Anda di halaman 1dari 18

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan

Tulang adalah kerangka penunjang tubuh, khusus yang ditandai dengan

kekakuan, kekerasan, dan kekuatan regenerasi dan perbaikannya. Jaringanmemiliki

banyak peran antara lain; melindungi organ vital, mempunyai sumsum (pembentuk

darah dan penyimpanan lemak), bertindak sebagai reservoir mineral untuk

homeostasis kalsium dan reservoir faktor pertumbuhan dan sitokin, dan juga

berperan dalam keseimbangan asam basa. Tulang terus-menerus mengalami

pemodelan (pembentukan kembali) selama hidup untuk membantunya

menyesuaikan diri dengan perubahan gaya biomekanik, serta remodeling untuk

menghilangkan tulang tua dan menggantinya dengan tulang baru yang lebih kuat

secara mekanis untuk membantu melestarikan kekuatan tulang.1,2 Remodeling

Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu fraktur.3

Fraktur atau patah tulsng adalah terputusnya kontinuitas tulang.4 Patahan ini

dapat bersifat komplit atau inkomplit.4 Jika kulit diatasnya masih utuh, keadaan ini

disebut fraktur tertutup (atau sederhana);5 jika kulit atau jaringan diatasnya

tertembus, keadaan ini disebut fraktur terbuka (atau compound), yang cenderung

mengalami kontaminasi dan infeksi.4

Tulang bersifat rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas

untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat; peristiwa trauma tunggal,

tekanan/ stress yang berulang-ulang, dan kelemahan abnormal pada tulang (fraktur

patologik).4
9

Fraktur patologis harus dicurigai jika terdapat fraktur yang terkait dengan

trauma minimal, bila letak fraktur tidak biasa atau bila proses abnormal pada tulang

terlihat pada radiografi. Dapat terjadi oleh karena proses intrinsik, seperti perubahan

kepadatan mineral tulang dari tumor tulang (baik jinak dan ganas), penyakit seperti

osteogenesis imperfecta, atau infeksi; dan proses ekstrinsik, seperti fiksasi internal,

dan radiasi, dapat menyebabkan perubahan pada biomekanik tulang normal.

Berbagai macam penyakit juga dapat menyebabkan fraktur jenis ini. Fraktur oleh

karena tumor tulang jinak dan ganas harus dikenali dan ditangani dengan tepat oleh

ahli bedah ortopedi yang merawat.5,6

Kerangka aksial adalah tempat metastasis tulang yang tersering ketiga, setelah

paru-paru dan hati. Dari 1,2 juta kasus kanker baru setiap tahun di Amerika Serikat,

satu setengah akan bermetastasis ke kerangka. Tumor yang paling mungkin

bermastasis ke tulang adalah prostat (32%), payudara (22%), ginjal (16%) , Paru-

paru dan tiroid. Penyakit metastatik pada kerangka aksial terjadi lebih sering di

tulang belakang, panggul, tulang rusuk, dan ekstremitas bawah daripada di humerus.

Namun, metastasis ke humerus menyumbang 20% metastasis osseus. Humerus

adalah tempat kedua yang paling umum untuk metastasis tulang yang panjang,

setelah femur. Pada multiple myeloma, mayoritas pasien mengalami fraktur

athologis pada saat diagnosis, dan sampai 30% pasien hadir dengan fraktur non-

vertebra.7

B. Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang parsial yang

umumnya disebabkan trauma langsung ataupun trauma tidak langsung. Trauma


10

langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada

daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke dareah yang

lebih jauh dari dareah fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat

menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap

utuh.2

Fraktur patologis adalah fraktur yang terjadi pada tulang karena adanya

kelainan/penyakit yang menyebabkan kelemahan pada tulang. Hal ini dapat

disebabkan oleh karena tomor atau proses patologik, seperti neoplasia, osteomalasia,

osteomielitis, dan penyakit lainnya. Tulang sering kali menunjukan penurunan

densitas. Fraktur patologis dapat terjadi secra spontan atau akibat trauma ringan,

disebut juga secondary fracture dan spontaneous fracture. 2

C. Epidemiologi

Dengan menggunakan data administrasi Medicare,telah diidentifikasi pasien

dengan fraktur vertebra dan pinggul dditemukan 48% ( fraktur vertebral) dan 3%

(fraktur pinggul) dikodekan sebagai fraktor patologis dimana sekitar 25% dan 66%

orang dengan patahan patologis ini memiliki bukti keganasan. 8

Tumor tulang primer cukup jarang terjadi. Dibandingkan dengan keganasan

lainnya, tumor tulang primer maligna sangat jarang terjadi. Tiga keganasan tulang

primer utama yang paling umum (osteosarcoma, chondrosarcoma, dan sarkoma

Ewing) hanya mencapai 0,2% dari semua keganasan di Inggris dan Amerika

Serikat; namun, pada anak-anak (<15 tahun) tumor maligna tulang mencapai

sekitar 5% dari semua keganasan.9


11

Sebagian besar tumor tulang primer tidak berbahaya dan karena banyak yang

tidak bergejala, tetap tidak terdeteksi atau terdeteksi hanya kebetulan pada

pemeriksaan radiografi karena alasan lain. Insiden tumor tulang benigna karenanya

sulit ditentukan. Kejadian keganasan tulang primer, sebaliknya, cukup

didokumentasikan dengan baik dalam berbagai pusat kanker nasional.

Hampir 500 kasus yang didiagnosis setiap tahun di Inggris dan sekitar 2.500

kasus di Amerika Serikat. Lebih dari 75% tumor tulang ganas adalah osteosarcoma,

chondrosarcoma, dan sarkoma Ewing. Kejadian tumor tulang maligna

menunjukkan distribusi spesifik usia yang mencolok: pada kelompok usia 0-40

tahun, puncak kejadian antara 10 dan 20 tahun (terutama osteosarkoma dan

sarkoma Ewing) dan untuk kelompok usia di atas 40 tahun ada peningkatan

kejadian yang stabil sampai 80 tahun (terutama chondrosarcoma dan tingkat yang

lebih rendah terkait osteosarcoma Paget).9

D. Anatomi dan Fisiologi

Tulang membentuk rangka penunjang dan pelindung bagi tubuh dan tempat

untuk melekatnya otot-otot yang menggerakan kerangka tubuh. Ruang di tengah

tulang-tulang tertentu berisi jaringan hematopoietik, yang membentuk berbagai sel

darah. Tulang juga merupakan tempat primer untuk menyimpan dan mengatur

kalsium dan fosfat.3

Secara umum, rangka orang dewasa memiliki dua komponen struktur yang

mendasar yaitu tulang spongiosa dan kompakta atau kortikal. Struktur kompakta atau

kortikal terdapat pada bagian tepi tulang panjang meliputi permukaan eksternal. Pada

bagian internal tulang, terdapat struktur spongiosa seperti jala-jala sedangkan bagian

tengah tulang panjang kosong atau disebut cavitas medullaris untuk tempat sumsum
12

tulang. Pada persendian, tulang kompakta ditutupi oleh kartilago atau tulang rawan

sepanjang hidup yang disebut tulang subchondral. Tulang subchondral pada

persendian ini lebih halus dan mengkilap dibanding tulang kompakta yang tidak

terletak pada persendian. Contohnya adalah pada bagian distal humerus atau siku.

Selain itu, tulang subchondral pada sendi juga tidak memiliki kanal Haversi.10

Bagian-bagian tulang panjang yang panjang dan silindris disebut diaphysis,

sedangkan ujung proksimal dan distalnya terdapat epiphysis dan metaphysis. Jadi,

diaphysis adalah batang tulang panjang, epiphysis adalah ujung akhir tulang panjang

sedangkan metaphysis adalah ujung tulang panjang yang melebar ke samping.

Semasa hidup, bagian eksternal tulang yang tidak berkartilago dilapisi oleh

periosteum. Periosteum adalah membran dengan vaskularisasi yang memberi nutrisi

pada tulang. Bagian internal tulang dilapisi oleh endosteum/membran seluler. Baik

periosteum maupun endosteum adalah jaringan osteogenik yang berisi sel-sel

pembentuk tulang.10

Gambar 1. Anatomi dan histologi tulang. [Dikutip dari kepustakaan 10]


13

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya

terdiri atas tiga jenis dasar, yaitu: osteoblast, osteosit dan osteoklast. Osteoblast

berfungsi dalam pembentukan tulang dengan mensekresi matrix tulang.

Adapun matrix tersusun atas 98% kolagen dan 2% substansi dasar

(glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan. Matriks merupakan

kerangka dimana garam-garam anorganik ditimbun. Selanjutnya, osteosit adalah

sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang dan terletak dalam

osteon (unit matriks tulang). Sementara osteoklas adalah sel multinuklear (berinti

banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remodeling tulang.3

Osteon merupakan unit fungsional mikroskopis tulang dewasa. Di tengah

osteon terdapat kapiler. Disekeliling kapiler tersebut merupakan matriks tulang

yang dinamakan lamella. Di dalam lamella terdapat osteosit, yang memperoleh

nutrisi melalui prosesus yang berlanjut ke dalam kanakuli yang halus

(menghubungkan pembuluh darah sejauh kurang dari 0,1 mili meter). Selama masa

pertumbuhan terjadi aktifitas pertumbuhan tulang yang besar. Pada awal masa

pertumbuhan, pertumbuhan ke arah longitudinal terjadi lebih cepat dibanding

proses deposisi mineral. Pertambahan lapisan tulang di bagian periosteum dan

endosteum seimbang dengan peningkatan porositas tulang. Belum sampai pada

masa akhir pertumbuhan ketika pertumbuhan ke arah longitudinal mulai

berkurang, kandungan mineral tulang akan meningkat dengan cepat dan

mencapai puncaknya setelah masa maturitas skeletal. Pada periode antara

permulaan masa pertumbuhan dengan masa maturitas skeletal pola makan atau

diet dan faktor genetik menentukan besarnya kandungan mineral tulang. 10


14

Setiap jenis tulang terdiri atas bagian kortikal dan trabekular (cansellous) yang

mempunyai proporsi tertentu tergantung jenis tulang. Terdapat perbedaan nyata

antara daerah kortikal dan trabekula tulang yaitu pada kortikal 80% hingga 90%

volumenya termineralisasi. Pada trabekula tulang volume yang termineralisasi hanya

20% karena sebagian besar terdiri atas sumsum yang mengandung lemak dan atau

jaringan hematopoetik. Berdasarkan besarnya massa yang termineralisasi tersebut,

bagian kortikal berfungsi mekanik sedangkan bagian trabekula adalah metabolik.

Tulang yang banyak tersusun atas tulang trabekula berarti mempunyai permukaan

tulang dan keaktifan metabolik yang lebih besar dibanding dengan tulang kortikal.

Oleh karena itu tulang trabekula lebih sering mengalami perubahan mineral sehingga

mempunyai predisposisi untuk terjadinya kekurangan massa tulang.10

E. Etiologi

Berikut adalah tabel penyebab fraktur patologis:

Tabel 1. Penyebab Fraktur Patologis4


Kondisi lokal benigna Penyakit tulang umum
1. Infeksi kronik 1. Osteogenesis imperfecta
2. Kista tulang soliter 2. Osteoporosis post menopause
3. Defek fibrosa korteks 3. Penyakit tulang metabolic
4. Fibroma kondromiksoid 4. Mielomatosis
5. Kista tulang aneurisme 5. Displasia fibrosa poliostotik
6. Diplasia fibrosa monostotik 6. Penyakit paget
Tumor maligna primer Tumor metastatic
1. Kondrosarkoma Karsinoma metastatic dari payudara,
2. Osteosarkoma paru-paru, ginjal, tiroid dan prostat.
3. Tumor ewing
15

F. Diagnosis

1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Tulang yang patah secara spontan atau setelah cedera ringan harus

dianggap tidak normal sampai terbukti sebaliknya. Di bawah usia 20 tahun

penyebab umum adalah tumor tulang jinak dan kista. Di atas usia 40 tahun

penyebab umum adalah penyakit tulang metabolik, myelomatosis, karsinoma

sekunder dan penyakit Paget. Perlu ditanyakan mengenai penyakit atau riwayat

operasi sebelumnya, riwayat penyakit gastrointestinal, alkoholisme kronis atau

terapi kortikosteroid berkepanjangan harus menunjukkan adanya gangguan

tulang metabolic. Tumor ganas, tidak peduli berapa lama yang lalu, bisa menjadi

sumber lesi metastasis yang terlambat.8

Tanda lokal penyakit tulang jangan sampai terlewatkan. Pemeriksaan

umum mungkin menunjukkan fitur yang menunjukkan hiperortisonisme atau

penyakit Paget, atau metastasis dari tumor ganas. 8

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Pencitraan

Plain x-rays adalah teknik pencitraan yang paling berguna. Terdapat

beberapa kelainan yang dapat diamati pada metode pencitraan ini; kelainan

yang jelas pada tulang berupa benjolan, kerusakan tulang, penebalan

kortikal atau 'kista' di tulang, tempat lesi, apakah soliter atau multipel dan

apakah batasnya tegas atau tidak. 8

Ingat bahwa lesi 'kistik' tidak harus berongga rongga: gambaran

radiolusen apapun (misalnya fibroma atau chondroma) mungkin terlihat

seperti kista. Jika batas 'kista' jelas, kemungkinan ini adalah lesi jinak,
16

namun jika menyebar dengan batas tidak jelas ini menunjukkan tumor

invasif. Adanya gambaran kalsifikasi meupakan karakteristik tumor tulang

rawan. Perhatikan baik-baik permukaan tulang dan sekitarnya: pembentukan

tulang baru periosteal dan perluasan tumor ke dalam jaringan lunak

menunjukkan perubahan ganas. 8

Untuk mendapatkan informasi yang jelas, X-ray saja jarang dapat

diandalkan untuk diagnosis pasti. Dengan beberapa pengecualian, di mana

penampilannya patognomonik (osteochondroma, nonossifying fibroma,

osteoid osteoma), penyelidikan lebih lanjut akan dibutuhkan. 8

CT-Scan dan MRI berguna untuk menilai luas tumor sebenarnya dan

hubungannya dengan struktur sekitar. Pemindaian radionuklida dengan 99m

Tc-HDP menunjukkan perubahan reaktif yang tidak spesifik pada tulang;

Hal ini dapat membantu dalam mengungkapkan lokasi tumor kecil (misalnya

osteoma osteoid). 8

Gambar 2. Non-ossifying fibroma. a) Gambaran X-Ray selalu menunjukan kerusakan


korteks, walaupun pada beberapa proyeksi menyerupai kista medullar. b) tulang bisa
fraktur pada beberapa daerah yang lemah [Dikutip dari kepustakaan 4]
17

Gambar 3. Simple bone cyst: mengisi rongga meduler tetapi tidak mengekspansi tulang. [Dikutip
dari kepustakaan 4]

Gambar 4. Giant cell tumor. [Dikutip dari kepustakaan 4]

Gambar 6. Osteosarcoma. a) Gambar X-ray femur distal. b,c) MRI; scanning potongan coronal dan
sagital menunjukan perluasan intra dan ekstraosseus dari tumor. [Dikutip dari kepustakaan 4]
18

Gambar 7. Condrosarcoma primer . [Dikutip dari kepustakaan 4]

Gambar 8. Ewings tumor pada humerus.


[Dikutip dari kepustakaan 4]

b. Pemeriksaan lainnya

Untuk penegakkan diagnosis perlu pula menilai hitung darah lengkap,

laju endap darah, elektroforesis protein dan tes untuk penyakit tulang

metabolik. 8

Beberapa lesi sangat khas sehingga biopsi tidak diperlukan (kista

soliter, penyakit Paget). Yang lainnya lebih tidak jelas dan biopsi sangat

penting untuk diagnosis. Jika reduksi terbuka fraktur diindikasikan, biopsi

dapat dilakukan pada waktu bersamaan; Jika tidak, prosedur definitif harus

diatur. 8
19

Beberapa pengecualian, biopsi sangat penting untuk diagnosis dan

perencanaan pengobatan. Jika tersedia keahlian yang cukup, biopsi bisa

dilakukan dengan jarum besar; Biopsi terbuka lebih bisa diandalkan. Situs

ini dipilih sehingga bisa disertakan dalam operasi ablatif berikutnya. Sedikit

mungkin tumor terkena dan blok jaringan dilepaskan secara ideal di zona

batas, sehingga termasuk jaringan normal, pseudocapsule dan jaringan

abnormal. Bagian beku harus diperiksa tidak sebanyak untuk membuat

diagnosis definitif tapi untuk memastikan bahwa jaringan perwakilan telah

diperoleh. Jika perlu, beberapa contoh bisa diambil. Jika tulang dihilangkan,

area mentah ditutupi dengan lilin tulang atau semen methylmethacrylate.

Jika tourniquet digunakan, harus dilepas dan hemostasis penuh tercapai

sebelum menutup luka. Saluran air harus dihindari, sehingga meminimalkan

risiko kontaminasi tumor.

Biopsi tumor seharusnya tidak dianggap sebagai prosedur 'minor'.

Komplikasi biposi meliputi perdarahan, kerusakan luka, infeksi dan fraktur

patologis. Orang yang melakukan biopsi harus memiliki gagasan yang jelas

tentang apa yang mungkin dilakukan selanjutnya dan di mana sayatan

operasi atau penutup kulit akan ditempatkan.

Untuk tumor yang hampir pasti jinak, biopsi eksisi diperbolehkan

(seluruh lesi diangkat); dengan kista, jaringan representatif dapat diperoleh

dengan kuretase.

Saat berhadapan dengan tumor yang dicurigai ganas, lakukan biopsi

sesegera mungkin. Karena ini dapat mengubah penampilan CT dan MRI,

penting untuk menunda operasi sampai semua studi pencitraan selesai

dilakukan. 8
20

G. Diagnosis Banding

Lampiran 1.

H. Penatalaksanaan

Prinsip tatalaksana fraktur patologis adalah sama dengan fraktur yang lain,

dengan metode pilihan yang tergantung pada kondisi tulang. Kelainan patologis

yang mendasari juga perlu untuk di terapi.

1. Penatalaksanaan awal 4

a. Pertolongan pertama

Pada penderita dengan fraktur yang penting dilakukan adalah

membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan

imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa

nyaman dan mengurangi nyeri sebelum diangkut dengan ambulans.

b. Penilaian klinis

Sebelum menilai fraktur itu sendiri. Perlu dilakukan penilaian klinis,

apakah luka itu luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf

ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain.

c. Resususitasi

Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple tiba di rumah sakit

dengan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada

frakturnya sendiri berupa pemberian transfuse darah dan cairan lainnya serta

obat-obat anti nyeri.


21

2. Prinsip pengobatan (4R)4

a. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur

Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur

dengan anamnesis, pemeriksaan klinik, dan radiologis. Pada awal

pengobatan perlu diperhatikan :

Lokalisasi fraktur

Bentuk fraktur

Menentukan teknik yang sesuai dengan pengobatan

Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.

b. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu

Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi

yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis

dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah

komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoarthritis

dikemudian hari. Posisi yang baik adalah :

Aligmant yang sempurna

Reposisi yang sempurna

Fraktur seperti fraktur clavicula, iga dan fraktur inpaksi dari humerus

tidak memerlukan reduksi. Angulasi > 5 pada tulang panjang anggota gerak

bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10 pada humerus dapat

diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya 50%, dan over-riding tidak

melebihi 0,5 inci pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat diterima

dimanapun lokalisasi fraktur.

c. Retention; imobilisasi fraktur


22

d. Rehabilitation; mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin

3. Pengobatan untuk fraktur patologis secara umum4

Prinsip pengobatan sama dengan fraktur pada umumnya yaitu terdiri dari

reduksi, pertahankan reduksi dan fisioterapi, pemilihan metode pengobatan

disesuaikan dengan kondisi tulang serta kelainan patologis yang ditemukan.

a. Kelainan tulang yang bersifat umum

Kelainan tulang yang bersifat umum misalnya penyakit paget,

penyembuhan tulang sangat mudah hanya dengan imobilisasi adekuat

berupa fiksasi interna sudah cukup memadai.

b. Kelainan jinak lokal tulang

Kelainan jinak tulang yang bersifat local misalnya kista soliter dapat

sembuh spontan, sehingga tidak diperlukan pengobatan khusus. Kuretase

diperlukan dikemudian hari setelah fraktur sembuh.

c. Tumor maligna primer

Bila fraktur pada kelainan ini, maka diperlukan pemakaian bidai dan

dipikirkan upaya stabilisasi tumor dengan fiksasi interna atau mungkin

diperlukan penggantaian sebagian anggota gerak dengan fiksasi pengganti

berupa protesis. Walaupun demikian prognosisnya tetap jelek.

d. Tumor mestastasis

Metastasis adalah penyebab sering patah patologis pada orang tua.

Kanker payudara adalah sumber yang paling umum dan tulang paha

merupakan target yang paling umum. Saat ini pasien kanker (bahkan

mereka yang memiliki metastase) sering hidup selama beberapa tahun dan

pengobatan fraktur yang efektif akan sangat meningkatkan kualitas hidup


23

mereka. Pra operasi, penelitian pencitraan harus dilakukan untuk

mendeteksi lesi tulang lainnya; Ini mungkin dapat diterima untuk fiksasi

'profilaksis'.

Fraktur poros tulang panjang harus diobati dengan fiksasi internal.

Nails intramedullary lebih cocok dari pada plate dan screw dan jika perlu.

Fraktur di dekat ujung tulang seringkali dapat diobati dengan

penggantian eksisi dan penggantian prostetik, terutama pada kasus fraktur

leher femur.

Fraktur kompresi patologis tulang belakang menyebabkan rasa sakit

yang berat. Hal ini disebabkan sebagian besar karena ketidakstabilan dan

perawatan tulang belakang harus mencakup stabilisasi operasi. Jika terdapat

gambaran klinis atau gambaran dari sumsum tulang belakang terbukti atau

terancam atau kompresi cauda equina, segmen yang terkena harus

didekompresi.

4. Terapi spesifik

a. Non-ossifying fibroma

Kecuali fraktur, pengobatan tumor beningna tulang ini tidak perlu

dilakukan.

b. Simple bone cyst

Lesi asimtomatik pada dapat dibiarkan sendiri tetapi pasien harus

diingatkan untuk menghindari cedera yang dapat menyebabkan fraktur.

Kista 'Aktif' (pada anak kecil, biasanya menempel di lempeng physeal dan

jelas membesar dalam rontgen serial harus ditangani, misalnya, dengan

aspirasi cairan dan injeksi metilprednisolon 80-160 mg. Hal ini telah
24

dibuktikan dapat menghentikan pembesaran lebih lanjut dan meningkatkan

penyembuhan kista. Jika kista terus membesar, atau jika terdapat fraktur

patologis, rongga harus diekstraksi.

c. Osteochondroma

Jika tumor menimbulkan gejala, maka tumor harus dipotong. Pada

orang dewasa, ketika tumor lebih besar atau nyeri maka operasi sangat

mendesak, karena fitur ini menunjukkan keganasan, bahkan jika histologi

terlihat 'jinak'.

d. Giant cell tumor

Lesi berbatas tegas dan tumbuh lambat dengan histologi jinak dapat

dengan aman diterapi dengan kuretase dan 'striping', kemudian disiram

dengan hidrogen peroksida atau nitrogen cair. Tumor yang lebih agresif, dan

lesi rekuren, harus diobati dengan eksisi diikuti dengan dengan

pencangkokan tulang atau penggantian prostetik.

e. Echocondroma

Jika tumor ini nyeri atau membesar, atau jika terjadi fraktur patologis,

sebaiknya disingkirkan secepat mungkin dengan kuretase.

f. Osteosarcoma

Multi-agen kemoterapi diberikan selama 8-12 minggu. Kemudian,

jika tumornya dapat direseksi dan tidak ada lesi yang tersembunyi, reseksi

lebar dilakukan untuk menghilangkan lesi primer sepenuhnya. Tingkat

kematian setelah kekambuhan lokal jauh lebih buruk daripada lesi pertama.

Berdasarkan lokasi tumor, persiapan akan dilakukan untuk mengganti


25

segmen tulang dengan cangkok tulang atau implan buatan; dalam beberapa

kasus amputasi mungkin lebih tepat.

Spesimen patologis diperiksa untuk menilai respons terhadap

kemoterapi pra operasi. Jika nekrosis tumor (lebih dari 90%), kemoterapi

dilanjutkan selama 6-12 bulan lagi; jika responnya buruk makan agen

kemoterapi tersebut di subtitusi.

g. Condrosarcoma

Chondrosarcomas biasanya lambat tumbuh dan bermetastasis. Mereka

menyajikan kasus ideal untuk penggantian eksisi dan prostetik yang luas,

asalkan dapat diketahui bahwa lesi dapat sepenuhnya hilang tanpa

memperlihatkan tumor dan tanpa menyebabkan hilangnya fungsi yang tidak

dapat diterima. Jika tidak amputasi bisa menjadi pilihan yang lebih aman.

Tumor ini tidak berespon terhadap radioterapi atau kemoterapi.

h. Ewings tumor

Tumor ini memiliki prognosis yang buruk dan operasi tidak banyak

berpengaruh. Radioterapi memiliki efek yang tinggi pada tumor namun

kelangsungan hidup secara keseluruhan tidak banyak meningkat.

Kemoterapi lebih efektif dengan survavel rate lebih dari 5 tahun sekitar

50%. Hasil terbaik dicapai dengan kombinasi ketiga metode berikut:

kemoterapi neoadjuvant, pra operasi atau radioterapi diikuti oleh eksisi

local dan kemudian menjalani kemoterapi lebih lanjut selama 1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai