PENDAHULUAN
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan.1 Dislokasi menyebabkan terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi bisa mengenai komponen
tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering
berdislokasi. Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk
sendi glenoid yang dangkal serta adanya kelonggaran ligament. Dislokasi bahu dapat
terjadi pada bagian anterior (paling sering, ditemukan pada 95% kasus), posterior
atau errecta. Dislokasi anterior terjadi biasanya pada posisi sendi bahu abduksi dan
external rotasi. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang
ditemukan pada anak-anak.1
Tingkat kejadian dislokasi bahu adalah sekitar 24 per 100.000 orang per tahun
di dunia. Dan sementara ini telah dilaporkan terdapat peningkatan angka kejadian
lebih dari dua kali lipat dari tingkat sebelumnya untuk dislokasi bahu pada populasi
umum di Amerika Serikat, dibandingkan dengan angka kejadian cedera
muskuloskeletal yang lainnya yang umum didapati di ruang gawat darurat, seperti
luka pada lutut, punggung bawah dan kaki.2
Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8 persen
laki-laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara 15-29
tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari semua cedera
olahraga yaitu pada olahraga sepakbola dan basket. Pada wanita, tingkat dislokasi
1
yang lebih tinggi terlihat di antara penderita yang berusia > 60 tahun. Peningkatan ini
terutama diakibatkan oleh kejadian terjatuh di rumah.2
Tanda-tanda dislokasi sendi bahu yaitu, sendi bahu tidak dapat digerakakkan;
penderita mengendong tangan yang sakit dengan tangan yang lainnya; penderita tidak
bisa memegang bahu yang berlawanan; kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak
teraba pada tempatnya; lengkung bahu hilang; tidak dapat digerak-gerakkan; lengan
atas sedikit abduksi; lengan bawah sedikit supinasi.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1) Sendi Bahu
Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut
cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti
menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama
3
yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai
mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus
dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga
bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat
sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.
2) Kapsul Sendi
a) Kapsul Sinovial
4
reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan,
misalnya pada artrosis sendi.4
b) Kapsul Fibrosa
3) Kartilago
Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi,
sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau. Namun demikian pada
gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan
degenerasi kartilago.4
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi. Dislokasi ditandai dengan keluarnya bonggol sendi dari mangkok
sendi atau keluarnya kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang
bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Dikatakan
Recurrent apabila terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan Habitual apabila
dislokasi dapat diprofokasikan sendiri oleh penderitanya, keadaan ini bersifat
kongenital atau akibat injeksi berkali-kali (biasanya antibiotika) ke dalam otot.1
Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.
Ini disebabkan karena beberapa faktor, dangkalnya mangkuk sendi glenoid; besarnya
rentang gerakan; keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa yang longgar atau
displasia glenoid; dan mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas yang penuh
tekanan pada tungkai atas.1
5
2.3 Etiologi Dislokasi Sendi Bahu
6
3.5 Klasifikasi dislokasi
3.5.1 Dislokasi anterior
7
Gambar 2.3 Dislokasi Posterior
8
Gambar 2.5 Dislokasi disertai dengan Fraktur Tuberositas Mayor Humerus
9
lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain dan tidak
mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan
sebelah lain dan ia tidak dapat menyentuh dadanya.1
Lengan yang cedera tampak lebih panjang dari normal, bahu terfiksasi
sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi ke arah interna. Posisi badan
penderita miring ke arah sisi yang sakit. Pemeriksa terkadang dapat membuat scapula
bergerak pada dadanya namun tidak akan dapat menggerakkan humerus pada scapula.
Jika pasien tidak terlalu banyak menggerakkan bahunya, maka pada kasus ini kaput
humerus yang tergeser dapat diraba di bawah prosesus korakoideus. Fungsi nervus
sirkumflex harus diperiksa karena rentan mengalami cedera pada kasus ini.3
Kasus ini jarang terjadi dan sering terabaikan karena pasien terlihat seperti
melindungi ekstrimitasnya.. Biasanya dari anamese didapati riwayat trauma yang
hebat pada bahu, riwayat terkena aliran listrik, atau intoksikasi alkohol. Dari
pemeriksaan fisik terlihat lengan dalam posisi adduksi dan rotasi interna. Pergerakan
rotasi eksternal mengalami tahanan. Pada pasien yang kurus kaput humerus dapat
teraba pada bagian posterior.3
10
Ada 2 tanda khas pada kasus dislokasi sendi bahu anterior ini yaitu sumbu
humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah
dibawah akromion kosong pada palpasi. Penderita merasakan sendinya keluar dan
tidak mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan
sebelah lain dan ia tidak dapat menyetuh dadanya.6
Lengan yang cedera tampak lebih panjang daripada normal, bahu terfiksasi
sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi kearah interna. Posisi badan
penderita miring kearah sisi yang sakit. Pemeriksa terkadang dapat membuat skapula
bergerak pada dadanya namun tidak akan dapat menggerakkan humerus pada scapula.
Jika pasien tidak terlalu banyak menggerakka bahunya , maka pada kasus ini kaput
humerus yang tergeser dapat diraba dibawah prosesus korakoideus.6
Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu anterior ini dapat
menggunakan tanda cemas (apprehension sign). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara mengangkat lengan kedalam abduksi, rotasi luar dan kemudian ekstensi secara
hati-hati dalam posisi duduk atau berbaring. Pada saat kritis pasien akan merasa
bahwa kaput humerus seperti akan telepas kebagian anterior dan tubuhnya menegang
karena cemas. Uji ini harus diulangi dengan menekan bagian depan bahu, dimana
dengan manuver ini pasien akan merasa lebih aman dan tanda cemasnya negatif.7
Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Polos
Pemeriksaan radiologis harus meliputi sudut anteroposterior dan lateral. Pada sudut
anteroposterior dapat ditentukan bilamana terjadi rotasi interna dan eksterna. Pada
rotasi interna dapat dilihat lesi Hill-Sachs pada caput hemurus posterolateral. Pada
sudut lateraldapat dilihat sublukasasi glenohumeral ataupun dislokasi, dapat juga
unutk melihat bilamana terdapat fraktur. Pada dislokasi sendi bahu anterior, kaput
hemrus berada di bagian depan ataupun medial dari glenoid. Pada dislokasi posterior
terdapat gambaran berupa light bulb yang diakibatkan rotasi interna dari humerus.3
11
Dislokasi anterior Dislokasi posterior
Dislokasi anterior
Beraneka ragam metode reduksi dilakukan pada pasien dengan dislokasi sendi
bahu. Untuk pasien yang pernah mengalami dislokasi sebelumnya, traksi sederhana
pada lengan biasanya berhasil dengan baik. Biasanya diperlukan penggunaan sedasi
atau anestesi general.8
12
Gambar 2.7. Metode Stimson
13
daerah dada. Teknik ini kurang direkomendasikan karena dapat
mengakibatkan cidera pada nervus, pembuluh darah dan pada tulang.
Lengan diistirahatkan dengan mitella selama 3-4 minggu pada penderita yang
usianya dibawah 40 tahun (yang lebih sering terjadi rekurensi) dan hanya 1-2 minggu
pada usia lebih 40 tahun (lebih sering terjadi kekakuan). Kemudian dimulai
pergerakan ringan namun kombinasi abduksi dan rotasi lateral sebaiknya dihindari
selama 2 minggu. Selama periode ini, siku dan jari mulai digerakkan setiap hari.6
Dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi
eksterna, serta dilakukan imobilisasi selama 2-4 minggu.6
2. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Bahu Inferior
Dilakukan reduksi tertutup menarik lengan ke depan secara hati-hati dan
rotasi eksterna. Lengan diistirahatkan sampai nyeri hilang, namun hindari melakukan
14
abduksi selama 4 minggu setelah terjadi penyembuhan jaringan lunak. Apabila hal
ini tidak berhasil dapat dilakukan reduksi terbuka dengan operasi.6
Open reduction
Indikasi dilakukan open reduction pada dislokasi sendi bahu adalag sebagai berikut:8
Bila hasil reposisi tidak stabil. Biasanya bila ada fragment tulang (fraktur
dilokasi)
Adanya cedera vascular sebelum reposisi dan masih tetap terjadi setelah
reposisi
15
3. Operasi untuk memperkuat kapsul anteroinferior dengan mengarahkan
tulang otot lain ke bagian depan sendi itu (misalnya operasi Bristow –
Helfet, 1958)
Jika labrum dan kapsul anterior terlepas, dan sendi tidak nyata – nyata
longgar, sebaiknya dilakukan operasi Bankart yang digabungkan dengan
kapsulografi anterior. Sendi dibuka dengan pendekatan deltopektoral, labrum dijahit
pada lubang yang dibor pada lingkar glenoid dan bila perlu, kapsul dikencangkan
dengan lipatan tumpang tindih tanpa memperpendek subskapularis. Operasi plutti –
Platt di mana subskapularis ditumpang dan dipendekkan, juga memberikan hasil
yang baik tetapi dengan kerugian berupa hilangnya rotasi luar. Operasi Bristow
dimana prosessus coracoids dengan otot – otot yang melekat ditransposisikan ke
depan leher scapula, lebih sedikit menghilangkan rotasi luar.8
16
Below is an arthroscopic view of a post dislocation Bankart lesion (tear of the anterior labrum). And
Below the sutures have been tied and the anterior glenoid labrum have been repaired arthroscopically
A. Awal
Rotator cuff tear. Biasa mengiringi dislokasi anterior pada orang
dewasa. Pasien mungkin kesulitan mengabduksikan lengannya setelah
reduksi; kontraksi muskulus deltoid yang teraba menyingkirkan kelumpuhan
saraf aksilaris.8
17
Kerusakan saraf. Saraf aksilaris paling sering mengalami cedera,
pasien tidak dapat mengkontraksikan otot deltoid dan sedikit kehilangan rasa
pada otot. Ketidakmampuan abduksi harus dibedakan dari robekan rotator
cuff.8
Kerusakan pembuluh darah. Arteri aksilaris dapat mengalami
kerusakan, khususnya pada orang tua dengan pembuluh darah yang rapuh.
Ini bisa terjadi saat cedera ataupun saat melakukan reduksi. Tungkai harus
selalu diperiksa ada tidaknya tanda-tanda iskemia sebelum dan sesudah
reduksi.8
Fraktur-dislokasi. Jika ada hubungan fraktur proksimal humerus,
mungkin diperlukan reduksi terbuka dengan fiksasi internal.8
B. Terlambat
Kaku bahu.
Lamanya immobilisasi dapat menyebabkan kekakuan pada sendi bahu,
khususnya pada pasien diatas 40 tahun.
Dislokasi tak tereduksi. Dislokasi sendi bahu terkadang tidak
terdiagnosa. Biasa terjadi pada pasien yang tidak sadar atau terlalu tua.
Reduksi tertutup baik dilakukan sampai 6 minggu setelah cedera;
manipulasi yang dilakukan setelah itu dapat menyebabkan fraktur, robekan
pembuluh darah atau saraf.
Dislokasi rekuren. Jika dislokasi anterior merobek kapsul sendi bahu,
perbaikan diikuti reduksi secara spontan maka dislokasi mungkin tidak
terjadi, tetapi bila glenoid lepas atau kapsul tertanggal didepan leher
glenoid, rekurensi lebih sering terjadi.8
Dislokasi tak tereduksi. Minimal setengah dari pasien dengan dislokasi
posterior tidak tereduksi ketika pertama kali. Berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan berlalu sebelum diagnosis ditegakkan dan lebih dari dua
pertiga dislokasi posterior tidak dikenali awalnya.8
18
Dislokasi rekuren atau subluksasi
3.10 Prognosis
Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley G, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur sistem Apley. Edisi; 9;
Jakarta: Widya Medika;2010.
19
2. Brett MD, study co-author. Studies show high rates of shoulder dislocation in
young men and elderly women an orthopedic surgeon at the Keller Army Hospital
at West Point, New York and Associate Professor at the Uniformed Services
University of Health Sciences; March 2010.
3. Eko AP, Zuhdi MS, Wahyu TP, Yudi S. Dislokasi Pada Sendi Bahu. Digital
Library USU.2017.
20