Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kedokteran pisikosomatik menyadari kesatuan dari pikiran, tubuh dan interakasi
antara keduanya. Pada umumnya keyakinannya ialah bahwa faktor pisikologis adalah
peting dalam perkembangan semua penyakit. Apakah perannya dalam memulai
perkembangan, pemberatan atau eksaserbasi penyakit atau dalam predisposisi atau
reaksi terhadap penyakit adalah masih dalam perdebatan dan bervariasi dari suatu
gangguan kegangguan lain. Istilah psikosomatik telah menjadi bagian dari konsep
kedokteran prilaku, yang didefinisikan pada tahun 1978 oleh the National Academy
Science sebagai bidang interdisiplin yang memperhatikan perkembangan dan integrasi
ilmu pengetahuan prilaku dan biomedis dan teknik yang relevan dengan kesehatan dan
penyakit dan penerapan pengetahan dan teknik teknik tersebut untuk mencegah,
mendiagnosa, dan rehabilitas. Dengan demikian kedokteran prilaku adalah istilah yang
khusus untuk bidang kedokteran pisikosomatik.
Dalam Diagnostic and Staistical Manual of Mental Disorders edisi keempat
(DSM-IV)), istilah pisikosomatik telah digantikan dengan kategori diagnostik faktor
pisiologis yang mempengaruhi kondisi medis. Dalam edisi ketiga yang direvisi (DSMIII-R) keadaan ini dinamakan faktor pisikologis yang mempengaruhi kondisi fisik.
Banayak yang percaya bahwa penghapusan istilah nosologis pisikofisiologis
suatu sinonim yang digunakan dalam edisi kedua (DSM-II) untuk pisikosomatik
menghilangkan penekanaan interaksi jiwa (psyche) dan tubuh (soma). pisikosomatik
menekankan kesatuan kausatif atau pendekantan holistik terhadap kedokteran, karena
semua pnyakit dipengaruhi oleh faktor pisikologis, suatu hubungan yang telah digali
oleh berbagai bidang kedokteran alternatif.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui anatomi dan fungsi otak manusia?
2. Mengetahui definisi gangguan pisikosomatik?
3. Mengetahui etiologi gangguan pisikosomatik?
4. Mengetahui patofisiologi gangguan pisikosomatik?
5. Mengetahui gambaran kinis dan diagnosa gangguan pisikosomatik?
6. Mengetahui penatalaksanaan, komplikasi dan prognosis gangguan pisikosomatik?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi dan Fungsi Otak Manusia


Otak mengendalikan semua fungsi tubuh. Otak merupakan pusat dari
keseluruhan tubuh. Jika otak sehat, maka akan mendorong kesehatan tubuh serta
menunjang kesehatan mental. Sebaliknya, apabila otak terganggu, maka kesehatan
tubuh dan mental bisa ikut terganggu.

Seperti terlihat pada gambar , otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
2

4. Limbic System (Sistem Limbik)


1. Cerebrum (Otak Besar)
Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan
nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak
yang membedakan manusia dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki
kemampuan berpikir, analisa, logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori dan
kemampuan visual. Kecerdasan intelektual atau IQ Anda juga ditentukan oleh kualitas
bagian ini.
Cerebrum secara terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang disebut Lobus.
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
disebut sulcus. Keempat Lobus tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal, Lobus
Parietal, Lobus Occipital dan Lobus Temporal.

Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.

Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

Lobus Temporal berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan


pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa dalam bentuk suara.

Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan


visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi terhadap objek
yang ditangkap oleh retina mata.
2. Cerebellum (Otak Kecil)
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan
ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,
diantaranya: mengatur sikap atau posisi tubuh, mengkontrol keseimbangan,
3

koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan
sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya
bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena
itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan
teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau
terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:

Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.

Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama
dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
4

4. Limbic System (Sistem Limbik)


Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, membungkus batang otak ibarat
kerah baju. Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti kerah. Bagian otak ini sama
dimiliki juga oleh hewan mamalia sehingga sering disebut dengan otak mamalia.
Komponen limbik antara lain hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus dan
korteks limbik. Sistem limbik berfungsi menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa lapar, dorongan seks, pusat rasa
senang, metabolisme dan juga memori jangka panjang.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Hipotalamus yang salah satu
fungsinya adalah bagian memutuskan mana yang perlu mendapat perhatian dan mana
yang tidak.
B. DEFINISI
Gangguan

pisikosomatik

mencakup

pasien-pasien

yang

terutama

menunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan
defresif, anxietas atau penyaki medis.
Ada beberapa gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan
pisikosomatik dalam DSM-IV : (1) gangguan mental klasik yang tampak dengan
gejala fisik sebagai bagian gangguan ( sebagai contoh , gangguan konversi, dimana
gejala fisik ditimbulakn oleh konflik pisikologis);(2) gangguan somatisasi dimana
gejala fisik tidak didasarkan pada patologi organik;(3) hipokondriasis, dimana pasien
memiliki permasalahan yang menonjol dengan kesehatan mereka ;(4) keluhan fisik
yang sering kali berhubungan dengan gangguan mental (sebagai contoh , gangguan
distemik, dimana biasanya memiliki bagian somatik tertentu seperti kelemahan otot,
astnia, kepenatan dan kelelahan); dan (5) keluahn fisik yang berhubungan dengan
gangguan yang berhungan dengan zat ( sebagai contoh, batuk yang behubugan dengan
ketergantunag nikoin).
C. INSIDENS
Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih
banyak pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang
banyak. Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah banyak
mendapat diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien ini terus
mencari penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan bersedia untuk melakukan

berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun ia tahu hal tersebut jarang yang
memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada gangguan kecil.
Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat
gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup dengan
didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami gangguan hubungan
interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal yang sama terutama pada
wanita, dan riwayat anti sosial pada pria.
D. ETIOLOGI
Peneliti telah mempertanyakan keabsahan konsep kedokteran psikofisiologis.
Beberapa peneliti mengajukan bahwa istilah terseebut adalah terlalu samar-samar. Yang
lainnya mengatakan bahwa istilah tersebut adalah terlalu sempit. Tetapi sebagian besar
peneliti setuju bahwa stres yang kronik, parah dan dirasakan memainkan peranan kausatif
dalam perkembangan banyak penyakit somatik. Karakter stres, faktor psikofisiologs dasar
umum, kerentanan genetikdan organik pasien, sifat konflik emosional pasien (apakah spesifik
atau nonspesifik), dan caramereka berinteraksi untuk menhasilkan penyakit semuanya masih
kontroversial.
a. Stres umum
Suatu peristiwa atau situasi kehidupan yang penuh dengan stres (internal atau
eksternal akut atau kronis , menciptakan tantangan dimana organisme tidak dapat
berespon secara adekuat. Thomas holmes dan richard rahe ddalam urutan penyesuaian
kembali sosial , menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh berbagai jumlah
gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata. Sebagai contoh: kematian pasangan,
perubahan kehidupan dan perceraian.penelitianterakhir telah menemukan bahwa orang
yang menghadapi stres umum secara optimis, bukannya secara pesimis, adalah tidak
cenderung mengalami gangguan psikosomatik. Jika mereka mengalaminya, mereka
mudah pulih dari gangguan.
b. Stres spesifik lawan non spesifik
Dapat didefinisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang
menyebabkan ketidakseimbangan homeostatik yang berkembang dalam perkembangan
psikosomatik. Tipe kepribadian tertentu yang pertama kali diidentifikasi berhubungan
dengan kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan keras dan agresif yang
cenderung mengalami oklusi miokardium).
Konflik bawah sadar spesifik adalah berhubungan dengan gangguan psikosomatik
spesifik, contoh: konflik ketergantungan yang tidak disadari mempredisposisikan
seseorang pada ulkus peptikum.
c. Variabel fisiologis

Mediator antara stres yang didasari secara kognitif da penyakit mungkin


hormonal, seperti pada sindrom adaptasi-umum Hans selye, dimana hidrokortison adalah
mediatornya atau mediator mungkin mengubah fungsi sumbu hifosis anterior
hipotalamus- adrenal, dengan efek otonomik, pembesaran adrenal dan penciutan limfoid.
Dalam rantai hormonal,hormon dilepaskan dari hipotalamus dan menuju hipofisis
anterior,dimana hormontropik berinteraksi secara langsung atau melepasskan hormon dari
kelenjar endokrin lain. Alexander menyatakan bahwa sistem saraf otonomik. Sebagai
contoh : sistem saraf parasimpatik pada ulkus peptikum dan sistem saraf simpatik pada
hipertensi sebagai mekanisme yang menghubungkan stres kronik dan gangguan
psikosomatik.

E. PATOFISOLOGI
Beberapa kecemasan dan depresi diyakini dimediasi oleh masalah dengan bahan
kimia otak seperti serotonin dan norepinefrin . Gejala-gejala fisik bahwa orang
dengan kecemasan atau depresi merasa memang nyata gejala tubuh, dan diyakini
dipicu oleh perubahan neurokimia. Sebagai contoh, norepinefrin terlalu banyak akan
menyebabkan serangan panik yang parah dengan gejala peningkatan denyut jantung
dan berkeringat, sesak napas, dan ketakutan. Terlalu sedikit serotonin dapat
menyebabkan depresi berat, disertai dengan gangguan tidur, kelelahan berat, dan
biasanya dapat diobati dengan intervensi medis

F. KLASIFIKASI
F45.0 Gangguan somatisasi
Pedoman diagnostic

Diagnostic pasti memerlukan semua hal berikut:


1. Adanya banyak keluhan-keluhan fisik yang bermacam-macam yang tidak dapat
dijelaskan atas dasar adanya kelainan fisik, yang sudah berlangsung sedikitnya 2
tahun.
2. Tidak mau menerima nasehat
F45. atau penjelasan dari beberapa dokter bahwa tidak ada
kelainan fisik yang dapat menjelaskan keluhan-keluhannya.
3. Terdapat disabilitas dalam fungsinya dimasyarakat dan keluarga, yang berkaitan
F45.1 Gangguan somatoform tak terinci
dengan sifat keluhan-keluhannya dan tanpak dari perilakunya.
Pedoman diagnostic

Keluhan-keluhan fisik bersifat multiple, bervariasi dan menetap, akan tetapi


gambaran klinis yang khas dan lengkap dari gangguan somatisasi tidak terpenuhi.
Kemungkinan ada ataupun tidak factor penyebab psikologis belum jelas, akan tetapi
tidak boleh ada penyebab fisik dari keluhan-keluhannya.
7

F45.2 Gangguan hipokondrik


Pedoman diagnostic

Untuk diagnosis pasti, kedua hal ini harus ada:


1. Keyakinan yang menetap adanya sekurang-kurangnya satu penyakit fisik yang
serius yang melandasi keluhan-keluhannya, meskipun pemriksaan yang berulangulang tidak menunjang adanya alas an fisik yang memadai, ataupun adanya
preokupasi yang menetap kemungkinan deformitas atau perubahan bentuk
penampakan fisiknya (tidak sampai waham).
2. Tidak mau menerima nasehat atau dukungan penjelasan dari beberapa dkter
bahwa tidak ditemukan penyakit atau abnormalitas fisik yang melandasi keluhankeluhannya.

F45.3 DiSfungsi otonomik somatoform


Pedoman diagnostic

Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut:


1. Adanya gejala-gejala bangkitan otonomik, seperti palpitasi, berkeringat, tremor,
muka panas/flushing, yang menetap dan mengganggu.
2. Gejala subjektif tambahan mengacu pada system atau organ tertentu (gejala tidak
khas).
3. Preokupasi dengan dan penderitaan (distress) mengenai kemungkinan adanya
gangguan yang serius (sering tidak begitu khas) dari system atau organ tertentu,
yang yang tidak terpengaruh oleh hasil pemeriksaan berulang, maupun
penjelasan-penjelasan dari para dokter.
4. Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti pada struktur/fungsi dari
system atau organ yang dimaksud.

F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap


Pedoman diagnostic

Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik.
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
tejadinya gangguan tersebut.

Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang
bersangkutan
8

.F45.8 Gangguan somatoform lainnya


Pedoman diagnostic

Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui system saraf otonom, dan tebatas
secara spesifik pada bagian tubuh atau system tertentu. Ini sangat berbeda dengan gangguan
somatisasi (F45.0) dan gangguan somatoform tak terinci F45.1) yang menunjukan keluhan
yang banyak dan berganti-ganti.
Tidak ada kaitan degan adanya kerusakan jaringan.
Gangguan-gangguan berikut juga dimasukan dalam kelompok ini:
1. globus hystericus (perasaan ada benjolan dikerongkongan yang menyebabkan
disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.
2. Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali sindrom
tourette)
3. Pruritus psikogenik.
4. Dismenore psikogenik.
5. teeth grinding.

G. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS


Kriteria Diagnostik Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Medis

A. Adanya suatu kondisi medis umum (dikodekan dalam Aksis III)


B. Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis umum dengan salah satu cara
berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum ditunjukkan oleh
hubungan erat antara faktor psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi
dan, atau keterlambatan penyembuhan dan, kondisi medis umum.
2. Faktor yang mengganggu pengobatan kondisi medis umum.
3. Faktor yang membuat risiko kesehatan tambahan bagi individu.
4. Respons fisiologis yang berhubungan dengan stres menyebabkan atau
mengeksaserbasi gejala-gejala kondisi medis umum.
Pilihlah nama bendasarkan sifat faktor psikologis (bila terdapat lebih dan satu faktor,
nyatakan yang paling menonjol)
Gangguan mental mempengaruhi kondisi medis (seperti gangguan depresif berat
memperiambat pemulihan dan infark miokardium)
9

Gejala psikologis mempengaruhi kondisi medis (misalnya gejala depresif memperlambat


pemulihan dan pembedahan; kecemasan mengeksaserbasi asthma)
Sifat kepribadlan atau gaya menghadapi masalah mempengaruhi kondisi medis
(misalnya penyangkaian psikologis terhadap pembedahan pada seorang pasien kanker,
perilaku bermusuhan dan tertekan menyebabkan penyakit kandiovaskular).
Perilaku kesehatan maladaptif mempengaruhi kondisi medis (misalnya tidak olahraga,
seks yang tidak aman, makan benlebihan).
Respon fisiologis yang berhubungan dengan stres mempengaruhi kondisi medis umum
(misalnya eksaserbasi ulkus, hipertensi, aritmia, atau tension headache yang berhubungan
dengan stres).
Faktor psikologis lain yang tidak ditentukan mempengaruhi kondisi medis (misalnya
faktor interpersonal, kultural, atau religius)
I. Gangguan Gastrointestinal
a. Ulkus Peptikum
o Merupakan ulserasi pada membran mukosa lambung atau duodenum, berbatas
jelas, menemus ke mukosa muskularis dan terjadi di daerah yang terkena asam
lambung dan pepsin.
o Etiologi
Teori spesifik
o Alexander menghipotesiskan bahwa frustasi kronis dari kebutuhan
ketergantungan yang kuat menyebabkan konflik bawah sadar yang spesifik.
o Konflik bawah sadar tersebut menyinggung ketergantungan kuat akan
keinginan reseptif-oral untuk disayangi dan dicintai, menyebabkan rasa lapar
dan kemarahan bawah sadar yang regresif dan kronis.
o Reaksi dimanifestasikan secara psikologis oleh hiperaktivitas vagal persisten
yang menyebabkan hipersekresi asam lambung, yang terutama jelas pada
orang yang memiliki predisposisi genetik. Pembentukan ulkus dapat terjadi.
o Faktor genetik dan kerusakan atau penyakit organ yang telah ada sebelumnya
(contohnya gastritis)adalah penyebab yang penting.
10

b. Kolitis Ulseratif
o Penyakit ulseratif inflamatoris kronis pada kolon, biasanya disertai diare
berdarah. Insidensi familial dan faktor genetik penting.
o Tipe kepribadian: sifat kepribadian kompulsif yang menonjol. Pasien adalah
seorang yang pembersih, tertib, rapi, tepat waktu, hiperintelektual, malumalu,
dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan.
o Etiologi
Teori spesifik:
o Alexander menggambarkan kumpulan konflik spesifik pada kolitis ulseratif
yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban (biasanya tidak
patuh) sampai kepada inti ketergantungan. Ketergantungan yang mengalami
frustasi menstimulasi perasaan agresif-oral, menyebabkan rasa bersalah dan
kecemasan. Menghasilkan pemulihan melalui diare.
c. Obesitas
o Akumulasi lemak berlebihan; berat badan melebihi 20 % berat badan
seharusnya.
o Pertimbangan psikosomatik
o Terdapat predisposisi genetik dan faktor perkembangan awal ditemukan pada
obesitas masa anak-anak.
o Faktor psikologis penting pada obesitas hiperfagik (makan berlebihan),
khususnya pada makan pesta pora.
o Faktor psikodinamika yang diajukan antara lain fiksasi oral, regresi oral, dan
penilaian berlebihan terhadap makanan.

11

o Pasien memiliki riwayat penghindaran terhadap citra tubuh dan kebiasaan


awal yang buruk dalam asupan makanan.
d. Anoreksia Nervosa
Perilaku yang diarahkan untuk:
o Menghilangkan berat badan.
o Pola aneh dalam menangani makanan.
o Penurunan berat badan.
o Rasa takut yang kuat terhadap kenaikan berat badan.
o Gangguan citra tubuh.
o Amenore pada wanita.
II. Gangguan Kardlovaskular
a. Penyakit Arteri Koroner
o Penurunan aliran darah ke jantung. Ditandai oleh rasa nyeri, tidak nyaman,
tekanan pada dada dan jantung secara episodik.
o Biasanya ditimbuikan oleh penggunaan tenaga dan stres.
o Tipe kepribadian
o Flanders Dunbar: pasien penyakit koroner berkepribadian agresifkompulsif,
cendenung bekerja dengan waktu panjang, dan untuk meningkatkan
kekuasaan.
o Meyer Fiedman dan Ray Rosenman: kepriibadian tipe A dan B.
o Kepribadian tipe A berhubungan kuat dengan penyakit jantung koroner.
Orang yang berorientasi tindakan berjuang keras untuk mencapai tujuan
dengan cara permusuhan yang kompetitif. Memiliki peningkatan jumlah
12

lipoprotein densitas rendah, kolesterol serum, trigliserida, dan 17hidroksikolestenol.


o Kepribadian tipe B: santai, kurang agresif, kurang aktif berjuang mencapai
tujuannya.
b. Hipertensi Esensial
o Tipe kepribadian
o Orang hipertensif tampak dari luar menyeriangkan, patuh, dan kompulsif;
walaupun kemarahan mereka tidak diekspresikan secara terbuka, memiliki
banyak kekerasan yang terhalangi.
o Predisposisi genetik untuk hipertensi; yaitu bila terjadi stres kronis pada
kepribadian kompulsif yang telah merepresi dan menekan kekerasan.
c. Gagal Jantung Kongestif
o Gangguan di mana jantung gagal memompa darah secara normal,
menyebabkan kongesti paru dan menurunkan aliran darah jaringan dengan
penurunan curah Jantung.
o Faktor psikologis, seperti stres dan konflik emosional nonspesifik, seringkali
bermakna dalam mulainya atau eksaserbasi gangguan.
o Psikoterapi suportif penting dalam pengobatannya.
d. Sinkop Vasomotor (Vasodepresor)
o Ditandai oleh kehilangan kesadaran (pingsan) secara tiba-tiba yang disebabkan
oleh serangan vasovagal.
o Menurut Franz Alexander, rasa khawatir atau takut menghambat impuls untuk
berkelahi atau melarikan diri. Dengan demikian menampung darah di anggota
gerak bawah, dari vasodilatasi pembuluh darah di dalam tungkai. Reaksi

13

tersebut menyebabkan penurunan pengisian ventrikel, penurunan pasokan


darah ke otak, dan akibatnya hipoksia otak dan kehilangan kesadaran.
e. Aritmia Jantung
o Aritmia yang potensial membahayakan hidup (seperti palpitasi, takikardi
ventrikular, dan fibrilasi ventrikular), kadang-kadang terjadi bersama dengan
luapan emosional.
o Juga berhubungan dengan trauma emosional adalah takikardi sinus, perubahan
gelombang ST dan gelombang T, peningkatan katekolamin plasma, dan
konsentrasi asam lemak bebas.
o Stres emosional tidak spesifik, dan penjelasan kepribadian yang berhubungan
dengan gangguan.
f. Fenomena Raynaud
o Sianosis bilateral paroksismal idiopatik pada jail karena kontraksi arteniolan.
o Kontraksi arteniolar seringkali disebabkan oleh stres ekstemal.
g. Jantung Psikogenik Bukan Penyakit
o Pasien menunjukkan keprihatinan morbid tentang jantungnya dan rasa takut
akan penyakit jantung yang meningkat.
o Rasa takut dapat timbul dan masalah kecemasan, yang dimanifestasikan oleh
fobia atau hipokondriasis parah, sampai keyakinan vaham bahwa mereka
menderita penyakit jantung.
o Banyak pasien menderita akibat sindroma yang kurang jelas ini seringkali
dinamakan astenia neurosirkulatorik.
o Astenia neurosirkulatonik pertama kali digambarkan tahun 1871 oleh Jacob
M. DaCosta, yang menamakannya jantung iritabel (irritable hearth).

14

o Dokter psikiatrik cenderung memandang sebagai varian klinik dari gangguan


kecemasan, walaupun tidak ditemukan dalam DSM-IV.
o Kriteria diagnostik astenia neurosirkulatorik:
o Keluhan pemapasan seperti pemapasan yang resah, tidak dapat menarik napas
dalam, tercekik dan tersedak, dan sesak napas.
o Palpitasi, nyeri dada, atau rasa tidak enak.
o Kegugupan, pening, pingsan, atau rasa tidak enak di puncak kepala.
o Kelelahan yang tidak hilang-hilang atau pembatasan aktivitas.
o Keringat berlebihan, insomnia, dan iritabilitas.
o Gejala biasanya mulai pada mulai masa remaja atau pada awal usia 20-an.
o Gejala tertentu adalah dua kali lebih sering pada wanita dan cenderung kronis,
dengan eksaserbasi akut rekuren.
III. Gangguan Pemapasan
a. Asma Bronkialis
o Penyakit obstruktif rekuren pada jalan napas bronkial, cenderung berespon
terhadap berbagai stimuli dengan konstriksi bronkial, edema, dan sekresi yang
berlebihan.
o Faktor genetika, alergik, infeksi, dan stres akut dan kronis berkombinasi untuk
menimbulkan penyakit.
o Faktor psikologis: tidak ada tipe kepribadian spesifik yang telah diidentifikasi.
Alexander mengajukan faktor konfliktual psikodinamika, karena ia
menemukan pada banyak pasien asma adanya harapan yang tidak disadari
akan perlindungan dan untuk diselubungi oleh ibu atau pengganti ibu. Tokoh
ibu cenderung bersikap melindungi adan cemas secara berlebihan,
15

perfeksionis, berkuaasa, dan menolong. Jika proteksi tersebut tidak


didapatkan, serangan asthma terjadi, karena ia menemukan pada banyak
pasien asma adanya harapan yang tidak disadari akan perlindungan dan untuk
diselubungi oleh ibu atau pengganti ibu. Tokoh ibu cenderung bersikap
melindungi adan cemas secara berlebihan, perfeksionis, berkuaasa, dan
menolong. Jika proteksi tersebut tidak didaptkan, serangan asma terjadi.
b. Hay Fever
o Faktor psikologis yang kuatberkombinasi dengan elemen alengi.
o Terapi: faktor psikiatrik, medis, dan alergik harus dipertimbangkan.
c. Sindroma Hiperventilasi
o Pasien hiperventilasi bennapas cepat dan dalam selama beberapa menit,
merasa ningan, dan selanjutnya pingsan karena vasokonstriksi serebral dan
alkalosis respiratonik.
o Differential diagnosis pada psikiatrik adalah serangan kecemasan, panik,
skizofnenia, gangguan kepribadian histnionik, dan keluhan fobik atau obsesif
d. Tuberkulosis
o Onset dan perburukan tubenkulosis seringkali berhubungan dengan stres
akutdan kronis.
o Faktor psikologis mempenganuhi sistem kekebalan dan mungkin
mempengaruhi dayatahan pasien terhadap penyakit.
o Penanan stres pada insidensi tuberkulosis belum dipelajari secara menyeluruh,
tetapi sebagian besan pasien AIDS memiliki komplikasi psikiatrik dan
neunologis dan besar kemungkinannya mengalami stres.
o Psikoterapi suportif berguna karena adanya peranan stres dan situasi
psikososial yang rumit.

16

IV. Gangguan Endokrin


a. Hipertiroidisme
o Suatu sindroma yang ditandai oieh perubahan biokimiawi danpalkologis yang
terjadi sebagai akibat dan kelebihan hormon_tiroid~edogen atau eksogen
yang kronis.
o Pertimbangan psikosomatik
o Pada orang yang terpredisposisi secara genetik, stres seringkali disentai
dengan onset hipertiroidisme.
o Menurut teori psikoanalitik, selama masa anak-anak, pasien hipertiroid
memiliki penlekatan yang tidak lazim dan ketergantungan pada onangtua,
biasanya kepada ibu. Mereka menjadi tidak tahan terhadap ancaman
penolakan dani ibu. Sebagai anak-anak, pasien tersebut seringkali memiliki
dukungan yang tidak adekuat karena stres ekonomi, perceraian, kematian, atau
banyak saudara kandung. Keadaan ml menyebabkan stres awal dan pemakaian
benlebihan sistem endoknin dan frustrasi lebih lanjut.
Dukungan yang tidak adekuat karena stres ekonomi, perceraian, kematian,
atau banyak saudara kandung. Keadaan ml menyebabkan stnes awal dan
pemakaian benlebihan sistem endoknin dan frustrasi lebih lanjut.
b. Diabetes Melitus
o Gangguan metabolisme dan sistem vaskular dimanifestasikan gangguan
pengaturan giukosa, lemak, dan protein tubuh
o Onset yang mendadak seringkali berhubungan dengan stres emosional, yang
mengganggu keseimbangan homeostatik pada pasien yang terpredisposisi.
o Faktor psikologis yang tampaknya penting adalah faktor yang mencetuskan
perasaan fnustnasi, kesepian, dan kesedihan.

17

o Pasien diabetik biasanya mempertahankan kontnol diabetiknya. Jika


mengalami depresi atau merasa sedih, mereka seringkaii makan atau ininum
benlebihan yang merusak diri sendini, sehingga diabetes menjadi tidak
terkendali.
c. Gangguan Endokrin Wanita
i.

Sindroma pramenstruasi (Premenstrual Syndrome! PMS)

Merupakan gangguan disforik pramenstruasi, ditandai oleh perubahan


subjektmfsikiis dalam mood dan rasa kesehatan fisik dan psikologis
umum yang berhubungan dengan siklus menstruasi.

Gejala biasanya dimulai segera setelah ovulasi, meningkat secana


bertahap, dan mencapai intensitas maksimum kira-kira lima han
sebelum menstruasi dimulai.

Faktor psikologis, sosial, dan biologis telah terlibat di dalam


patogenesis gangguan.

Perubahan kadar estrogen, progesteron, androgen, dan proiaktin telah


dihipotesiskan berperan penting dalam penyebab.

Peningkatan prostaglandin tenlibat dalam rasa nyerii yang


benhubungan dengan gangguan.

Gangguan disfonik paramenstruasi juga terjadi pada wanita setelah


menopause dan setelah histerektomi.

ii.

Penderltaan Menopause (Menopause Distress)

Peristiwa fisiologis alami, terjadi setelah tidak ada peniode menstnuasi


selama satu tahun. Juga teijadi segera setelah pengangkatan ovarium.

Gejala psikologis tenmasuk kelelahan, kecemasan, ketegangan,


labilitas emosional, initabilitas (mudah marah), depresi, dan insomnia.

18

Tanda dan gejala fisik adalah keringat malam, muka merah, rasa panas
(hot flushes)

Faktor psikologis dan psikososial

Wanita yang sebelumnya mengalami kesulitan psikologis, seperti harga


diri yang rendah dan kepuasan hidup rendah, kemungkinan rentan
terhadap kesulitan selama menopause.

Respon seorang wanita terhadap menopause telah ditemukan sejalan


dengan responnya dengan peristiwa kehidupan panting di dalam
hidupnya, seperti pubertas dan kehamilan.

Wanita yang tenikat pada banyak melahirkan anak dan aktivitas


mengasuh anak paling rentan untuk mendenita selama tahun-tahun
menopause.

Permasalahan tentang ketuaan, kehilangan kemampuan metahinkan


anak, dan perubahan penampilan dipusatkan pada kepentingan sosial
dan simbolik yang melekat pada perubahan fisik menopause.

Penelitian epidemiologis tidak menunjukkan peningkatan gejala


gangguan mental atau depresi selama tahun-tahun menopause, dan
penelitian tentang keluhan psikologis tidak menemukan adanya
frekuensi yang lebih besar pada wanita menopause.

iii.

Amenore Idiopatik

Hilangnya siklus menstruasi normal pada wanita yang tidak hamil dan
pramenopause tanpa adanya kelainan stuktural otak, hipofisis, atau
ovarium.

Amenore dapat teijadi sebagai salah satu cmi sindroma psikiatrik klinis
yang kompleks, seperti anoneksia nervosa dan pseudokiesis.

19

Fungsi menstruasi yang terganggu (menstruasi yang lebih cepat atau


lambat) adalah respons seorang wanita sehat terhadap stres. Stres
ringan seperti meninggalkan numah untuk masuk ke perguruan tinggi
atau stres berat dapat berpenganuh.

Sebagian besar wanita, siklus menstruasi kembali normal tanpa adanya


intervensi medis, walaupun kondisi stres terus berjalan.

Psikoterapi dilakukan untuk alasan psikologis, bukan hanya sebagai


nespon terhadap gejala amenone. Jika amenore sukar diobati,
psikoterapi dapat membantu memulihkan menstruasi yang teratur.

V. GANGGUAN KULIT
a. Pruritus menyeluruh
o lstilah pruritus psikogenik menyeluruh (generalized psychogenic pruritis)
menyatakan bahwa tidak ada penyebab organik.
o Konflikemosional tampaknya menyebabkan terjadinya gangguan.
o Emosi yang paling sering menyebabkan pruritus psikogenik menyeluruh
adalah kemarahan dan kecemasan yang terepresi. Kebutuhan akan perhatian
merupakan karakteristik umum pada pasien.
o Menggaruk kulit memberikan kepuasaan pengganti utnuk kebutuhan yang
mengalami frustrasi, dan menggaruk mencerminkan agresi yang dibalikkan
kepada diri sendiri
b. Pruritus setempat
o Pruritus ani. Penelitian menunjukkan riwayat iritasi lokal atau faktor sisemik
umum. Keadaan ini merupakan keluhan yang mengganggu pekerjaan dan
aktivitas sosial. Penelitian terhadap sejumlah besar pasien mengungkapkan
bahwa penyimpangan kepribadian seringkali mendahului kondisi dan
gangguan emosional seringkali mencetuskan gejala ini.
20

o Pruritus vulva. Pada beberap pasien, kesenangan yang didapat dani


menggosok dan menggaruk adalah disadani. Mereka menyadari bahwa ml
adalah simbolik dan masturbasi. Tetapi elemen kesenangan dinepresi.
Sebagian besar pasien yang diteliti memberikan riwayat panjang frustrasi
seksual, seringkali diperkuat pada saat onset pruritus.
c. Hiperhidrosis
o Keadaan takut, marah, dan tegang dapat menyebabkan meningkatnya sekresi
keringat.
o Benkeringat pada manusia memiliki dua bentuk berbeda: termal dan
emosional.
o Berkeringat emosional terutama pada telapak tangan, telapak kaki, dan aksiia.
Berkeringat termal paling jelas pada dahi, leher, batang tubuh, punggung
tangan, dan lengan bawah.
o Kepekaan nespon berkeringat emosional merupakan dasan untuk pengukunan
keringat melalui respon kulit galvanik (alat penting dalam penelitian
psikosomatik), biofeedback, dan poligrafi (tes detektor kebohongan.
o Di bawah keadaan stres emosional, hipenhidnosis menyebabkan perubahan
kulitsekunder, warn kulit, lepuh, dan infeksi.
o Hiperhidrosis dapat dipandang sebagal fenomena kecemasan yang diperantarai
oleh sistern sanafotonom.
VI. GANGGUAN MUSKULOSKELETAL
a. Artrltls Rematold
o Ditandai oleh nyeri muskuloskeletal kronis yang disebabkan oleh penyakit
peradangan pada sendi.
o Memiliki faktor penyebab herediter, alergik, mmunologi, dan psikologi yang
penting.
21

o Stres psikologis mempredisposisikan pasien pada artritis rematoid dan


penyakitautoimun lain melalui supresi kekebalan.
o Pasien merasa tenkekang, terikat, dan terbatas. Mereka seringkali memiliki
rasa marah yang terepresi karena terbatasnya fungsi otot-otot mereka,
sehingga memperberatkekakuan dan imobilitas mereka.
b. LowBackPain
o Nyeri punggung bawah seringkali dilaponkan pasien bahwa nyerinya dimulai
pada saat trauma psikologis atau stres.
o Reaksi pasien terhadap nyeri tidak sebandmng secara emosional, dengan
kecemasan dan depresi yang berlebihan.
Pemeriksaan fisis

Tidak adanya kelainan pada pemeriksaan fisis, pada pemeriksaan yang


serial, mendukung diagnosis hipokondriasis. Namun demikian, pasien tetap harus
menerima pemeriksaan fisis untuk meyakinkan tidak ada kelainan organic. Pada
pemeriksaan fisis, pada pasien hipokondriasis bisa didapatkan :
Penampakan umum, kelakuan dan pembicaraan
o Penampilan biasa, rapi
o Kooperatif dengan pemeriksa, namun gelisah dan tidak mudah untuk
ditenangkan
o Dapat menunjukkan gejala anxietas berupa, tangan yang berkeringat, dahi
berkeringat, suara yang tegang atau gemetar, dan tatapan mata yang tajam

Status psikomotor
o Tidak dapat beristrahat dengan tenang

22

o Selalu bergerak merubah posisi


o Agitasi
o Pergerakan lambat, apabila pasien kurang tidur
Mood dan afek
o Bersemangat,atau cemas, depresi
o Afek terbatas, dangkal, ketakutan, atau afek yang bersemangat.
Proses berpikir
o Berbicara spontan dengan kadang-kadang secara tiba-tiba merubah topic
yang sedang dibicarakan
o Berespon terhadap pertanyaan tetapi dapat mengalihkan kecemasannya pada
hal lain
Isi pikiran
o Preokupasi bahwa ia sedang sakit
o Berbicara tentang apa yang dipikirkan bahwa dalam tubuhnya telah terjadi
kesalahan, kenapa bisa terjadi seperti demukian, dan bagaimana ia
merasakannya
o Dapat merasa putus asa dan tidak ada lagi harapan tentang penyakitnya,
walaupun keadaan ini biasa juga tidak terjadi
o tidak terdapat keinginan untuk bunuh diri, walaupun secara bersamaan
terdapat depresi
Fungsi kognitif
o Penuh perhatian
o Orientasi waktu, tempat dan orang ;baik
23

o Jarang mengalami kesulitan dalam konsentrasi, memori.


Insight
o Dapat mengenali sensasi yang muncul pada tubuhnya
Daya nilai
o Sering tidak terganggu
o Dapat terganggu bila bersamaan dengan depresi
c. Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi hipokondriasis.

H. PRINSIF DAN METODE PENGOBATAN


Baik kedokteran pisikosomatik dan kedokteran prilaku interaksi jiwa dan
soma. Secara tradisional pisikoanalisis dan pisikoterapi, telah digunakan untuk
mengobati gangguan pisikosomatik. Dalam dua dekade teraakhir telh dikembangkan
banyak minat dalam penggunaan teknik modifikasi prilaku ( teori belajar) untuk
mengobati gangguan tersebut. Diantara teknik terapiutek yang menekankan
modifikasi prilaku adalah terapi relaksasi otot, biofeedback,

hipnois, pernafasan

terkendali, yoga dan pijat. Tujuan teknik prilaku tersebut dan modalitas
pisikoterapiutik yang biaa adalah untuk memprbaiki keseimbangan pisikosomatik.

GANGGUAN
PISIKOSOMATIK
GEJALA FISIK

-terapi
-farmakologi
k

GEJALA
PISIKIATRIK
GEJALA CEMAS

GEJALA DEFRESI

24

Satu
minggu

-OBAT ANTI
CEMAS
-PISIKOTERAFI

sembuh
ya

tidak

Follow up

-OBAT ANTI
DEFRESAN
-PISIKOTERAFI
Satu bulan
TENANG

rujuk
YA
-Tapering off
-lanjutkan
pisikoterapi

TIDAK
rujuk

I. KOMPLIKASI
Depresi dan putus asa
Nyeri yang tidakterkendali baik
Delirium ringan (disinhibisi)
Perasaan hilang kendali
Kelelahan
Kecemasan
Psikopatologi yang telah ada sebelumnya (penyalahgunaan zat, patologi karakter, gangguan psikiatrik
utama)
Masalah keluarga
Ancaman dan riwayat usaha bunuh din sebelumnya
Riwayat positif bunuh diri pada keluarga
Faktor risiko lain yang biasanya digambarkan pada pasien psikiatrik

J. PROGNOSIS
10 % pasien bisa sembuh, 65 % berlanjut manjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25
% prognosisinya buruk.
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya mengalami
hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai prognosis yang
baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna.
25

26

Gangguan

BAB III
KESIMPULAN
pisikosomatik mencakup pasien-pasien

yang

terutama

menunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan
defresif, anxietas atau penyaki medis. Dimana etiologi dari gangguan pisikosomatis
yaitu Stres spesifik lawan non spesifik, Stres umum dan Variabel fisiologis.
Klasifikasinya digambarkan dalam beberapa bagian Gangguan somatisasi, Gangguan
somatoform tak terinci, Gangguan hipokondrik, DiSfungsi otonomik somatoform,
Gangguan nyeri somatoform menetap, Gangguan somatoform lainnya.
Terapinya bisa dilakukan dengan pisikoterapi dan farmakologi yaitu anti
cemas dan anti depresi. Dimana komplikasinya ada Depresi dan putus asa, Nyeri yang
tidak terkendali baik, dan Delirium ringan (disinhibisi) dan prognosisnya 10 % pasien
bisa sembuh, 65 % berlanjut manjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25 %
prognosisinya buruk.
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya
mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai
prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan,Harold I,ddk, Sinopsis Pisikiatri. Jilid II, 2010.Binapura Aksara:Jakarta
27

2. Mansjoer,Arif, dkk, kapita selekta kedokteran, jilid 1, edisi II.2001.Media Aescuplus


FKUI:Jakarta
3. Maramis, Willy F dan Maramis, Albert A, ilmu kedokteran jiwa, edisi II, 2009.
Airlangga Universty press: surabaya.
4. Maslim Rusdi, Diagnosis gangguan jiwa. 2003. FK-Unika Atmajaya:Jakarta

28

Anda mungkin juga menyukai