Anda di halaman 1dari 16

JOURNAL READING

Clinical and Laboratory Profile and Outcome of Dengue Cases


Among Children Attending a Tertiary Care Hospital of South
India

Oleh:

Annisa Nurfadillah

19.04.031

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM STUDI NERS

2020
Profil Klinis dan Laboratorium terkait Kasus Dengue
pada Anak-anak yang di Rawat di Rumah Sakit
Perawatan Tersier di India Selatan

ABSTRAK

Latar Belakang

Latar Belakang: Demam berdarah merupakan penyakit arboviral yang


endemik di negara-negara tropis dan menjadi perhatian utama dengan morbiditas
dan mortalitas. WHO mengklasifikasikan dengue ke dalam tiga kategori: demam
undifferentiated, dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue (DBD). Dengue
yang berat juga biasanya diamati secara selama infeksi primer pada bayi yang
lahir dari ibu dengan dengue-immune. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menilai profil klinis, profil laboratorium dan faktor risiko yang terkait pada anak-
anak dengan usia kurang dari 15 tahun.Outcomedari anak-anak dan protokol
manajemen juga dinilai dalam studi ini.

Metode

Sebuah studi prospektif cross sectional dengan 174 kasus yang


terkonfirmasi dengue pada anak-anak <15 tahun yang terdaftar dan
terklasifikasikan sesuai pedoman WHO. Data demografi, riwayat klinis, parameter
laboratorium yang dicatat dalam bentuk kuesioner yang terpisah. Parameter
hematologi dicatat, x-ray dada, ultra sonogram dalam kebutuhan. pengamatan
dicatat dan Kasus dikelola sesuaiprotokol WHO dan faktor risiko yang diamati.
Hasil dari kasus-kasus yang tercatat sebagai debit atau kematian dari kasus ini.

Hasil

Sebanyak 174 anak-anak dengan 149 kasus non-severe dengue dan 25


kasus severe dengue dengan 95 laki-laki dan 79 perempuan yang terdaftar dalam
penelitian ini. 6-10 tahun adalah kelompok usia yang paling umum. Usia rata-rata
anak-anak dengan demam dengue yang berat adalah 5.81 tahun dan tanpa demam
dengue yang berat adalah usia 7 tahun. Dengan durasi rawat inap selama 5,21 hari
pada demam dengue yang berat dan 3,4 hari pada kasus demam dengue yang tidak
berat. Demam adalah gejala yang paling umum terjadi, hepatomegali adalah
temuan klinis yang umum dalam penelitian ini.Manifestasi perdarahan terlihat
pada kasus demam berdarah yang berat dengan peningkatan kadar hematokrit,
kadar SGOT meningkat dan trombositopenia berat. Efusi pleura dan penebalan
dinding kandung empeduserta asites terlihat pada kasus demam berdarah yang
berat. Manajemennya adalahdenganpemberian koloid dan kristaloid.

Kesimpulan

Demam berdarah adalah demam yang mengerikan di antara kelompok usia


anak-anak yang perlu diperhatikan dengan hati-hati dalam manajemen.
Memahami faktor risiko dapat membantu memprediksi angka kematian serta
membantu dalam manajemen danhasil yang lebih baik terhadap demam.

Pendahuluan

Dengue adalah penyakit demam virus oleh karena nyamuk. Virus dengue
termasuk ke dalam family Flaviviridae (single stranded, tidak bersegmen, virus
RNA) dan memiliki 4 serotipe yang berbeda: DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Manusia merupakan reservoir utama untuk virus dengue. Urbanisasi, kondisi
hidup di bawah standar, kurangnya pengendalian vektor dan perubahan iklim
adalah beberapa penyebab penting untuk infeksi dengue. Setelah dianggap sebagai
masalah perkotaan, kini telah merambah ke daerah pedesaan juga karena
kepadatan penduduk yang tinggi dan faktor lainnya. Diperkirakan 50 juta infeksi
dengue terjadi setiap tahun dan sekitar 2,5 miliar orang hidup di negara endemik
dengue. Secara global 50 juta infeksi dengue dilaporkan setiap tahun dengan
kejadian tahuan 7,5-32.5 juta kasus di India.

Perubahan epidemiologi demam berdarah, menyebabkan masalah dengan


penggunaan klasifikasi WHO yang ada. Gejala infeksi virus dengue
dikelompokkan menjadi tiga kategori: demam undifferentiated, dengue fever (DF)
dan demam berdarah dengue (DBD). Demam berdarah dengue selanjutnya
diklasifikasikan ke dalam empat severity grades, dimana derajat III dan IV yang
didefinisikan sebagai dengue shock syndrome (DSS). Faktor risiko individu
menentukan beratnya penyakit dan termasuk infeksi sekunder, usia, etnis dan
penyakit kronis yang mungkin.

Studi sero-epidemiologi secara konsisten menunjang peran infeksi


heterotypic sekunder sebagai faktor risiko untuk demam berdarah yang berat,
meskipun ada beberapa laporan kasus yang berat terkait dengan infeksi primer.
Dengue yang berat juga biasanya diamati secara selama infeksi primer pada bayi
yang lahir dari ibu dengan dengue-immune. Penelitian ini dilakukan untuk menilai
profil klinis, profil laboratorium dan faktor risiko yang terkait pada anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun. Outcomedari anak-anak dan protokol
manajemen juga dinilai dalam studi ini.

Metode

Observasional, prospective cross sectional study dilakukan di departemen


Pediatrics dari Narayana Medical College, sebuah rumah sakit perawatan tersier
dari Andhra Pradesh. Masa studi selama 12 bulan dari Agustus 2015 sampai Juli
2016. Semua anak-anak dari usia 1 bulan sampai usia 15 tahun yang dilibatkan
dalam penelitian dan semua terkonfirmasi kasus Dengue, dan terklasifikasikan
menurut pedoman WHO 2009. Kasus terkonfirmasi berdasarkan adanya antigen
NS1, Ig M dan Ig G serologites demonstrasiantibodi oleh rapid ICT(J Mithra &
Co Ltd). Informasi dan persetujuan tertulis diperoleh dari semua ibu dan petugas
dari kasus terdaftar dalam studi. Studi ini disetujui oleh komite etika institusional.

Kriteria Eksklusi

Semua kasus terkonfirmasi antaralain malaria, chikungunya, typhoid,


demam rickettsia dan demam lainnya yang ko-infeksi dengan dengue dikeluarkan
dari studi atau penelitian. Data demografi dan riwayat klinis dari semua kasus
yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan ke dalam lembar kuesioner yang
terstruktur dan terpisah. Riwayat klinis termasuk lama demam, timbul muntah,
sakit perut, mialgia, ruam dll. Pemeriksaan klinis meliputi denyut nadi dan
volume, frekuensi pernapasan, tekanan darah,hepato-spleenomegaly, ruam, dan
manifestasi perdarahan lainnya. Parameter hematologi seperti Hb%, jumlah total
leukosit (TLC), hematokrit, jumlah total trombosit, profil koagulasi (PT, APTT),
enzim hati secara teratur taksiran sampai turun.X ray thoraks, ultra-sonogram
dilakukan pada kasus-kasus ketika diperlukan.

Anak-anak yang terkelola di bangsal atau PICU tergantung status pada


saat presentasi. Manajemen termasuk cairan oral pada hemodinamik anak yang
stabil, IV bolus cairan diikuti oleh pemeliharaan dengan pengenalan cairan dari
mulut sedini mungkin dalam kasus-kasus syok. Kristaloid, produk darah untuk
resusitasi yang digunakan tergantung pada kebutuhan. Trombosit konsentrat
diberikan kepada pasien dengan trombositopenia yang memiliki perdarahan yang
signifikan. Ventilasi (non-invasif dan invasif) diperlukan pada beberapa anak
yang terkelola di PICU. Koinfeksi jika mencatat dirawat dengan tepat. Hasil dari
anak-anak juga dimasukkan dalam penelitian ini.

Analisis Statistik

Semua data telah dimasukkan dalam Microsoft excel sheet dan dianalisis. Nilai P
<0.005 dianggap signifikan.

Hasil

Dalam penelitian ini, 174 kasus yang dikonfirmasi disertakan sebanyak 95


kasus (54,6%) anak laki-laki dan 79 kasus (45,4%) anak perempuan. Pada anak
laki-laki, sebanyak 87 didiagnosis dengan dengue tidak berat, 8 kasus dengue
yang berat dan pada anak perempuan sebanyak 62 di antaranya adalah kasus
dengue non-berat dan 17 lainnya adalah kasus dengue yang berat. Dalam studi
kasus ini, dengue yang tidak berat lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan dan kasus dengue yang berat lebih banyak terjadi pada
perempuan. Dimana perbandingan rasio untuklaki-laki dan perempuan dalam
penelitian ini adalah 1,2: 1.
Kelompok usia yang paling umum terpengaruh dalam penelitian ini
adalah: 6- 10 tahun (52,9%), 92 kasus diantaranya dengan 84kasus yang tidak
berat dan 8 kasus dengan dengue berat. Usia rata-rata anak-anak dengan dengue
berat adalah 5.81 tahun dan tanpa dengue yang berat adalah usia 7 tahun.

Durasi ata lama rata-rata rawat inap adalah 5,21 hari dengan dengue yang
berat dan 3,4 hari pada kasus dengue yang tidak berat.Dari 174 kasus dalam
penelitian ini, 133 kasus (76,4%) adalah tergolong demam berdarah dengan tanda
warning sign, 16 kasus (9,2%) tanpa tanda warning sign dan 25 kasus (14,4%)
dengan kasus dengue berat(Tabel 1). Insidensi kasus tertinggi di urutan kedua
setengah tahun dari Agustus 2105 sampai Januari 2016 dengan 124 kasus dan 50
kasus pada urutan pertama dari bulan Februari 2016 sampai Juli 2016. Puncak
kasus paling tinggi terjadi pada bulan Agustus, sebanuak 52 kasus (29,88%)
diikuti 39 kasus pada bulan September (22,41%).
Di antara fitur klinis, demam (100%) adalah fitur penyajian yang paling
umum, diikuti dengan muntah-muntah di 115 (66%) dan nyeri perut di 73

(41,9%). Ruam diamati pada 43 (24,7%), terjadi perdarahan yang signifikan


terlihat pada 9 (5,2%). bentuk biasa perdarahan adalah Malena, hematuria,
epistaksis, dan menstruasi yang berlebihan perdarahan pada anak perempuan
remaja. Gejala umum lainnya adalah myalgia, mencret. Hepatomegali hadir pada
140 (80%), spleenomegaly di 21 (12%), dan 80 anak-anak (45,9%) memiliki
hipotensi baik pada saat masuk atau selama tinggal di rumah sakit. Petechiae
diamati pada 69 anak (39,6%) (Tabel 2).

Leukopenia (<4000 / mm3) diamati pada 96 (55,17%) kasus studi dengan


3 kasus DBD berat dan 93 tidak ada kasus demam berdarah , sedangkan 26 kasus
(14,94%) telah memiliki leukositosis (> 11.000 / mm3). Pada tahap pemulihan, itu
dinormalisasi lebih awal dari jumlah trombosit. Pada anak-anak dengan infeksi
leukositosis persisten dapat dipertimbangkan. jumlah leukosit yang normal yang
diamati pada 52 (29,89%) kasus dengan hitungan antara 4000-Berdasarkan gejala
klinis atau profil klinis, demam (100%) yang paling umu terjadi, diikuti dengan
muntah sebanyak 115 (66%) dan nyeri abdomen sebanyak 73 (41,9%). Ruam
terjadi sebanyak 43 kasus (24.7%), perdarahan yang signifikan terjadi sebanyak 9
kasus (5.2%). Biasanya bentuk perdarahan berupa melena, hematuria, epistaksis,
dan perdarahan menstruasi yang berlebih pada wanita remaja. Gejala lain yang
umum terjadi berupa myalgia, diare, hepatomegaly sebanyak 140 kasus (80%),
splenomegaly sebanyak 21 kasus (12%), hipotensi pada kasus anak (45,9%) baik
saat masuk maupun saat penderita dalam perawatan di rumah sakit, serta ptechie
sebanyak 69 kasus (39,6%)

Leukopenia (<4000/mm3) terjadi sebanyak 96 kasus (55,17%) dengan 3


kasus diantaranya dengue berat dan 93 kasus dengan dengue tidak berat.
Sementara itu Leukositosis (>11.000/mm3) sebanyak 26 kasus (14.94%). Pada
tahap pemulihan leukopenia dan leukositosis dapat kembali normal lebih awal
dibandingkan dengan jumlah trombosit. Pada anak-anak dengan leukositosis yang
terus menerus kemungkinan perli dipertimbangkan co-infeksi. Jumlah leukosit
normal terjadi pada 52 kasus (29.89%) dengan nilai antara 4000-11000cells/mm3
sebanyak 10 kasus dengan dengue berat dan 42 kasus dengan dengue tidak berat.
Nilai hematokrit Serial diukur selama perwatan di rumah sakit untuk membatasu
pengobatan. nilai hematokrit awal ditemukan <30% dari 10 kasus anak (5,7%),
30-40% dari 118 anak (67,8%) dan> 40% dari 46 anak (26,4%).

Jumlah trombosit<10.000 terjadi sebanyak 22 kasus (7,3%), 1.000-20.000


pada 40 kasus (13,2), 20.000-50.000 pada 99 kasus (32,7%), 50.000-1.000.000
pada 66 kasus (21,8%) dan> 1 lakh pada 66 kasus (21,8%). Signifikansi statistik
dikaitkan dengan peningkatan hematokrit (nilai P <0,001) dan trombositopenia
berat (<50,000cells/ mm3) (nilai P <0,005) dan terkait dengan kasus dengue berat
dibandingkan kasus dengueyang tidak berat. Profil enzimatik hati di klarifikasikan
sebagai nilai normal, sedikit meningkat atau peningkatan ringan, cukup tinggi atau
peningkatan sedang dan peningkatan yang sangat tinggi atau berat. terhadap
SGOT dan SGPT. Nilai SGOT normal sebanyak 42,53% kasus dan elevasi ringan
tercatat di 72 kasus dengan 63 kasus denguetidak berat dan 9 kasus dengan
dengue yang berat. Nilai SGOT meningkat drastis pada 3 kasus dengue berat.
Nilai SGPT normal sebanyak 12,64% kasus, meningkat sedikit pada 84 total
kasus dengan 81 kasus di antaranya kasus dengue tidakberat dan 3 pada kasus
yang berat, dan nilai SGPT dengan peningkatan yang sangat tinggi terjadi pada
3,45% pada kasus dengue berat.

Berdasarkan statistik (p valve <0,05) dikaitkan dengan keduanya yakni


peningkatan nilai SGOT dan SGPT yang terjadi pada kasus dengue berat
dibandingkan kasus dengue tidak berat. PT yang memanjang pada 12,64% dari
kasus dengan 32% dengan dengue berat dan 9,4% pada kasus dengue yang tidak
berat. APTT yang abnormal pada 74,71% dari total kasus dengan 73,83% pada
kasus dengue tidak berat dan 80% di antaranya kasus dengue yang berat.

Efusi pleura terjadi sebanyak 47 total kasus (27%), pada efusi kanan
sebanyak 29 kasus (16,67%), 14 kasus (8,05%) efusi kiri dan efusi bilateral
sebanyak 4 kasus (2,3%). 21 kasus dengue yang tidak berat memiliki efusi pleura
dan 22 kasus dengan dengue yang berat. Terdapat 3 kasus dengue berat memiliki
efusi pleura bilateral yang signifikan secara statistik. Dalam penelitian ini terdapat
penebalan dinding kandung empedu dan ascites yang merupakan temuan yang
signifikan dengan USG abdomen. Tercatat sebanyak 64 kasus (36,78%) terjadi
penebalan dinding kandung empedu dan 39 kasus (26,17%) di antaranya kasus
dengue tidak berat dan 25 kasus lainnya (100%) kasus dengue yang
berat.Splenomegaliterjadi pada 40 total kasus (23%) dengan 23 kasus dengue
tidak berat dan 17 kasus lainnyadengue yang berat. Hepatomegali terjadi pada 41
total kasus (23,56%) dengan 23 di antaranya dengue tidak berat dan 18 kasus
lainnya dengandengue yang berat. Namun,besarnya signifikansi tidak terkait
dengan temuan ini dalam penelitian kami (Tabel 3).
Di antara 174 anak-anak,sebanyak 129 anak (74,1%) dikelola di bangsal
dan sebanyak 45 anak(25,8%) memerlukan ketersediaan atau pengiriman ruang
PICU. Masuk ke PICU didasarkan pada kriteria ketersediaan atau pengiriman ke
HDU. Dalam penelitian inisebanyak 80 anak (45,9%) terjadi dengan hipotensi.
Semua anak-anak ini menerima cairan kristaloid. Ini adalah normal saline atau
dering laktat. Koloid digunakan dimana syok tidak dapat diperbaiki dengan
kristaloid. Koloid diperlukan dalam 8 kasus (4,6%), terutama Gelofusine.
Sebagian besar anak-anak (43,2%) mulai mendapat terapi secara oral pada hari
ke-2 setelah masuk perawatan. Sebanyak 39 kasus (22,4%) dalam penelitian
diperlukan produk darah. PRBC digunakan pada 10 anak (5,7%), trombosit
digunakan pada 20 anak (11,5%) dan FFP sebanyak 9 anak (5,2%). Sebanyak 15
kasus (8,6%) yang berventilasi, diantaranya ventilator non-invasif sebanyak 11
kasus (6,3%) dan ventilator invasif sebanyak 4 kasus (2,3%) (Tabel 4).

Pembahasan

Perubahan tren dalam epidemiologi terhadap dengue telah


menyebabkanmasalah dengan penggunaan klasifikasi WHO yang ada . Menurut
pedoman WHO baru mengenai dengue dengan menggunakan seperangkat
parameter klinis dan / atau laboratorium, seseorang dapat melihat perbedaan yang
jelas antara pasien dengan dengue berat dan dengan dengue yang tidak berat.
Dengue yang tidak berat dibagi menjadi dua subkelompok pasien dengan tanda
warna sign dan pasien tanpa tanda warning sign. Dalam penelitian kasus kami
dikategorikan berdasarkan pedoman WHO 2009 yakni dengue tidak berat yang
tidak berdiferensiasi dengan atau tanpa tanda-tanda warning sign dan dengue
yang berat yang termasuk demam berdarah dengue (DBD) dan dengue shock
syndrome (DSS).
Pada penelitian ini menunjukkan kejadian puncak kasus pada bulan-bulan,
antara bulan Agustus-Oktober berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kabilan dkk yang menemukan lebih banyak kasus pada bulan September-Januari.
Kelompok usia dominan dalam penelitian kami adalah antara usia 6-10 tahun
(52,9%) diikuti oleh usia 5 tahun 1 bulan (30,4%) dan usia 11 <15 tahun (16,6%)
yang bertentangan dengan temuan Gurudeep dkk yang melaporkan 59% kasus
terjadi pada anak-anak antara usia 10-15 tahun namun setara dengan temuan
Sharma NL dkk. Laki laki lebih dominan dibandingkan perempuan (54,6%) dalam
penelitian kami serupa dengan banyak penelitian. Dalam penelitian kami
sebanyak 76,4% penderita demam dengue dengan tanda-tanda warning sign, 9,2%
penderita tanpa tanda-tanda warning sign dan 14,4% penderitadengue berat.
Temuan kami yang setara dengan temuan Kabilan dkk yang melaporkan 75,9%
anak dengan tanda-tanda warning sign dan 6,6% dengan kasus dengue berat pada
penelitiannya. Durasi rawat inap hampir sama pada kedua kasus dengue yang
tidak berat dan yang berat secara jelas dengan beberapa penelitian yang
menyebutkan durasi rawat inap yang lebih lama terjadi pada kasus dengue yang
berat.

Demam adalah tanda gejala klinis yang umum pada semua anak (100%)
diikuti dengan muntah-muntah pada 115 anak-anak (66%), sakit perut atau nyeri
abdomen sebanyak 73 anak (41,9%), dan ruam sebanyak 43 anak(24,71%) dan
manifestasi perdarahan yang signifikan sebanyak 5.17%. Pada anak-anak dengan
dengue yang berat, presentasi yang paling umum adalah dengan syok / hipotensi
(88%) diikuti oleh disfungsi organ yang berat (45%) dan perdarahan (24%).
Temuan dari penelitian kami adalah serupa dengan temuan dalam studi Anju et al.
Pemeriksaan klinis hepatomagaly dapat terjadi sebanyak 80% kasus dan
splenomegaly sebanyak 12% kasus, dalam penelitian kami tidak sesuai dengan
temuan dari Anju et al yang melaporkan 79% dengan hepatomegali dan 19%
dengan splenomegali dalam penelitiannya. Petechiae terjadi pada 39,08% kasus
dengan 64% dengan dengue berat dan 35% kasus dengan dengue tidak berat.
Ruam terjadi pada 24,71% kasus dengan 36% di antaranya kasus dengue berat dan
22,8% dalam kasus dengue tidak berat. Temuan ini yang setara dengan temuan
Guzmán MG et al.Dalam penelitian ini, leukopenia terjadi pada 55% kasus anak-
anak sementara 31% dari anak-anak memiliki jumlah leukosit normal yang mirip
dengan temuan Sunil Gomber et al. Hematokrit meningkat (> 40) pada 26,4%
kasus, 30-40 pada 67,8% kasus dan <30 pada 5,7% kasus, nilai rata dan standar
deviasi adalah 36,48 ± 5.89 yang hampir mirip dengan pengamatan oleh Sunil
Gomber et al tetapi berbeda dengan temuan Agarwal et al. Pada anak-anak
penderita dengue berat, nilai Hematokrit lebih dari 40 ditemukan pada 44% kasus.
Trombositopenia ditemukan pada semua kasus dengue. Trombositopenia berat
(jumlah trombosit <20.000) terjadi pada 34 kasus anak-anak (19,5%), dan jumlah
trombosit > 1 lakh ditemukan pada 37 kasus yang tidak berat saja. Dalam
penelitian ini, tidak ada korelasi antara manifestasi perdarahan dan jumlah
trombosit seperti dengan temuan Sharma NL et al. Perdarahan saluran cerna dan
perdarahan pada bagian venipuncture terjadi pada 7 kasus anak-anak dengan
jumlah trombosit adalah antara 20.000 sampai 50.000. Kenaikan AST terjadi lebih
tinggi daripada ALT dalam penelitian kami yang serupa dengan temuan Manjith
et al tetapi dalam penelitian kami pada peningkatan AST terjadisebanyak 87%
kasus dan ALT sebanyak 57,5% kasusyang bertentangan dengan Manjith et al di
mana hanya 42% kasus menunjukkan kenaikan pada AST. Peningkatan kadar
enzim hati berkorelasi dengan baik dengan demam dengue yang berat dan
merupakan indikator disfungsi organ, karena semua anak-anak dengan dengue
yang berat telah terjadi penignkatan enzim hati. X-ray dada atau thoraks yang
tidak normalterjadi sebanyak 47 kasus (27,1%), anak-anak dengan dengue berat
mengalami x-ray abnormal yang menunjukkan efusi pleura. Vinod et al
mengamati sebanyak 70% kasus memiliki efusi pleura dan lebih banyak lagi, efusi
pleura di sisi kanan sebanyak(52%). Pada temuan USG yang abnormal terdapat
26,17% dari kasus anak-anak tanpa dengue berat dan dari kasus yang normal
sebanyak 43,1%. Temuan USG yang tidak normal yang diamati adalah efusi
pleura, hepatomegali, spleenomegaly, asites. Namun, signifikansi tidak dikaitkan
dengan temuan USG yang abnormal dalam penelitian ini dimana bertentangan
dengan temuan Sharma NL et al yang melaporkan hubungan hepatomegali yang
signifikan dalam penelitiannya.

Meskipun profil koagulasi yang abnormal pada 25,3% kasus, perdarahan


yang signifikan terlihat hanya sebanyak 5,2% kasus. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Mairuhu et al kelainan koagulasi ditemukan sebanyak > 75%
anak-anak dengan demam dengue berat. Dalam penelitaian ini sebanyak 92%
dengan demam dengue yang berat rterdapat profil koagulasi yang abnormal
sementara perdarahan diamati hanya terjadi sebanyak 24%.

Dalam penelitian ini, pemberian kristaloid yang digunakan pada 80 kasus


anak-anak (45,9%) yang mengalami shock atautimbul syok selama perawatan di
rumah sakit dan pemberian Koloid pada 8 kasus anak-anak (4,6%) yang terjadi
syok terus-menerussetelah bolus kristaloid. Sebagian besaranak-anak (43,2%)
mulai diberikan oral feeds pada hari ke 2 rawat inap. Dalam penelitian ini, produk
darahdiperlukan pada 39 kasus anak-anak (22,4%), trombosit diperlukan pada 20
kasus (11,5%), PRBC pada 10 kasus (5,7%), FFP pada 9 kasus (5,2%). Temuan
ini bertentangan dengan studi dari Kumar et al dimana 28 anak (13,4%),
menerima transfusi darah fresh whole blood, trombosit sebanyak 26% anak, dan
FFP sebanyak 9% anak.

Gangguan pernapasan ditemukan pada 15 kasus anak-anak (5,6%) di


antaranya 11 anak-anak memerlukan ventilasi non-invasif dan 4 anak lainnya
memerlukan ventilasi invasif. Syok yang terjadi secara terus menerus, adanya
perdarahan, peningkatan enzim hati yang tinggi (lebih dari 1000 U / L), dan
gangguan pernapasan diidentifikasi sebagai faktor risiko kematian pada anak-
anak dengan dengue berat dalam penelitian ini seperti yang diamati banyak
penelitian lainnya. Namun, beberapa penelitian melaporkan adanya perdarahan
spontan, hepatomegali, tanda-tanda kebocoran kapiler seperti asites dan efusi
pleura, leukopenia <4000 mm3 dan usia> 5 tahun menjadi faktor risiko kematian
yang signifikan untuk dengue yang berat. Kematian atau mortalitas dalam
penelitian ini adalah 1,7% dibandingkan dengan 12-13% dalam studi sebelumnya.
Untuk mengurangi angka kematian dalam penelitian ini bisa jadi karena peristiwa
dasar bahwa semua anak-anak dengan dengue diklasifikasikan menurut klasifikasi
yang lebih baru yang diberikan oleh WHO. Anak-anak dengan warning sign
sebanyak 33% membutuhkan perawatan PICU dan semua dipulangkan dengan
keadaan yang baik. Peristiwa yang disebutkan di atas menegaskan kembali sekali
lagi bahwa penderita yang datangdengan dengue yang berat harus ditangani
dengan hati-hati di PICU sehingga dapat menurunkan angka kematian karena
kondisi yang ditakuti namun dapat diobati.

KESIMPULAN

Untuk kesimpulan., dengue adalah demam yang mengerikan di antara


kelompok usia pediatrik yang perlu dipertimbangkan dengan sangat hati-hati
dalam manajemen. Dengan memahami faktor risiko dapat membantu dalam
memprediksi angka kematian serta membantu dalam manajemen dan hasil yang
lebih baik terhadap demam. Dalam penelitian ini, kami susun faktor risiko dan
terjadinya syok,timbulnya perdarahan, elevasi enzim hati (lebih dari 1000 U / L),
dan terjadi gangguan pernapasan. Peningkatannilai AST, efusi pleura,
hepatomegali adalah temuan yang signifikan dalam membedakan kasusberat dari
kasus tidak berat demam dengue.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Tak
    LP Tak
    Dokumen16 halaman
    LP Tak
    Pemindahan korban
    Belum ada peringkat
  • Askep Picu
    Askep Picu
    Dokumen30 halaman
    Askep Picu
    Pemindahan korban
    Belum ada peringkat
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Dokumen20 halaman
    LP Kista Ovarium
    Pemindahan korban
    Belum ada peringkat
  • LP Anc
    LP Anc
    Dokumen44 halaman
    LP Anc
    Pemindahan korban
    Belum ada peringkat
  • LP Fraktur Vertebra
    LP Fraktur Vertebra
    Dokumen50 halaman
    LP Fraktur Vertebra
    Pemindahan korban
    Belum ada peringkat