Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Tumor laring bukanlah hal yang jarang ditemukan di bidang THT. Sebagai
gambaran, diluar negeri tumor laring menempati urutan pertama dalam urutan
keganasan di bidang THT, sedangkan di RS menempati urutan ketiga setelah
karsinoma nasofaring, tumor ganas hidung dan sinus paranasal. Tumor laring lebih
sering mengenai laki-laki dibanding perempuan, dengan perbandingan 5 : 1.
terbanyak pada usia 56 - 69 tahun.
Etiologi pasti sampai saat ini belum diketahui, namun didapatkan beberapa
hal yang berhubungan erat dengan terjadinya tumor laring yaitu : rokok, alkohol,
sinar radioaktif, polusi udara radiasi leher dan asbestosis.
Untuk menegakkan diagnosa tumor laring masih belum memuaskan, hal ini
disebabkan antara lain karena letaknya dan sulit untuk dicapai sehingga dijumpai
bukan pada stadium awal lagi. Biasanya pasien datang dalam keadaan yang sudah
berat sehingga hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan dan yang
terpenting pada penanggulangan tumor laring ialah diagnosa dini.
Secara umum penatalaksanaan tumor laring adalah dengan pembedahan,
radiasi, sitostatika ataupun kombinasi, tergantung stadium penyakit dan keadaan
umum penderita.

I.2. TUJUAN
Mendeteksi dan mendiagnosis dini tumor laring, sehingga pengelolaan dapat
dilakukan lebih awal dan terencana yang akhirnya angka kesakitan dan kematian
menjadi lebih sedikit.

1
I.3. MANFAAT
Referat ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun
untuk para pembaca terutama para mahasiswa fakultas kedokteran agar dapat
menambah wawasan dan lebih memahami hal-hal yang berkaitan dengan tumor
laring.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WALED


SMF TELINGA HIDUNG TENGGOROK KEPALA LEHER
Jl. PrabuKiansantang No. 4, Waled Kota Babakan Cirebon

Nama Mahasiswa : Adzkia Shafanada M dan Nur Amalah


NIM : 112170002 dan 110170050
Dokter Pembimbing : dr. H. Edy Riyanto B, Sp.THT-KL

2.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 49 tahun
Alamat : Karangsuwung
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh bangunan
Status : Menikah
Tanggal Masuk : 23 November 2016
Tanggal Pemeriksaan : 25 November 2016

2.2. ANAMNESIS
2.2.1. Keluhan utama
Sesak, batuk (+).
2.2.2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Waled dengan
keluhan sesak dan batuk berdahak. Keluhan tersebut dirasakan ± 2 hari
yang lalu yang disertai suara semakin tidak terdengar. Pasien datang
dalam keadaan sadar. Pasien merasakan sesak dan batuk semakin

3
memberat pada saat beraktivitas seperti berjalan. Pasien mengeluhkan
mudah lelah.
2.2.3. Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pengobatan
Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini dan semenjak
sakit pasien belum pernah mengkonsumsi obat-obatan, namun pasien
sering mengkonsumsi jamu-jamuan untuk meredakan sakitnya. Pasien
adalah perokok berat dan mengaku sehari merokok 1 bungkus sejak
umur 20 tahun. Namun pasien sebelumnya mengeluhkan suara tidak
bisa terdengar ± 1,5 tahun. Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi,
asma, dan diabetes mellitus.
2.2.4. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.

2.3. PEMERIKSAAN FISIK


2.3.1. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Berat badan : 65 kg
Tinggi Badan : 160 cm
2.3.2. Tanda vital
Tekanan darah: 130/100 mmHg
Nadi : 100x/menit
Respirasi : 21 x/menit
Suhu : 36,7°c

 Kepala
Bentuk lonjong, simetris, warna rambut hitam dan lebat, tidak ada bekas luka
atau jejas.
 Mata
Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-

4
Telinga Hidung
Korek telinga -/- Rinore -/-

Nyeri telinga -/- Lamanya : -

Bengkak -/- Terus-menerus : -

Otore -/- Kumat-kumatan : -

Lama : - Cair/lendir/nanah : -

Terus menerus : - Campur darah/bau: -

Kumat-kumatan : - Hidung buntu : -/-

Cair/lendir/nanah : - Lamanya -

Tuli -/- Terus-menerus -

Tinitus -/- Kumat-kumatan –

Vertigo - Bersin –

Mual - Dingin/lembab –

Muntah - Debu rumah –

Mau jatuh - Berbau -/-

Muka menceng -/- Mimisan -/-

Nyeri hidung -

Suara sengau -

5
Tenggorok Laring
Sukar menelan : - Suara parau : +

Sakit menelan : - Lamanya : 5 tahun

Badan panas : - Terus menerus : +

Trismus - Kumat-kumatan : -

Ptyalismus - Afonia -

Rasa mengganjal - Sesak nafas +

Rasa berlendir - Rasa sakit –

Rasa kering - Rasa mengganjal -

 Thoraks
 Inspeksi :
Terlihat retraksi pada saat inspirasi di daerah suprasternal dan di daerah
epigastrium.
 Palpasi :
Nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris kanan = kiri, iktus cordis teraba di
ICS V linea midlavicularis sinistra.
 Perkusi :
Sonor pada kedua lapangan paru
Batas jantung : batas atas : linea parasternalis sinistra ICS II, batas kanan :
linea parasternalis dextra ICS V, batas kiri: linea midclavicula sinistra ICS
V.
 Auskultasi :
Stridor (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
S1 = S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)

6
 Abdomen
Inspeksi : datar, luka/bekas luka (-), sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), soepel, Hepar dan Lien tak teraba
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus (+) 5 kali / menit normal
 Ekstremitas
Ekstremitas atas:
edema (-/-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), sianosis (-), clubbing
finger (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah:
Edema (-/-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-), sianosis(-), clubbing
finger (-), nyeri tekan (-)

2.3.3. Status Lokalis


2.3.3.1 Pemeriksaan Tenggorokan
2.3.3.2
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)

Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda,


stomatitis (-)

Geligi Warna kuning gading, caries (-), gangren(-),


berlubang (-)

Ginggiva Warna merah muda, sama dengan daerah sekitar

Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-), dalam


batas normal, luka (-)

Uvula Bentuk normal, hiperemis (+), edema (-)

7
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)

Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+),


membrane (-), eksudat (-)

Tonsila palatine Kanan Kiri

Kanan Kiri
Bentuk Simetris, tidak tampak facies adenoid
Edema (-) (-)
Massa (-) (-)
Parese N Kranialis (-) (-)
VII

Ukuran T0 T0

Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Permukaan Rata Rata

Kripte (-) (-)

Detritus (-) (-)

Eksudat (-) (-)

Peri Tonsil Abses (-) Abses (-)

8
Nyeri tekan (-) (-)
Krepitasi (-) (-)
2.3.3.2 Pemeriksaan Leher
Deviasi trakhea (-), Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-), Pembesaran
kelenjar parotis (-)

2.4. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. Laboratorium darah lengkap

9
b. Rontgen

2.5. DIAGNOSIS
OSNA Grade II e.c Tumor Laring

2.6. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa
IVFD RL 20gtt/menit
Salbutamol 3x1 200mg
Metil Prednisolon 3x1 400mg

10
Vit. B Complex 2x1
Endoskopi
Rencana CT Scan laring
Rencana trakheostomi

- Operatif
o Rencana trakheostomi
o Lab lengkap, Rontgen, CT scan laring.

 KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi)


o Menjelaskan tentang penyakit yang diderita pada pasien
o Menjelaskan tentang terapi yang diberikan kepada pasien tentang
manfaat, cara, dan efek samping
o Menjaga daya tahan tubuh dengan makan makanan yang bergizi
o Istirahat yang cukup
o Memberitahu pasien sebaiknya dilakukan operasi trakheostomi
o Memberitahu pasien tentang komplikasi yang terjadi jika penyakitnya
tidak diatasi
Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

11
Follow Up Pasien

Dilakukantanggal 25 November 2016 pukul 10.30 WIB di bangsal bougenville


RSUD Waled Kab. Cirebon.
25/11/16

S: Sesak napas, suara serak


O:Keadaan umum tampak sakit sedang
Kesadaran compos mentis
T=120/80 mmHg
P=98 x/menit
R=22 x/menit
S=36,5oC
Status lokalis
- Stridor
- Retraksi di suprasternal yang dalam
- Retraksi di epigastrium
A: OSNA Grade II et causa Tumor Laring
P: IVFD RL
Salbutamol 3x1 200mg
Metil Prednisolon 3x1 400mg
Vit. B Complex2x1
Endoskopi
Rencana CT Scan laring
Rencana trakheostomi

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Laring


2.1.1. Anatomi Laring Luar
Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang
merupakan suatu rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak
setinggi vertebra cervicalis IV – VI, dimana pada anak-anak dan wanita
letaknya relatif lebih tinggi.Laring pada umumnya selalu terbuka, hanya
kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan.3
Lokasi laring dapat ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana
didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria dewasa lebih menonjol kedepan
dan disebut Prominensia Laring atau disebut juga Adam’s apple atau jakun. 3
Laring adalah organ khusus yang mempunyai sfingter pelindung pada
pintu masuk jalan nafas dan berfungsi dalam pembentukan suara.Di bagian
atas, laring membuka ke dalam laringofaring dan di bawah bersambung
dengan trakea. Kerangka laring dibentuk oleh beberapa tulang rawan, yang
dihubungkan melalui membran dan ligament yang digerakkan oleh otot dan
dilapisi oleh mukosa.4

13
Gambar 2.1 Anatomi Laring
Laring adalah bagian terbawah dari saluran nafas bagian
atas.Bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas
lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas laring adalah aditus laring dan
batas bawahnya adalah batas kaudal kartilago krikoid.5
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding
kartilago tiroidea di sebelah atas dan kartilago krikoidea di sebelah
bawahnya.Os Hyoid dihubungkan dengan laring oleh membrana tiroidea.
Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan
mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun.
Kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid yang
berbentuk seperti huruf U dan beberapa buah tulang rawan.Permukaan atas
tulang hyoid dihubungkan dengan lidah, mandibula, dan tengkorak oleh
tendo dan otot. Saat menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan
laring tertarik ke atas, dan saat laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk
membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah.6
Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang
berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior
dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh otot-otot prevertebral, dinding dan

14
cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia, jaringan
lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot
sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.7

Gambar 2.2 Anatomi Laring (Potongan Mid Sagital)

Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan


instrinsik.Otot-otot ekstrinsik bekerja pada laring secara keseluruhan, terletak
di suprahioid (m.digastrikus, m. geniohioid, m. stilohioid, m.milohioid) dan
infrahioid (m.sternohioid, m.omohioid, m.tirohioid). Otot-otot instrinsik
menyebabkan gerakan bagian laring tertentu yang berhubungan dengan
gerakan pita suara, yakni m.krikoaritenoid lateral, m.tiroepiglotika, m.vokalis,
m.tiroaritenoid, m.ariepiglotika, m.krikotiroid, m.aritenoid transversum,
m.aritenoid oblik, m.krikoaritenoid posterior.6 Secara keseluruhan laring
6
dibentuk oleh sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot.

15
Gambar 2.3 Otot-otot Intrinsik Laring

7
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu : Kelompok
kartilago mayor, terdiri dari kartilago tiroidea 1 buah, kartilago krikoidea 1
buah, kartilago aritenoidea 2 buah ; Kartilago minor, terdiri dari kartilago
kornikulata Santorini 2 buah, kartilago kuneiforme Wrisberg 2 buah, kartilago
epiglotis, 1 buah.
Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu:
Ligamentum ekstrinsik, terdiri dari membran tirohioid, ligamentum tirohioid,
ligamentum tiroepiglotis, ligamentum hioepiglotis, ligamentum krikotrakeal;
Ligamentum intrinsik, terdiri dari membran quadrangularis, ligamentum
vestibular, konus elastikus, ligamentum krikotiroid media, ligamentum
vokalis.

16
Gambar 2.4 Fungsi Otot Intrinsik Laring

2.1.2. Anatomi Laring Dalam


Batas atas rongga laring (cavum laryingis) ialah aditus laring, batas
bawahnya ialah bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid.Batas
depannya adalah permukaan belakang epiglottis, tuberkulum epiglotik,
ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah lamina kartilago tiroid dan
arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membran kuadrangularis,
kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan
batas belakangnya ialah m. aritenoid transverses dan lamina kartilago
krikoid.6

17
Gambar 2.5 Anatomi Glotis

Rongga laring terdiri atas tiga bagian, yaitu supraglotis, glottis, dan
subglotis.Daerah supraglotis terdiri dari epilaring dan vestibulum.Epilaring
merupakan gabungan dari permukaan epiglottis, plika ariepiglotika dan
aritenoid, sedangkan vestibulum terdiri dari pangkal epiglottis, plika
vestibular dan ventrikel.Daerah glottis terdiri dari pita suara dan 1 cm di
bawahnya. Daerah subglotis adalah dari batas bawah glottis sampai dengan
batas bawah kartilago krikoid.6
Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan
ligamnetum ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan
plika ventrikularis (pita suara palsu).6
Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glottis,
sedangkan antara kedua plika ventrikularis disebut rima vestibuli.Plika
vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian yaitu
vestibulum laring, glotik dan subglotik.Vestibulum laring adalah rongga
laring yang terdapat di atas plika ventrikularis.Daerah ini disebut supraglotik.
Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya disebut
ventrikularis laring morgagni.6

18
Rima glottis terdiri dari dua bagian yaitu bagian intermembran dan bagian
interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis,
dan terletak di bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara
kedua puncak kartilago aritenoid, dan terletak dibagian posterior. Daerah
subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah plika vokalis.

2.2 Fisiologi Laring


Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut8:
a) Fungsi Fonasi;
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks.Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara.Nada suara dari laring diperkuat oleh
adanya tekanan udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya
ruangan resonansi seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring,
dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai
cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada
dengan mengubah bentuk dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita
suara sejati.20
b) Fungsi Proteksi;
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot
yang bersifat adduksi, sehingga rima glotis tertutup.Pada waktu menelan,
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang
ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah
interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus Superior.Sebagai
jawabannya, sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke
depan menyebabkan celah proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur
ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi aditus dan masuk ke sinus
piriformis lalu ke introitus esofagus.8

19
c) Fungsi Respirasi;
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga
kontraksinya menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh
tekanan parsial CO2dan O2arteri serta pH darah. Bila pO2tinggi akan
menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2tinggi akan
merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring
mengakibatkan pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan
pO2arterial dan hiperventilasi akan menghambat pembukaan laring. Tekanan
parsial CO2darah dan pH darah berperan dalam mengontrol posisi pita suara.9
d) Fungsi Sirkulasi;
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return.Perangsangan
dinding laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-
kadang henti jantung.Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari
laring.Reseptor dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di
aorta.Impuls dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan Ramus Komunikans
N. Laringeus Superior.Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi,
maka terjadi penurunan denyut jantung.9
e) Fungsi Fiksasi;
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap
tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan.9
f) Fungsi Menelan;
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu :
Pada waktu menelan faring bagian bawah (M. Konstriktor Faringeus
Superior, M. Palatofaringeus dan M. Stilofaringeus) mengalami kontraksi
sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke
atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi
pembukaan faringoesofageal.

20
Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke
saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan
laring oleh epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam
papan penutup aditus laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong
ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus
esofagus.8
g) Fungsi Batuk dan Ekspektoran
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai
katup, sehingga tekanan intratorakal meningkat.Pelepasan tekanan secara
mendadak menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring
dari ekspansi benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang
reseptor atau iritasi pada mukosa laring.Dengan adanya benda asing pada
laring, maka sekresi kelenjar berusaha mengeluarkan benda asing tersebut.9
2.3 Klasifikasi Tumor Laring

2.3.1 Tumor jinak laring

Tumor jinak laring relatif jarang ditemukan. Menurut urutan angka

kejadiannya tumor laring dibagi menjadi Papiloma, chondroma,

neurofibroma, Leiomyoma, angiofibroma, myoma, hemangioma, dan

chemodectoma.1,2

a. Papiloma Laring1,2

Papiloma laring merupakan tumor jinak laring yang paling

sering ditemui ,dan dapat mengenai semua usia tetapi paling sering pada

anak-anak. Penyebabnya adalah Human Papilloma Virus (HPV) yang

biasanya ditransmisikan pada anak dari jalan lahir. Resiko terjadinya

infeksi HPV dari ibu ke anak sebesar 1:80–1:500. Remisi total biasanya

dapat terjadi saat usia pubertas. Patologi:

21
- Tumor papillary epithelial biasanya mengenai Vocal cord tapi bisa
juga mengenai daerah supraglotik dan subglotik
- Dapat juga mengenai trachea dan bronchus
- Papiloma lebih sering terdapat pada anak-anak, dan biasanya bersifat
multiple.
- Papilomapadadewasalebihseringbersifattunggal,tapidapatberubah
menjadisuatukeganasan.
- Perubahankearahkeganasanlebihseringpadapapilomadengansubtipe6 &
11
Gejalanya yaitu aphonia atau pada infant tangisan yang lemah
merupakan tanda yang pertama, dyspnoe, stridor, dan Hoarseness
merupakan tanda, yang paling sering terdapat pada dewasa.Terapi berupa:
- Mikrolaringoskopi dengan CO2 laser eksisi
- Tracheotomy biasanya diperlukan, tetapi sebaiknya dihindari
untukmencegahpenyebaran ke subglotik. Jika dilakukan
tracheotomy,dekanulasi harus segera dilakukan setelah debridemen
- Cryosurgery
- Photodynamic Therapy
- Autigennous Vaccine
- Avidano&Singleton memperlihatkan hasil yang
signifikandenganpenggunaan interferon dan methotrexate.
- Cidofovir
- Irradiasi merupakan kontraindikasi karena adanya efek karsinogenik.
b. Chondroma1,2
Chondroma merupakan lesi yang tumbuh lambat dan
terdiri dari kertilago hyalin.Lebih banyak mengenai wanita bila
dibandingkan dengan wanita.Lokasi tersering terjadinya chondroma yaitu
di bagian dalam dari posterior plate kartilago krikoid, diikuti dengan
thyroid, arythenoid dan epiglottis.Gejala berupa:
- Hoarseness, dyspnea dan dysphagia

22
- Perasaan penuh ditenggorokan
- Dyspnea dan hoarseness khas untuk massa di supraglotik
- Hoarsenessdisebabkankarenarestriksidari gerakan pita suara oleh
massa
- Pemeriksaanlaryngoskopimenunjukanadanyatumordenganmukosaya
ng halus, lembut,bulat atau nodular.
Pemeriksaanpilihanuntuksaatini adalahdengan menggunakan CT-
Scan
- Chondromadarithyroid,krikoidataukartilagotrakeadapatmenculsebag
ai massayangkeras
- Klasifikasi biasanya dapat dilihat dari pemeriksaan radiografi

Terapinya adalah (1) surgical excision: Lokasi menentukan teknik


operasinya, (2)Lateral external approach, dan (3) Total
laringektomiuntuk massa yang rekuren.
c. Neuorofibroma1,2
Neurofibromamerupakan tumor yang jarang didapatkan, berasal
dari sel
Schwan.Tumorinibiasanyaberawaldariplikaaryepiglotika.Insidensipada
wanita:pria=2:1.
d. Granular Cell Myoblastoma1,2
Diperkiarakantumoriniberasaldarineurogenik.Dapatmengenaisemua
usiadan
lebihbanyakmengenaipria.Lesibiasanyaterdapatdibagianposterior
daripitasuara sejati atau arytenoid.Lesibiasanya kecil, bertangkai dan
berwarna abu-abu.Suaraserakmerupakansatu-
satunyagejala.Mukosamenunjukan adanya
hyperplasiapseudoepiteliomatosa.Terapinyadenganeksisimenggunakan
direklaringoskopi.

23
e. Adenoma1,2
Merupakan tumor yang tumbuh dari glandula seromusin
yangjarang ditemui.Lokasi tersering adalah dipita
suarapalsuatauventrikel.Gejalanya sangat minimal sampai tumor
tersebutmenyebabkanobstruksisaluran nafas.Terapinyaadalahdengan
pembedahan (eksisi) peroral atau thyrotomy.
f. Chemodectoma1,2
Chemodectoma berasal dari jaringan paraganglion.Biasanya
terdapat di pita suara palsu dan plika aryepiglotika.Permukaannya halus,
kistik dan berwarna merah.Sering terjadi pendarahan saat dilakukan
biopsy.Terapinya adalah pembedahan (eksisi) melalui lateral
pharyngotomy.
g. Lipoma1,2
Merupakan tumor yang berasal dari jaringan lemak
terutama didaerah plika ventrikularis.Secara makroskopis tumor ini
berwarna terang, berkapsul, dan berlobus.Secara makroskopis lipoma
merupakan tumor yang terdiri dari sel-sel lemak dalam berbagai ukuran
dan stroma fibroventrikuler. Terapi dapat dilakukan dengan pembedahan
eksisi via laringoskopi untuk tumor yang bertangkai atau pharingotomy
untuk submukous tumor.
h. Hemangioma 1,2
Hemangioma merupakan tumor jinak dari pembuluh darah dan
sering muncul sebagai lesi kutaneus yang melibatkan daerah wajah dan
leher. Hemangioma yang mengenai jalan nafas dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu bentuk neonatal dan dewasa.
Neonatal hemangioma yang terdapat pada jalan nafas hampir
selalu muncul di area subglotik.ekstensi hemangioma ke daerah

24
posterior interarytenoid telah lama diketahui. Eksisi pada darah ini
harusdihindari atau dibatasi untuk mencegah terjadinya scarring pada
daerah glottik posterior.Hemangioma pada orang dewasa dapat berawal
dari glottis atau supraglotis. Cenderung untuk membentuk massa
submukosal yang diskret.Terapi dengan eksisi CO2 atau Nd YAG laser
(Untuk angioma yang kecil) atau lateral pharyngotomy (Untuk angioma
yang besar). Intralesional atau sistemik steroid berguna sebagai terapi
adjuvan pada terapi laser.
i. Pseudo tumor
(a) Kista1,2
Kista laring dapat berupa kelainan kongenital atau didapat.Kista
ini dapat timbul pada plika vokalis (55%), Plika ventrikularis (25%) atau
di epiglottis (20%).Kista ini dapat dilapisi oleh epitel skuamosa atau
kolumner.
(b) Kista Kongenital1,2
Sangat jarang dan paling umum terdapat di plika ventrikularis
atau diplikaariepiglotika.Biasanya didiagnosa pada periode neonatal
kareana adanya kesulitan bernafas.Kista ini dapat murni berasaldari sel-
sel embrionik yang sekuestrasi pada saccule atau ventrikel laringeal atau
tumbuh dari glandula seromusinus.Kista inidapat diincisi atau di eksisi
bila memungkinkan.
(c) Kista Retensi 1,2
Kista retensi dilaring dapat berupa skuamosa atau kolumner,
dimana keduanya dapat berasaldari glandula salivatorius seromusin
yang mengalami obstruksi.Jenisskuamosa lebih umum danterdapat
dipermukaan lingual dari epiglottis, pada valekula dan di plika
ariepiglotika. Kistaini biasanya terdiagnosa saat ukurannya sudah
besar, sedangkan bila kista kecil biasanya terdiagnosa secara tidak
sengaja.

25
Kista skuamosa juga dapat timbul sepanjang lapisan skuamosa
di plika vokalis, terutam dibawah permukaan anterior dari cord. Kista
yang kecil (minor) pada plika vokalis biasanya dipenuhi dengan mucus
yang jernih.Kista yangbesar mengandung mucus kekuningan lapisan
cairan yang tebal dan kadang-kadang mengandung
Kristalkolesterol.Dengan pemeriksaan laringoskopi, antara kista dan
polip di plika vokalis sulit untuk
dibedakan.Daripemeriksaanmikroskopikbarudapat dibedakan.
Terapinya dengan eksisi kista minor plika vokalis dan
marsupialisasi untuk kista yang besar.Kista pada plika ventrikularis
sering salah interpretasi dengan sebuah neoplasma sehingga
mendiagnosa banding keduanya sangat penting.Kista ini biasanya timbul
diatas umur 60 tahun dan dilapisi oleh sel kolumner dan kadang-kadang
sel onkositik. Adanya sel-sel onkositik ini menandai adanya proses
penuaan dan dapat juga merupakan komponen yang predominan dari
kista dan tumor.
j. Granuloma1,2
Granuloma pita suara biasanya muncul dari prosesus vokalis atau
dari aritenoid.Pasien sering memiliki riwayat gastric refluk atau riwayat
trauma atau riwayat intubasi endotrakeal yang lama. Lamanya intubasi,
jenis dan ukuran tube yang dipakai Bertingkat relaksasi pasien akan
mempengaruhi timbulnya granuloma.
Granuloma dapat timbul beberapa minggusetelah ekstubasi.Dapat
timbul gejala suara serak, iritasi dan rasa nyeri.Biasanya dilakukan
Ulserasi dan granuloma kontak ini diduga etiologinya diduga
multifaktoral. Kebanyakan terjadi pada usia diatas 30 tahun. Adanya vocal
abuse merupakan faktor yang penting.Stresemosional juga
merupakanfaktor etiologi& faktor-faktor lainnya seperti hiatus hernia
gastroesofageal refluks dismolitas dan lain-lain.Granuloma yang eksesif
perlu eksisi dan terapi suara sesudahnya.

26
k. Amyloidosis1,2
Karakteristikdari amyloidosis adalahadanya deposit substansi
protein diekstraseluler,walaupun
patogenesanyabelumdiketahui.Amyloidosis dapat timbul general atau
lokal. Laring merupakan tempat yang jarang sebagai primer
amyloidosis,walaupun merupakan tempat yang utama untuk amyloidosis
pada traktus respiratorius.
Tumor ini lebih banyak pada laki-laki dibanding wanita dan
timbul padadekade usia40tahun & 60 tahun. Tempat yang sering terkena
adalahplikaventrikularis, plikaariepiglotika dan subglotis.Amyloidosis
selaindilaring memperlihatkan 2 bentuk yaitu bentuk seperti tumor dan
bentuk infiltrasi yang difus.Gejala yang timbul tergantung letaknya, bila
di pita suara timbul suara serak, sedang problem inspirasi akan timbul bila
letaknya di subglotik.
Terapi Amyloidosis laring adalah pembedahanyang dapat dilakukan
secara mikrolaringoskopi.Lesi yang terlokalisir dapat dibuang seluruhnya
tetapi untuk yang difus mungkin memerlukan eksisi ulang untuk
mengembalikan fungsi jalan nafas dan menjaga suara.Perawatan ekstra
diperlukan bila aritenoid diangkat dari daerah cincin krikoid untuk
menghindari stenosis.Bila akstensif diperlukan laringofissure.Menurut
Jones (1972) memperlihatkan kegunaan immunosupresif atau sitostatika
untuk amyloidosis yang murni berasal dari immunoglobulin.
2.3.2 Tumor Ganas Laring
Laring merupakan lokasi tersering terjadinya kanker pada saluran
aerodigestif
bagianatas.Daripenelitiandiluarnegerididapatkankankerkepalalehermerupakan
5% dari seluruh keganasan pada tubuh manusia dan kejadian tumor ganas
laring sekitar1-2%.SedangkanpenelitiandiIndonesia menduduki urutan ke tiga
atau ke empat dengan insidensi sekitar 6-13%dari keganasan di bidang THT-
KL.

27
Karsinoma laringbanyakmengenai laki-lakidibandingkandengan
perempuan(5:1).Dimanaterbanyak padakelompokperokokbiladibandingkan
dengan yang bukan perokok. Seiring berkembangnya waktu kebiasaan
meokok tidak hanyadimilikiolehlaki–lakisaja,tetapi
banyakjugawanitamemilikikebiasaaninisehingga insinendinyamengalami
peningkatan.Karsinoma laringtersering padadekade usia 60 – 70 tahun dan
jarang pada usia dibawah 30 tahun.3
a. Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari tumor ganas laring belum banyak
diketahui secara pasti, namun dari berbagai penelitian didapatkan kebiasaan
merokok dan minumalcoholmempunyairesikotinggiuntuk
terjadinyatumorganaslaring.Berikut di bawah ini akan diuraikan etiologi
dari tumor ganas laring:2
Merokoktembakaumerupakanfactor resiko yang paling sering untuk
terjadinya tumor laring, makin banyak merokok resiko makin besar dan di
daerah tempatmerokok5sampai35kalilebihbanyak dari daerah bukan tempat
merokok.
Ethylnitritdidapatkansebagaibahankarsinogenpadaasaprokok.Merokoklebih
dari 40 batang sigaret perhari mortalitas 15/100.000 sedangkan pada yang
bukan perokok 0,6/100.000. Insiden karsinoma laring dapat diturunkan
dengan berhenti merokok dan menghindar dari asap rokok. 3
Berat ringannya perokok dibagi atas perokok ringan bila merokok 20
batang rokoksigaretperhari,perokoksedang20 –
39batangrokokdan40batangrokokatau lebih perhari lebih dari 20 tahun.3
ScanlonFFmendapatkanperokok sigaretnonfilterpalingseringsebagai
penyebab keganasan. Pemaparan asap tembakau terutama sigaret
menyebabkan metaplasia dan perubahan kearah keganasan. Tembakau dan
alcohol dapat merusak permukaanmukosalaringdimanaselpada
lapisaniniharustumbuhcepatuntuk

28
mengadakanperbaikankerusakansel.KeduafactorresikotersebutmerusakDN
Ayang menimbulkan perubahan sel menjadi tumor.3
Perokok pasif atau sekunder adalah orang sekitar orang yang sedang
merokok dimanasama-samamenerimairitasidan toxin seperti karbon
monosida, nikotin, hydrogen sianida, dan ammonia sama dengan
karsinogensepertibenzene,nitrosamine,vinilkhlorida,
arsenicdanhidrokarbon.Selamamerokok
nicotinedengancepatdiabsorbsikedalam
darahmenujukeotakmenyebabkanefek adiktif.3
Alkoholdapatmenyebabkaniritasi padamukosa,kerusakanhepar,
imunokompetensimenurun,sebagaikofaktorperubahannitritmenjadintrosami
ne danmempermudahabsorbskarsinogen.Pemakaian kombinasi dengan
tembakau akan lebih meningkatkan resiko terjadinya karsinoma laring.
Efek tembakau dan alcohol salingsinergis.MenurutCauviJM,
pemakaitembakaudanalcoholpadapenderita karsinoma squamosa
supraglotislebihdari90%.3
Irradiasi telah lama diketahui sebagai karsinogenik.Adanya tumor
yang diinduksiradiasi(radiation-induced tumor) pernah dilaporkan yaitu
sebanyak 2 kasus karsinomasquamosa.Riwayatterpapar
radiasiakanmeningkatkanterjadinya karsinoma laring pada penderita
tirotoksikosis dan limfadenopati servik benignasetelah mendapat radioterapi
dan terjadinya peningkatan kejadian 25-30 tahun setelah radiasi.
Faktor pekerjaan sebagai penyebab terjadinya karsinoma laring
dipengaruhi denganadanyakonsumsirokokdankebiasaanminum
alcohol.Beberapapeneliti mendapatkan pada sekelompok orang yang
pekerjaannya berhubungan dengan debu kayu, asap cat, nikel terdapat
peningkatan karsinoma laring daripada kelompok lainnya.
Beberapa penelitimendapatkan infeksi papiloma virus, refluks
gastroesofagealdankeadaanimunosupresi
berpengaruhuntukterjadinyakarsinoma laring.Infeksi virus Human

29
Papilloma yang awalnya pertumbuhan benign dapat menjadi maligna pada
waktu kemudian.Penderita infeksi virus 25% dapat menjadi karsinoma
laring, dimana virus menginvasi sel hidup untuk reproduksi dengan
menempel pada reseptor permukaan sel target. Setelah masuk sel terjadi
integrasi material genetic dengan host yang dengan mekanisme tertentu
dapat menjadi kanker dan secara tidak langsung hal ini terjadi melalui
proses imunodefisiensi.
b. Patofisiologi
Suatu karsinoma adalah suatu pertumbuhan yang tidak terkendali
dengan jaringan yang tidak teratursehingga meluas tanpa batas mengganggu
fungsi organdan membahayakan nyawa mahluk tersebut.Pada sel normal
terdapat kesetimbangan antara sinyal-sinyal yang menstimulasi dan
menginhibisi pertumbuhan yang diregulasi dengan cermat sehingga
pembelahan sel hanya bila diperlukan. Pada sel tumor proses ini terganggu
sehingga pembelahan sel berlangsung terus menerus. Proses pembelahan
adalah pengendalian sel melaluisiklus sel dimana melibatkan berbagai
kejadian yang menghasilkan duplikasi DNA dan pembelahan sel.
Pada sel tumor mutasi gen-gen yang mengkontrol siklus sel
menghasilkan sel-sel yang mengandung DNA rusak.Kerusakan DNA dapat
menyebabkan penata ulang kromosom dan transmisi DNA yang
rusak.Onkogen merupakan protein dasar berfungsi dalam regulasi
pembelahan sel dalam keadaan normal. Terdapat dua kelompok gen yang
berperanan dalam timbulnya kanker berupa kelompok gen yang terlibat
dalam pengendalian kontrol positif (proto-onkogen) dan negatif (tumor
supresor) pada siklus sel.Proto-onkogen mempunyai potensi tinggi untuk
menyebabkan terjadinya kanker sedangkan supresor gen yang menghambat
proliferasi sel. Gen supresor tumor banyak mendapat perhatianadalah p53,
mutasipada gen ini paling banyak ditemukan pada kanker
manusiamenghasilkan protein abnormal yang dapat mengikat protein
produk gen p53 normal dan menghambat fungsinya sebagai penghambat

30
proliferasi sel Mutasi pada titik mutasi gen p53 terdapat 45 % pada
karsinoma sel squamous kepala –leher.
Sel normal dapat mengadopsi fenotipe karsinoma dengan pengaruh
gen set kanker atau virus tumor genetik sebaliknya set kanker dapat kembali
menjadi fenotipe normal setelah gene yang mengalami transformasi maligna
diperbaiki.Pemaparan lingkungan yang mengandung bahan-bahan
karsinogenik dapat merusak molekul DNA. Tiap rantai DNA mengandung
ribuan gen merupakan urutan unit spesi ik merupakan kode infornasi untuk
sintesa protein. Urutan DNA merupakan lokasitarget untuk mutagen
spesifikseperti asap tembakau mengandung nitropolycyclic aromatic
hydrocarbon membentuk 7methylguanine dan 4 aminobiphenyl pada
nukleotida guanine memberikan tipe dan gambarankarsinoma. Dengan
ditemukan genyang berperanpada perkembangan kanker memungkinkan
penggunaan elemen genetik dan produknya sebagai target untuk pencegahan
dan pengobatan. Terapistrategi berdasarkan asam nukleat untuk pengobatan
kanker disebut terapi gen.Insidensi yang tinggi mutasi p53 pada
penderita tumor yang merokok dan peminum dibandingkan dengan yang
tidak merokok dan peminum.3, 4
c. Klasifikasi
Secara anatomi karsinoma laring dibagi sebagai berikut:4
(a) Tumor supraglotik
Epilaring termasuk zona marginal: suprahyoid epiglottis, plika
ariepiglotikadan aritenoid. Supraglotik diluar epilaring: infrahyoid
epiglottis, plika ventrikularis dan ventrikularies caviti
(b) Mengenai plika vokalis, komisura anterior dan komisura posterior.
Batas inferiornya adalah ketebalan mukosa antara 5-10 mm
dibawah tepi bebas plika vokalis, 10mm merupakanbatas inferior otot-
otot intrinsic pita suara.Batas atasnya adalah batas lateral ventrikel,
sedangkan dasarventrikel sendiri termasuk dalam daerah glottis.

31
Gambar 2.6 Tumor supraglotik Gambar 2.7 Tumor glotik

(c) Tumor subglotik


Tumbuh lebih dari 10 mm dibawah tepi bebas plika
vokalissampai batas inferior kartilago krikoid.

Gambar 2.8. Tumor subglotik

(d) Tumor transglotik


Merupakan suatu grup tumor yang menyeberang ventrikel
sehingga melibatkan bagain region glottis maupun supraglotis maupun
supraglotis.Pada tumor transglotik sulit untuk kita tentukan asal dari
tumornya.

Tabel 1. Sistem stadium(staging) berdasarkan “The American Joint


Committee OnCancer For Laryngeal Carcinoma’

Supraglotis

T1 : Tumor terbatas pada satu sisi daerah supraglotis dengan


mobilitaspitasuarayang normal

T2 : Tumor melibatkan lebih dari satu sisi daerah supraglotis, atau

32
glotis,dengan mobilitas pita suara yang terganggu

T3 :Tumor terbatas pada laring dengan pita suara yang terfiksasi. Tumor
dapat menginvasi area postkrikoid, sinus piriformis medial, atau ruang
pre-epiglotis

T4 : Tumor menginvasi daerah kartilago tiroid dan atau sudah meluas ke luar
laring

Glotis

T1 : Tumor terbatas pada pita suara(termasuk komisura anterior dan


posterior)dengan mobilitasyang normal

T1A :Tumor terbatas pada satu sisi pita suara

T1B : Tumor mengenai kedua sisi pita suara

T2 : Tumor sudah menjalar ke daerahsupraglotis dan subglotis


denganmobilitas pita suara yang terganggu

T3 : Tumor terbatas pada laring dengan pita suara yang terfiksir

T4 : Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid dan atau dengan penyebaran


langsung ekstralaringeal

Subglotis

T1 : Tumor terbatas pada daerah subglotis

T2 : Tumor meluas ke daerah glotis dengan atau tanpa disertai gangguan


mobilitas pitasuara

T3 : Tumor terbatas pada daerah laring dengan pita suara yang terfiksasi

T4 : Tumor menginvasi tulang rawan krikoid dan tiroid, dengan


penyebaranEkstralaringeal

Penyebaran ke kelenjar limfe regional

33
Nx Kelenjar limfe tidak teraba

N0 Tidak terjadi metastase regional

N1Metastase ke satu kelenjar limfe servikal ipsilateral, teraba dengan ukuran


diameter kurang dari 3 cm

N2A Metastase ke kelenjar limfe servikal tunggal ipsilateral, teraba dengan


ukuran diameter lebih dari 3 cm tapi kurang dari 6 cm

N2B Metastase ke kelenjar limfe servikal multipel ipsilateral, teraba dengan


ukuran diameter tidak lebih dari 6 cm

N2C Metastase ke kelenjar limfe servikal bilateral atau kontralateral, teraba


dengan diameter tidak lebih dari 6 cm

N3 Metastase ke kelenjar limfe, diameter lebih dari 6 cm

Metastase Jauh

Mx Tidak terdapat/terdeteksi metastase jauh

M0 Tidak ada metastase jauh

M1 Terdapat metastase jauh

Tabel 2. Stadiumuntuk karsinoma Laring


N Stage
T Stage N0 N1 N2 N3
Tis 0 - - -
T1 I III IV IV
T2 II III IV IV
T3 III III IV IV
T4 IV IV IV IV

*DiasumsikanM0padasemuakasus.SetiapTatauNdenganM1
merupakanbagian dari stadiumIV

34
d. Gejala Klinis
Keluhan dan gejala karsinoma laring tergantung dari lokasi dan
besarnya tumor, seperti serak, sesak, nyeri tenggorokan, gangguan menelan,
rasa mengganjal, batuk, dan benjolan di leher.1Serak merupakan gejala yang
ditimbulkan oleh setiap keadaan yang mengganggu fungsi fonasi normal
laring. Serak merupakan keluhan dini dan sifatnya menetap bila tumor
pada daerah glottis, sedangkan pada daerah supraglotis atau subglotis
dapat merupakan keluhan stadium lanjut. Keluhan serak lebih dari 2 minggu
harus menduga suatu keganasan. Dari beberapa penelitian didapatkan
pasien dengan karsinoma laring datang dengan keluhan serak sebanyak
77,2%. Pada karsinoma laring, pita suara gagal berfungsi secara baik.
Hal ini disebabkan oleh ketidakteraturan bentuk pitasuara, oklusi atau
penyempitan celah glotik, terserangnya otot – otot vokalis, sendi dan
ligament kriko-arytenoid.1
Sesak terjadi akibat gangguan jalan nafas oleh adanya massa tumor,
penumpukan debris, secret dan fiksasi pita suara.Nyeri tenggorokan, hal ini
menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur
ekstra laring terutama sekitar faring, pangkal lidah, dan jalan masuk
esophagus superior. Nyeri tenggorokan biasanya timbul pada tumor daerah
supraglotik. Karnell mendapatkan keluhan nyeri tenggorokan pada kasus
karsinoma laring sebesar 24,4% pada tahun 1990 – 1992.1
Gangguan menelan (disfagia) adalahciri khas tumor pangkal lidah,
supraglotik, hipofaring superior dan sinus piriformis.Banyak pasien
mengeluh rasa penuh di tenggorokan.Disfagia berhubungan dengan
besarnya tumor dan adanya suatu invasi yang jauh sampai luar batas laring1
Batuk merupakan keluhan yang jarang pada tumor ganas glottis yang timbul
akibat luapan secret dan cairan kedalam laring, sehingga merangsang reflex
batuk.1
Benjolan di leher,hal ini timbuldisebabkanadanya ekstensi secara
langsung dari tumor atau yang lebih umum karena metastase pada kelenjar

35
yang biasanya tampak sebagai benjolan di leher. Lokasi benjolan sesuai
dengan aliran limfatik dari daerah laring yangterkena.1

e. Diagnosa
Diagnosa ditegakkan dengan Anamnesis, Pemeriksaan umum,
Pemeriksaan faring, Pemeriksaan leher, Radiologi, Pemeriksaan
laboratorium, dan Pemeriksaan histopatologis.
(a) Anamnesis
Anamnesis yang teliti mengenai perjalanan penyakit serta faktor-faktor
yang diduga sebagai penyebab seperti merokok, alkohol serta data
mengenai usia, jenis kelamin dan riwayat pekerjaan.1
(b) Pemeriksaan umum
Diperlukan untuk mengetahui keadaan umum secara keseluruhan seperti
tampak sakit berat, sesak nafas, penurunan berat badan serta ada
tidaknya gambaran penyebaran jauh seperti ke hepar. Juga untuk menilai
status fisik untuk tindakan biopsi, pembedahan, radioterapi atau
kemoterapi.1
(c) Pemeriksaan laring
Dengan pemeriksaan laringoskopi langsung dan tidak langsung kita
dapat menentukan ukuran dan lokasi tumor. Pemeriksaan laringoskopi
tidak langsung kurang begitu bermakna dan hanya merupakan
pemeriksaan pendahuluan sedang dengan pemeriksaan laringoskopi
langsung kita dapat membedakan massa tumor laring bila dilihat dari
gambarannya:
- Tumor supraglotik : tampak tepi meninggi dan banyak bagian-
bagian dengan ulserasi sentral atau kemerahan dan sering kali
meluas.
- Tumor Glotik : cenderung lebih proliferatif dari pada ulseratif. Lesi
yang khas menyerupai kembang kol dan berwarna keputihan.

36
- Tumor subglotik : lebih difus dan mempunyai ulkus superficial
dengan tepi lebih tinggi dan lebar.
(d) Pemeriksaan Leher
Untuk melihat adanya penyebaran tumor baik langsung maupun secara
metastase melalui kelenjar getah bening regional.Tempat terbanyak
metastasis adalah kelenjar getah bening di upper dan middle deep
cervikal.Tumor subglotik lebih sering bermetastase sedang tumor glotik
jarang.Pemeriksaan kelenjar getah bening harus mencakup jumlah,
ukuran dan mobilitas.
(e) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan thorak foto perlu untuk melihat ada tidaknya metastase ke
paru- paru. Juga diperlukan pemeriksaan foto soft tissue leher dengan
posisi AP dan lateral untuk melihat keadaaan airway serta massa tumor.
CT scan dan MRI merupakan pemeriksaan yang lebih canggih lagi
untuk determinasi klinis dan ekstensi tumor primer.1

Gambar 2.9. Gambaran CT scan aksial karsinoma supraglotik(x).


Terdapat erosi kartilago thyroid (xx) dan metastasis kelenjar getah
bening di leher(xxx)

37
Gambar2.10: Gambar MRI laring Gambar 2.11: MRI laring
normal abnormal

MRI memiliki beberapa kelebihan daripada CT yang mungkin


membantu dalam perencanaan pre-operasi.Pencitraan koronal
membantu dalam menentukan keterlibatan ventrikel laryngeal dan
penyebaran transglottic. Pencitraan midsagittal membantu untuk
memperlihatkan hubungan antara tumor dengan komisura anterior. MRI
juga lebih unggul daripada CT untuk karakterisasi jaringan spesifik.
(f) Pemeriksaan histopatologis
Didapat melalui pemeriksaan laringoskopi langsung &biopsi yang
bertujuan:
- Menentukan diagnosa keganasanya, membedakannya dengan tumor
jinak atau lesi lain seperti jamur, mycobacterium, gumma, sifilis.
- Mengidentifikasi tipe tumor : paling sering squamous cell ca.
- Menentukan diferensiasi : berhubungan dengan prognosanya
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi-anatomik dari
bahan biopsi laring, dan biosi jarum-halus pada pembesaran kelenjar
limfe dileher.Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah
karsinoma sel skuamosa.
(g) Pemeriksaan laboratorium

38
Pada stadium awal sangat diperlukan, misalnya pemeriksaan hematologi
dan fungsi liver, pemeriksaan urin untuk penderita diabetes
dan juga diperlukan pemeriksaan EKG.
Kesulitan-kesulitan dalam mendiagnosa:
- Biopsi yang negatif: harus dilakukan biopsi ulang
- Keratosis : Keratosis maligna sulit dibedakan dengan keganasan
laring
- Radiasisebelumnya: seringditemukan perikondritis yang
menyebabkan laring sulit kembali normal. Kemungkinanadanya
suatu rekurensi kanker perlu dipertimbangkan
- Kondisi lain laringitis kronis, tuberkulosis, sifilis dan lesi-lesi jinak
dapat mengaburkan diagnosa keganasan.
(h) Gambaran Patologis
Jenis yang paling sering dijumpai adalah karsinoma sel skuamosa.
Variasi yang berbeda dari sel skuamosa adalah karsinoma verukosa
yang terutama timbul dari rongga mulut yang dapat timbul dalam
proposi kecil pada karsinoma lain.

f. Penyebab Tumor Ganas Laring


(a) Karsinoma glotik
Kebanyakan tumor ini berasal dari tepi bebas pita suara yang dilapisi
oleh epitelsquamosa. Karsinoma diglotik dapat timbul atau ekstensi
ke komisura anterior yang hanya merupakan lapisan tipis
submukosa dan fibrosa pitasuara. Keadaan ini menerangkan tingginya
resiko invasi tumor ke kartilago terutama bila tumor otot dan
perikondrium.1
Garis tengah anterior merupakan daerah tersering invasi tumor
kekerangka laring. Adanya destruksi lokal osteoklas yang aktif dapat
menyebabkan tumor invasif. Bila komisura anterior sudah terinvasi
dapat terjadi ekstensi ke bawah pita suara dan keluar laring melalui

39
membran anterior, terutama melalui saluran pembuluh darah. Tumor
juga dapat ekstensi ke lateral, konus elastikus dan keluar melalui
segitiga krikoid, kartilago tiroid dan bagian medial ototkrikotiroid.1
Bila otot-otot pita suara sudah terinvasi tumor dapat ekstensi
melalui kumpulan otot-otot anterior dan posterior dan mencapai bagian
lateral menuju kartilago aritenoid dimana tumor akan menutupi mukosa
sinus piriformis. Ekstensi tumor ke kartilago aritenoid sangat sulit
diperiksa, sehingga diperlukan CT-Scan.Ekstensi karsinoma glotik
secara vertikal kearah subglotik maupun supraglotik lebih sering tejadi
daripada kearah samping yang berlawanan.
Adanya fiksasi pita suara menandakan invasi yang dalam dan
sudah melibatkan otot tiroaritenoid. Apabila bagian posterior pita
suara terlibat tedadi fiksasi pita suara akibat invasi tumor ke kertilago
krikoid, aritenoid dan sendi krikoaritenoid.Adanya invasi melalui
perineural juga menjadi penyebab penyebaran karsinoma. Penyebaran
melalui kartilago ini dijumpai pada 50% kasusnkarsinomaglotik.1
(b) Karsinoma Supraglotik
Invasi ke ruang preepiglotik lebih nyata pada karsinoma supraglotik,
terutama pada permukaan posterior laring dan epiglottis.Tumor dapat ke
area ini melalui penetrasi kartilago epiglotika atau destruksi dari
kartilago itu sendiri. Lateral dari ruang ini terdapat ruang paraglotik
sehingga tumor dapat invasi kesana. Dari ruang ini tumor dapat
mencapai ruang preepiglotik dan dapat terlihat dengan pemeriksaan
laringoskopi.Invasi tumor ke ruang preepiglotik dijumpai pada
hampir40% kasus karsinoma dan hampir 70% kasus tumor
epiglotik.Tumor supraglotik dapat mencapai kranial melalui ekstensinya
ke valekula dan lidah.Sedangkan kearah posterior tumor ekstensi ke
kartilago aritenoid dan sinus piriformis. 1
(c) Karsinoma Subglotik

40
Tumor subglotik primer sangat jarang dan mempunyai kecenderungan
untuk tumbuh cepat dan ekstensif sebelum terlihat gejalanya
seperti stridor inspiratoar. Invasi tumor ke pita suara akan menimbulkan
kelumpuhan mobilitas pita suara dan menyebabkan suara menjadi
serak. Tumor ini dapat menyebar ke membrane krikoid anterior atau
ke ruang krikotrakeal posterior atau invasi ke trakea dikaudal. 1
g. Keterlibatan Kelenjar Getah Bening
Sistem limfatik sepanjang laring teridiri dari dua bagian yaitu
supraglotik dan subglotik, yang dipisahkan oleh tepi bebas pita suara
dimana mempunyai sistem limfatik yang minimal.Keadaan ini menerangkan
rendahnya insidensi metastasis ke KGB pada tumor pita suara.Sedangkan
bagian supraglotik kaya akan pembuluh limfe sehingga insidensi
metastasenya sangat tinggi yaitu 32-37%. 1
Metastase jauh dari tumor laring adalah jarang, tersering adalah
ke organ paru diikuti ke mediastinum, jarang pada tulang hepar atau organ
lain. Metastase jauh ini biasanya didahului oleh metastase ke KGB
regional.Gambaran histologi dengan diferensiasi buruk, tumor yang
nekrotik dan tumor yang tekah metastase ke KGB mempunyai kejadian
yang tinggi untuk metastase jauh ke paru-paru.
h. Terapi
Pengelolaan penderita tumor ganas laring dapat bersifat single
modality atupun combined-modality.Dimana dapat dengan oeperatif,
radioterapi, kemoterapi serta terapi kombinasi.Terapi kombinasi yang sering
digunakan adalah operatif dengan diikuti radioterapi.
(a) Terapi Operatif
Laringektomi adalah prosedur pembedahan pada laring untuk
membuang massa tumor, dilakukan tergantung dari lokasi tumor dan
efektifitas dalam mengontrol tumor.Terapi pembedahandilakukan
pada tumor dengan lokasi yang dapat dijangkau juga dapat
dikombinasikan dengan prosedur radioterapi terutama jika curiga akan

41
terjadi rekurensi setelah pembedahan. Terapi pembedahan pada
karsinoma laring dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah reseksi parsial vertikal, reseksi parsial horisontal, dan reseksi
total (total laringektomi).
Parsial laringektomidapatdilakukan dengan beberapa
cara,diantaranya adalah vertikal/frontolateral laringektomi,
horisontal/supraglotik laringektomi dan cordectomi. Secara umum
parsial laringektomi ini akan mengangkat sebagian dari laring yang
terdapat satu pita suara dari komisura anterior sampai aritenoid,
ipsilateral pita suara palsu, ventrikel, ruang paraglotik dan sebagian
kartilago tiroid.Digunakan untuk tumor dengan T2 dan T3 yang
terbatas di glotik atau perluasan ke subglotik yang minimal atau
supraglotik hanya di permukaan inferior pita suarapalsu.Vertikal
laringektomidapat dibagi menjadi 3 tipe dasarpembedahan tergantung
dari perluasan tumor sepanjang pita suara.
Tipe 1: karsinoma terbatas pada pertengahan duapertiga pita suara.
Daerah pita suara yang terkena sampai kartilago arytenoid dan ala
thyroid direseksi dengan menyisakan kartilago tiroid posterior sekitar
3mm. Batas anterior adalah midline. Jaringan subglotik direseksi
sampai batas superior dari kartilago krikoid.
Tipe 2: karsinoma pada pita suara meluas ke komisura anterior.
Jaringan yang direseksi sama dengan tipe 1, kecuali pada 2-3
mm kartilago tiroid, pita suara palsu dan pita suara asli dan jaringan
lunak subglotik di reseksi pada sisi kontralateral.
Tipe 3: karsinoma pada pita suara meluas ke 1/3 anterior dan pita
suara kontralateral.
Jaringan yang direseksi sama dengan tipe I kecuali pada 4-5 mm
kartilago tiroid, pita suara asli dan palsu dan jaringan lunak subglotik
direseksi pada sisi kontralateral.
Prosedur pembedahan Horizontal / supraglotik laringektomi

42
Indikasi dari prosedur operasi ini adalah pada lesi maligna secara
primer terdapat di epiglotis,laring dan permukaan lidah. Perluasan
tumor ke daerah aryepiglotik, atau bagian superior dari plika suara
palsu di permukaan laring atau perluasan ke dasar lidah termasuk
dapat dilakukan reseksi cara supraglotik laringektomi.
Penatalaksanaan postoperatif
- Antibiotik
- Feeding tube
- Perhatikan daerah tracheostomi
- Latihan menelan setelah pengangkatan feeding tube

Komplikasi
- Aspirasi
- Fistula
- Rekurensi massa tumor
- Cricoid chondritis
- Disfagia
Total Laringektomi
Laringektomi total biasanya diindikasikan jika terdapat pita
suara yang terfixir dan tumor klasifikasi T2 atau T2b lebih dari satu
tempat dan tergantung dari luasnya tumor. T3 danT4 tumor biasanya
juga dilakukan prosedur ini. Pada prosedur ini biasanya seluruh laring
diangkat termasuk kartilago tiroid dan krikoid, aritenoid, pita suara
palsu dan asli, epiglotis, ruangpreepiglotik dan paraglotik dan oshyoid.
Hal ini membuat pemisahan antarafaring dan trakea sehingga pasien
akan bernafas permanen melalui stoma trakeostomi. Laringektomitotal
dapat dikombinasikan dengan prosedur ipsilateral tiroid lobektomi
danistmulobektomi terutama dengan tumor yang meluas ke daerah
subglotik disertai dengan paratrakeal dan trakeoesofageal node
dessection.

43
Komplikasi
- Fistula dan luka infeksi
- Rekurensi
- Hipoparatiroidism dan hipotiroidism
- Stress peptic ulcer dan perdarahan
- Pharyngoesophageal stenosis
- Tracheitis

Gambar 7. Pasca total laringektomi

(b) Radioterapi
Terapi radiasi merupakan modalitas utama untuk lesi-lesi
berikut: Tumor ganas pada satu atau kedua pita suara asli yang kecil
dan superfisial serta tidak mengenai komisura anterior atau prosesus
vokalis, meluas ke subglotis atau memfiksasi pita suara, Lesi tepi
bebas epiglotis yang < 1 cm, dan lesi pada pasien yang mempunyai
resiko bedah besar.
Radioterapi akan memberikan hasil yang terbaik pada
karsinoma stadium dini dimana hanya melibat satu pita suara dan pada
kasus dimana tidak ada pita suara yang terfiksasi ataupun ekstensi ke

44
ekstralaringeal. Pada karsinoma stadium dini yang mengenai pita suara
dengan radioterapi akan memberikan hasil yang sama memuaskan
dengan terapi laringektomi parsial.1 Keuntungan dari radioterapi ini
dibandingkan dengan tindakan operasi adalah pita suara masih dapat
dipertahankan. Pada tumor laring stadium lanjut dapat digunakan
sebagai terapi kombinasi pre operatif dan post operatif. Pada
preoperatif dapat diberikan dosis 5000 cGy.Pada post operatif
diberikan dosis 5500 sampai 6000 cGy dimana diberikandalam fraksi
kecil 180 sampai 200 cGy.

(c) Kemoterapi4
Kemoterapi dimaksudkan untuk memusnahkan sel kanker dan
anak sebarnya.Sifat kerjanya tidak selektif sehingga sel-sel normal pun
akan terganggu.Untuk mengurangi efek samping yang terjadi dan
meningkatkan hasilnya dapat diberikan kombinasi sitostatika yang
bekerja secara sinergik.Syarat pemberian kemoterapi:
- Berdaya guna maksimal
- Cara kerja yang berbeda untuk mencegah resistensi
- Mempunyai efek samping yang berbeda agar dapat diberikan
dalamdosis yng optimal.
- Pemberian secara selang-seling untuk memberikan fase istirahat
agar terjadi pemulihan fungsi sel-sel yang normal
- Protokol terapi yang sering digunakan memakai bahan dasar
platinum yang dikombinasi dengan 5-fluorourasil dan adriamycin.
Sedangkan beberapa ahli mengemukakan beberapa agen
kemoterapi yang lain seperti methotrexate, bleomycin,
cyclophosphamide, oncovin, cytoxan, leucoverin dan vinblastine.

2.4OSNA (Obstruksi Saluran Napas Atas)

45
2.4.1. Definisi OSNA
Sumbatan pada saluran pernapasan atas (laring) yang disebabkan
oleh adanya radang, benda asing, trauma, tumor dan kelumpuhan nervus
rekuren bilateral sehingga ventilasi pada saluran pernapasan atas terganggu.
2.4.2. Gejala OSNA
- Disfonia (serak) sampai afonia
- Dispnea (sesak napas)
- Stridor yang terdengar saat inspirasi
- Cekungan saat inspirasi di suprasternal, epigastrium, supraklavikula, dan
interkosta yang merupakan suatu upaya dari otot-otot pernapasan untuk
mendapatkan oksigen yang adekuat.
- Gelisah karena pasien haus akan udara.
- Muka pucat dan sianosis karena mengalami hipoksia.
2.4.3. Stadium OSNA
Stadium Jackson membagi sumbatan laring yang progresif, yaitu:
1. Grade I
Adanya retraksi di suprasternal yang ringan dan stridor.Pasien tampak
tenang.
2. Grade II
Retraksi pada saat inspirasi di daerah suprasternal makin dalam,
ditambah lagi dengan timbulnya retraksi di daerah epigastrium.Pasien
mulai gelisah.
3. Grade III
Retraksi selain di daerah suprasternal dan epigastrium, juga terdapat di
supraklavikula dan infraklavikula dan di sela-sela iga (interkosta).Pasien
sangat gelisah dan dispnea.
4. Grade IV
Retraksi bertambah jelas.Pasien sangat gelisah, tampak ketakutan dan
sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus, maka penderita akan
kehabisan tenaga dan pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea.

46
Setelah itu pasien tampak tenang dan tertidur yang akhirnya pasien
meninggal karena asfiksia.
2.4.4. Pemeriksaan OSNA
1. Laringoskopi indirek
Alat-alat yang dibutuhkan:
- Cermin laring
- Kasa
- Lampu kepala
- Lampu spiritus
- Xylocaine spray
Prosedur:
- Anastesi faring dengan xylocaine spray. Pemeriksaan dapat dimulai
kira-kira 10 menit setelah dianastesi.
- Cermin diuapkan terlebih dahulu.
- Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya.
- Ambil kasa dan pegang lidah dengan menggunakan tangan kiri. Jari
I di atas lidah, jari III di bawah lidah, dan jari II menekan pipi.
- Arahkan cermin laring menuju area faring (posisikan di depan uvula)
dan fokuskan cahaya pada daerah tersebut.
2. Laringoskopi direk (endoskopi)
Alat-alat yang dibutuhkan:
- Nasoendoskopi
- Xylocaine spray
Prosedur:
- Anastesi faring dengan xylocaine spray. Pemeriksaan dapat dimulai
kira-kira 10 menit setelah dianastesi.
- Alat endoskopi diarahkan masuk ke laring dan didapatkan gambaran
laring pada monitor yang direkam melalui kamera yang terdapat
dalam alat endoskopi.

47
Dengan pemeriksaan laringoskopi langsung dan tidak langsung kita
dapat menentukan ukuran dan lokasi tumor. Pemeriksaan
laringoskopi tidak langsung kurang begitu bermakna dan hanya
merupakan pemeriksaan pendahuluan sedang dengan pemeriksaan
laringoskopi langsung kita dapat membedakan massa tumor laring
bila dilihat dari gambarannya:
- Tumor supraglotik : tampak tepi meninggi dan banyak bagian-
bagian dengan ulserasi sentral atau kemerahan dan sering kali
meluas.
- Tumor Glotik : cenderung lebih proliferatif dari pada ulseratif. Lesi
yang khas menyerupai kembang kol dan berwarna keputihan.
- Tumor subglotik : lebih difus dan mempunyai ulkus superficial
dengan tepi lebih tinggi dan lebar.
2.4.5. Tindakan OSNA
Pada prinsipnya penanggulangannya diusahakan agar jalan napas lancar
kembali.
1. Grade I
Dilakukan tindakan konservatif, yaitu dengan pemberian antiinflamasi,
antialergi, antibiotik, dan oksigen intermitten untuk pasien yang
mengalami peradangan.
2. Grade II
Dilakukan tindakan operatif, yaitu dengan dilakukan trakheostomi.
3. Grade III
Dilakukan tindakan operatif, yaitu dengan dilakukan trakheostomi.
4. Grade IV
Dilakukan tindakan operatif, yaitu dengan dilakukan krikotirotomi.

48
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Tumor laring secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu Tumor
jinak dan ganas, Tumor jinak jarang ditemukan dibandingkan dengan tumor
ganas atau kanker. Tumor jinak laring yang paling sering dijumpai adalah
Papilloma, dan Kondroma. Tumor ganas laring merupakan tumor yang
terbanyak menyerang saluran pernapasanbagian atas. Karsinoma sel skuamosa
secara histopatologi merupakan jenis terbanyak dari tumor ganas laring. Gejala
klinis yang paling umum dari tumor laring adalah suara parau atau serak
(hoarseness). Penatalaksanaan tumor ganas laring tergantung dari stadium
tumor saat didiagnosis. Diagnosis ditegakan melalui hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik atau temuan pemeriksaan makroskopik, pencitraan (imaging),
biopsi jaringan, dan pemeriksaan histopatologis. Tumor laring dapat
menyebabkan terjadinya sumbatan laring yang dapat berakibat kematian.
Prinsip penanggulangan sumbatan laring, yaitu menghilangkan penyebab
sumbatan dengan cepat atau membuat jalan napas baru yang dapat menjamin
ventilasi.

49
DAFTARPUSTAKA

1 . Lee,K.J.BenignTumoursoftheLarynx.In;
EssentialOtolaryngologyHeadandNeckSurgery.Eightedition.Connecticut.McG
raw-Hill,2003: 744-750
2. CalhounKH.BenignTumoursoftheLarynx.In:ByronJ.Bailey.Head andNeck
Surgery-Otolaryngology. Third edition. Volume 2. Philadelphia: Lippincot
Williams and Wilkins, 2001: 617-625
3. Sarbini T. Faktor Merokok Sebagai Predisposis Tumor Ganas Laring.Untuk
GelarMagister Kesehatan. Fakultas Kedokteran
UniversitasPadjajaran.Bandung.2003
4. Calhoun KH. Tumor Biology and ImmunologyofHeadandNeck Cancer.In:
Byron J.Bailey. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. Third edition.
Volume 2. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkins, 2001: 1212-
1220
5. CalhounKH.VoiceRehabilitationAfterLaryngectomy.In:ByronJ.Bailey. Head
and NeckSurgery-Otolaryngology. Third
edition.Volume2.Philadelphia:LippincotWilliamsandWilkins,2001:1523-1533

50
6. Adams, George L dkk . AnatomidanFisiologiLaringdalamBoiesBuku Ajar
Penyakit THT. Ed 6. Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC. 1997. Hal 369-
376.
7. Hermani B. Abdurrahman H. Tumor laring. Dalam Soepardi EA, Iskandar N
Ed.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala
Leher. Edisi ke- 6. Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 2001.
8. Wim de Jong, Sjamsuhidayat R, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, hal : 461 – 463
9. Basyiruddin H. Penanggulangan Karsinoma Laring di Bagian THT RSAPD
GatotSubroto. Disampaikan pada Kongres Nasional Perhati. Ujung Pandang,
1986. h. 185-93.
10. Novialdi, Rossy Rosalinda. Diagnosis dan Penatalaksanaan Papilomatosis
Laringpada Dewasa. Jurnal Penelitian Bagian Telinga Hidung Tenggorok
Bedah KepalaLeher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP Dr. M.
Djamil Padang

51
1

Anda mungkin juga menyukai