PENDAHULUAN
Tumor tulang merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi pada tulang.
Tumor ini dapat terjadi pada bagian tulang manapun yang bermula pada sel normal
yang berubah dan tumbuh tidak terkontrol. Tumor tulang dapat bersifat jinak maupun
ganas.1
Tumor tulang sering menjadi dilema bagi radiolog karena gambarannya yang
hampir mirip dengan kondisi metabolik abnormal dan lesi tumorlike. Radiologi
konvensional direkomendasikan untuk pemeriksaan imejing pertama pada kasus yang
mengarah pada tumor tulang. Pemeriksaan radiologi dapat memberikan informasi
mengenai karakteristik morfologi dan memberikan gambaran lesi agresif atau non-
aggressif.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1. Osteosarkoma
2.3.1.1 Definisi
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel
mesenkimal primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid. Osteosarkoma
merupakan tumor ganas tulang primer non hemopoetik yang paling sering ditemukan
pada anak.3
Gambar 6. Ilustrasi Osteosarcoma14
2.3.1.2 Epidemiologi
Insiden osteosarkoma pada semua populasi menurut WHO sekitar 4-5 per
1.000.000 penduduk per tahun pada usia 15-19 tahun. Di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo terdapat 219 kasus (16.8 kasus/tahun) dalam kurun waktu 13 tahun
(1995-2007) yang merupakan jumlah terbanyak dari seluruh keganasan tulang
(70,59%) dengan distribusi terbanyak pada dekade kedua. Tumor ini lebih sering
terjadi pada laki-laki dan 70% dengan perbandingan 3:2. Hal ini bisa disebabkan
masa pertumbuhan tulang pada pria lebih lama daripada wanita. Tumor ini paling
sering diderita oleh anak-anak usia dekade ke-2 kehidupan, lebih dari 60% pada
pasien kurang dari 25 tahun.3 Insiden osteosarkoma dapat meningkat kembali pada
usia di atas 60 tahun, sehingga penyakit ini disebut juga memiliki distribusi yang
bersifat bimodal.15
Predileksi tersering adalah daerah lutut yaitu distal femur, proksimal tibia,
proksimal humerus. Osteosarkoma muncul terutama pada daerah metafisis tulang
panjang dengan rasio pertumbuhan yang cepat meskipun tidak menutup kemungkinan
dapat terjadi pada semua tulang.16
Surface Osteosarcoma
Surface osteosarcoma adalah varian yang jarang ditemukan, termasuk
diantaranya adalah parosteal osteosarcoma, periosteal osteosarcoma, dan high
grade surface osteosarcoma. Parosteal osteosarcoma lebih sering ditemukan
pada wanita dibandingkan pada pria dan secara histologis diklasifikasikan
sebagai low grade. Periosteal osteosarcoma mungkin muncul dari lapisan
dalam periosteum atau bagian luar korteks dan diklasifikasikan sebagai
intermediate graede. High grade surface osteosarcoma merupakan tumor
ganas yang mampu bermetastasis dan menyebabkan kematian.1,12
2. Telangiectatic Osteosarcoma
Secara radiografi, gambaran klasik dari tumor ini adalah lesi litik, destruksi
tulang geografis, zona transisi yang luas dan endosteal scalloping Selain sel
ganas yang sering ditemukan pada bagian perfifer kavitas, gambaran patologi
osteosarkoma telangiektatik mirip dengan kista aneurisma tulang.16
Gambar 8. Telangiectatic osteosarcoma. Lesi litik pada diafisis femoralis distal dengan zona
transisi yang lebar (*), endosteal scalloping (panah) dan segitiga Codman (kepala panah) 18
4. Periosteal osteosarcoma
Periosteal osteosarcoma menunjukkan lesi pada permukaan dengan kalsifikasi
spikulasi nonhomogen yang tegak lurus dengan korteks dan menunjukkan
gambaran sunburst. Densitas lesi menurun dari basal korteks hingga ke
permukaan.1,12
Gambar 10. Periosteal sarcoma18
2.3.1.8 Prognosis
Faktor-faktor seperti sifat tumor, kondisi pasien, dan pengobatan yang
diterima dapat mempengaruhi prognosis pasien osteosarkoma. Sifat tumor seperti
lokasi tumor, ukuran tumor, histopatologi (high grade, low grade), luasnya (infiltratif,
kelenjar regional, metastasis lokal, atau jauh), respon terhadap pengobatan, respon
histologi terhadap kemoterapi (Huvos), tipe dan margin operasi dapat
dipertimbangkan untuk menentukan pronosis penyakit. Selain itu ALP, LDH, dan D
dimer juga dapat diperiksa untuk menggambarkan luasnya lesi dan gangguan
hiperkoagulasi yang dapat terjadi.1,15
Pada pasien, usia, status gizi (BMI), status performa, komorbiditas (mis. TB,
hepatitis, gagal ginjal, gagal jantung) penting terhadap prognosis kesintasan dan
toleransi pengobatan yang diberikan pada pasien.Selain itu terkait pengobatan,
diagnosis dan terapi yang terlambat, pengalaman dan keterampilan tenaga medis
(operasi, kemoterapi, radiasi dan suprtif terapi), serta kurangnya fasilitas (tenaga dan
alat) dapat menurunkan prognosis menjadi lebih buruk.15
2.3.2.3 Etiologi
Penyebab pasti sarkoma Ewing masih belum dapat dipastikan. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini disebabkan karena perubahan sel
kromoson pada DNA. Sarkoma Ewing terjadi akibat translokasi kromosom 11 dan
22, dimana gen EWS pada kromoson 22 berpindah ke gen FLI1 pada kromoson 11
dan menyatu. Perpindahan ini dinamakan translokasi 11; 22 [t(11; 22)]. Translokasi
ini menghasilkan potongan baru pada DNA dan dicurigai menjadi mekanisme primer
sarkoma Ewing.22
2.3.2.4 Patogenesis
Pada tahun 1983 Turc-Carel pertama kali menjelaskan mengenai translokasi
t(11;22)(q;24;12) pada kasus sarkoma Ewing. Meskipun demikian, ilmu biologi
heterogen menemukan bahwa ada keterlibatan mekanisme molekuler lain pada pasien
dengan sarcoma Ewing. Sebuah gen hibrid dibentuk oleh penyatuan EWSR1 di
22q12 dengan gen FLI1 di 11q24. EWSR1 adalah gen dari ten-eleven translocations
(TET) yang memiliki fungsi untuk transportasi, prosesing RNA dan ekspresi gen.
Translokasi gen ini mengakibatkan peningkatan jumlah sel yang tidak terkontrol.19,22
Gambar 15. Gambaran humerus yang menunjukkan reaksi korteks yang permeatif 22
2.3.2.7 Tatalaksana
Tata laksana sarkoma Ewing memerlukan kemoterapi sistemik digabungkan
dengan pembedahan atau radioterapi atau keduanya untuk kontrol lokal tumor.
Dengan penggunaan regimen terapi multimodal termasuk kombinasi kemoterapi,
pembedahan, dan radioterapi, angka kesembuhan 50% atau lebih dapat dicapai.17
2.3.2.8 Prognosis
Faktor prognostik sebelum tata laksana dapat dinilai dari beberapa aspek
meliputi lokasi, ukuran, usia, jenis kelamin dan metastasis. Pasien dengan lokasi
tumor di distal ekstremitas memiliki prognosis paling baik, lokasi di proximal
ekstremitas prognosis intermediet, dan memburuk pada lokasi di aksial.1,12
BAB III
KESIMPULAN
Tumor tulang berasal dari sel tulang yang berubah dan tumbuh secara tidak
terkontrol. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas. Pada anak, tumor tulang
primer ganas tersering adalah osteosarcoma dan diikuti oleh sarkoma Ewing.
Kasus tumor tulang sering menjadi dilema bagi radiolog karena gambaran
yang hampir mirip dengan abnormalitas lain kondisi tumorlike. Pemeriksaan
radiologi konvensional merupakan modalitas pertama dan penting untuk melihat
karakteristik morfologi tumor tulang. Pemeriksaan radiologi konvensional
direkomendasikan sebagai pemeriksaan imejing pertama pada kasus-kasus yang
dicurigai tumor tulang karena dapat memberikan informasi mengenai karakteristik
morfologi dan memberikan gambaran lesi agresif atau non-aggressif.
DAFTAR PUSTAKA
th
1. Coley BD. 2013. Caffey’s Pediatric Diagnostic imaging 12 Edition. Elsevier-
Health Sciences Division. Philadephia.
2. American Cancer Society. 2014. Cancer facts and figures. Available from :
http://www.cancer.org/research/cancerfactsstatistics/cancerfactsfigures2014/
[Accessed 22 November 2018]
3. Mehta K, McBee MP, Mihal DC, England EB. 2017. Radiographic Analysis of
Bone Tumors : A Systemic Approach. Semin Roentgenol. 52(4):194-208.
4. Anatomical differences between adult and child bone by The Royal Children’s
Hospital Australia, viewed 21 November 2018,
<https://www.rch.org.au/fracture-
education/anatomy/Anatomic_differences_child_vs_adult/>
5. Moore KL., Agur AMR. 2002. Anatomi Klinis Dasar. Hipokrates. Jakarta.
6. Jukes, J. M., Both, S. K., Leusink, A., Sterk, L. M., van Blitterswijk, C. A. & de
Boer, J. 2008. Endochondral bone tissue engineering using embryonic stem cells.
Proc Natl Acad Sci U S A, 105, 6840-5.
7. Intramembranous ossification, viewed 21 November 2018,
<https://id.pinterest.com/pin/822892163134796989/?lp=true>
8. Kanczler, J. M. & Oreffo, R. O. 2008. Osteogenesis and angiogenesis. Eur Cell
Mater, 15, 100-14.
9. Snell RS. 2006. Clinical Anatomy For Medical Students 6 th Edition. Lippincott
Williams & Wilkins Inc. USA
10. Boulpaep EL, Boron WF (2005) Medical physiology: a cellular and molecular
approach. Saunders, Philadelphia
11. Children's bones are more porous than adults. The Haversian canals occupy a
larger space in bone of a child by The Royal Children’s Hospital Australia,
viewed 22 November 2018, < https://www.rch.org.au/fracture-
education/biomechanics/biomechanical_differences_between_adult_and_child/>
12. Greenspan A, Beltran J. 2004. Orthopedic imaging: A practical approach,
World health organization classification of tumors of soft tissue and bone. 1st
ed. Lyon: IARC Press : p. 264-85.
16. Murphey MD, wan Jaovisidha S, Temple HT, Gan- non FH, Jelinek JS, Malawer
MM. 2003. Telangiectatic osteosarcoma: radiologic-pathologic comparison.
Radiology : 229(2):545–553.
17. Salter R. Neoplasm of musculoskeletal tissues. 1999. In: Textbook of disorder