Anda di halaman 1dari 50

coretan mahasiswi

Kamis, 04 Februari 2016

asuhan keperawatan fraktur humerus

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tulang merupakan alat penopang dan sebagai pelindung pada tubuh. Tanpa tulang tubuh tidak akan
tegak berdiri. Fungsi tulang dapat diklasifikasikan sebagai aspek mekanikal maupun aspek fisiologikal.
Dari aspek mekanikal, tulang membina rangka tubuh badan dan memberikan sokongan yang kokoh
terhadap tubuh. Sedangkan dari dari aspek fisiologikal tulang melindungi organ-organ dalam seperti
jantung, paru-paru dan lainnya. Tulang juga menghasilkan sel darah merah, sel darah putih dan plasma.
Selain itu tulang sebagai tempat penyimpanan kalsium, fosfat, dan garam magnesium. Namun karena
tulang bersifat relatif rapuh, pada keadaan tertentu tulang dapat mengalami patah, sehingga
menyebabkan gangguan fungsi tulang terutama pada pergerakan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan fraktur humerus ?

2. Apa penyebab dari fraktur humerus ?

3. Bagaimana cara penatalaksanaan dari fraktur humerus ?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur
humerus
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer,
Arif, et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku Nursing Care Plans and Dokumentation
menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Pernyataan ini sama yang diterangkan dalam
buku Luckman and Sorensen’s Medical Surgical Nursing.

Fraktur tulang Humerus atau patah tulang humerus adalah cedera yang sangat serius. Fraktur ini
dikaitkan dengan beberapa komplikasi dan bisa menjadi bencana jika tidak dikelola dengan baik. Sebuah
kecelakaan jatuh dengan tumpuan siku atau lengan cukup untuk menyebabkan fraktur humerus untuk
orang yang sudah tua. Hal ini juga terlihat pada orang muda setelah kecelakaan di jalan atau jatuh dari
ketinggian atau cedera langsung ke lengan di tempat kerja. Kadang-kadang juga disertai dengan dislokasi
siku atau sendi bahu

Patah tulang humerus adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur tulang humerus (Chairudin Rasjad,
1998). Adalah diskontinuitas atau hilangnya struktur dari tulang humerus yang terbagi atas :

1) Fraktur Suprakondilar Humerus

2) Fraktur Interkondiler Humerus

3) Fraktur Batang Humerus

4) Fraktur Kolum Humerus


B. ANATOMI FISIOLOGI

a. Anatomi Tulang

Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari embrionic hyaline
cartilage yang mana melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang
disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang akibat penimbunan garam kalsium.

Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang dapat diklasifikasikan dalam lima kelompok
berdasarkan bentuknya :

1. Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang disebut diafisis dan dua
ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari epifisis terdapat metafisis. Di antara epifisis dan
metafisis terdapat daerah tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
pertumbuhan. Tulang panjang tumbuh karena akumulasi tulang rawan di lempeng epifisis. Tulang rawan
digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk
oleh jaringan tulang yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular). Pada
akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi, dan tulang berhenti tumbuh.
Hormon pertumbuhan, estrogen, dan testosteron merangsang pertumbuhan tulang panjang. Estrogen,
bersama dengan testosteron, merangsang fusi lempeng epifisis. Batang suatu tulang panjang memiliki
rongga yang disebut kanalis medularis. Kanalis medularis berisi sumsum tulang

2. Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous (spongy) dengan suatu
lapisan luar dari tulang yang padat.

3. Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan lapisan luar adalah
tulang concellous.

4. Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.

5. Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang berdekatan dengan
persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial, misalnya patella (kap lutut).

Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri atas tiga jenis dasar-
osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98% kolagen dan 2% subtansi dasar
(glukosaminoglikan, asam polisakarida) dan proteoglikan). Matriks merupakan kerangka dimana garam-
garam mineral anorganik ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear ( berinti
banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
Osteon merupakan unik fungsional mikroskopis tulang dewasa. Ditengah osteon terdapat kapiler.
Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang dinamakan lamella. Didalam lamella terdapat
osteosit, yang memperoleh nutrisi melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal
yang menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).

Tulang diselimuti dibagian oleh membran fibrous padat dinamakan periosteum. Periosteum memberi
nutrisi ke tulang dan memungkinkannya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan ligamen.
Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang
mengandung osteoblast, yang merupakan sel pembentuk tulang.

Endosteum adalah membran vaskuler tipis yang menutupi rongga sumsum tulang panjang dan rongga-
rongga dalam tulang kanselus. Osteoklast , yang melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum,
terletak dekat endosteum dan dalam lacuna Howship (cekungan pada permukaan tulang).

b. Fisiologi Tulang

Fungsi tulang adalah sebagai berikut :

1. Mendukung jaringan tubuh dan memberikan bentuk tubuh.

2. Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan lunak.

3. Memberikan pergerakan (otot yang berhubungan dengan kontraksi dan pergerakan).

4. Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema topoiesis).

5. Menyimpan garam mineral, misalnya kalsium, fosfor.

C. ETIOLOGI

Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya tahan tulang, seperti
benturan dan cedera.

Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi yaitu kelemahan tulang akibat
penyakit kanker atau osteoporosis. (Menurut Barbara C. Long, 1989, hal : 297).

D. KLASIFIKASI
(Prof. Chaeruddin Rasjad, Ph.D. Fraktur dan Dislokasi. 1995. FKUH)

a. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar.

ü Closed frakture (fraktur tertutup) : Fraktur yang tidak menyebabkan luka terbuka pada kulit.

ü Compound fracture (fraktur terbuka) : Adanya hubungan antara fragmen tulang yang patah dengan
dunia luar.

b. Berdasarkan jenisnya

ü Fraktur komplit : Garis fraktur mengenai seluruh korteks tulang.

ü Fraktur tidak komplit : Garis fraktur tidak mengenai seluruh korteks.

c. Berdasarkan garis fraktur

ü Fraktur transversa : Garis fraktur memotong secara transversal. Sumbu longitudinal.

ü Fraktur obliq : Garis fraktur memotong secara miring sumbu longitudinal.

ü Fraktur spiral : Garis fraktur berbentuk spiral.

ü Fraktur butterfly : Bagian tengah dari fragmen tulang tajam dan melebar ke samping.

ü Fraktur impacted (kompresi) : Kerusakan tulang disebabkan oleh gaya tekanan searah sumbu tulang.

ü Fraktur avulsi : Lepasnya fragmen tulang akibat tarikan yang kuat dari ligamen.

d. Berdasarkan jumlah garis patah.

ü Fraktur kominutif : Fragmen fraktur lebih dari dua.

ü Fraktur segmental : Pada satu korpus tulang terdapat beberapa fragmen fraktur yang besar.

ü Fraktur multiple : Terdapat 2 atau lebih fraktur pada tulang yang berbeda.

Macam-macam fraktur humerus

a. Fraktur suprakondilar humeri (transkondilar). Merupakan fraktur yang sangat sering terjadi pada
anak-anak setelah fraktur antebraki. Dua tipe fraktur suprakondilar humeri berdasarkan pergeseran
fragmen distal adalah sebagai berikut :
1. Tipe posterior ( tipe ekstensi). Merupakan 99% dari seluruh jenis fraktur suprakondilar humeri.
Pada tipe ini fragmen distal bergeser kearah posterior. Tipe ekstensi terjadi apabila klien mengalami
trauma saat siku dalam posisi hiperekstensi atau sedikit fleksi serta pergelangan tangan dalam posisi
dorsofleksi.

2. Tipe anterior (tipe fleksi). Hanya merupakan 1-2% dari seluruh fraktur suprakondilar humeri. Tipe
fleksi terjadi apabila klien jatuh dan mengalami trauma langsung sendi siku pada humerus distal.

b. Fraktur interkondilar humeri. Bagian kondilus humerus sering juga mengalami fraktur akibat suatu
trauma. Gambaran klinisnya adalah nyeri, pembengkakan, dan perdarahan subkutan pada daerah sendi
siku. Pada daerah tersebut ditemukan nyeri tekan, gangguan pergerakan dan krepitasi. Fraktur kondilar
seirng bersama-sama dengan fraktur suprakondilar

c. Fraktur batang humerus

d. Fraktur kolum humerus

E. PATOFISIOLOGI

Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan
(Apley, A. Graham, 1993). Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas
tulang (Carpnito, Lynda Juall, 1995).

Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow, dan jaringan
lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah
hematoma di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai denagn
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan
dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya (Black, J.M, et al, 1993)

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur

1. Faktor Ekstrinsik

Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar, waktu, dan arah
tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.

2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur seperti
kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.

( Ignatavicius, Donna D, 1995 )

b. Biologi penyembuhan tulang

Tulang bisa beregenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur merangsang tubuh untuk
menyembuhkan tulang yang patah dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang.
Tulang baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel tulang. Ada lima stadium penyembuhan tulang, yaitu:

1) Stadium Satu-Pembentukan Hematoma

Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar daerah fraktur. Sel-sel darah membentuk
fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast.
Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan berhenti sama sekali.

2) Stadium Dua-Proliferasi Seluler

Pada stadium initerjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari
periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami
proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan
terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua
fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam setelah fraktur sampai selesai, tergantung
frakturnya.

3. Stadium Tiga-Pembentukan Kallus

Sel–sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan
yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh
kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa
sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan
endosteal dan periosteal. Sementara tulang yang imatur (anyaman tulang ) menjadi lebih padat sehingga
gerakan pada tempat fraktur berkurang pada 4 minggu setelah fraktur menyatu.

4. Stadium Empat-Konsolidasi

Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini
sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur,
dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang
yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk
membawa beban yang normal.

5. Stadium Lima-Remodelling
Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun,
pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus.
Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak
dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan
normalnya.

(Black, J.M, et al, 1993 dan Apley, A.Graham,1993)

F . MANIFESTASI KLINIS

a. Deformitas

b. Bengkak atau penumpukan cairan/daerah karena kerusakan pembuluh darah.

c. Echimiosis

d. Spasme otot karena kontraksi involunter di sekitar fraktur.

e. Nyeri, karena kerusakan jaringan dan perubahan fraktur yang meningkat karena penekanan sisi-sisi
fraktur dan pergerakan bagian fraktur.

f. Kurangnya sensasi yang dapat terjadi karena adanya gangguan saraf, di mana saraf ini dapat terjepit
atau terputus oleh fragmen tulang.

g. Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena ketidakstabilan tulang, nyeri atau spasme otot.

h. Pergerakan abnormal (menurunnya rentang gerak).

i. Krepitasi yang dapat dirasakan atau didengar bila fraktur digerakkan.

j. Hasil foto rontgen yang abnormal.

k. Shock yang dapat disebabkan karena kehilangan darah dan rasa nyeri yang hebat.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Radiologi
Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah pencitraan menggunakan sinar rontgen. Untuk
mendapatkan gambaran tiga dimensi dari keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, kita memerlukan
dua proyeksi, yaitu AP atau PA dan lateral.

b. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang

2. Fosfatase alkali meningkat padatulang yang rusak dan menunjukan kegiatan osteoblastik dalam
membentuk tulang.

3. Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5), asparat amino transferase (AST),
dan adolase meninngkat pada tahp penyembuhan tulang.

H. KOMPLIKASI

a. Komplikasi Awal

1) Kerusakan Arteri

Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian
distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.

2) Kompartement Syndrom

Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang,
saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
embebatan yang terlalu kuat.

3) Fat Embolism Syndrom

Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang
panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi, tachypnea, demam.

4) Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai
pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.

5) Avaskuler Nekrosis Avaskuler Nekrosis (AVN)

terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan
diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.

6) Shock

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur.

b. Komplikasi Dalam Waktu Lama

1) Delayed Union

Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk menyambung. Ini disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang.

2) Nonunion

Nonunion merupakan kegagalan fraktur berkkonsolidasi dan memproduksi sambungan yang lengkap,
kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi
fraktur yang membentuk sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.

3) Malunion

Malunion merupakan penyembuhan tulang ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan dan
perubahan bentuk (deformitas). Malunion dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi yang baik.

(Black, J.M, et al, 1993)

I . PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Yang harus diperhatikan pada waktu mengenal fraktur adalah :

a. Recognisi/pengenalan : Di mana riwayat kecelakaannya atau riwayat terjadi fraktur harus jelas.
b. Reduksi/manipulasi : Usaha untuk manipulasi fragmen yang patah sedapat mungkin dapat kembali
seperti letak asalnya.

c. Retensi/memperhatikan reduksi : Merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen

d. Traksi : Suatu proses yang menggunakan kekuatan tarikan pada bagian tubuh dengan memakai
katrol dan tahanan beban untuk menyokong tulang.

e. Gips : Suatu teknik untuk mengimobilisasi bagian tubuh tertentu dalam bentuk tertentu dengan
mempergunakan alat tertentu.

f. Operation/pembedahan : Saat ini metode yang paling menguntungkan, mungkin dengan


pembedahan. Metode ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Dengan tindakan operasi tersebut,
maka fraktur akan direposisi kedudukan normal, sesudah itu direduksi dengan menggunakan orthopedi
yang sesuai

ASUHAN KEPERAWATAN

KASUS

Tn. R berusia 45thpekerjaan sebagai kontraktor, tinggal di jln.demang lebar daun Palembang.
Datang ke RS Siti Khadijah Palembang dengan keluhan nyeri pada lengan bagian kanan atas, klien
mengatakan nyeri ditimbulkan akibat kecelakaan saat bekerja, klien mengatakan cemas atas
keadaannya.Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV : TD : 100/70 mmHgPols :
70x/menitRR : 20x/menit Temp : 36◦c skala nyeri : 7 dengan kesadaran composmentis.
A. PENGKAJIAN

1. Identitas pasien

· Nama : Tn. R

· Usia : 45 Tahun

· Jenis kelamin : Laki-laki

· Agama : Islam

· Suku : Jawa

· Pendidikan : SD

· Alamat : Jalan Demang Lebar Daun Palembang

· Tanggal : 03 Desember 2015

· Medreg : 101.8680

· Diagnosa : Fraktur HumerusDextra

2. Identitas penanggung jawab

· Nama : Ny V

· Usia : 43 Tahun

· J.kelamin : Perempuan

· Agama : Islam

· Pekerjaan : IRT

· Alamat : Jalan Demang Lebar Daun Palembang

· Hub dengan klien : Istri

3. Keluhan utama

klien mengatakan nyeri bagian lengan kanan atas.


4. Riwayat penyakit sekarang

Datang ke RS Siti Khadijah Palembang dengan keluhan nyeri pada lengan bagian kananatas, klien
mengatakan nyeri ditimbulkan akibat kecelakaan saat bekerja, klien mengatakan cemas atas
keadaannya.Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TTV : TD : 100/70 mmHgPols : 70x/menit RR
: 20x/menittemp : 36◦c skala nyeri : 7 dengankesadarancomposmentis.

5. Riwayat penyakit dahulu

Klien tidak ada riwayat penyakit dahulu

6. Riwayat penyakit keluarga

Keluarga klien tidak mempunyai penyakit yang sama dengan klien.

7. Riwayat psikologis

Klien sangat cemas dengan keadaanya.

8. Riwayat sosial

Klien aktif dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

9. Riwayat Spiritual

Klien beragama islam dan dalam keseharianya klien rajin mengaji tetapi saat masuk hanya
istrirahat.

B. POLA AKTIVITAS SEHARI - HARI

NO

AKTIVITAS

SEBELUM MRS

SAAT MRS

Pola nutrisi

a. Frekuensi makan

Jenis
Jumlah/porsi

Nafsu makan

Masalah

b. Minum

Jenis

Jumlah

Masalah

3x Sehari

Nasi putih

1 porsi

Baik

Tidak ada

Air putih

± 5-6 gelas/ hari

Tidak ada

3x sehari
Bubur + lauk+ sayur

2 Porsi

Baik

Tidak ada

Air putih + susu

±6-7 gelas/ Hari

Tidak ada

Pola eliminasi

a. BAB

Frekuensi

Konsisten

Warna

Masalah

b. BAK

Frekuensi

Warna

Masalah
± 2x Sehari

Lunak

Kuning

Tidak ada

5- 6x sehari Jernih

Tidak ada

± 2x Sehari

Lunak

Kuning

Tidak ada

5-6 x sehari

Jernih

Tidak ada

3
Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur

Lama tidur

Tidur siang

Masalah

Malam

± 7-8 jam sehari

2 jam

Tidak ada

Malam

± 4-5 jam sehari

±1 jam

Ada

Personal hygiene

Frekuensi mandi

Ganti pakaian

Rambut

Kuku

Masalah

2-3x sehari
2x sehari

Bersih

Bersih

Tidak ada

2x sehari

2x sehari

Bersih

Bersih

Tidak ada

Pola aktivitas dan latihan

Makan/minum

Toileting

Mandi

ROM

Berpindah

Berpakaian

Mobilisasi tempat tidur

Masalah

Mandiri

Mandiri

Mandiri

Mandiri
Mandiri

Mandiri

Mandiri

Tidak ada

Dibantu

Dibantu

Dibantu

Dibantu

Dibantu

Dibantu

Dibantu

ada

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan umum

Kesadaran : composmentis

Tanda tanda vital :

· TD : 100/70 mmHg

· Pols : 70x/menit

· RR : 20x/menit

· Temp : 36oC

2. Keadaan khusus

a. Kepala

Bentuk kepala : Mesochepal


Rambut : Lurus

Warna rambut : Hitam

Kebersihan : Bersih

Masalah : Tidakada

b. Mata

Letak : Simetris

Konjungtiva : Kemerahan

Sklera : Putih

Oedema : tidak ada

Jarak pandang : normal

Masalah : tidak ada

c. Hidung

Bentuk : Simestris

Secret : Tidak ada

Penciuman : Baik

Kebersihan : Bersih

Masalah : Tidak ada

d. Telinga

Letak : Simestris

Pendengaran : Baik

Kebersihan : bersih

Masalah : Tidak ada


e. Mulut dan gigi

Mukosa : Lembab

Bibir : Normal

Caries : tidak Ada

Lidah : Bersih

Masalah : tidak ada

f. Leher

Refleks telan : Normal

Tiroid : tidak ada pembekakan

Masalah : Tidak ada

g. Dada

Bentuk : Simetris

RR : 20x/ menit

Palpasi : Normal

Perkusi : Normal

Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler

Masalah : Tidakada

h. Abdomen

Bentuk : Simettris

Palpasi : normal

Auskultasi : Tidak ada


Masalah : Tidak ada

i. Genital

Jenis kelamin : Laki-laki

Kateter : tidak terpasang

Masalah : tidak ada

j. Kulit

Warna : sawo matang

Turgor : elastis

Kebersihan : Bersih

Masalah : tidak ada

k. Ekstremitas

Atas : Nyeri pada lengan bagian kanan atas

Bawah : Tidak ada

Masalah : Nyeri pada lengan bagian kanan atas

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Radiologi

b. Pemeriksaan Laboratorium

1. Kalsium serum dan fosfor serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang

2. Fosfatase alkali meningkat padatulang yang rusak dan menunjukan kegiatan osteoblastik dalam
membentuk tulang.
3. Enzim otot seperti kreatinin kinase, laktat dehidrogenase (LDH-5), asparat amino transferase (AST),
dan adolase meninngkat pada tahp penyembuhan tulang.

E. ANALISA DATA

NO

DATA

ETIOLOGI

MASALAH

1.

Data Subjektif :

· Klien mengatakan nyeri pada lengan bagian kananatas

Data Objektif :

· Skala nyeri 7 nyeri pada bagian lengan kanan

· Klien tampak meringis

· TTV :

TD : 100/70 mmHg

Pols : 70x/menit

RR : 20x/menit

Temp : 36 oC

Pergeseran fragmen tulang

Nyeri akut

2.

Data Subjektif :

· Klien mengatakan lemas

Data Objektif:
· Klien tampak pucat

· TTV :

TD : 100/70 mmHg

Pols : 70x/menit

RR : 18x/menit

Temp : 36 oC

Penurunan perfusi jaringan

Gangguan perfusi jaringan

3.

Data subjektif :

· Klien mengatakan tidak bisa tidur

Data objektif :

· Lama tidur klien ± 4-5 jam sehari

· Terdapat kantung mata di daerah sekitar mata

· Klien tampak lemas dan pucat

Nyeri akut

Gangguan pola tidur

4.

Data Subjektif:

· Klien mengatakan susah beraktivitas

· Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga

Data Obyektif:

· Klien tampak berbaring saja

· Aktivitas klien dibantu keluarga

Gangguan fungsi tulang


Gangguan mobilitas fisik

5.

Data subyektif:

· Klien mengatakan takut akan keadaanya

· Klien mengatakan cemas

Data Objektif:

· Klien tampak gelisah

· Klien bertanya terus bagaimana keadaanya

Kurangnya pengetahuan

Ansietas

F. PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri akut b.d pergeseran fragmen tulang

2. Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan perfusi jaringan

3. Gangguan pola tidur b.d nyeri akut

4. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan fungsi tulang

5. Ansietas b.d kurangnya pengetahuan

TGL
DIAGNOSA

TUJUAN & KRITERIA HASIL

INTERVENSI

RASIONAL

IMPLEMENTASI

RESPON

EVALUASI

03 Des 2015

Nyeri akut b.d pergeseran fragmen tulang

Data Subjektif :

· Klien mengatakan nyeri pada lengan bagian kanan atas

Data Objektif :

· Skala nyeri 7 nyeri pada bagian lengan kanan atas

· Klien tampak meringis

· TTV :

TD:100/70 mmHg

Pols:70x/ment

RR :20x/menit

Temp: 36 oC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan nyeri klien hilang

Kriteria Hasil :

· Skala nyeri 0

· Klien tidak tampak meringis lagi

· TTV :

TD:120/80 mmHg
Pols: 80x/menit

RR: 20x/menit

Temp: 36 oC

· Kaji skala nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, intensitas dan frekuensi nyeri

· Kaji TTV sebelum dan sesudah tindakan

· Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

· Gunakan teknik komunikasi tereupeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien.


· Ajarkan teknik non farmakologi

· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan.

· Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat

· Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri jika tidak berhasil.

· Mengetahui intesitas, skala nyeri klien

· TTV sangat penting dilakukan untuk mengetahui secara umum bagaimana keadaan klien
· Membantu perawat dalam mengetahui keadaan ketidaknyamanan klien

· Dengan tekhnik komunikasi terapeutik secara tidak langsung bisa mengurangi nyeri klien .

· Untuk mengurangi rasa nyeri

· Menciptakan lingkungan yang nyaman untuk klien

· mengobati nyeri klien

· kolaborasi tim dokter untuk pengobatan lanjutan

· Mengkaji skala nyeri secara komperhesif termasuk lokasi,intensitas dan frekuensi nyeri.
Hasil : skala nyeri 7

· Mengkaji TTV sebelum dan sesudah tindakan

Sebelum :

TD:100/70mmHg

Pols: 70x/menit

RR: 20x/menit

Temp: 36 oC

· Mengobservasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan

Hasil : raut wajah klien meringis

· Menggunakan teknik komunikasi tereupeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien.

Hasil : klien tampak nyaman

· Mengajarkan teknik non farmakologi seperti kompres hangat

· Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan, dan
kebisingan.

Hasil : klien tampak tenang

· Mengkolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat seperti analgetik

· Mengkolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri jika tidak berhasil.

· Klien menerima tindakan


· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan


· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

S:

· Klien mengatakan tidak nyeri lagi

O:

· Skala nyeri 0

· TD:120/80mmHg

Pols:80x/ment

RR: 20x/menit

Temp: 36 oC

· klien tidak tampak meringis kesakitan lagi

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

03 Des 2015
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan perfusi jaringan

Data Subjektif :

· Klien mengatakan lemas

Data Objektif :

· Klien tampak pucat

· TTV :

TD : 100/70 mmHg

Pols : 70x/menit

RR : 20x/menit

Temp : 36 oC

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan klien tidak lemas lagi

Kriteria Hasil :

· TTV kembali normal terutama tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan

· Tidak ada orostatik hipotensi

· Monitor adanya daerah tertentu hanya peka terhadap panas, dingin, tajam, tumpul

· Batasi gerakan

Tangan

· Diskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi


· Kolaborasi pemberian obat

· Untuk mengetahui adanya daerah tertentu yang peka terhadap panas, dingin, tajam, tumpul

· Untuk mengurangi cidera baru

· Untuk mengetahui adanya daerah tertentu yang peka terhadap panas, dingin, tajam, tumpul

· Untuk membantu penyembuhan

· Memonitor adanya daerah tertentu hanya peka terhadap panas, dingin, tajam, tumpul

· Membatasi gerakan tangan

· Mendiskusikan mengenai penyebab perubahan sensasi

· Mengkolaborasi pemberian analgesik

· Klien menerima tindakan


· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

S : Klien mengatakan tidak lemas lagi

O:

· klien tidak tampak pucat

· TD:120/80mmHg

Pols:80x/ment

RR: 20x/menitTemp: 36 oC

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

03 Des 2015

Gangguan pola tidur b.d nyeri akut

Data subjektif :

· Klien mengatakan tidak bisa tidur

Data objektif :

· Lama tidur klien ± 4-5 jam sehari

· Terdapat kantung mata di daerah sekitar mata


· Klien tampak lemas dan pucat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan pola tidur klien kembali normal

Kriteria hasil :

· Lama tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari

· Pola tidur, kualitas dalam batas normal

· Perasaan segar sesudah tidur/istirahat

· Tidak ada kantung mata didaerah sekitar mata

· Klien tidak tampak lemas dan pucat

· Monitor/catat kebutuhan tidur klien setiap hari

· Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur

· Instruksikan

untuk memonitor tidur pasien

· Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat

· Ciptakan lingkungan yang nyaman


· Diskusikan dengan kien dan keluarga tentang teknik tidur klien

· Kolaborasi pemberian obat tidur

· Untuk mengetahui kebutuhan tidur klien

· Mengetahui waktu makan, minum, dengan waktu tidur

· Agar kebutuhan tidur klien terpenuhi

· Agar klien mengetahui pola tidur efektif

· Agar klien nyaman saat tidur

· Agar klien mengetahui pola tidur efektif

· Membantu klien untuk tidur

· Memonitor/catat kebutuhan tidur klien setiap hari

hasil : 7-8 jam/hr


· Memonitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur

Waktu makan : pagi-siang-malam

Waktu tidur :

Siang-malam

· Menginstruksikan

untuk memonitor tidur pasien

· menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat

· Menciptakan lingkungan yang nyaman

· Mendiskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien

· mengkolaborasi pemberian obat tidur alparazolam

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan


· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

S : Klien mengatakan sudah bisa tidur

O:

· Lama tidur klien 8 jam sehari

· Tidak terdapat kantung mata di daerah sekitar mata

· Klien tidak tampak lemas dan pucat

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

03 Des 2015

Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan fungsi tulang

Data Subjektif:

· Klien mengatakan susah beraktivitas

· Klien mengatakan aktivitas dibantu keluarga

Data Obyektif:

· Klien tampak berbaring saja


· Aktivitas klien dibantu keluarga

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapakan klien bisa melakukan aktivitas secara
mandiri

Kriteria hasil :

· Aktifitas fisik klien meningkat

· Mengerti dari tujuan mobilitas fisik

· Monitor vital sign sebelum dan sesudah dan lihat respon pasien saat latihan

· Kaji kemampuan dalam mobilasasi

· Bantu klien untuk menggunakan tangan kiri

· Ajarkan klien untuk mengubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

· Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara mandiri sesuai dengan kemampuan

· Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi


· Kolaborasi dengan fisioterapi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan klien

· Untuk mengetahui perkembangan vital sign klien

· untuk mengetahui perkembangan klien dalam mobilisasi

· mencegah timbulnya cidera baru

· perubahan posisi membantu agar tubuh klien tidak kaku

· membantu klien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS

· Membantu klien dalam melakukan mobilisasi agar klien tidak cidera

· Untuk membantu proses penyembuhan

· Memonitor vital sign sebelum dan sesudah dan lihat respon pasien saat latihan

· Mengkaji kemampuan dalam mobilasasi


· Membantu klien untuk gunakan tangan kiri

· Mengajarkan klien untuk mengubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan

· Melatih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLS secara mandiri sesuai dengan kemampuan

· Mendampingi dan bantu pasien saat mobilisasi

· Mengkolaborasi dengan fisioterapi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan klien

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan


· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

S : Klien mengatakan sudah tidak susah lagi dalam beraktivitas

O : Klien tampak sudah melakukan aktivitas sendiri tanpa dibantu keluarga

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

03 Des 2015

Ansietas b.d kurangnya pengetahuan

Data subyektif:
· Klien mengatakan takut akan keadaanya

· Klien mengatakan cemas

Data Objektif:

· Klien tampak gelisah

· Klien bertanya terus bagaimana keadaanya

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan Ansietas kurangnya pengetahuan teratasi

Kriteria Hasil :

· Klien tidak cemas lagi atas penyakitnya

· Klien tidak merasa gelisah atas kondisinya

· Klien tidak bertanya lagi dengan penyakitnya

· Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

· Identifikasi tingkat kecemasan


· Instruksikan klien menggunakan relaksasi

· Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

· Dorong klien untunk mengungkapkan perasaan, kekuatan, dan persepsi

· Dorong keluarga untuk menemani klien

· Dengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian

· Pahami perspektif klien terhadap situasi stres

· Kolaborasi dalam pemberian obat kecemasan

· Agar klien mengetahui tindakan yang diberikan


· Mengertahui tingkat kecemasan klien

· Mengurangi tingkat kecemasan klien

· Agar klien dapat mengenal situasi

· Agar klien bisa menyampaikan perasaan dan persepsinya

· Agar klien tidak merasa kesepian

· Agar klien merasa dihargai

· Agar klien merasa nyaman


· Agar kecemasan klien berkurang

· Menjelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur

Yaitu prosedur tindakan pengobatan fraktur humerus

· Mengidentifikasi tingkat kecemasan

· Menginstruksikan klien menggunakan relaksasi

· Membantu klien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan

· Mendorong klien untunk mengungkapkan perasaan, kekuatan, dan persepsi

· Mendorong keluarga untuk menemani klien

· Mendengarkan keluhan klien dengan penuh perhatian

· Memahami perspektif klien terhadap situasi stres

· Mengkolaborasi dalam pemberian obat kecemasan benzodiazepine

· Klien menerima tindakan


· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan

· Klien menerima tindakan


· Klien menerima tindakan

S : Klien mengatakan tidak cemas lagi terhadap penyakit yang dideritanya

O : Klien sudah tidak tampak gelisah lagi & bertanya akan penyakitnya

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

serli safitri di 20.14

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar


Beranda

Lihat versi web

Mengenai Saya

serli safitri

Lihat profil lengkapku

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai