Oleh:
Annisa Nurfadillah
19.04.031
2020
Profil Klinis dan Laboratorium terkait Kasus Dengue
pada Anak-anak yang di Rawat di Rumah Sakit
Perawatan Tersier di India Selatan
ABSTRAK
Latar Belakang
Metode
Hasil
Kesimpulan
Pendahuluan
Dengue adalah penyakit demam virus oleh karena nyamuk. Virus dengue
termasuk ke dalam family Flaviviridae (single stranded, tidak bersegmen, virus
RNA) dan memiliki 4 serotipe yang berbeda: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Manusia merupakan reservoir utama untuk virus dengue. Urbanisasi, kondisi
hidup di bawah standar, kurangnya pengendalian vektor dan perubahan iklim
adalah beberapa penyebab penting untuk infeksi dengue. Setelah dianggap sebagai
masalah perkotaan, kini telah merambah ke daerah pedesaan juga karena
kepadatan penduduk yang tinggi dan faktor lainnya. Diperkirakan 50 juta infeksi
dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di negara endemik
dengue. Secara global 50 juta infeksi dengue dilaporkan setiap tahun dengan
kejadian tahuan 7,5-32.5 juta kasus di India.
Metode
Kriteria Eksklusi
Analisis Statistik
Semua data telah dimasukkan dalam Microsoft excel sheet dan dianalisis. Nilai P
<0.005 dianggap signifikan.
Hasil
Durasi ata lama rata-rata rawat inap adalah 5,21 hari dengan dengue yang
berat dan 3,4 hari pada kasus dengue yang tidak berat.Dari 174 kasus dalam
penelitian ini, 133 kasus (76,4%) adalah tergolong demam berdarah dengan tanda
warning sign, 16 kasus (9,2%) tanpa tanda warning sign dan 25 kasus (14,4%)
dengan kasus dengue berat(Tabel 1). Insidensi kasus tertinggi di urutan kedua
setengah tahun dari Agustus 2105 sampai Januari 2016 dengan 124 kasus dan 50
kasus pada urutan pertama dari bulan Februari 2016 sampai Juli 2016. Puncak
kasus paling tinggi terjadi pada bulan Agustus, sebanuak 52 kasus (29,88%)
diikuti 39 kasus pada bulan September (22,41%).
Di antara fitur klinis, demam (100%) adalah fitur penyajian yang paling
umum, diikuti dengan muntah-muntah di 115 (66%) dan nyeri perut di 73
Efusi pleura terjadi sebanyak 47 total kasus (27%), pada efusi kanan
sebanyak 29 kasus (16,67%), 14 kasus (8,05%) efusi kiri dan efusi bilateral
sebanyak 4 kasus (2,3%). 21 kasus dengue yang tidak berat memiliki efusi pleura
dan 22 kasus dengan dengue yang berat. Terdapat 3 kasus dengue berat memiliki
efusi pleura bilateral yang signifikan secara statistik. Dalam penelitian ini terdapat
penebalan dinding kandung empedu dan ascites yang merupakan temuan yang
signifikan dengan USG abdomen. Tercatat sebanyak 64 kasus (36,78%) terjadi
penebalan dinding kandung empedu dan 39 kasus (26,17%) di antaranya kasus
dengue tidak berat dan 25 kasus lainnya (100%) kasus dengue yang
berat.Splenomegaliterjadi pada 40 total kasus (23%) dengan 23 kasus dengue
tidak berat dan 17 kasus lainnyadengue yang berat. Hepatomegali terjadi pada 41
total kasus (23,56%) dengan 23 di antaranya dengue tidak berat dan 18 kasus
lainnya dengandengue yang berat. Namun,besarnya signifikansi tidak terkait
dengan temuan ini dalam penelitian kami (Tabel 3).
Di antara 174 anak-anak,sebanyak 129 anak (74,1%) dikelola di bangsal
dan sebanyak 45 anak(25,8%) memerlukan ketersediaan atau pengiriman ruang
PICU. Masuk ke PICU didasarkan pada kriteria ketersediaan atau pengiriman ke
HDU. Dalam penelitian inisebanyak 80 anak (45,9%) terjadi dengan hipotensi.
Semua anak-anak ini menerima cairan kristaloid. Ini adalah normal saline atau
dering laktat. Koloid digunakan dimana syok tidak dapat diperbaiki dengan
kristaloid. Koloid diperlukan dalam 8 kasus (4,6%), terutama Gelofusine.
Sebagian besar anak-anak (43,2%) mulai mendapat terapi secara oral pada hari
ke-2 setelah masuk perawatan. Sebanyak 39 kasus (22,4%) dalam penelitian
diperlukan produk darah. PRBC digunakan pada 10 anak (5,7%), trombosit
digunakan pada 20 anak (11,5%) dan FFP sebanyak 9 anak (5,2%). Sebanyak 15
kasus (8,6%) yang berventilasi, diantaranya ventilator non-invasif sebanyak 11
kasus (6,3%) dan ventilator invasif sebanyak 4 kasus (2,3%) (Tabel 4).
Pembahasan
Demam adalah tanda gejala klinis yang umum pada semua anak (100%)
diikuti dengan muntah-muntah pada 115 anak-anak (66%), sakit perut atau nyeri
abdomen sebanyak 73 anak (41,9%), dan ruam sebanyak 43 anak(24,71%) dan
manifestasi perdarahan yang signifikan sebanyak 5.17%. Pada anak-anak dengan
dengue yang berat, presentasi yang paling umum adalah dengan syok / hipotensi
(88%) diikuti oleh disfungsi organ yang berat (45%) dan perdarahan (24%).
Temuan dari penelitian kami adalah serupa dengan temuan dalam studi Anju et al.
Pemeriksaan klinis hepatomagaly dapat terjadi sebanyak 80% kasus dan
splenomegaly sebanyak 12% kasus, dalam penelitian kami tidak sesuai dengan
temuan dari Anju et al yang melaporkan 79% dengan hepatomegali dan 19%
dengan splenomegali dalam penelitiannya. Petechiae terjadi pada 39,08% kasus
dengan 64% dengan dengue berat dan 35% kasus dengan dengue tidak berat.
Ruam terjadi pada 24,71% kasus dengan 36% di antaranya kasus dengue berat dan
22,8% dalam kasus dengue tidak berat. Temuan ini yang setara dengan temuan
Guzmán MG et al.Dalam penelitian ini, leukopenia terjadi pada 55% kasus anak-
anak sementara 31% dari anak-anak memiliki jumlah leukosit normal yang mirip
dengan temuan Sunil Gomber et al. Hematokrit meningkat (> 40) pada 26,4%
kasus, 30-40 pada 67,8% kasus dan <30 pada 5,7% kasus, nilai rata dan standar
deviasi adalah 36,48 ± 5.89 yang hampir mirip dengan pengamatan oleh Sunil
Gomber et al tetapi berbeda dengan temuan Agarwal et al. Pada anak-anak
penderita dengue berat, nilai Hematokrit lebih dari 40 ditemukan pada 44% kasus.
Trombositopenia ditemukan pada semua kasus dengue. Trombositopenia berat
(jumlah trombosit <20.000) terjadi pada 34 kasus anak-anak (19,5%), dan jumlah
trombosit > 1 lakh ditemukan pada 37 kasus yang tidak berat saja. Dalam
penelitian ini, tidak ada korelasi antara manifestasi perdarahan dan jumlah
trombosit seperti dengan temuan Sharma NL et al. Perdarahan saluran cerna dan
perdarahan pada bagian venipuncture terjadi pada 7 kasus anak-anak dengan
jumlah trombosit adalah antara 20.000 sampai 50.000. Kenaikan AST terjadi lebih
tinggi daripada ALT dalam penelitian kami yang serupa dengan temuan Manjith
et al tetapi dalam penelitian kami pada peningkatan AST terjadisebanyak 87%
kasus dan ALT sebanyak 57,5% kasusyang bertentangan dengan Manjith et al di
mana hanya 42% kasus menunjukkan kenaikan pada AST. Peningkatan kadar
enzim hati berkorelasi dengan baik dengan demam dengue yang berat dan
merupakan indikator disfungsi organ, karena semua anak-anak dengan dengue
yang berat telah terjadi penignkatan enzim hati. X-ray dada atau thoraks yang
tidak normalterjadi sebanyak 47 kasus (27,1%), anak-anak dengan dengue berat
mengalami x-ray abnormal yang menunjukkan efusi pleura. Vinod et al
mengamati sebanyak 70% kasus memiliki efusi pleura dan lebih banyak lagi, efusi
pleura di sisi kanan sebanyak(52%). Pada temuan USG yang abnormal terdapat
26,17% dari kasus anak-anak tanpa dengue berat dan dari kasus yang normal
sebanyak 43,1%. Temuan USG yang tidak normal yang diamati adalah efusi
pleura, hepatomegali, spleenomegaly, asites. Namun, signifikansi tidak dikaitkan
dengan temuan USG yang abnormal dalam penelitian ini dimana bertentangan
dengan temuan Sharma NL et al yang melaporkan hubungan hepatomegali yang
signifikan dalam penelitiannya.
KESIMPULAN