Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan.1 Dislokasi menyebabkan terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi bisa mengenai komponen
tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat
yang seharusnya. Dislokasi yang sering terjadi adalah dislokasi sendi bahu dan sendi
pinggul. Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering
berdislokasi. Ini disebabkan karena banyaknya rentang gerakan sendi bahu,mangkuk
sendi glenoid yang dangkal serta adanya kelonggaran ligament. Dislokasi bahu dapat
terjadi pada bagian anterior (paling sering, ditemukan pada 95% kasus), posterior
atau errecta. Dislokasi anterior terjadi biasanya pada posisi sendi bahu abduksi dan
external rotasi. Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa, jarang
ditemukan pada anak-anak.1

Tingkat kejadian dislokasi bahu adalah sekitar 24 per 100.000 orang per tahun
di dunia. Dan sementara ini telah dilaporkan terdapat peningkatan angka kejadian
lebih dari dua kali lipat dari tingkat sebelumnya untuk dislokasi bahu pada populasi
umum di Amerika Serikat, dibandingkan dengan angka kejadian cedera
muskuloskeletal yang lainnya yang umum didapati di ruang gawat darurat, seperti
luka pada lutut, punggung bawah dan kaki.2

Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8 persen
laki-laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara 15-29
tahun; 48,3 persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari semua cedera
olahraga yaitu pada olahraga sepakbola dan basket. Pada wanita, tingkat dislokasi

1
yang lebih tinggi terlihat di antara penderita yang berusia > 60 tahun. Peningkatan ini
terutama diakibatkan oleh kejadian terjatuh di rumah.2

Tanda-tanda dislokasi sendi bahu yaitu, sendi bahu tidak dapat digerakakkan;
penderita mengendong tangan yang sakit dengan tangan yang lainnya; penderita tidak
bisa memegang bahu yang berlawanan; kontur bahu hilang, bongkol sendi tidak
teraba pada tempatnya; lengkung bahu hilang; tidak dapat digerak-gerakkan; lengan
atas sedikit abduksi; lengan bawah sedikit supinasi.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sendi Bahu

Gambar 2.1 Anatomi Sendi Bahu

1) Sendi Bahu

Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah


sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendi kostovertebral atas, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan
sendi glenohumeral atau sendi bahu. Gangguan gerakan didalam sendi bahu sering
mempunyai konsekuensi untuk sendi-sendi yang lain di gelang bahu dan sebaliknya.4

Sendi bahu dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut
cavitas glenoidalis. Sendi ini menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti
menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama

3
yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai
mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus
dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga
bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat
sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya.

Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu:5

 Perbandingan antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya


tidak sebanding.

 Kapsul sendinya relatif lemah.

 Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus,


infrapinatus, teres minor dan subscapularis.
 Gerakannya paling luas.
 Stabilitas sendinya relatif kurang stabil.

Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendi bahu


lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan
sendi lainnya.5

2) Kapsul Sendi

Kapsul sendi terdiri atas 2 lapisan (Haagenars)

a) Kapsul Sinovial

lapisan bagian dalam dengan karakteristik mempunyai jaringan


fibrokolagen agak lunak dan tidak memiliki saraf reseptor dan pembuluh
darah.Fungsinya menghasilkan cairan sinovial sendi dan sebagai
transformator makanan ke tulang rawan sendi. Bila ada gangguan pada
sendi yang ringan saja, maka yang pertama kali mengalami gangguan
fungsi adalah kapsul sinovial, tetapi karena kapsul tersebut tidak memiliki

4
reseptor nyeri, maka kita tidak merasa nyeri apabila ada gangguan,
misalnya pada artrosis sendi.4

b) Kapsul Fibrosa

Karakteristiknya berupa jaringan fibrous keras dan memiliki saraf reseptor


dan pembuluh darah. Fungsinya memelihara posisi dan stabititas sendi,
memelihara regenerasi kapsul sendi, Sehingga dapat merasakan posisi
sendi dan merasakan nyeri bila rangsangan tersebut sudah sampai di
kapsul fibrosa.4

3) Kartilago

Kartilago atau ujung tulang rawan sendi berfungsi sebagai bantalan sendi,
sehingga tidak nyeri sewaktu penderita berjalau. Namun demikian pada
gerakan tertentu sendi dapat nyeri akibat gangguan yang dikenal dengan
degenerasi kartilago.4

2.2 Definisi Dislokasi

Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi. Dislokasi ditandai dengan keluarnya bonggol sendi dari mangkok
sendi atau keluarnya kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang
bergeser disebut subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi. Dikatakan
Recurrent apabila terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan Habitual apabila
dislokasi dapat diprofokasikan sendiri oleh penderitanya, keadaan ini bersifat
kongenital atau akibat injeksi berkali-kali (biasanya antibiotika) ke dalam otot.1

Sendi Bahu merupakan salah satu sendi besar yang paling sering berdislokasi.
Ini disebabkan karena beberapa faktor, dangkalnya mangkuk sendi glenoid; besarnya
rentang gerakan; keadaan yang mendasari misalnya ligamentosa yang longgar atau
displasia glenoid; dan mudahnya sendi itu terserang selama aktivitas yang penuh
tekanan pada tungkai atas.1

5
2.3 Etiologi Dislokasi Sendi Bahu

Dari segi Etiologi, Dislokasi dapat disebabkan oleh:



Cedera olah raga. Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah
sepak bola dan hoki, serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya: terperosok
akibat bermain ski, senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola
paling sering mengalami dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara
tidak sengaja menangkap bola dari pemain lain.

Trauma yang tidak berhubungan dengan olah raga seperti benturan keras pada
sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.

Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin

Patologis: terjadinya ‘tear’ ligament dan kapsul articuler yang merupakan
kompenen vital penghubung tulang.5

2.4 Patofisiologi Dislokasi Bahu


Dislokasi terjadi karena kekuatan yang menyebabkan gerakan rotasi eksterna
dan ekstensi sendi bahu. Kaput humerus didorong kedepan dan menimbulkan avulsi
kapsul sendi dan kartilago beserta periosteum labrum glenoidalis bagian anterior. 6,7
Pada dislokasi berulang labrum dan kapsul sering terlepas dari lingkar anterior
glenoid. Tetapi pada beberapa kasus labrum tetap utuh dan kapsul serta ligamentum
glenohumerus keduanya terlepas atau terentang kearah anterior dan inferior. Selain itu
mungkin ada indentasi pada bagian posterolateral kaput humerus (lesi Hill-Sachs),
yaitu suatu fraktur kompresi akibat kaput humerus menekan lingkar glenoid anterior
setiap kali mengalami dislokasi.7
Dislokasi biasanya disebabkan oleh jatuh pada bagian lengan. Humerus
terdorong kedepan, merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid teravulsi.
Kadang-kadang bagian posterolateral kaput hancur. Mesti jarang, prosesus akromium
dapat mengungkit kaput ke bawah dan menimbulkan luksasio erekta.7

6
3.5 Klasifikasi dislokasi
3.5.1 Dislokasi anterior

Gambar 2.2 Dislokasi Anterior

Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi pregnoid, subkorakoid dan


subklavikuler. Dislokasi bahu anterior merupakan kondisi dimana keluarnya
caput humeri dari cavitas artikulare sendi bahu yang dangkal. Dislokasi sendi
bahu anterior biasanya terjadi setelah cedera akut karena lengan dipaksa
berabduksi, berotasi eksterna dan ekstensi sendi bahu.3

3.5.2 Dislokasi posterior

7
Gambar 2.3 Dislokasi Posterior

Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena


trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.3

3.5.3 Dislokasi inferior atau luksasi erekta

Gambar 2.4 Dislokasi Inferior

Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan mengarah


ke atas sehingga terjadi dislokasi inferior.3
3.5.4 Dislokasi disertai dengan Fraktur Tuberositas Mayor Humerus

8
Gambar 2.5 Dislokasi disertai dengan Fraktur Tuberositas Mayor Humerus

Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur.


Apabila reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan melekat
kembali pada humerus.3

3.6 Manifestasi Klinis


Dislokasi sendi bahu anterior.
Pasien biasanya datang dengan keluhan utama nyeri. Pasien juga
mengeluhkan seperti sesuatu keluar dari tempatnya sehingga dia tidak dapat
menggerakkan tangannya. Pasien kemudian menggunakan tangan yang lain untuk
membantu menyanggahnya.5 Pada kejadian akut yang pertama kali pasien dapat
menjelaskan dengan baik mekanisme trauma; adanya ruda paksa pada bahu dalam
keadaan abduksi, rotasi eksternal, dan ekstensi.1

Pada pemeriksaan fisik ditemukan beberapa tanda diantaranya adanya nyeri,


terdapat benjolan pada bagian depan bahu, posisi lengan abduksi-eksorotasi, tepi
bahu tampak menyudut, nyeri tekan, dan adanya gangguan gerak sendi bahu. Ada 2
tanda khas pada dislokasi sendi bahu anterior ini yaitu sumbu humerus yang tidak
menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah dibawah akromion kosong
pada palpasi. Penderita merasakan sendinya keluar dan tidak mampu menggerakkan

9
lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan sebelah lain dan tidak
mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan
sebelah lain dan ia tidak dapat menyentuh dadanya.1

Lengan yang cedera tampak lebih panjang dari normal, bahu terfiksasi
sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi ke arah interna. Posisi badan
penderita miring ke arah sisi yang sakit. Pemeriksa terkadang dapat membuat scapula
bergerak pada dadanya namun tidak akan dapat menggerakkan humerus pada scapula.
Jika pasien tidak terlalu banyak menggerakkan bahunya, maka pada kasus ini kaput
humerus yang tergeser dapat diraba di bawah prosesus korakoideus. Fungsi nervus
sirkumflex harus diperiksa karena rentan mengalami cedera pada kasus ini.3

Dislokasi Sendi Bahu Posterior.

Kasus ini jarang terjadi dan sering terabaikan karena pasien terlihat seperti
melindungi ekstrimitasnya.. Biasanya dari anamese didapati riwayat trauma yang
hebat pada bahu, riwayat terkena aliran listrik, atau intoksikasi alkohol. Dari
pemeriksaan fisik terlihat lengan dalam posisi adduksi dan rotasi interna. Pergerakan
rotasi eksternal mengalami tahanan. Pada pasien yang kurus kaput humerus dapat
teraba pada bagian posterior.3

3.7 Diagnosis Dislokasi Sendi Bahu


Diagnosis kasus dislokasi bahu anterior ditegakkan melalui anamnesis
(autoanamnesis atau alloanamnesis), pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Anamnesis dapat memberikan informasi riwayat trauma dan mekanisme terjadinya
trauma tersebut, sehingga dapat lebih membantu menegakkan diagnosis dan
mengetahui penyulit-penyulit yang mungkin telah ada dan yang dapat muncul
kemudian. Selain itu juga diperlukan informasi mengenai riwayat penyakit pasien dan
riwayat trauma sebelumnya, untuk mempertimbangkan penanganan yang akan
diambil. Dari pemeriksaan fisik ditemukan beberapa tanda diantaranya adanya nyeri,
terdapat tonjolan pada bagian depan bahu, posisi lengan abduksi – eksorotasi, tepi
bahu tampak menyudut, nyeri tekan, dan adanya gangguan gerak sendi bahu.6,7

10
Ada 2 tanda khas pada kasus dislokasi sendi bahu anterior ini yaitu sumbu
humerus yang tidak menunjuk ke bahu dan kontur bahu berubah karena daerah
dibawah akromion kosong pada palpasi. Penderita merasakan sendinya keluar dan
tidak mampu menggerakkan lengannya dan lengan yang cedera ditopang oleh tangan
sebelah lain dan ia tidak dapat menyetuh dadanya.6
Lengan yang cedera tampak lebih panjang daripada normal, bahu terfiksasi
sehingga mengalami fleksi dan lengan bawah berotasi kearah interna. Posisi badan
penderita miring kearah sisi yang sakit. Pemeriksa terkadang dapat membuat skapula
bergerak pada dadanya namun tidak akan dapat menggerakkan humerus pada scapula.
Jika pasien tidak terlalu banyak menggerakka bahunya , maka pada kasus ini kaput
humerus yang tergeser dapat diraba dibawah prosesus korakoideus.6
Diagnosis klinik untuk kasus dislokasi sendi bahu anterior ini dapat
menggunakan tanda cemas (apprehension sign). Pemeriksaan ini dilakukan dengan
cara mengangkat lengan kedalam abduksi, rotasi luar dan kemudian ekstensi secara
hati-hati dalam posisi duduk atau berbaring. Pada saat kritis pasien akan merasa
bahwa kaput humerus seperti akan telepas kebagian anterior dan tubuhnya menegang
karena cemas. Uji ini harus diulangi dengan menekan bagian depan bahu, dimana
dengan manuver ini pasien akan merasa lebih aman dan tanda cemasnya negatif.7

Pemeriksaan Penunjang
1. Foto Polos
Pemeriksaan radiologis harus meliputi sudut anteroposterior dan lateral. Pada sudut
anteroposterior dapat ditentukan bilamana terjadi rotasi interna dan eksterna. Pada
rotasi interna dapat dilihat lesi Hill-Sachs pada caput hemurus posterolateral. Pada
sudut lateraldapat dilihat sublukasasi glenohumeral ataupun dislokasi, dapat juga
unutk melihat bilamana terdapat fraktur. Pada dislokasi sendi bahu anterior, kaput
hemrus berada di bagian depan ataupun medial dari glenoid. Pada dislokasi posterior
terdapat gambaran berupa light bulb yang diakibatkan rotasi interna dari humerus.3

11
Dislokasi anterior Dislokasi posterior
Dislokasi anterior

Gambar 2.6 Gambaran radiologi dislokasi shoulder

1. CT-scan arthrografi dulunya biasanya digunakan untuk mengevaluasi pasien


dengna instabilitas glenohumeral dan dislokasi atau dengan riwayat instabilitas
sebelumnya. Akan tetapi, sekarang ini CT-scan hanya digunakan apabila terdapat
kontraindikasi pemeriksaan dengan MRI atau jika dicurigai terdapat abnormalitas
glenoid.3

2. MRI dan magnetic Resonanace Arthrografi lebih sensitive dibandingkan


metode lainnya untuk keadaan patplogia pada ligamen, kartilago, cidera bisep
ataupun abnormalitas kapsul. MR artrografi lebih sensitif dibandingkan MRI, dan
hal ini merupakan pemeriksaaan pilihan pada dislokasi sendi bahu, khususnya
untuk kasus instabilitas yang berulang dan lebih bagus untuk mendiagnosa lesi
patologis untuk hal-hal tersebut.3

3.8 Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Bahu

Beraneka ragam metode reduksi dilakukan pada pasien dengan dislokasi sendi
bahu. Untuk pasien yang pernah mengalami dislokasi sebelumnya, traksi sederhana
pada lengan biasanya berhasil dengan baik. Biasanya diperlukan penggunaan sedasi
atau anestesi general.8

 Dengan metode Stimson, pasien ditelungkupkan dan lengan yang sakit


tergantung disebelah tempat tidur. Seteleah 15 hingga 20 menit bahunya akan
tereduksi.

12
Gambar 2.7. Metode Stimson

 Dengan metode Hipocrates, penderita dibaringkan dilantai, anggota gerak


ditarik ke atas dan kaput hemerus ditekan dengan kaki agar kembali ke
tempatnya.

Gambar 2.8 Metode Hipocrates

 Dengan metode Kocher, penderita berbaring di tempat tidur dan


pemeriksa berada disamping penderita. Sendi siku dalam posisi fleksi 90 dan
dilakukan traksi sesuai garis humerus, kemudian dilakukan rotasi ke arah
lateral dan lengan diadduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh ke arah
garis tengah dan lengan kemudian dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di

13
daerah dada. Teknik ini kurang direkomendasikan karena dapat
mengakibatkan cidera pada nervus, pembuluh darah dan pada tulang.

Gambar 2.9 Metode Kocher

Reduksi tanpa pembiusan umum dilakukan dengan teknik menggantung


lengan. Penderita diberikan pethidin atau diazepam agar tercapai relaksasi yang
maksimum, kemudian penderita tidur tengkurap dan membiarkan lengan tergantung
dipinggir tempat tidur. Setelah beberapa waktu dapat terjadi reduksi secara spontan.

Penanganan setelah reposisi

1. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Bahu Anterior

Lengan diistirahatkan dengan mitella selama 3-4 minggu pada penderita yang
usianya dibawah 40 tahun (yang lebih sering terjadi rekurensi) dan hanya 1-2 minggu
pada usia lebih 40 tahun (lebih sering terjadi kekakuan). Kemudian dimulai
pergerakan ringan namun kombinasi abduksi dan rotasi lateral sebaiknya dihindari
selama 2 minggu. Selama periode ini, siku dan jari mulai digerakkan setiap hari.6

1. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Bahu Posterior

Dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi
eksterna, serta dilakukan imobilisasi selama 2-4 minggu.6
2. Penatalaksanaan Dislokasi Sendi Bahu Inferior
Dilakukan reduksi tertutup menarik lengan ke depan secara hati-hati dan
rotasi eksterna. Lengan diistirahatkan sampai nyeri hilang, namun hindari melakukan

14
abduksi selama 4 minggu setelah terjadi penyembuhan jaringan lunak. Apabila hal
ini tidak berhasil dapat dilakukan reduksi terbuka dengan operasi.6

Open reduction

Indikasi dilakukan open reduction pada dislokasi sendi bahu adalag sebagai berikut:8

 Bila gagal dicapai reposisi anatomis yang dikehendaki

 Bila hasil reposisi tidak stabil. Biasanya bila ada fragment tulang (fraktur
dilokasi)

 Terjadi cedera saraf setelah tindakan reposisi tertutup

 Adanya cedera vascular sebelum reposisi dan masih tetap terjadi setelah
reposisi

 Kasus lama (neglected case). Operasi dilakukan dengan metode Bristow.


labium glenoid dan kapsul yang robek dan metode Putti-Platt untuk
memendekkan kapsul anterior dan subskapularis dengan perbaikan tumpang
tindih. Metode operasi lain yang dilakukan adalah metode Bankart untuk
memperbaiki.

Apabila tehnik Manipulasi dan reduksi tidak berhasil atau tidak


memungkinkan, maka dapat dipikirkan dilakukan operasi. Adapun indikasi untuk
dilakukan operasi adalah :8

1. Dislokasi yang berkali – kali, terutama bila terdapat nyeri


2. Subluksasi berulang atau rasa takut terhadap dislokasi cukup ikut
mencegah keikutsertaan dalam aktifitas sehari – hari atau olahraga.

Operasi terdiri atas tiga jenis :8

1. Operasi untuk memperbaiki labrum glenoid dan kapsul yang robek


(prosedur Bankart)
2. Operasi untuk memendekkan kapsul anterior dan subskapularis dengan
perbaikan tumpang – tindih (operasi Plutti – Platt)

15
3. Operasi untuk memperkuat kapsul anteroinferior dengan mengarahkan
tulang otot lain ke bagian depan sendi itu (misalnya operasi Bristow –
Helfet, 1958)

Jika labrum dan kapsul anterior terlepas, dan sendi tidak nyata – nyata
longgar, sebaiknya dilakukan operasi Bankart yang digabungkan dengan
kapsulografi anterior. Sendi dibuka dengan pendekatan deltopektoral, labrum dijahit
pada lubang yang dibor pada lingkar glenoid dan bila perlu, kapsul dikencangkan
dengan lipatan tumpang tindih tanpa memperpendek subskapularis. Operasi plutti –
Platt di mana subskapularis ditumpang dan dipendekkan, juga memberikan hasil
yang baik tetapi dengan kerugian berupa hilangnya rotasi luar. Operasi Bristow
dimana prosessus coracoids dengan otot – otot yang melekat ditransposisikan ke
depan leher scapula, lebih sedikit menghilangkan rotasi luar.8

Lamanya immobilisasi setelah reduksi tertutup dan pasca operasi sukses


tergantung pada usia pasien dan arah dislokasi. Untuk dislokasi anterior: Pasien <40
tahun: diimobilisasi selama 3-4 minggu, Pasien usia diatas 40 tahun: diimobilisasi
selama 1-2 minggu. Mengurangi dislokasi posterior: diimobilisasi selama 4 minggu.
Dan untuk dislokasi superior atau inferior: diimobilisasi selama 3-6 minggu. Selama
periode imobilisasi, latihan harian ROM siku harus dilakukan.8

16
Below is an arthroscopic view of a post dislocation Bankart lesion (tear of the anterior labrum). And
Below the sutures have been tied and the anterior glenoid labrum have been repaired arthroscopically

Gambar 2.10 Bankart Repair

3.9 Komplikasi Dislokasi Sendi Bahu

3.9.1 Komplikasi dislokasi anterior

A. Awal

Rotator cuff tear. Biasa mengiringi dislokasi anterior pada orang
dewasa. Pasien mungkin kesulitan mengabduksikan lengannya setelah
reduksi; kontraksi muskulus deltoid yang teraba menyingkirkan kelumpuhan
saraf aksilaris.8

17

Kerusakan saraf. Saraf aksilaris paling sering mengalami cedera,
pasien tidak dapat mengkontraksikan otot deltoid dan sedikit kehilangan rasa
pada otot. Ketidakmampuan abduksi harus dibedakan dari robekan rotator
cuff.8

Kerusakan pembuluh darah. Arteri aksilaris dapat mengalami
kerusakan, khususnya pada orang tua dengan pembuluh darah yang rapuh.
Ini bisa terjadi saat cedera ataupun saat melakukan reduksi. Tungkai harus
selalu diperiksa ada tidaknya tanda-tanda iskemia sebelum dan sesudah
reduksi.8

Fraktur-dislokasi. Jika ada hubungan fraktur proksimal humerus,
mungkin diperlukan reduksi terbuka dengan fiksasi internal.8

B. Terlambat

Kaku bahu.
Lamanya immobilisasi dapat menyebabkan kekakuan pada sendi bahu,
khususnya pada pasien diatas 40 tahun.

Dislokasi tak tereduksi. Dislokasi sendi bahu terkadang tidak
terdiagnosa. Biasa terjadi pada pasien yang tidak sadar atau terlalu tua.
Reduksi tertutup baik dilakukan sampai 6 minggu setelah cedera;
manipulasi yang dilakukan setelah itu dapat menyebabkan fraktur, robekan
pembuluh darah atau saraf.

Dislokasi rekuren. Jika dislokasi anterior merobek kapsul sendi bahu,
perbaikan diikuti reduksi secara spontan maka dislokasi mungkin tidak
terjadi, tetapi bila glenoid lepas atau kapsul tertanggal didepan leher
glenoid, rekurensi lebih sering terjadi.8

3.9.2 Komplikasi dislokasi posterior


Dislokasi tak tereduksi. Minimal setengah dari pasien dengan dislokasi
posterior tidak tereduksi ketika pertama kali. Berminggu-minggu sampai
berbulan-bulan berlalu sebelum diagnosis ditegakkan dan lebih dari dua
pertiga dislokasi posterior tidak dikenali awalnya.8

18

Dislokasi rekuren atau subluksasi

3.10 Prognosis

Tingkat kesembuhan pada kasus ini baik jika tidak timbul komplikasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley G, Solomon L. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur sistem Apley. Edisi; 9;
Jakarta: Widya Medika;2010.

19
2. Brett MD, study co-author. Studies show high rates of shoulder dislocation in
young men and elderly women an orthopedic surgeon at the Keller Army Hospital
at West Point, New York and Associate Professor at the Uniformed Services
University of Health Sciences; March 2010.

3. Eko AP, Zuhdi MS, Wahyu TP, Yudi S. Dislokasi Pada Sendi Bahu. Digital
Library USU.2017.

4. Spalteholz W. Hand atlas of human anatomy, seven edition in English. JB


Lippincott Company.2008

5. Sufitni S. Cedera pada Extremitas Superior. Anatomi Fakultas Kedokteran.


Universitas Sumatera Utara.2016

6. Crenshaw. AH:Dislocation in Campbell’s Operative Orthopaedics,8th ed. Vol


II.Mosby Year Book, St.Louis Baltimore Boston Chicago London Philadelphia
Sydney Toroto.2012

7. Chairuddin R. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, edisi V. Yarsif Watampone:


Jakarta.2012.

8. Bishop J, Flatow L, Orthopedic Surgery: The soulder in principles of surgery,


seven edition. McGraw Hill;2004

20

Anda mungkin juga menyukai