Anda di halaman 1dari 52

1

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Osteogenesis imperfecta adalah kelainan jaringan ikat dan tulang yang
bersifat herediter yang mengakibatkan kerapuhan tulang, kelemahan
persendian dan kerapuhan pembuluh darah. Osteogenesis imperfecta
merupakan kelainan kongenital umum pada pembentukan jaringan kolagen
yang berfungsi sebagai jaringan ikat tubuh serta pada umumnya diturunkan
secara autosomal dominan. Kelainan ini disebut juga brittle bone disease,
ditandai dengan kerapuhan massa tulang serta kecenderungan mengalami
fraktur multipel akibat trauma ringan. Insiden osteogenesis imperfecta
terdeteksi sekitar 1 : 20.000 kelahiran hidup serta tidak berhubungan dengan
jenis kelamin maupun ras tertentu.
Secara biomolekuler, osteogenesis imperfecta terjadi karena mutasi
dominan gen COL11 (collagen 1 alpha 1) dan COL12 (collagen 1 alpha 2)
yang mengkode sintesis kolagen tipe I serta yang lebih jarang terjadi melalui
mutasi resesif gen LEPRE1 (leucine proline-enrich proteoglican 1) yang
mengkode enzim pembentuk kolagen, prolil-3-hidroksilase, atau gen
pengkode protein terasosiasi kolagen, CRTAP (cartilago associated protein).
Mutasi genetik yang terjadi tidak hanya bermanifestasi sebagai kerapuhan
tulang, tetapi juga berupa penipisan kulit, deviasi struktur tulang,
hipermobilitas sendi, kehilangan pendengaran, kerapuhan gigi, dan sklera
biru. Osteogenesis imperfecta dengan spektrum kelainan yang luas tersebut
diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan manifestasi klinis dan
histologis yang ditemukan serta mekanisme pewarisan mutasi genetik, secara
autosomal dominan atau autosomal resesif.
Anak dengan osteogenesis imperfecta beserta keluarga yang
membesarkannya akan menghadapi berbagai masalah yang kompleks terkait
kelainan ini, di antaranya masalah anatomis, medis, keterbatasan gerak, dan
sosial. Tidak semua masalah tersebut dapat ditanggulangi dengan baik.
Osteogenesis imperfecta tidak dapat disembuhkan, tetapi beberapa modalitas
2

terapi paliatif dapat diberikan untuk memperbaiki keadaan klinis penderita.


Oleh karena itu, perlu dilakukan pengenalan dini manifestasi klinis
osteogenesis imperfecta serta pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis.
Pemeriksaan penunjang yang berperan penting dalam menegakkan
diagnosis osteogenesis imperfecta di antaranya pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan foto Rontgen dapat menilai fraktur tulang kortikal, kompresi
vertebra, dan kelainan osifikasi tulang pada osteogenesis imperfecta. Hasil
radiografi ini selanjutnya dikorelasikan dengan keadaan klinis untuk
menentukan tipe dan tingkat keparahan osteogenesis imperfecta. Pemeriksaan
foto Rontgen juga dapat menilai penyembuhan fraktur pascaterapi
medikamentosa. Ultrasonografi dapat mendeteksi osteogenesis imperfecta
berat pada masa intrauterin. Sementara itu, pemeriksaan radiologi lain seperti
computed tomography (CT scan), magnetic resonance imaging (MRI), dan
bone mass densitometry (BMD) juga berperan dalam mendiagnosis
osteogenesis imperfecta.

I.2 Tujuan
I.2.1 Tujuan Umum
Untuk melengkapi tugas stase radiologi pada kepaniteraan klinik di
RSUD Waled Cirebon.
I.2.2 Tujuan Khusus
Mengetahui secara keseluruhan tentang osteogenesis imperfecta.

I.3 Manfaat
1. Menjadi bahan pembelajaran pribadi yang menambah pengetahuan serta
wawasan penulis mengenai osteogenesis imperfecta.
2. Pembaca dapat memahami lebih jauh tentang osteogenesis imperfecta.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Anatomi Sistem Skeletal


Sistem skeletal atau rangka tubuh adalah bagian tubuh yang terdiri dari
tulang-tulang yang memungkinkan tubuh mempertahankan bentuk, sikap
dan posisi.7

Gambar 1. Sistem Skeletal


4

Sistem skeletal disusun oleh tulang-tulang yang berjumlah 206 buah.


Berdasarkan bentuknya, tulang-tulang tersebut dikelompokkan menjadi7 :

1) Ossa longa (tulang panjang) yaitu tulang yang ukuran panjangnya terbesar.
Contohnya: os. humerus dan os. femur.

Gambar 2. Tulang Panjang

2) Ossa brevia (tulang pendek) yaitu tulang yang ukurannya pendek.


Contohnya: os. carpi.

Gambar 3. Os. Carpi


5

3) Ossa plana (tulang pipih) yaitu tulang yang ukurannya lebar.


Contohnya : os. scapula.

Gambar 4. Os. Scapula

4) Ossa ireguler (tulang tak beraturan).


Contohnya: os. vertebrae.

Gambar 5. Os. Vertebra


6

5) Ossa pneumatika (tulang berongga udara).


Contohnya os. maxilla.

Gambar 6. Os. Maxilla

Secara makroskopis tulang terdiri dari dua bagian yaitu pars spongiosa
(jaringan berongga) dan pars kompakta (bagian yang berupa jaringan padat).
Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum) dan
permukaan dalam dilapisi oleh selaput tipis jaringan ikat (endosteum) yang
melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.7
Membran periosteum berasal dari perikondrium tulang rawan yang
merupakan pusat osifikasi. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang
tipis. Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka ke tulang dan berperan dalam memberikan
nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.7
Pars kompakta teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak
memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur (kalsium
fosfat dan kalsium karbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat.
Kandungan tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur
dibandingkan dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki
7

tulang yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur.


Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang
tangan.7
Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang berongga seperti spon
(busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi
sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. 7
Tulang rawan berkembang dari mesenkim membentuk sel yang disebut
kondrosit. Kondrosit menempati rongga kecil (lakuna) di dalam matriks
dengan substansi dasar seperti gel (berupa proteoglikans) yang basofilik.
Kalsifikasi menyebabkan tulang rawan tumbuh menjadi tulang (keras).
Tulang rawan tubuh terdiri dari7 :
1. Kartilago hialin
Matriks mengandung serat kolagen, merupakan jenis tulang rawan
yang paling banyak dijumpai.
2. Kartilago elastin
Serupa dengan tulang rawan hialin, tetapi lebih banyak serat elastin
yang mengumpul pada dinding lakuna yang mengelilingi kondrosit.
3. Fibrokartilago
Tidak pernah berdiri sendiri tetapi secara berangsur menyatu dengan
tulang rawan hialin atau jaringan ikat fibrosa yang berdekatan.

Secara mikroskopis tulang terdiri dari7 :


1. Sistem Havers (saluran yang berisi serabut saraf, pembuluh darah,
aliran limfe).
2. Lamella (lempeng tulang yang tersusun konsentris).
3. Lacuna (ruangan kecil yang terdapat di antara lempengan-lempengan
yang mengandung sel tulang).
4. Kanalikuli (memancar di antara lakuna dan tempat difusi makanan
sampai ke osteon).
8

Tulang disusun oleh sel-sel tulang yang terdiri dari osteosit, osteoblas,
dan osteoklas serta matriks tulang. Matriks tulang mengandung unsur
organik terutama kalsium dan fosfor.

Fungsi sistem skeletal tubuh antara lain sebasgai berikut :


1. Kerangka tubuh
Sistem skeletal memberi bentuk bagi tubuh.
2. Proteksi
Sistem skeletal melindungi organ-organ penting, misalnya otak
dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak, jantung dan paru-paru terdapat
pada rongga dada (kavum toraks) yang dibentuk oleh tulang-tulang
kosta.
3. Ambulasi dan mobilisasi
Bersama dengan sistem muskular memungkinkan terjadinya pergerakan
tubuh dan perpindahan tempat.
4. Hemopoesis
Berperan dalam pembentukan sel darah pada sumsum merah..
5. Deposit mineral
Tulang mengandung 99 % kalsium dan 90 % fosfor tubuh.

II.2 Fisiologi Sistem Skeletal


Kolagen adalah suatu protein yang menyusun tubuh manusia. Kata
kolagen sendiri berasal dari bahasa Yunani yang artinya bersfat lekat atau
menghasikkan pelekat. Kolagen merupakan protein alami terbanyak dalam
tubuh manusia, mencakup 30% dari seluruh protein tubuh dan terdiri dari 29
tipe. Terdapat di tulang, tulang rawan, kulit, dan tendon. Kolagen tersusun
atas 3 zat utama dari asam amino yaitu glisin (33,5%), prolin (12,5%), dan
hidroksiprolin (10%).1,2
Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh manusia.
Keberadaan kolagen adalah kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein
yang terdapat di tubuh. Kolagen adalah struktur organik pembangun tulang,
9

gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat kolagen memiliki daya tahan yang kuat
terhadap tekanan. Kolagen menjadi komponen pembangun utama pada
dermis, salah satu lapisan terendah pada kulit. Kolagen penting untuk
menjaga kulit tetap kencang dan lentur. Kolagen kerap disamakan dengan
kasur, ketika masih baru, kasur masih kencang dan elastis. Lama-kelamaan,
kasur mulai kempes. 1,2
Kolagen bisa rusak karena sejumlah alasan. Pertama, dengan
bertambahnya usia, kolagen pada kulit mulai memecah dan kaku. Saat kulit
kita masih sehat, helaian-helaian kolagen meluncur dengan mudah satu sama
lain sehingga kulit kembali normal setelah meregangkan wajah karena
tersenyum atau mengerutkan dahi. Namun, ketika kolagen mulai melebur,
kulit kehilangan elastisitas dan tidak kembali normal. 1,2

Proses Osifikasi
Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau osifikasi. Osifikasi
pertama kali terjadi di diafisis, yaitu pusat osifikasi primer, pada akhir masa
embrionik. Pada waktu lahir, sebagian besar diafisis telah mengalami
osifikasi, sedang epifisis masih berupa kartilago. Osifikasi sekunder baru
berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi. Karena osifikasi dari dua
arah, dari epifisis dan diafisis, hanya daerah di tengah-tengah kedua daerah
itulah (lempeng epifisis) yang masih berupa kartilago. Kartilago ini akan
terus berproliferasi yang dibarengi dengan osifikasi. Saat seluruh lempeng
epifisis telang mengalami osifikasi, berarti masa pertumbuhan tulang telah
berhenti. 1,2
Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung
seperti tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras. Jaringan yang
berkembang akan disisipi dengan pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan
membawa mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada jaringan
tersebut. Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang
telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai
dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi,
10

bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk


osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk
kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk
tulang rawan (kartilago).1,2
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah
batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi
osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang kompakta,
perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan proses ini
pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut juga pusat
osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga
terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan,
dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan
menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini. 1,2
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan
pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan
masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga
untuk sumsum tulang. 1,2
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise
sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa.
Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang
berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang rawan di antara
epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.1,2
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-
menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan
tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap
sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter
(lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas
sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan
osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah
permukaan. 1,2
11

Osifikasi ini biasanya terjadi pada tulang-tulang pipih. Osifikasi ini


terjadi pada sel-sel mesenkim dan berlangsung dalam suatu membran yang
dibentuk oleh sel-sel mesenkim itu sendiri. Sel-sel mesenkim yang telah
berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai mensekresikan
matriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh matriks
menjadi osteocyte (Osifikasi intra membran).1,2
Pada diafisis, sel-sel kartilago mengalami tiga hal, yaitu hipertropi,
kalsifikasi matriks serta kematian sel-selnya. Selain itu, perichondrium akan
mengalami vaskularisasi sehingga sel-sel kartilago akan berubah menjadi
osteoblast. Perichondrium pun sekarang disebut periosteum. ( Osifikasi
endokondral). 1,2

Gambar 7. Proses Pertumbuhan Tulang

II.3 Definisi Osteogenesis Imperfecta


Osteogenesis imperfecta atau brittle bone disease adalah kelainan
kongenital umum pada jaringan ikat, yaitu kolagen tipe 1, yang secara
ditandai dengan kerapuhan tulang menyeleruh serta fraktur multiple,
kompresi akibat trauma ringan, kelemahan persendian dan kerapuhan
pembuluh darah. Osteogenesis imperfecta dikenal pula sebagai fragilitas
osseum yang memiliki arti mudah patah.1,2
12

II.4 Etiologi Osteogenesis Imperfecta


Penyebab Osteogenesis imperfecta adalah karena cacat genetikyang
menyebabkan tidak sempurna bentuk tulang, atau jumlah tulang yang tidak
normal. Namun secara umum terjadi karena mutasi gen COL11 (collagen 1
alpha 1) dan COL 12 (collagen 1 alpha 2) yang mengkode sintesis kolagen
tipe I. Mutasi gen diturunkan secara autosomal dominan. Sementara itu,
sebagian kecil osteogenesis imperfect diturunkan secara autosomal resesif
akibat mutasi gen LEPRE1 (leucine proline-enrich proteoglican 1) yang
mengkode enzim pembentukan kolagen, prolil-3-hidroksilase, atau protein
terasosiasi kolagen, CRTAP (cartilage associated protein).1,2

Gambar 8. Lokasi gen COL11 pada kromosom 17 (A) dan gen COL12 pada
kromosom 7 (B).

II.5 Klasifikasi Osteogenesis Imperfecta


Osteogenesis imperfecta dibedakan menjadi osteogenesis imperfecta
kongenital yang dideteksi pada perinatal dan osteogenesis imperfecta tarda
yang dideteksi lebih lambat pada masa anak-anak. Osteogenesis imperfecta
dibagi menjadi empat tipe berdasarkan cara pewarisan gen, manifestasi
klinis, dan kesan radiografi. Beberapa tipe tambahan ditemukan berdasarkan
perbedaan histologi. Klasifikasi osteogenesis imperfecta terdapat dalam
tabel di bawah ini 1,2 :
13

Tabel 1.Klasifikasi Osteogenesis Imperfecta


Tipe Fenotif Diturunkan Defek Defek Genetika
secara Biomolekuler

I Ringan : sklera Autosomal Biasanya : Susunan Biasanya: tidak


kebiruan, brittle dominan kolagen normal (alel punya alel,
bones , tetapi normal), tetapi sehingga
tdk ada jumlah berkurang menggangu
deformitas separoh produksi rantai
tulang pro1(1), dan
mengganggu
sintesis mRNA

II Perinatal letal : Autosomal Biasanya: produksi Biasanya


abnormalitas dominan molekul kolagen :kesalahan mutasi
tulang yg berat abnormal ok. tulang dalam kodon
(fraktur, Substitusi dari Gly- glisin dari gene
deformitas), X-Y dari tripel untuk rantai 1 dan
sklera gelap, helix dominan, dgn 2
meninggal usia beberapa bias ke
1 bulan separoh protein C-
terminal
III Deformitas Autosomal Molekul kolagen Kesalahan mutasi
progresif : dominan abnormal : pada kodon glisin
fraktur, sering substitusi glisin dari dari gene untuk
saat kelahiran, berbagai tipe triple rantai 1 dan 2
deformitas helix, berada di
tulang progresif, sepanjang protein
tumbuh terbatas,
sklera biru
IV Sklera normal, Autosomal Abnormal molekul Kesalahan mutasi
deformitas dominan kolagen: substitusi pada kodon glisin
tulang : derajat glisin dari berbagai dari gene untuk
ringan sedang, tipe triple helix, rantai 1 dan 2
perawakan berada di sepanjang
pendek, fraktur protein
14

Penelitian beberapa tahun terakhir dengan menggunakan penelitian


mikroskopik terhadap tulang penderita osteogenesis imperfecta ditemukan
tipe-tipe baru osteogenesis imperfecta (tipe V, VI, VII, dan VIII).
Osteogenesis Imperfecta Tipe V (Hiperplasia Kallus), Tipe VI (Defek
Mineralisasi), Tipe VII (Autosomal Resesif), dan tipe VIII (Defisiensi Prolyl
3-hydroxylase 1).

II.6 Patogenesis Osteogenesis Imperfecta


Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks
tulang dan jaringan fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea,
sklera, tendon, selaput otak dan dermis. Pada OI, yang dominan adalah
seseorang yang mempunyai produksi kolagen tipe 1 yang sedikit atau
kualitas jelek sehingga protein pada tulang berkurang. Berkurangnya
produksi kolagen tipe 1 atau kualitas jelek, dapat juga menyebabkan mutasi
gen , Protein ini (kolagen tipe 1) adalah komponen utama yang merekatkan
jaringan-jaringan tulang. Pada bagian inilah kerangka tulang dibentuk. Hasil
dari semua kasus ini adalah tulang yang mudah patah. Kolagen tipe 1 juga
sangat penting untuk membentuk sendi-sendi, gigi dan sclera (warna putih
pada mata).4
Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe I.Secara
struktural, molekul prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari 2
rantai pro1(I) (disebut COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai
pro2(I) (disebut COL1A2, dikode pada kromosom 7).Masing-masing
rantai triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y
yang berulang. Prolin sering berada di posisi X, sedangkan hidroksiprolin
atau hidroksilisin sering berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam
amino terkecil yang mempunyai struktur cukup padat dan berperan penting
sebagai poros dari helix sehingga bila terjadi mutasi akan sangat
mengganggu struktur dan produksi helix. Prokolagen yang abnormal akan
membentuk cetakan yang tidak normal sehingga matriks pelekat tulang pun
tak normal dan tersusun tak beraturan. Beberapa protein bukan kolagen dari
15

matriks tulang juga berkurang. Hal ini menyebabkan adanya penurunan


pembentukan tulang, osteopenia, dan terjadi kerapuhan sehingga
meningkatkan angka kepatahan (fraktur).4

Tipe I,II,II or IV OI

Gambar 9. Patogenesis kelas mayor mutasi dari prokolagen tipe 1

II.7 Penegakan Diagnosis Osteogenesis Imperfecta


Diagnosis osteogenesis imperfecta ditegakkan berdasarkan manifestasi
klinis yang tampak, riwayat keluarga, dan pemeriksaan penunjang, minimal
pemeriksaan foto rontgen dan pemeriksaan laboratorium.
A. Anamnesis
Keluarga penderita biasanya memeriksakan kondisi penderita dengan
keluhan tulang mudah patah (bahkan sepanjang hidup penderita mengalami
patah tulang 1-60 kali), kelainan bentuk anggota gerak, kelemahan gerak,
mudah memar, perawakan pendek, dada burung, sklera biru, gigi rapuh,
wajah segitiga (Tringular face), hidung kecil, sering mengalami vertigo dan
hilangnya pendengaran.
16

B. Pemeriksaan Fisik
1. Tipe I (ringan)
Osteogenesis imperfecta tipe I merupakan tipe paling ringan dan
paling tinggi insidennya. Identifikasi seringkali pada waktu yang lebih
lambat. Pada tipe ini ditemukan fraktur ringan, sedikit deformitas kaki,
dan kompresi vertebra ringan. Dislokasi sendi bahu dan sendi panggul bisa
ditemukan. Fraktur terjadi karena trauma ringan sampai sedang dan
berkurang setelah pubertas. Sklera biasanya berwarna biru. Kehilangan
pendengaran dini terjadi pada 30-60% penderita. Kelainan jaringan ikat
yang mungkin terjadi yaitu kulit tipis dan mudah memar, kelenturan sendi
dan perawakan pendek yang berhubungan dengan anggota keluarga lain.

2. Tipe II (Sangat berat/ perinatal lethal)


Tipe ini merupakan tipe dengan tingkat keparahan tertinggi sehingga
disebut dengan tipe letal perinatal. Bayi sering mengalami kematian
selama persalinan akibat perdarahan intakranial yang disebabkan trauma
multipel. Terdapat kerapuhan hebat pada tulang dan jaringan ikat lainnya.
Ditemukan mikromelia dan kedua kaki abduksi seperti frog-leg position.
Terdapat fraktur multipel pada kosta dan ronggga thoraks yang sempit
sehingga terjadi insufisiensi pernafasan. Kepala dapat berukuran besar
dengan pelebaran fontanela anterior dan posterior. Sklera berwarna biru
atau kelabu gelap.

3. Tipe III (Berat/Progresif)


Tipe ini merupakan tipe yang paling parah dari bentuk nonletal dan
menyebabkan disabilitas fisik yang berarti.Fraktur biasanya juga terjadi
intrauterin. Bentuk muka relatif makrosefalus dan berbentuk segitiga.
Fraktur dapat terjadi akibat trauma ringan dan sembuh dengan
meninggalkan deformitas. Costa bagian basal sering rapuh dan bentuk
dada mengalami deformitas. Ditemukan juga skoliosis dan kompresi
vertebra. Kurva pertumbuhan di bawah normal dari satu tahun pertama
17

kehidupan. Pasien memiliki perawakan pendek yang ekstrim. Sklera


berwarna putih sampai biru.

4. Tipe IV (Tak terdefinisi/ Moderately severe)


Pasien lahir dengan fraktur intrauterin dan tulang panjang bawah
yang bengkok. Fraktur berkurang setelah pubertas. Pasien memiliki
perawakan cukup pendek. Sklera bisa biru atau putih.

5. Tipe V
Deformitas derajat sedang (disebut juga congenital brittle bones
dengan formasi kalus redundant ). Manifestasi klinis : kerapuhan tulang
derajat sedang, perawakan pendek ringan-sedang, sklera putih, tidak
didapatkan dentinogenesis imperfecta, diturunkan secara dominan.
Gambaran radiologis didapatkan dislokasi ujung tulang radius;
mineralisasi membran interosseous; hiperplasi kallus.

6. Type VI
Deformitas derajat sedang-berat disebut juga congenital britlle
bones dengan defek mineralisasi. Manifestasi klinisnya adalah kerapuhan
tulang derajat sedang, perawakan pendek derajat sedang, sklera putih,
tidak didapatkan dentinogenesis imperfecta, tidak tampak scoliosis, tidak
diketahui sifat keturunannya. Gambaran histologisnya tampak akumulasi
osteogenesis imperfecta di jaringan tulang, bentuk fish scale dari lamella
tulang.

7. Type VII
Deformitas derajat sedang disebut juga congenital brittle bones
dengan rhizomelia. Gambaran klinisnya adalah kerapuhan tulang derajat
sedang, perawakan pendek derajat ringan, sklera putih, tidak didapatkan
dentinogenesis imperfecta, autosomal resesif; ditemukan hanya pada
18

kelompok suku asli Amerika Utara di northern Quebec. Gambaran


radiologis tampaktulang humeri and femora yang pendek dan coxa vara.

8. Type VIII
Disebabkan oleh defisiensi Prolyl 3-hydroxylase 1 dengan gambaran
klinis tampak sklera putih, wajah bulat, dada bentuk barrel chest pendek,
tangan relatif lebih panjang dibandingkan kaki, tulang phalang panjang,
tulang metakarpal pendek; diturunkan secara resesif. Gambaran radiologis
tampak gracile, kadar mineral tulang iga dan tulang panjang yang rendah,
fraktur multipe pada saat lahir, disorganisasi bulbus metafise dan
matrixnya.

Gambar 10. Wajah bulat dengan orbita dangkal, sclera putih atau keabu-
abuan, philtrum panjang, rhizomelic dari ekstremitas atas dan bawah dan posisi
abduksi kaki
19

II.8 Pemeriksaan Penunjang


Diagnosis osteogenesis imperfecta ditegakkan berdasarkan riwayat
penyakit yang sama pada keluarga dan manifestasi klinis serta pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan Foto Rontgen
Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan gambaran densitas tulang yang
menurun yang mengarah ke osteopenia, fraktur yang baru, subklinis, atau
sudah sembuh, bengkok pada tulang kortikal, kompresi vertebra, dan
tulang Wormian pada sutura tulang kranial. Tulang Wormian adalah
gambaran tulang-tulang kecil pada tulang kranial yang pada bayi normal
tidak ada, ditemukan pada 60% penderita osteogenesis imperfect.
Kasus yang dicurigai osteogenesis imperfecta, pemeriksaan foto
Rontgen postnatal harus mencakup pencitraan dari tulang kortikal,
tengkorak, dada, panggul, dan tulang belakang torakolumbalis. Gambaran
radiografi berhubungan dengan jenis osteogenesis imperfecta dan tingkat
keparahan penyakit.
a) Gambaran Radiografi Umum
Fitur radiografi utama adalah osteopenia, patah tulang dan kelainan
bentuk tulang. Gambaran radiografi umum osteogenesis imperfecta
yaitu osteoporosis umum dari kedua kerangka aksial dan
apendikular. Kondisi tulang tipis, overtubulasi dengan korteks
tipis. Tampak adanya reaksi periosteal, gambaran osteopenia, dan
sklerosis metafisis. Bentuk yang lebih parah dari osteogenesis
imperfecta, seperti tipe II dan III, osteoporotik pada tulang panjang
dengan fraktur multipel. Fraktur yang terjadi dapat berupa fraktur
transversal, obliq, spiral, torus, dan greenstick. Fraktur pada
umumnya terjadi pada tahun pertama kehidupan. D ada mungkin
kecil. Beberapa fraktur tulang rusuk sering ditemukan,
menyebabkan tulang rusuk menjadi cacat. Selain itu, kelainan
tulang belakang ditemukan pada semua tipe osteogenesis
imperfecta termasuk scoliosis.
20

Bentuk-bentuk ini sering dipersulit oleh pembentukan kalus


hiperplastik. Kalus yang paling sering ditemukan di sekitar tulang
femoralis dan sering besar, muncul sebagai massa padat, tidak
teratur, timbul dari korteks tulang. Kalus ini dikaitkan dengan
penebalan periosteum dan kehadirannya menyebabkan
pertimbangan diferensial diagnostik lainnya, termasuk
osteosarkoma, miositis ossifikans, osteomielitis kronis, dan
osteokondroma.
a. Osteopenia
Radiografi mengungkapkan penipisan tulang kortikal dan transparansi
tulang trabekular yang berlebihan. Temuan ini, bagaimanapun, adalah
subjektif dan mungkin sulit untuk menilai dengan radiografi
konvensional, dan deteksi memerlukan penurunan yang signifikan
(sekitar 30 sampai 50%) massa tulang kalsifikasi. Bone densitometry
by dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA) saat ini metode yang
optimal untuk mendeteksi menurunnya kepadatan mineral tulang,
tetapi pada anak-anak, interpretasi yang akurat dari hasil memerlukan
pengetahuan yang baik dari perangkap potensial yang berhubungan
dengan usia, jenis kelamin, tahap pubertas dan maturasi tulang.
Kepadatan mineral tulang menurun tidak spesifik untuk OI; itu
mungkin ditemui pada gangguan metabolik (hipogonadisme,
kekurangan hormon pertumbuhan, hipertiroidisme, diabetes mellitus
remaja, kekurangan kalsium dan vitamin D, dll). Namun, ketika
penyebab tersebut telah dikeluarkan, DEXA dapat membantu untuk
menegakkan diagnosis OI dan untuk memantau respon terhadap
bifosfonat.
21

Gambar 11 : Radiografi anteroposterior dada pada anak dengan bukti


OI ditandai penipisan tulang rusuk posterior (panah), terkait dengan
patah tulang berkembang kalus

Gambar 12 : Radiografi anteroposterior dari panggul dan kaki pada


anak dengan OI menunjukkan osteopenia parah dan menyebar dengan
penipisan menonjol dari tulang metatarsal
22

Gambar 13 : Radiografi lateral tulang belakang pada dua anak


dengan OI menunjukkan penghalusan homogen (kiri) dan
penghalusan predominan trabecular (kanan) dari tulang kortikal dan
trabekular, dengan pola "seperti bingkai" vertebra (kanan). Catatan :
runtuhnya sebagian dari L2 dan L5 badan vertebra

b. Fraktur pada Tulang (Bone Fracture)


OI mempengaruhi baik aksial dan kerangka apendikularis. Patah
tulang ini mirip dengan yang terlihat pada anak normal yang
menderita trauma dan biasanya konsolidasi dalam waktu biasanya
diharapkan. Beberapa anak mungkin memiliki sedikit atau tidak
ada patah tulang, sedangkan yang lain mengalami banyak patah
tulang sepanjang hidup mereka, terutama ketika mereka mulai
berjalan. Fraktur yang paling umum terjadi pada diaphyses tulang
panjang, tulang belakang dan apophyses. Fraktur diaphyseal
mungkin lengkap atau tidak lengkap, dan kurang lebih tidak pada
tempatnya. Pada tulang belakang, beberapa fraktur kompresi
torakolumbalis dapat dilihat. Spondylolysis dari L5, dengan atau
23

tanpa spondylolisthesis berturut-turut, juga sering terjadi pada


anak-anak dengan OI karena patah tulang atau pemanjangan pars
interarticularis dari L5, yang semuanya disebabkan oleh kerapuhan
tulang dan / atau hyperlordosis. Fraktur avulsi Apophyseal kurang
umum; mereka sering tidak pada tempatnya dan kadang-kadang
bilateral. Fraktur pada tulang klasik melibatkan olekranon atau
tuberkulum tibialis, dan biasanya membutuhkan fiksasi internal.

Gambar 14 : Radiografi anteroposterior dari humerus pada anak


dengan OI mengungkapkan fraktur lengkap pertengahan diaphysis
dengan fragmen segitiga yang terpisah
24

Gambar 15 : Radiografi lateral kaki pada anak dengan OI


menunjukkan fraktur lengkap bilateral dari korteks anterior dari
diaphysis tibialis

Gambar 16 : Radiografi lateral tulang belakang pada dua anak


dengan OI menunjukkan kolaps vertebral yang berat dan parah terkait
dengan kyphosis (kiri) dan kolaps kurang parah dari badan vertebra
(panah) (kanan). Osteopenia jauh lebih jelas di sebelah kiri
25

Gambar 17 : Radiografi lateral persimpangan lumbosakral pada dua


anak dengan OI mengungkapkan spondylolysis dari L5 (panah) terkait
dengan spondylolisthesis

c. Kelainan Bentuk Tulang (Bone Deformities)


OI paling sering mempengaruhi kerangka apendikularis, terutama
tungkai bawah, tapi tungkai atas dan tengkorak mungkin terlibat.
Kelainan ini karena kelenturan tulang yang berlebihan dan
plastisitas. Dalam tengkorak, radiografi mungkin menunjukkan
daerah oksipital terkemuka (yang disebut "Darth Vader"
penampilan) atau mendatarkan kubah kranial dengan infolding
melintang dari dasar tengkorak (sehingga disebut "Tam O'Shanter
tengkorak"). Namun, kelainan seperti itu jarang. Lebih sering,
radiografi mengungkapkan beberapa tulang wormian (didefinisikan
sebagai kehadiran 10 atau lebih tulang wormian) yang
meminjamkan penampilan "mosaic" atau "paving" pada kubah
kranial. Sejumlah besar tulang wormian lebih sering terjadi pada
pasien OI yang lebih parah. Dalam tulang panjang, lentur dan
penipisan diaphyses dapat dilihat, kadang-kadang sulit disebabkan
oleh fraktur progresif dalam aspek cekung deformitas yang dapat
kambuh setelah penyembuhan. Angulasi sisa parah pada patah
26

tulang yang sembuh merupakan mekanisme lain akuntansi untuk


deformitas tulang panjang. Pada tungkai bawah, diaphyseal lentur
atau angulasi mungkin bertanggung jawab untuk ketidakcocokan
lebih rendah kaki-panjang. Di panggul, tonjolan coxa vara dan
acetabular kadang-kadang dilaporkan.

Gambar 18 : Radiografi anteroposterior lengan bawah pada anak dengan OI


menunjukkan deformitas tulang dan pembengkokan dari radius dan ulna
27

\
Gambar 19 : Radiografi lateral tengkorak pada anak muda dengan OI (kiri)
dan dewasa muda dengan OI (kanan) menunjukkan deformasi baru mulai dari
daerah oksipital terkait dengan banyak tulang wormian (panah) di kiri dan
kesan basilar di sebelah kanan, seperti yang diungkapkan oleh signifikan
migrasi sumbu atas garis Chamberlain (yaitu, garis putus-putus bergabung
aspek posterior foramen magnum dan aspek posterior langit-langit keras) di
sebelah kanan

Gambar 20 : Radiografi lateral tengkorak pada anak dengan OI


mengungkapkan beberapa tulang wormian tertanam di jahitan lambdoid.
Temuan ini sugestif dari diagnosis, tapi tidak spesifik
28

Gambar 21 : Radiografi anteroposterior dan lateral paha pada anak


dengan bukti OI ditandai deformitas tulang paha, terutama pada
lateral. Perhatikan juga beberapa baris padat di femur distal dan
tibia proksimal terkait dengan band metaphyseal padat sepanjang
piring kartilaginosa terkait biphosphonate terapi

Pada balita dengan bentuk parah dari OI (terutama tipe


III), tulang panjang mungkin muncul tebal dan luas, malah tipis
dan nyata pendek dan membungkuk. OI menunjukkan
kurangnya pemodelan tulang dengan "penampilan tongkat
bambu (bamboo cane appearance) " terkait dengan beberapa
patah tulang sembuh dan kelainan tulang yang parah pada femur
(pembungkukan anterolateral atau "shepherds crook"
deformitas) dan tibia (membungkuk anterior atau "saber shin"
deformitas).
29

Gambar 22 : Radiografi lateral paha pada anak muda dengan OI


menunjukkan deformitas besar dari femur proksimal dengan
pemodelan yang abnormal tulang dan terkait fraktur yang sudah
terbentuk kalus (panah)

Gambar 23 : Radiografi lateral kaki pada anak dengan OI


menunjukkan anterior tibia yang bengkok
30

1. Gambaran Radiografi Spesifik:


a. Osteogenesis imperfecta tipe I

(a) (b)
Gambar 24 : Radiografi kruris anteroposterior laki-laki dengan
osteogenesis imperfecta tipe IA pada usia: (a) 3 tahun saat pertama kali
mengalami fraktur tibialis dan (b) 6 tahun saat keempat kali mengalami
fraktur tibialis

b. Osteogenesis imperfecta tipe II


Osteogenesisimperfecta tipe II dikategorikan berdasarkan
fitur radiologis tulang kortikal dan tulang kosta menjadi 3
subtipe: yaitu IIA, IIB, dan IIC. Pada subtipe IIA dan IIB, tulang
kortikal pendek dan lebar. Pada tipe IIC, tulang kortikal tipis
dan berbentuk silinder.
31

Gambar 25 : Bayi baru lahir dengan osteogenesis imperfecta. Tampak


gambaran fraktur multipel dan deformitas pada seluruh tulang

c. Osteogenesis imperfecta tipe III


Skoliosis vertebra torakolumbalis khas pada osteogenesis
imperfecta tipe III. Sebanyak 25% penderita dengan
osteogenesis imperfecta menderita skoliosis. Skoliosis sebagian
besar membentuk huruf S.
Popcorn appearance tampak pada metafisis-epifisis tulang
kortikal, paling sering di artikulasio genu. Hal ini terjadi akibat
mikrofraktur berulang pada plat pertumbuhan.
32

Gambar 26 : Radiografi anteroposterior lutut pada anak dengan tipe III


OI dan bukti osteosynthesis femoralis "popcorn appereance" kalsifikasi
(panah) dengan margin sklerotik

Tulang kraniofasial lunak dengan kalvarium, besar tipis


menyebabkan fasies segitiga.

Gambar 27 : Radiografi vertebra posteroanterior pada pasien osteogenesis


imperfecta tipe III yang berat. Tampak skoliosis berbentuk S
33

Gambar 28 : Radiografi vertebra lateral pada anak 1 tahun dengan osteogenesis


imperfecta

Gambar 29 : Radiografi osteogenesis imperfecta tipe III anak usia 6 tahun


A. Tulang tibialis dan fibularis kanan dan kiri tampak osteoporotik dengan
metaphyseal flaring, popcorn appearance pada plat pertumbuhan, dan
placement intramedullary rod. B. Tulang-tulang vertebra terkompresi dan
tampak osteoporotik
34

d. Osteogenesis imperfecta tipe IV


Gambaran radiografi dari osteogenesis imperfecta tipe IV
mirip dengan gambaran umum osteogenesis imperfecta.
Gambaran khas yang diasosiasikan dengan tipe IV adalah
invaginasi basiler dengan atau tanpa kompresi batang otak. Hal
ini mungkin terdeteksi pada radiografi polos tengkorak atau
tulang vertebra servikalis. Platybasia adalah kelainan morfologis
dari dasar tengkorak ditandai dengan sudut basal lebih dari 145
. Sudut basal adalah sudut yang dibuat oleh berpotongan garis
yang ditarik dari nasion ke sellae tuberculum dan dari sellae
tuberculum sepanjang clivus untuk basion tersebut.

Gambar 30 : Sagittal CT scan dari dasar tengkorak menunjukkan


platybasia ditandai dan ketinggian clivus (garis putih menunjukkan
sudut basal normal) pada pasien dengan tipe IV osteogenesis
imperfecta. Proses odontoid tidak menonjol di atas garis McRae (garis
hitam lurus) menandai tingkat foramen magnum; dengan demikian,
tidak ada invaginasi basilar.

a. Ultrasonografi
Ultrasonografi berperan dalam mendiagnosis osteogenesis
imperfecta pada masa intrauterin pada trimester kedua kehamilan.
Diagnosis osteogenesis imperfecta dapat ditegakkan pada minggu ke-
17 kehamilan dengan mendeteksi kelainan morfologi pada
ultrasonogram. Pada ultrasonogram tampak gambaran angulasi dan
35

bengkoknya tulang kortikal, panjang tulang kortikal memendek dari


ukuran normal, dan fraktur multipel costa.Ultrasonografi juga dapat
digunakan untuk membantu pencitraan pada prosedur biopsi villi
korialis untuk pemeriksaan biomolekuler kolagen.

Gambar 31 : Ultrasonografi pada kehamilan 16 minggu menunjukkan kesan


edema nuchal

Celah kecil gelap di bawah kulit belakang leher pada janin disebut
dengan nuchal translucency (NT) pada kehamilan 10-14 minggu atau
nuchal fold (NF) pada kehamilan 15-22 minggu. Peningkatan NF
dihubungkan dengan abnormalitas kongenital muskuloskeletal.
Diagnosis osteogenesis imperfecta apabila ditemukan penebalan NF
(edema nuchal),serta tampak gambaran angulasi tulang kortikal,
pendeknya tulang kortikal dari ukuran normal, atau fraktur multipel
costa.
36

Gambar 32 : Ultrasonografi pada kehamilan 20 minggu menunjukkan kesan


hyrop fetalis

b. Computerized Tomography (CT Scan)


Modalitas ini digunakan untuk menilai invaginasi basiler yang
terjadi sebagai komplikasi dari osteogenesis imperfect tipe IV. Garis
McGregor, garis lurus yang menghubungkan permukaan atas tepi
posterior palatum durum ke titik kaudal kurva oksipital, dapat
digunakan untuk menilai komplikasi ini. Proyeksi ujung prosesus
odontosteogenesis imperfectad di atas garis McGregor menunjukkan
adanya invaginasi basiler.

Gambar 33 : CT scan vertebra servikal pada perempuan, 16 tahun, dengan


osteogenesis imperfecta tipe IV. Gambar ini menunjukkan invaginasi basiler
ringan, dengan ujung sarang-sarang di atas garis McGregor (merah)
37

Gambar 34 : Komplikasi OI. CT angiografi pada pasien dengan tipe I


osteogenesis imperfecta menunjukkan aneurisma 5 mm yang timbul dari
bifurkasi kiri tengah otak arteri (panah).

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI digunakan untuk menilai invaginasi basiler. Meskipun
radiografi servikal dan CT scan dapat menunjukkan kelainan ini
dengan baik, MRI memiliki keuntungan yaitu dapat mendeteksi
kompresi medulla spinalis.

Gambar 35 : stenosis ringan pada foramen magnum yang disebabkan oleh


invaginasi basilar (garis merah menunjukkan lebar efektif foramen magnum
38

1. Bone Mass Densitometry (BMD)


Densitometri dapat mengkonfirmasi tingkat keparahan osteoporosis
pada pasien dengan osteogenesis imperfecta serta dapat menilai
keberadaan demineralisasi pada osteogenesis imperfecta tipe I atau tipe
IV.Teknik pengukuran densitas massa tulang sebagai berikut:
a. BMD kortikal radial, diukur dengan menggunakan absorpsiometri
foton tunggal atau single photon absorptiometry (SPA).
b. BMD vertebra lumbal pada anak lebih tua dari satu tahun dan leher
femoralis pada anak yang lebih tua dari enam tahun, di mana BMD
diperoleh dengan menggunakan Dual-energyX-ray Absorptiometry
(DXA).
c. BMD tulang vertebra lumbar diukur dengan alat CT scan pada anak
lebih tua dari 4 tahun.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dapat dilakukan baik pada penderita autosomal
dominan maupun resesif, terdiri dari:
a. Pemeriksaan molekuler kolagen, melalui analisis DNA pada gen
COL11 dan COL12 yang diperoleh dari sampel darah atau saliva.
b. Pemeriksaan biokimia kolegen, melalui analisis protein yang dikultur
dari fibroblas dari biopsi tusuk kulit. Pada osteogenesis imperfecta
tipe I, jumlah kolagen tipe I yang berkurang menyebabkan
peningkatan rasio kolagen tipe III terhadap kolagen tipe I. Mutasi
pada rantai ketiga kolagen tidak dapat dideteksi melalui studi biokimia
kolagen karena tidak menyebabkan overmodifikasi rantai yang berarti.
Pada masa intrauterin, biopsi villi korion dapat digunakan untuk
studi biokimia atau molekular studi, sedangkan amniosintesis akan
memberikan hasil positif palsu.
39

3. Pemeriksaan Densitas Massa Tulang


Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan Dual-energy X-ray
Absorptiometry (DXA). Pasien dengan osteogenesis imperfecta memiliki
densitas massa tulang yang lebih rendah dibandingkan normal.
4. Biopsi Tulang
Pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi seluruh tipe. Prosedur
pemeriksaan invasif, memerlukan anestesi umum sebelum melalukan
biopsi pada tulang iliaka, dan hanya boleh dilakukan oleh dokter bedah.

II.9 Diagnosis Banding Osteogenesis Imperfecta


1. Non-Accidential Injuries (NAI)
Diagnosis positif dari OI bisa sulit, terutama pada anak-anak
(sebelum usia 2 tahun) dengan bentuk ringan dari OI (tipe I, IV), dan
ketika ada sedikit atau tidak ada manifestasi ekstraskeletal jelas dan tidak
ada riwayat keluarga yang mempunyai kerapuhan tulang . Kasus-kasus
dari OI mungkin tragis keliru untuk NAI. Memang, pada OI dan NAI,
dijelaskan, beberapa dan berulang patah tulang dapat terjadi; anak dapat
hadir dengan memar; radiografi dapat mengungkapkan berbagai jenis
patah tulang, patah tulang dari berbagai usia yang tidak terdeteksi dan
tidak ada bukti osteopenia. Pemeriksaan radiografi menyeluruh, termasuk
survei tulang, dapat membantu membedakan antara OI dan NAI). Pada
NAI, beberapa patah tulang sangat sugestif terkait siksaan (yaitu, patah
tulang rusuk posterior, fraktur sudut metafisis dan patah tulang tengkorak
yang kompleks).
40

Tabel 2. Perbedaan OI dan NAI

2. Osteoporosis juvenil idiopati (OJI)


Keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8 11
tahun, yang mengalami fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari
penyakit lainnya. Gejala biasanya nyeri tulang belakang, paha, kaki, dan
kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal, meski dapat
juga terjadi pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang
menyebabkan deformitas dan perawakan pendek ringan. Tulang tengkorak
dan wajah normal. OJI akan membaik spontan dalam 3-5 tahun, namun
41

deformitas vertebra dan gangguan fungsi dapat menetap. Jika didapat


riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka harus dipikirkan suatu
osteogenesis imperfectatipe ringan.

(a) (b)

Gambar 35 : a. Fraktur metafisis distal tibialis kanan dan b. Fraktur


kompresi vertebra torakal

3. Achondroplasia
Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat
mutasi pada gen FGFR3. Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan
protein yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan
tulang (osifikasi) dan jaringan otak. Klinis didapat sejak lahir berupa
perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan tungkai terutama
lengan dan tungkai atas, pergerakan siku terbatas, makrosefali dengan dahi
yang menonjol. Kejadian fraktur berulang tak pernah terjadi.

4. Riketsia
Riketsia merupakan gangguan kalsifikasi dari osteogenesis imperfecta
akibat defisiensi metabolit vitamin D. Walau jarang terjadi, riketsia juga
bisa karena kekurangan kalsium dan fosfor dalam diet. Klinis yang
ditemukan antara lain hipotoni otot, penebalan tulang tengkorak yang
menyebabkan dahi menonjol, knobby deformity pada metafisis dan dada
42

(rachitic rosary), bisa terjadi fraktur terutama tipe greenstick fracture. Hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar 25-hidroksi-vitamin D serum,
kalsium dan fosfor yang rendah, serta alkalin fosfatase meningkat.Beberapa
penyakit malabsorpsi intestinal berat, penyakit hati atau ginjal menimbulkan
gambaran klinis dan biokimia sekunder riketsia nutrisional
. Pada osteogenesis imperfecta kalsium serum dan alkalin fosfatase
normal. Kadar 25-hidroksi-vitamin D serum penderita osteogenesis
imperfecta sering rendah menunjukkan defisiensi vitamin D sekunder akibat
kurangnya paparan terhadap sinar matahari yang sering dialami penderita
osteogenesis imperfecta.

Gambar 36 : Radiografi anak 2 tahun dengan riketsia dengan penurunan


densitas tulang, memperlihatkan mineralisasi tulang yang lemah

II.10 Komplikasi Osteogenesis Imperfecta


Beberapa komplikasi pada osteogenesis imperfecta :
1. Kardiovaskuler
Mutasi spesifik pada gen kolagen merupakan predisposisi
terjadinya aneurisma aorta.
2. Jaringan Ikat
Penderita akan mudah mengalami luka memar karena kulit yang
tipis.
43

3. Mata dan Penglihatan


Terjadi penipisan sklera yang berhubungan dengan warna sklera.
Ketebalan kornea juga menipis.

Gambar 37 : Sklera biru pada osteogenesis imperfecta

4. Sistem Endokrin
Keadaan hipermetabolik dapat ditemukan, terdiri dari diaphoresis
berlebihan, peningkatan konsumsi oksigen, dan peningkatan hormon
tiroksin.
5. Sistem Pencernaan
Protusio asetabulum dan deformitas pelvis menyebabkan konstipasi
pada penderita.
6. Sistem Pendengaran
Penderita biasanya akan mengalami kehilangan pendengaran pada
tiga dekade pertama kehidupan.
7. Sistem Saraf
Komplikasi neurologi termasuk invaginasi basiler, kompresi batang
otak, dan hidrosefalus. Kebanyakan anak dengan osteogenesis imperfecta
tipe III dan IV mengalami invaginasi basiler, tetapi jarang kompresi
batang otak.
8. Fungsi Pernafasan
44

Kecacatan dan kematian akibat osteogenesis imperfecta terutama


akibat pneumonia akut dan penyimpangan fungsi pulmonal yang terjadi
pada anak-anak dan cor pulmonal terlihat pada dewasa.
9. Ginjal
Hiperkalsiuria ditemukan pada osteogenesis imperfecta sedang
sampai berat.
10. Gigi
Masalah yang paling sering timbul yaitu dentinogenesis imperfecta
dan maloklusi gigi.

Gambar 38 : Dentinogenesis imperfect

II.11 Terapi Osteogenesis Imperfecta


Penderita dengan Osteogenesis Imperfecta memerlukan penanganan tim
medis multidisiplin ilmu.Pada beberapa kasus, penanganan perlu dimulai
sejak lahir. Namun karena penyakit ini didasari oleh kelainan genetik maka
tidak didapatkan pengobatan yang efektif. Beberapa terapi yang dilakukan
adalah :
1. Modifikasi Perilaku dan Gaya Hidup
Penderita diajarkan teknik berdiri, duduk, dan berbaring untuk
memproteksi vertebra. Keadaan lingkungan harus dikondisikan seaman
mungkin seperti tidak membiarkan lantai yang licin sehingga penderita
akan mudah jatuh.
45

2. Medika mentosa
Pengobatan dengan suplemen kalsium, fluor, atau kalsitonin tidak
akan memperbaiki osteogenesis imperfecta. Hormon pertumbuhan
memperbaiki histologi tulang pada anak yang responsif, biasanya tipe I
dan IV. Pengobatan dengan bifosfonat (pamidronat intravena atau
olpadronat oral) memiliki beberapa keuntungan. Bifosfonat berpotensi
menghambat resorpsi tulang osteoklas dan telah menunjukkan manfaat
klinis dalam pengobatan anak-anak dengan bentuk parah dari OI.
Pengobatan biasanya terdiri dari infus intravena siklik dan dapat dimulai
setelah lahir. Beberapa penelitian telah melaporkan efek menguntungkan
dari bifosfonat pada nyeri, mobilitas, pertumbuhan, kepadatan mineral
tulang dan tingkat patah tulang. Namun, efek jangka panjang dari obat ini
pada tumbuh kerangka dewasa harus dinilai. Bifosfonat lebih
menguntungkan bagi vertebra (tulang trabekular) dibandingkan tulang
kortikal. Pengobatan selama 1-2 tahun menghasilkan peningkatan L1-4
DEXA dan memperbaiki kompresi vertebra dengan mencegah atau
memperlambat skoliosis pada osteogenesis imperfecta. Risiko fraktur
pada tulang panjang menurun.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bisfosfonat intravena
(pamidronat) memberikan perbaikan bagi anak dengan osteogenesis
imperfekta.Mekanisme kerjanya adalah dengan menekan aktivitas dan
juga memperpendek usia hidup osteoklas. Salah satu penelitian oleh
Glorieux dkkpada 30 anak osteogenesis imperfekta tipe III dan IV,
berusia 3-16 tahun yang diterapi dengan pamidronat dosis 1,5-3 mg/kg
berat badan/hari selama 3 hari berturut-turut, diulang tiap 4-6 bulan
selama 1,5 tahun. Penelitian ini melaporkan pemakaian pamidronat
menyebabkan densitas mineral tulang dan penebalan korteks metakarpal
meningkat, penurunan insiden fraktur yang dikonfirmasi dengan
pemeriksaan radiologis, mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan
kualitas hidup. Penggunaan bisfosfonat oral (alendronat) pada anak
osteogenesis imperfekta masih terus diteliti. Laporan kasus di Turki
46

menunjukkan setelah pemakaian alendronat 5 mg tiap hari selama 36


bulan pada anak laki-laki berusia 8 tahun menunjukkan peningkatan
densitas mineral tulang dan menurunkan insiden fraktur secara
signifikan. Penelitian yang membandingkan pemakaian bisfosfonat
intravena dan oral oleh Dimeglio dkk menunjukkan bahwa keduanya
sama-sama meningkatkan densitas mineral tulang, dan mempercepat
pertumbuhan linear. Mereka juga menyimpulkan bahwa pemakaian
bisfosfonat intravena dan oral pada anak osteogenesis imperfekta sama
efektifnya terutama pada tipe osteogenesis imperfekta ringan. Selain itu
pemakaian secara oral lebih diterima oleh anak-anak dan praktis
dibandingkan dengan pemakaian intravena.
Penderita Osteogenesis Imperfecta yang rentan terhadap trauma
dan memerlukan imobilisasi jangka lama akibat frakturnya sering
menyebabkan defisiensi vitamin D dan kalsium pada anak. Karena itu
diperlukan suplementasi vitamin D 400-800 IU dan kalsium 500-1000
mg sebagai profilaktik walau tidak memperbaiki penyakit Osteogenesis
Imperfecta sendiri.
Pada radiografi, temuan spesifik pada anak-anak yang menerima
bifosfonat termasuk peningkatan kepadatan tulang di tulang vertebra dan
tulang panjang, dibandingkan dengan radiografi sebelumnya, garis
metafisis padat (disebut "garis zebra (zebra lines)"), sangat mirip dengan
jalur pertumbuhan Harris. Dalam tulang panjang, garis ini sejajar dengan
lempeng pertumbuhan; mereka berada di metafisis dan bergerak menuju
diaphysis pada langkah dengan pertumbuhan tulang. Setiap baris padat
sesuai dengan satu intravena, dan ruang antara dua baris tergantung pada
tingkat pertumbuhan tulang dan penundaan antara dua program. Ketika
beberapa, garis-garis ini bertanggung jawab untuk ladder-rung
appearance. Di tulang belakang atau di tulang pipih, apophyses dan
epifisis, sebuah pola bone-within-a-bone, yang dapat dianggap setara
dengan metaphyseal garis padat di tulang panjang, dapat diamati. Ketika
47

ada pertumbuhan tulang kurang antara obat, garis metafisis lebih erat dan
muncul band metaphyseal padat dan endplates vertebra yang padat.

(a) (b)

Gambar 39 : Gambaran Radiologi setelah pemberian terapi Bifosfonat. (a) zebra


lines appereance (panah). (b) Radiografi lateral tulang belakang dan lateral oblik
radiografi kaki pada anak dengan OI penerima Terapi biphosphonate
mengungkapkan pola "bone-within-a-bone" pada vertebral dan tulang berbentuk
kubus (panah). Perhatikan juga kehadiran garis sklerotik dalam basis tulang
metatarsal kelima (panah)

2. Bedah Ortopedi
Tatalaksana ortopedi ditujukan untuk perawatan fraktur dan koreksi
deformitas. Fraktur harus dipasang splint atau cast. Intramedullary
rodding dengan osteotomy digunakan untuk koreksi deformitas berat dari
tulang panjang. Intramedullary rodding juga direkomdasikan untuk anak-
anak dengan fraktur berulang pada tulang. Ada dua kategori utama dari
rod yaitu telescopic dan nontelescopic. Telescopic rods dirancang untuk
lengthen selama pertumbuhan antara lain, Dubow-Bailey rod dan Fassier-
Duval rod. Nontelescopic menjadi pilihan untuk anak-anak dengan tulang
yang sangat pendek dan kecil antara lain dengan Kirschner wires (K-
wires), Rush rods, Williams rods, elastic rods.
48

3. Rehabilitasi medik
Rehabilitasi fisik dimulai pada usia awal penderita sehingga
penderita dapat mencapai tingkat fungsional yang lebih tinggi, antara lain
berupa penguatan otot isotonik, stabilisasi sendi, dan latihan
aerobik.Penderita tipe I dan beberapa kasus tipe IV dapat mobilisasi
spontan.Penderita tipe III kebanyakan memerlukan kursi roda namun
tetap tak mencegah terjadinya fraktur berulang. Kebanyakan penderita
tipe IV dan beberapa tipe III dapat mobilisasi/ berjalan dengan kombinasi
terapi fisik penguatan otot sendi panggul, peningkatan stamina,
pemakaian bracing, dan koreksi ortopedi.
4. Konseling genetik
Penderita dan keluarga sebaiknya dijelaskan mengenai
kemungkinan diturunkannya penyakit ini pada keturunannya.
Osteogenesis imperfectaadalah penyakit autosomal dominan, sehingga
penderita mempunyai resiko 50% untuk menurunkan pada
turunannya.Selain itu juga perlu didiskusikan mengenai kemungkinan
adanya mutasi baru seperti somatik asimtomatik dan germline mosaicsm.

II.12 Prognosis Osteogenesis Imperfecta


Osteogenesis imperfecta merupakan kondisi kronis yang membatasi
tingkat fungsional dan lama hidup penderita. Prognosis penderita
Osteogenesis Imperfecta bervariasi tergantung klinis dan keparahan yang
dideritanya. Penyebab kematian tersering adalah gagal nafas. Bayi dengan
osteogenesis imperfecta tipe II biasanya meninggal dalam usia bulanan 1
tahun kehidupan. Sangat jarang seorang anak dengan gambaran radiografi
tipe II dan defisiensi pertumbuhan berat dapat hidup sampai usia remaja.
Penderita Osteogenesis Imperfecta tipe III biasanya meninggal karena
penyebab pulmonal pada masa anak-anak dini, remaja atau usia 40 tahun-an
sedangkan penderita tipe I dan IV dapat hidup dengan usia yang lebih
panjang atau lama hidup penuh.
49

Penderita Osteogenesis Imperfecta tipe III biasanya sangat tergantung


dengan kursi roda. Dengan rehabilitasi medis yang agresif mereka dapat
memiliki ketrampilan transfer dan melakukan ambulasi sehari-hari di
rumah. Penderita Osteogenesis Imperfecta tipe IV biasanya dapat memiliki
ketrampilan ambulasi di masyarakat juga tak tergantung dengan sekitarnya.
50

BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Osteogenesis imperfecta merupakan kelainan jaringan kolagen yang
bersifat herediter (autosomal dominan) yang mengakibatkan kerapuhan
tulang, kelemahan persendian, dan kerapuhan pembuluh darah. Penyebab
osteogenesis imperfecta adalah 90% osteogenesis imperfecta oleh kelainan
struktural atau produksi dari prokolagen tipe I (COL1A1 dan COL1A2),
yang merupakan komponen protein utama matriks ekstraselular tulang
dan kulit. Osteogenesis imperfectadibagi menjadi empat tipe berdasarkan
cara pewarisan gen, manifestasi klinis, dan kesan radiografi yaitu tipe I, II,
III, dan IV. Beberapa tipe tambahan ditemukan berdasarkan perbedaan
histologi (tipe V, VI, VII, dan VIII).Manifestasi klinis osteogenesis
imperfecta bervariasi, yaitu tidak hanya satu gejala saja yang ditemukan
pada penderita, sehingga dalam menegakkan diagnosis pasti diperlukan
pemeriksaan penunjang berupapemeriksaan radiologi. Pemeriksaan foto
Rontgen dapat menilai fraktur dan kelainan osifikasi tulang pada
osteogenesis imperfecta.Ultrasonografi dapat mendeteksi osteogenesis
imperfecta berat pada masa intrauterin. Pemeriksaan radiologi lain seperti
CT scan, MRI, dan bone mass densitometry (BMD) juga berperan dalam
mendiagnosis osteogenesis imperfecta.Langkah-langkah penatalaksanaan
osteogenesis imperfecta antara lain modifikasi perilaku dan gaya hidup,
manajemen ortopedi, dan medikamentosa. Prognosis bergantung dengan
keparahan tipe osteogenesis imperfecta.

III.2 Saran
Osteogenesis imperfectamerupakan cacat genetik yang menyebabkan
tidak sempurnanya bentuk tulang atau jumlah tulang yang tidak normal,
sehingga perlu ditegakkan diagnosia secara dini untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas pada penderita osteogenesis imperfecta.
51

DAFTAR PUSTAKA

Eroglu D, et al. 2005. Prenatal Diagnosis of Osteogenesis Imperfecta associated


with Nuchal Edema: A Case Report. J Turkish German Gynecol Assoc. 2005;
6(4).
Glorieux F. 2007. Guide to Osteogenesis Imperfecta: For Pedriaticians and
Family Practice Physicians. USA: Departement of Health and Human Service;
2007, 1-24.
Kirpalani A. 2012. Imaging in Osteogenesis Imperfecta. Diunduh dari
http://www.emedicine.medscape.com/article411919-overview.html pada 2 Juni
2015.
Lawbridge, T. 2010. Osteogenesis Imperfecta. Advanced Practioner Plain Film
Reporting. NHS Hearth Of England Allie Health Profession Radiography.
National Institutes of Health Osteoporosis and Related Bone Disease National
Resource Center. 2012. Osteogenesis Imperfecta. Diunduh dari
http://www.niams.nih.gov/Health_Info/Bone/Osteogenesis_Imperfecta/overvie
w oi.pdf pada 2 Juni 2015
Marini JC. 2007. Osteogenesis Imperfecta. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE,
Jenson HB, Stanton BF, ed., Nelson Textbook of Pediatrics, 18th edition.
Philadelphia: Saunders Elsevier Publisher; 2007, chapter 699.
Murray RK, Keeley FW. 2000. Matriks Ekstrasel. Dalam: Murray RK, Granner
DK, Mayes PA, Rodwell VW, ed., Biokimia Harper, edisi ke-25, cetakan
pertama, terj. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003, 662-680.
Peterson CR. 2003. Radiological Features of The Brittle Bone Disease. Journal of
Dagnostic Radiography and Imaging. 2003; 5, 39-45.
Rasjad, Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Yarsif Watampone.
Jakarta.
Renaud, A., Aucourt, J., et all. 2013. Radiographic features of Osteogenesis
Imperfecta. Diunduh dari http : // www. ncbi. nlm. nih. Gov / pmc / articles /
PMC3731461/ pada 2 Juni 2015
52

Setiyohadi S. 2007. Pemeriksaan Densitometri Tulang. Dalam: Sudoyo AW,


Setiyohadi S, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, ed., Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, edisi keempat, jilid II. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, hlm. 1162-1165.
Sjamsuhidajat, de Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta.
Suresh SS, Thomas JK. 2010. Metaphyseal Bands in Osteogenesis Imperfecta.
Indian J. Radiol. Imaging. 2010; 20: 42-44.

Anda mungkin juga menyukai