PENDAHULUAN
Seperti terlihat pada gambar , otak dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Cerebrum (Otak Besar)
2. Cerebellum (Otak Kecil)
3. Brainstem (Batang Otak)
2
Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang ada dipaling depan dari Otak Besar.
Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak,
kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol
perasaan, kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan seperti
tekanan, sentuhan dan rasa sakit.
koordinasi otot dan gerakan tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan melaksanakan
serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil,
gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya.
Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan pada sikap
dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak terkoordinasi, misalnya orang
tersebut tidak mampu memasukkan makanan ke dalam mulutnya atau tidak mampu
mengancingkan baju.
3. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala
bagian dasar dan memanjang sampai ke tulang punggung atau sumsum tulang
belakang. Bagian otak ini mengatur fungsi dasar manusia termasuk pernapasan,
denyut jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan
sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya
bahaya.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti kadal dan buaya. Oleh karena
itu, batang otak sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil mengatur perasaan
teritorial sebagai insting primitif. Contohnya anda akan merasa tidak nyaman atau
terancam ketika orang yang tidak Anda kenal terlalu dekat dengan anda.
Batang Otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga Mid Brain) adalah bagian teratas dari
batang otak yang menghubungkan Otak Besar dan Otak Kecil. Otak tengah berfungsi
dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata,
mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.
Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan
menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla mengontrol fungsi
otomatis otak, seperti detak jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan pencernaan.
Pons merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak bersama
dengan formasi reticular. Pons yang menentukan apakah kita terjaga atau tertidur.
4
pisikosomatik
mencakup
pasien-pasien
yang
terutama
menunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan
defresif, anxietas atau penyaki medis.
Ada beberapa gangguan yang termasuk dalam kelompok gangguan
pisikosomatik dalam DSM-IV : (1) gangguan mental klasik yang tampak dengan
gejala fisik sebagai bagian gangguan ( sebagai contoh , gangguan konversi, dimana
gejala fisik ditimbulakn oleh konflik pisikologis);(2) gangguan somatisasi dimana
gejala fisik tidak didasarkan pada patologi organik;(3) hipokondriasis, dimana pasien
memiliki permasalahan yang menonjol dengan kesehatan mereka ;(4) keluhan fisik
yang sering kali berhubungan dengan gangguan mental (sebagai contoh , gangguan
distemik, dimana biasanya memiliki bagian somatik tertentu seperti kelemahan otot,
astnia, kepenatan dan kelelahan); dan (5) keluahn fisik yang berhubungan dengan
gangguan yang berhungan dengan zat ( sebagai contoh, batuk yang behubugan dengan
ketergantunag nikoin).
C. INSIDENS
Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih
banyak pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang
banyak. Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah banyak
mendapat diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien ini terus
mencari penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan bersedia untuk melakukan
berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun ia tahu hal tersebut jarang yang
memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada gangguan kecil.
Fenomena ini dapat berupa spectrum yang ringan yang akan memperberat
gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup dengan
didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami gangguan hubungan
interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal yang sama terutama pada
wanita, dan riwayat anti sosial pada pria.
D. ETIOLOGI
Peneliti telah mempertanyakan keabsahan konsep kedokteran psikofisiologis.
Beberapa peneliti mengajukan bahwa istilah terseebut adalah terlalu samar-samar. Yang
lainnya mengatakan bahwa istilah tersebut adalah terlalu sempit. Tetapi sebagian besar
peneliti setuju bahwa stres yang kronik, parah dan dirasakan memainkan peranan kausatif
dalam perkembangan banyak penyakit somatik. Karakter stres, faktor psikofisiologs dasar
umum, kerentanan genetikdan organik pasien, sifat konflik emosional pasien (apakah spesifik
atau nonspesifik), dan caramereka berinteraksi untuk menhasilkan penyakit semuanya masih
kontroversial.
a. Stres umum
Suatu peristiwa atau situasi kehidupan yang penuh dengan stres (internal atau
eksternal akut atau kronis , menciptakan tantangan dimana organisme tidak dapat
berespon secara adekuat. Thomas holmes dan richard rahe ddalam urutan penyesuaian
kembali sosial , menuliskan 43 peristiwa kehidupan yang disertai oleh berbagai jumlah
gangguan dan stres pada kehidupan orang rata-rata. Sebagai contoh: kematian pasangan,
perubahan kehidupan dan perceraian.penelitianterakhir telah menemukan bahwa orang
yang menghadapi stres umum secara optimis, bukannya secara pesimis, adalah tidak
cenderung mengalami gangguan psikosomatik. Jika mereka mengalaminya, mereka
mudah pulih dari gangguan.
b. Stres spesifik lawan non spesifik
Dapat didefinisikan sebagai kepribadian spesifik atau konflik bawah sadar yang
menyebabkan ketidakseimbangan homeostatik yang berkembang dalam perkembangan
psikosomatik. Tipe kepribadian tertentu yang pertama kali diidentifikasi berhubungan
dengan kepribadian koroner (orang yang memiliki kemauan keras dan agresif yang
cenderung mengalami oklusi miokardium).
Konflik bawah sadar spesifik adalah berhubungan dengan gangguan psikosomatik
spesifik, contoh: konflik ketergantungan yang tidak disadari mempredisposisikan
seseorang pada ulkus peptikum.
c. Variabel fisiologis
E. PATOFISOLOGI
Beberapa kecemasan dan depresi diyakini dimediasi oleh masalah dengan bahan
kimia otak seperti serotonin dan norepinefrin . Gejala-gejala fisik bahwa orang
dengan kecemasan atau depresi merasa memang nyata gejala tubuh, dan diyakini
dipicu oleh perubahan neurokimia. Sebagai contoh, norepinefrin terlalu banyak akan
menyebabkan serangan panik yang parah dengan gejala peningkatan denyut jantung
dan berkeringat, sesak napas, dan ketakutan. Terlalu sedikit serotonin dapat
menyebabkan depresi berat, disertai dengan gangguan tidur, kelelahan berat, dan
biasanya dapat diobati dengan intervensi medis
F. KLASIFIKASI
F45.0 Gangguan somatisasi
Pedoman diagnostic
Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat dijelaskan
sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan fisik.
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam mempengaruhi
tejadinya gangguan tersebut.
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal maupun medis, untuk yang
bersangkutan
8
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui system saraf otonom, dan tebatas
secara spesifik pada bagian tubuh atau system tertentu. Ini sangat berbeda dengan gangguan
somatisasi (F45.0) dan gangguan somatoform tak terinci F45.1) yang menunjukan keluhan
yang banyak dan berganti-ganti.
Tidak ada kaitan degan adanya kerusakan jaringan.
Gangguan-gangguan berikut juga dimasukan dalam kelompok ini:
1. globus hystericus (perasaan ada benjolan dikerongkongan yang menyebabkan
disfagia) dan bentuk disfagia lainnya.
2. Tortikolis psikogenik, dan gangguan gerakan spasmodik lainnya (kecuali sindrom
tourette)
3. Pruritus psikogenik.
4. Dismenore psikogenik.
5. teeth grinding.
b. Kolitis Ulseratif
o Penyakit ulseratif inflamatoris kronis pada kolon, biasanya disertai diare
berdarah. Insidensi familial dan faktor genetik penting.
o Tipe kepribadian: sifat kepribadian kompulsif yang menonjol. Pasien adalah
seorang yang pembersih, tertib, rapi, tepat waktu, hiperintelektual, malumalu,
dan terinhibisi dalam mengungkapkan kemarahan.
o Etiologi
Teori spesifik:
o Alexander menggambarkan kumpulan konflik spesifik pada kolitis ulseratif
yaitu ketidakmampuan untuk memenuhi suatu kewajiban (biasanya tidak
patuh) sampai kepada inti ketergantungan. Ketergantungan yang mengalami
frustasi menstimulasi perasaan agresif-oral, menyebabkan rasa bersalah dan
kecemasan. Menghasilkan pemulihan melalui diare.
c. Obesitas
o Akumulasi lemak berlebihan; berat badan melebihi 20 % berat badan
seharusnya.
o Pertimbangan psikosomatik
o Terdapat predisposisi genetik dan faktor perkembangan awal ditemukan pada
obesitas masa anak-anak.
o Faktor psikologis penting pada obesitas hiperfagik (makan berlebihan),
khususnya pada makan pesta pora.
o Faktor psikodinamika yang diajukan antara lain fiksasi oral, regresi oral, dan
penilaian berlebihan terhadap makanan.
11
13
14
16
17
ii.
18
Tanda dan gejala fisik adalah keringat malam, muka merah, rasa panas
(hot flushes)
iii.
Amenore Idiopatik
Hilangnya siklus menstruasi normal pada wanita yang tidak hamil dan
pramenopause tanpa adanya kelainan stuktural otak, hipofisis, atau
ovarium.
Amenore dapat teijadi sebagai salah satu cmi sindroma psikiatrik klinis
yang kompleks, seperti anoneksia nervosa dan pseudokiesis.
19
V. GANGGUAN KULIT
a. Pruritus menyeluruh
o lstilah pruritus psikogenik menyeluruh (generalized psychogenic pruritis)
menyatakan bahwa tidak ada penyebab organik.
o Konflikemosional tampaknya menyebabkan terjadinya gangguan.
o Emosi yang paling sering menyebabkan pruritus psikogenik menyeluruh
adalah kemarahan dan kecemasan yang terepresi. Kebutuhan akan perhatian
merupakan karakteristik umum pada pasien.
o Menggaruk kulit memberikan kepuasaan pengganti utnuk kebutuhan yang
mengalami frustrasi, dan menggaruk mencerminkan agresi yang dibalikkan
kepada diri sendiri
b. Pruritus setempat
o Pruritus ani. Penelitian menunjukkan riwayat iritasi lokal atau faktor sisemik
umum. Keadaan ini merupakan keluhan yang mengganggu pekerjaan dan
aktivitas sosial. Penelitian terhadap sejumlah besar pasien mengungkapkan
bahwa penyimpangan kepribadian seringkali mendahului kondisi dan
gangguan emosional seringkali mencetuskan gejala ini.
20
Status psikomotor
o Tidak dapat beristrahat dengan tenang
22
hipnois, pernafasan
terkendali, yoga dan pijat. Tujuan teknik prilaku tersebut dan modalitas
pisikoterapiutik yang biaa adalah untuk memprbaiki keseimbangan pisikosomatik.
GANGGUAN
PISIKOSOMATIK
GEJALA FISIK
-terapi
-farmakologi
k
GEJALA
PISIKIATRIK
GEJALA CEMAS
GEJALA DEFRESI
24
Satu
minggu
-OBAT ANTI
CEMAS
-PISIKOTERAFI
sembuh
ya
tidak
Follow up
-OBAT ANTI
DEFRESAN
-PISIKOTERAFI
Satu bulan
TENANG
rujuk
YA
-Tapering off
-lanjutkan
pisikoterapi
TIDAK
rujuk
I. KOMPLIKASI
Depresi dan putus asa
Nyeri yang tidakterkendali baik
Delirium ringan (disinhibisi)
Perasaan hilang kendali
Kelelahan
Kecemasan
Psikopatologi yang telah ada sebelumnya (penyalahgunaan zat, patologi karakter, gangguan psikiatrik
utama)
Masalah keluarga
Ancaman dan riwayat usaha bunuh din sebelumnya
Riwayat positif bunuh diri pada keluarga
Faktor risiko lain yang biasanya digambarkan pada pasien psikiatrik
J. PROGNOSIS
10 % pasien bisa sembuh, 65 % berlanjut manjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25
% prognosisinya buruk.
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya mengalami
hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai prognosis yang
baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna.
25
26
Gangguan
BAB III
KESIMPULAN
pisikosomatik mencakup pasien-pasien
yang
terutama
menunjukkan keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan
defresif, anxietas atau penyaki medis. Dimana etiologi dari gangguan pisikosomatis
yaitu Stres spesifik lawan non spesifik, Stres umum dan Variabel fisiologis.
Klasifikasinya digambarkan dalam beberapa bagian Gangguan somatisasi, Gangguan
somatoform tak terinci, Gangguan hipokondrik, DiSfungsi otonomik somatoform,
Gangguan nyeri somatoform menetap, Gangguan somatoform lainnya.
Terapinya bisa dilakukan dengan pisikoterapi dan farmakologi yaitu anti
cemas dan anti depresi. Dimana komplikasinya ada Depresi dan putus asa, Nyeri yang
tidak terkendali baik, dan Delirium ringan (disinhibisi) dan prognosisnya 10 % pasien
bisa sembuh, 65 % berlanjut manjadi kronik dengan onset yang berfluktuasi, 25 %
prognosisinya buruk.
Pasien dengan riwayat psikologi premorbid yang baik yang biasanya hanya
mengalami hipokondriasis sementara pada penyakit yang akut atau stress mempunyai
prognosis yang baik dan dapat mengalami kesembuhan yang sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan,Harold I,ddk, Sinopsis Pisikiatri. Jilid II, 2010.Binapura Aksara:Jakarta
27
28