BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sarcoma adalah suatu tipe kanker yang jarang terjadi dimana penyakit ini berkembang pada
struktur pendukung tubuh. Ada 2 jenis dari sarcoma, yaitu sarcoma pada tulang dan jaringan
lunak. Sarcoma dapat berkembang pada dimanapun tulang, namun dapat juga berkembang
pada jaringan lunak disekitar tulang. Sarcoma pada jaringan lunak dapat berkembang pada otot,
lemak, pembuluh darah atau dimanapun pada jaringan lunak yang mendukung, mengelilingi,
dan melindungi organ tubuh. Sarkoma ewing adalah suatu tumor ganas yang jarang terjadi
dimana sel kanker dapat ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak. Sarkoma
ewingdijelaskan pertama kali pada tahun 1921 oleh Dr. James Ewing (1866 – 1943), dimana
penyakit ini berbeda dengan limfoma dan jenis penyakit kanker lainnya pada masa itu.
Biasanya penyakit ini menyerang tulang panjang seperti pelvis, femur, humerus dan tulang
rusuk. Sarkoma ewingjuga dapat bermetastasis ke tempat lain seperti sumsum tulang, paru-
paru, ginjal, hati, kelenjar adrenal, dan jaringan lunak lainnya. Walaupun Sarkoma
ewingtermasuk salah satu kanker tulang, namun dapat juga terjadi pada jaringan lunak yang
lebih dikenal dengan nama ekstraosseus Ewing sarcoma.
Sarkoma Ewing ini sangatlah ganas dengan rendahnya tingkat kesembuhan walaupun
dengan pembedahan ablatif baik disertai radiasi ataupun tidak. Namun demikian terapi radiasi
pada daerah primer dan daerah metastase yang dikombinasi dengan kemoterapi menggunakan
doxorubicine, cyclophosphamide, vincristine dan dactynomycin dilaporkan dapat
meningkatkan kelangsungan hidup penderita sekalipun dengan metastase. Memang terapi
multimodalitas diyakini akan meningkatkan proporsi long-term disease-free survival dari
kurang 15 % menjadi lebih dari 50 % pada 2 – 3 dekade belakangan ini.
Tumor ganas tulang yang tidak berasal dari sistem hematopoetik adalah osteosarkoma,
kondrosarkoma, fibrosarkoma dan sarcoma Ewing. Sarkoma Ewing merupakan tumor ganas
terbanyak kedua setelah osteosarkoma. Tumor ini tersusun atas sel bulat, lunak yang terjadi
seringkali pada tiga dekade pertama dari kehidupan. Kebanyakan terletak pada tulang panjang,
meskipun berbagai tulang lain dapat pula terlibat. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan prosedur pemeriksaan penunjang.
Sarkoma Ewing paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan tempat yang
palings sering adalah korpus tulang-tulang panjang. Penampilan kasar adalah berupa tumor
abu-abu lunak yang tumbuh ke reticulum sumsum tulang dan
merusak korteks tulang dari sebelah dalam. Dibawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan
tulang yang baru diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran
seperti tulang bawang.
1.1 Tujuan
A. Tujuan Umum
Mengetahui dan memahami patofisiologi dan asuhan keperawatan klien dengan Sarkoma
Ewing..
B. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi Sarkoma Ewing.
2. Mengetahui penyebab dari Sarkoma Ewing.
3. Mengetahui patofisiologi dari Sarkoma Ewing.
4. Mengetahui manifestasi klinis dari Sarkoma Ewing.
5. Mengetahui WOC dari Sarkoma Ewing.
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang Sarkoma Ewing.
7. Mengetahui penatalaksanaan pada klien dengan Sarkoma Ewing.
8. Mengetahui komplikasi dari Sarkoma Ewing.
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Sarkoma Ewing.
1.2 Manfaat
Mahasiswa dapat mengetahui anatomi fisiologi sistem muskuloskletal dan sarkoma ewing
serta mahasiswa juga dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan pada pasien penderita
sarkoma ewing.
BAB II
PEMBAHASAN
6. Haemopoiesis
Sum-sum tulang merupakan tempat pembentulkan sel-sel darah,tetapi terjadinya pembentukan
sel-seldarah sebagian besar terjadi di sum-sum tulang merah.
7. Fungsi immunologi
Limposit B dan makropak-makropak dibentuk dalam sistem retikuloendotelial sum-sum
tulang.
8. Penyimpanan kalsium
Tulang mengandung 97% kalsium tubuh baik dalm bentuk anorganikmaupun dalam bentuk
garam, terutama kalsium fosfat.
Pada fase awal perkembangan tulang embrio(pada minggu k-3 dan ke-4) terbentuk tiga lapisan
germinal yaitu ectoderm, mesoderm, dan endoderm. Lapisan ini merupakan jaringan yang
bersifat multi potensial serta akan membentuk mesenkim yang kemudian berdiferensisasi
membentuk jaringan tulang rawan. Pada minggu ke-5 perkembangan embrio terbentuk
tonjolan anggota gerak (Limb bud) yang didalamnya terdapat sel mesoderm yang kemudian
akan berubah menjadi mesenkim yang merupakan bakal terbentuknya tulang dan tulang rawan.
Perkembangan tulang terjadi melalui dua tahap, yaitu :
1. Pada minggu ke-5 perkembangan embrio, tulang rawan terbentuk dari prakartilago. Ada 3 jenis
tulang rawan yaitu : tulang rawan hialin, tulang rawan fibrin, dan tulang rawan elastic.
2. Setelah minggu ke-7 perkembangan embrio, tulang akan terbentuk melalui dua cara yaitu :
A. Secara langsung : pada proses ini tulang akan terbentuk secara langsung dari membrane tulang
dalam bentuk lembaran,misalnya pada tulang muka,pelvis, scapula, dan tulang tengkorak.
Proses penulangan ini ditandai terbentuknya osteoblas yang merupakan rangka dari trabekula
tulang yang penyebarannya secar radial.
B. Secara tidak langsung : proses ini tulang terbentuk dari tulang rawan. Proses penulangan tulang
rawan terjadi melalui dua cara,yaitu :
a) Osifikasi Sentral : terjadi melalui osifikasi endokondral.
b) Osifikasi Perifer : terjadi di bawah perikondrium atau osifikasi periosteum.
Pertumbuhan intertisial terjadi melalui proses osifikasi endokondral pada tulang rawan.
Ada dua lokasi pertumbuhan tulang rawan dan tulang panjang, yaitu :
1. Tulang rawan artikuler : pertumbuhan tulang panjang terjadi pada daerah tulang rawan
artikuler dan merupakan tempat satu-satunya bagi tulang untuk bertumbuh pada daerah epifisis.
2. Tulang rawan lempeng epifisis : pertumbuhan ini terjadi keseimbangan antara dua proses,
yaitu:
a. Proses pertumbuhan : adanya pertumbuhan intertisial tulang rawan dari lempeng epifisis
memungkinkan terjadinya penebalan tulang.
b. Proses kalsifikasi : kematian dan penggatian tulang rawan pada daerah permukaan metafisis
terjadi melalui proses osifikasi endokodral.
Perkembangan tulang berasal dari jenis pertumbuhan membranosa dan kartilago. Proses
peletakan jaringan tulang (histogenesis) disebut osifikasi (penulangan). Jika hal ini terjadi
dalam suatu model selaput dinamakan penulangan intramembranosa dan tulang yang dibentuk
dinamakan tulang membrane atau tulang derma karena tulang ini berasal dari suatu membrane.
Tulang-tulang endokondral(tulang kartilago) merupakan tulang yang berkembang dari
penulangan suatu model tulang rawan. Penulangan ini dinamakan tenulangan intrakartilaginosa
(penulangan tidak langsung).
Ujung Pertumbuhan Tulang
Epifise bersatu dengan diafise. Pusat-pusat epifise akan menyatu dengan diafise sehingga
terjadi pada tulang-tulang yang lain. Korpus dari semua tulang-tulang panjang dan besar
memperlihatkan akhir dari suatu alur yang berfungsi sebagai suatu lubang pada tulang yang di
sebut suramen nutrisia yang digunakan pada arteri nutrisia untuk memasuki korpus.
Anatomi Sistem Tulang
Secara garis besar, tulang dibagi menjadi enam, yaitu :
1. Tulang panjang (long bone), misalnya femur, tibia, fibula, ulna, dan humerus. Daerah batas
disebut diafisis dan daerah yang berdekatan dengan garis epifisis diebut metafisis. Di daerah
ini sangat sering ditemukan adanya kelainan atau penyakit karena daerah ini merupakan daerah
metabolic yang aktif dan banyak mengandung pembuluh darah. Kerusakan atau kelainan
perkembangan pada daerah lempeng epifisis akan menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang.
2. Tulang pendek (short bone), misalnya tulang-tulang karpal.
3. Tulang pipih (flat bone), misalnya tulang parietal, iga, scapula, dan pelvis.
4. Tulang takberaturan (irregular bone), misalnya tulang vertebrata.
5. Tulang sesamoid, misalnya tulang patella.
6. Tulang sutura (sutural bone),ada di atap tengkorak.
Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian
dalam (endosteum) yang bersifat spongiosa berbentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh
periosteum. Periosteum pada anak lebih tebal daripada orang dewasa, yang memungkinkan
penyembuhan tulang pada anak lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
2.2. Definisi
Sarkoma Ewing merupakan tumor maligna yang tersusun atas sel bulat, kecil yang
paling banyak terjadi pada tiga dekade pertama kehidupan. Sarkoma Ewing merupakan tumor
ganas primer yang paling sering mengenai tulang panjang, kebanyakan pada diafisis. tulang
yang paling sering terkena adalah pelvis dan tulang iga. Sarkoma Ewing adalah neoplasma
ganas yang tumbuh cepat dan berasal dari sel-sel primitive sumsum tulang pada dewasa
muda.Sarkoma Ewing adalah suatu tumor ganas yang jarang terjadi dimana sel kanker dapat
ditemukan pada tulang maupun jaringan lunak.Ewing’s sarcoma dijelaskan pertama kali pada
tahun 1921 oleh Dr.James Ewing (1866 – 1943), dimana penyakit ini berbeda dengan limfoma
dan jenis penyakit kanker lainnya pada masa itu.Biasanya penyakit ini menyerang tulang
panjang seperti pelvis, femur, humerus dan tulang rusuk. Sarkoma Ewing juga dapat
bermetastasis ke tempat lain seperti sumsum tulang, paru-paru, ginjal, hati, kelenjar
adrenal,dan jaringan lunak lainnya.Walaupun Ewing’s sarcoma termasuk salah satu kanker
tulang, namun dapat juga terjadi pada jaringan lunak yang lebih dikenal dengan nama
ekstraosseus sarkoma ewing.
Sarkoma Ewing ini sangatlah ganas dengan rendahnya tingkat kesembuhan walaupun
dengan pembedahan ablatif baik disertai radiasi ataupun tidak. Namun demikian terapi radiasi
pada daerah primer dan daerah metastase yang dikombinasi dengan kemoterapi menggunakan
doxorubicine, cyclophosphamide, vincristine dan dactynomycin dilaporkan dapat
meningkatkan kelangsungan hidup penderita sekalipun dengan metastase. Memang terapi
multimodalitas diyakini akan meningkatkan proporsi long-term disease-free survival dari
kurang 15 % menjadi lebih dari 50 % pada 2 – 3 dekade belakangan ini.
2.3.Etiologi(penyebab)
Hingga kini, penyebab kanker tulang belum diketahui secara pasti. Namun faktor
genetik atau keturunan tampaknya memainkan peran besar dalam banyaknya kasus kanker
tulang. Kondisi lain yang menyebabkan peningkatan risiko kerusakan dan regenerasi tulang
dalam jangka waktu tertentu juga meningkatkan risiko berkembangnya tumor tulang. Hal ini
menjadi penjelasan mengapa Sarkoma Ewing sering menimpa anak-anak, ini karena
pertumbuhan tulang mereka yang cepat.
Berikut ini beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
kanker tulang.
A. Paparan radiasi tinggi dari suatu pengobatan yang pernah dialami penderita,
misalnya radioterapi.
B. Pernah memiliki riwayat suatu jenis kanker mata yang
disebut retinoblastomasaat kecil.
C. Pertumbuhan tulang yang cepat pada pubertas.
D. Menderita penyakit Paget, yaitu suatu kondisi yang dapat menyebabkan tulang
lemah.
E. Menderita penyakit hernia umbilitikus sejak lahir.
2.4. Patofisologi
Adanya tumor pada tulang menyebabkan jaringan lunak diinvasi oleh sel tumor. Timbul
reaksi dari tulang normal dengan respon osteolitik yaitu proses destruksi atau penghancuran
tulang dan respon osteoblastik atau proses pembentukan tulang. Terjadi destruksi tulang lokal.
Pada proses osteoblastik, karena adanya sel tumor maka terjadi penimbunan periosteum tulang
yang baru dekat tempat lesi terjadi, sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abortif.
Kelainan congenital, genetic, gender / jenis kelamin, usia, rangsangan fisik berulang,
hormon, infeksi, gaya hidup, karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan
tumbuh atau berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat benign (jinak) atau bersifat
malignant (ganas).
Sel tumor pada tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada umumnya
tidak cepat membesar. Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara serempak sehingga
terbentuk simpai (serabut pembungkus yang memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat).
Oleh karena bersimpai maka pada umumnya tumor jinak mudah dikeluarkan dengan cara
operasi.
Sel tumor pada tumor ganas (kanker) tumbuh cepat, sehingga tumor ganas pada umumnya
cepat menjadi besar. Sel tumor ganas tumbuh menyusup ke jaringan sehat sekitarnya, sehingga
dapat digambarkan seperti kepiting dengan kaki-kakinya mencengkeram alat tubuh yang
terkena. Disamping itu sel kanker dapat membuat anak sebar (metastasis) ke bagian alat tubuh
lain yang jauh dari tempat asalnya melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan
tumbuh kanker baru di tempat lain. Penyusupan sel kanker ke jaringan sehat pada alat tubuh
lainnya dapat merusak alat tubuh tersebut sehingga fungsi alat tersebut menjadi terganggu.
Adapun siklus tumbuh sel kanker adalah membelah diri, membentuk RNA, berdiferensiasi
/ proliferasi, membentuk DNA baru, duplikasi kromosom sel, duplikasi DNA dari sel normal,
menjalani fase mitosis, fase istirahat (pada saat ini sel tidak melakukan pembelahan).
2.5. ManifestasiKlinis
1. Nyeri atau pembengkakan ekstremitas yang terkena (biasanya menjadisemakin parah pada
malam hari dan meningkat sesuai dengan progresivitas penyakit).
2. Fraktur patologik (patah tulang).
3. Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yangterbatas.
4. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanyapelebaran vena.
5. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, beratbadan menurun dan
malaise.
2.6 WOC
Genetik
Tumbuh Sel Tumor
Mendesak Jaringan
Tumor Tulang
Invasi Jaringan Lunak
Respon Osteoblastik
2.8.Penatalaksanaan
Semua pasien dengan sarkoma Ewing, meskipun sudah mengalami metastase harus
diobati dengan sebaik-baiknya. Untuk keberhasilan pengobatan diperlukan kerja sama yang
erat diantara ahli bedah, kemoterapist dan radiotherapist untuk memastikan pendekatan yang
efektif guna mengendalikan lesi primer dan penyebaran tumor. Protokol pengobatan sarkoma
Ewing sekarang ini sering kali dimulai dengan 3 hingga 5 siklus kemoterapi sebelum radiasi.
Kemoterapi adjuvant adalah suatu kewajiban yang biasa digunakan untuk pengobatan sarkoma
ewing. Secara dua dekade berturut-turut, kemoterapi adalah terapi yang lebih efektif.
Adapun obat kemoterapi yang digunakan sejak 1960 adalah vincristine, actinomycin D
dan cyclophosphamide (regimen VAC) yang memang terbukti secara pemantauan jangka
panjang. Penelitian terbaru, terbukti dengan studi yang memperlihatkan bahwa ada dua jenis
obat yang sangat efektif berikatan dengan sel-sel agen tumor, antara lain alkylating agent dan
anthracycline. Disini dibuktikan bahwa isosfamide dan cyclophosphamide merupakan agen
alkylating dan anthracycline doxorubicin akan menstabilkan dan membuat maksimal jika
digunakan dengan regimen VAC.
Sekarang secara universal telah ditemukan adanya terapi terbaru yang telah difokuskan
pada pengobatan lokal dengan strategi yang lebih baik, yang telah dibuktikan pada berbagai
macam pasien untuk tumor ekstremitas. Dua strategi untuk meningkatkan hasil lokalisasi pada
pasien. Pertama, membandingkan efisiensi antara ifosfamide dengan cyclophosphamide,
ternyata yang lebih bagus adalah regimen yang menggunakan ifosfamide karena bisa
menginduksi waktu paruh lebih panjang. Strategi kedua adalah menggabungkan antara
ifosfamide dan etoposide di dalam terapi VDCA (vincristine, doxorubicin, cyclophosphamide
dan actinomycin D), ternyata hasilnya meningkatkan masa hidup yang lebih lama. Studi ini
membuktikan bahwa untuk pasien yang penyakitnya masih terlokalisasi, hasilnya lebih bagus
tapi tidak ada hasil yang memuaskan bila ada metastasis. Terapi radiasi biasanya menggunakan
energi tinggi untuk menghancurkan atau membunuh sel-sel kanker dari kecenderungan untuk
tumbuh dan bermetastasis. Ini termasuk pembedahan kecil. Terapi ini hanya bisa digunakan
untuk area yang spesifik. Radiasi tidak bisa digunakan untuk daerah yang tidak terlokalisasi
atau sel-sel kanker yang sudah menyebar pada bagian-bagian tubuh. Radioterapi bisa dilakukan
dengan dua cara yakni eksternal dan internal:
1. Secara eksternal dengan cara mengirimkan energi radiasi tingkat tinggi yang berasal dari
mesin secara langsung pada tumor.
2. Secara internal atau brachiterapi, biasanya dengan menanamkan implantasi atau sejenis
materil radioaktif yang lebih kecil, dekat dengan kanker. Sarkoma ewing relatif sensitif
terhadap radiasi. Bila terlokalisasi, terapi radiasi adalah terapi utama tapi akan lebih efektif jika
digabungkan dengan kemoterapi.
Efek samping bisa timbul dengan berjalannya waktu. Dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan pada kulit di area yang langsung menerima radioterapi. Pada pasien sarkoma ewing
bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah vena dan saraf, sedangkan pemberian pada efek-
efek lanjut biasanya muncul pada anak-anak, bisa menyebabkan atropi, fibrosis, gangguan
pertumbuhan tulang, gangguan pergerakan, edem dan kerusakan saraf perifer.
2.9.Komplikasi
1. Akibat langsung : patah tulang.
2. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan
tubuh.
3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada
kemoterapi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN(ASKEP)
3.1. Pengkajian
Tanggal pengkajian : 17 Desember 2014
Masuk RS : 15 Desember 2014
Ruang : mawar
Jam : 09.15
No. Rekam medis : 120341
1. Identitas Klien
NAMA : Pasien X
Umur : 15 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : kristen
Pendidikan : SMA
Alamat : JL.Kuda terbang no. 89
Suku/bangsa : WNI
PENANGGUNG JAWAB KLIEN
Nama : Wali X
Umur : 54 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : wirausaha
Hubungan denga pasien : Anak
Alamat : JL.Kuda terbang no. 89
2. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengatakan, badannya lemah dan mudah lelah.
Riwayat Penyakit Sekarang
Kurang lebih 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien mengatakan sesak napas, disertai
mudah merasa lelah. Di rumah klien membeli obat diwarung untuk mengurangi sakitnya,
namun setelah beberapa hari meminum obat tersebut ternyata tidak ada perubahan. Kemudian
keluarga klien membawa klien ke RSUD.
3.2. Diagonasa
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
kerusakan muskuloskeletal.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik dan penanganan.
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan.
5. Resiko cedera berhubungan dengan tumor.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis dan kerusakan jaringan.
3.3. Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi.
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Pasien akan : Catat dan kaji lokasi dan Untuk mengetahui
Meningkatkan kenyamanan intensitas nyeri (skala 0- respon dan sejauh mana
Dapat mengendalikan nyeri 10). Selidiki perubahan tingkat nyeri pasien.
Dapat melaporkan karakteristik nyeri Mencegah pergeseran
karakteristik nyeri. Berikan tindakan tulang dan penekanan
kenyamanan (contoh ubah pada jaringan yang luka
posisi sering, pijatan Peningkatan vena
lembut). return, menurunkan
Berikan sokongan (support) edema, dan mengurangi
pada ektremitas yang luka. nyeri.
Berikan lingkungan yang Agar pasien dapat
tenang. beristirahat dan mencegah
Kolaborasi dengan dokter timbulnya stress
tentang pemberian Untuk mengurangi rasa
analgetik, kaji efektifitas sakit / nyeri.
dari tindakan penurunan
rasa nyeri.
3.5.Evaluasi
1. Pasien mampu mengontrol nyeri.
a. Melakukan teknik manajemen nyeri,
b. Patuh dalam pemakaian obat yang diresepkan.
c. Tidak mengalami nyeri atau mengalami pengurangan nyeri saat istirahat, selama
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari.
2. Memperlihatkan pola penyelesaian masalah yang efektif :
a. Mengemukakan perasaanya dengan kata-kata.
b. Mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien.
c. Keluarga mampu membuat keputusan tentang pengobatan pasien.
3. Masukan nutrisi yang ada kuat :
a. Mengalami peningkatan berat badan
b. Menghabiskan makanan satu porsi setiap makan
c. Tidak ada tanda – tanda kekurangan nutrisi
4. Memperlihatkan konsep diri yang positif :
a. Memperlihatkan kepercayaan diri pada kemampuan yang dimiliki pasien.
b. Memperlihatkan penerimaan perubahan citra diri
5. Klien dan keluarga siap intuk menghadapi kemungkinan amputasi.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Sarkoma Ewing merupakan tumor ganas tulang primer yang paling banyak kedua pada
anak – anak dan dewasa muda. Pengobatan secara multidisipliner telah dibuat lebih dari 25
tahun belakangan ini. Kemopterapi agresif telah meningkatkan 5-years survival rates dari 10%
menjadi 70%.
Peran pembedahan dan radioterapi guna kontrol lokal tumor juga makin bertambah penting.
Sebenarnyalah walaupun sarkoma Ewing merupakan suatu bentuk penyakit kanker yang amat
agresif tetapi masih dapat disembuhkan (curable) apabila diagnosis ditegakkan pada stadium
awal dan ditangani dengan benar.
4.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditetapkan dan meninjau kembali pembahasan yang
ada penyusun memberikan saran agar dalam pemberian pertolongan berupa sarkoma ewing
harus terlebih dahulu melihat etiologi dari permasalahan yang ada berdasarkan pada pengkajian
yang ada sehingga dapat menciptakan asuhan keperawatan yang utuh dan bermutu.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/search?q=patofisiologi+sarkoma+ewing&ie=utf-8&oe=utf-8
http://asramamedicafkunhas.blogspot.co.id/2009/05/sarkoma-ewing.html
http://medlinux.blogspot.com/2007/11/sarkoma-ewing.html
http://dokteranakku.net/articles/2009/08/a-clinical-sign-of-chronic-osteomyelitis-in-ewings-
sarcoma.html
http://william95dh.blogspot.co.id/2015/03/askep-pada-pasien-tumor-tulang.html
https://books.google.co.id/books/about/General_Anatomy_and_Musculoskeletal_Syst.html?i
d=TWVhGRckgHsC&redir_esc=y
https://www.google.com/search?q=jalan+masuknya+penyakit+kanker+tulang&ie=utf-
8&oe=utf-8
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16850/3/Chapter%20II.pdf
http://julyyansyahsaputra.blogspot.co.id/2013/11/sistem-muskuloskeletal.html
http://budifarma100493.blogspot.co.id/2013/11/makalah-anatomi-dan-fisiologi.html
http://dokumen.tips/documents/makalah-tumor-tulang.html
1 komentar:
1.