CT-scan
Pada kasus fibrosarkoma pemeriksaan CT-scan biasanya digunakan untuk
mendeteksi klasifikasi dan osifikasi serta melihat metastase tumor di tempat lain.
4. MRI
MRI merupakan modalitas diagnostik terbaik untuk mendeteksi, karakterisasi,
dan menentukan stadium tumor. MRI mampu membedakan jaringan tumor
dengan otot di sekitarnya dan dapat menilai bagian yang terkena pada komponen
neurovaskuler yang penting dalam limb salvage surgery. MRI juga bisa digunakan
untuk mengarahkan biopsi, merencanakan teknik operasi, mengevaluasi respon
kemoterapi, penentuan ulang stadium, dan evaluasi jangka panjang terjadinya
kekambuhan lokal.
5. Histopatologi
Pemerikaan histopatologi dilakukan dengan melakukan biopsi. Biopsi terbuka
meliputi incisi dan eksisi. Incisi dilakukan bila ukuran tumor lebih dari 3cm
sementara pemeriksaan eksisi dilakukan jika ukuran tumor kurang dari 3cm.
Biopsi tertutup meliputi core biopsy / Tru-cut biopsy dan biopsi aspirasi jarum
halus.7
Pada gambaran histologi fibrosarkoma memiliki pola pertumbuhan fascicula
sel berbentuk fusiform ataupun spindle. Batas antar sel nampak tidak jelas dengan
sedikit sitoplasma dan serabut kolagen membentuk anyaman paralel. Histologi
grading terutama berdasarkan derajat selularitas, diferensiasi sel, gambaran
mitotik dan jumlah kolagen yang dihasilkan oleh sel nekrosisnya.
Pada grade rendah nampak sel spindle yang beraturan dalam fasikula dengan
selularitas rendah sampai sedang dan nampak seperti herringbone. Terdapat
nuklear pleomorfisme derajat rendah dan jarang bermitosis dan nampak stroma
kolagen. Pada grade tinggi terlihat nuclear pleomorfisme yang tajam, selularitas
lebih luas, dan mitosis atypical. Nukleus dapat berbentuk spindle, oval atau bulat.
Penampilan histologi fibrosarkoma grade tinggi mirip dengan tumor lainnya
seperti malignant fibrous histiocytoma, liposarcoma atau synovial sarcoma.
2.2.9 Penatalaksanaan
Surgical resection dengan wide margins adalah penatalaksanaan yang biasa
dilakukan. Pada fibrosarkoma dengan low grade operasi biasanya adekuat,
meskipun kekambuhan lokal terjadi dalam 11% pada pasien. Sedangkan pada
fibrosarkoma dengan high grade sering membutuhkan preoperatif atau anjuvant
chemotherapi setelah operasi untuk memenuhi kelangsungan hidup.
Kemoterapi merupakan hal yang kontroversial namun kemoterapi baik
digunakan dalam lesi tulang.
Massa jaringan lunak luas dan atau dengan adanya keterlibatan kulit
2.2.10 Pencegahan
Mengingat belum pastinya penyebab dari fibrosarkoma maka pencegahannya
pun sulit dilakukan. Salah satu yang bisa dilakukan yaitu dengan menghindari
faktor risiko seperti radiasi yang menyebabkan adanya perubahan genetik.
2.2.11 Prognosis
Pada penderita fibrosarkoma dengan lesi medula high grade harapan hidup
selama 5 tahun mendekati 30% sedangkan pada penderita fibrosarkoma di
permukaaan tubuh dan derajat rendah harapan hidup selama 5 tahun ke depan 5080%.1
Faktor lain yang berhubungan dengan usia harapan hidup yang buruk adalah
usia >40 tahun, tumor primer di axial skeleton, lesi eksentris, dan stadium
penyakit saat ditemukan. Tidak ada data kondusif yang dapat membedakan antara
tumor primer dan tumor skunder.
BAB III
KESIMPULAN
Fibrosarkoma merupakan salah satu keganasan yang menyerang jaringan
yang berasal dari sel mesenkim. Bagian tubuh yang sering terkena adalah femur
dan tibia. Gejala yang paling sering timbul adalah nyeri dan pembengkakan.
Penyebab dari fibrosarkoma belum pasti,tetapi faktor yang palang sering
menimbulkan keganasan ini adalah genetik yang disebabkan karena adanya
mutasi gen akibat dari paparan radiasi. Fibrosarkoma merupakan kasus yang
jarang ditemukan dengan presentase 4% dari seluruh kasus keganasan tulang.
Penyebab pasti dari fibrosarkoma belum diketahui, namun ada beberapa
faktor yang sering berkontribusi seperti faktor radiasi yang menyebabkan adanya
perubahan genetik oleh karena hilangnya alel, poin mutasi, dan translokasi
kromosom. Selain beberapa penyebab di atas, fraktur tulang, penyakit paget, dan
operasi patah tulang juga dapat menimbulkan fibrosarkoma sekunder.
Pada foto rontgen biasanya tampak gambaran sebagian lesi yang
radiolusen sebagai akibat proses destruksi kortikal tulang, batas tumor tidak jelas,
serta tampak massa isodens berlatar belakang bayangan otot. Selain itu juga bisa
menunjukkan reaksi tulang akibat invasi tumor jaringan lunak seperti destruksi,
reaksi periosteal atau remodeling tulang.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ganong, 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XX. Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
2. Guyton AC, Hall JE, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi IX.
PenerbitBuku Kedokteran EGC.
3. Chen MY, Pope TL, Ott DJ. Basic radiology. E-book. New York: Mc Graw
Hill; 2004. Chapter 4.
4. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M, 2005. Patofisiologi. Edisi 6, Volume
1. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
5.