Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS

Oleh:
Adzkia Shafanada M.
112170002
Nur Amallah
110170050

Pembimbing: dr. H. Edy Riyanto B, Sp. THT-KL

Program Pendidikan Profesi Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati
Stase THT
RSUD Waled Kabupaten Cirebon
2016
IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. M
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Umur : 49 tahun
• Alamat : Karangsuwung
• Agama : Islam
• Pekerjaan : Buruh bangunan
• Status : Menikah
• Tanggal Masuk : 23 November 2016
• Tanggal Pemeriksaan : 25 November 2016
ANAMNESIS

• Keluhan utama
Sesak dan batuk.
• Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke IGD RSUD Waled
dengan keluhan sesak dan batuk. Keluhan tersebut dirasakan ± 2
hari yang lalu yang disertai suara serak sejak ± 1,5 tahun yang
lalu. Pasien merasakan sesak dan batuk semakin memberat pada
saat beraktivitas seperti berjalan. Pasien juga mengeluhkan
mudah lelah.
• Riwayat penyakit dahulu dan riwayat pengobatan
Pasien sebelumnya tidak pernah sakit seperti ini dan
semenjak sakit pasien belum pernah mengkonsumsi obat-obatan
dan belum pernah dilakukan tindakan apapun, namun pasien
sering mengkonsumsi jamu-jamuan untuk meredakan sakitnya.
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi, asma, dan diabetes
mellitus.
• Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
• Riwayat penyakit pribadi dan sosial
Pasien adalah perokok berat dan mengaku sehari
merokok 1 bungkus sejak umur 20 tahun.
STATUS GENERALIS

• Keadaan umum : Tampak sakit sedang


• Kesadaran : Compos mentis
• Berat badan : 65 kg
• Tinggi Badan : 160 cm

Tanda vital
• Tekanan darah : 130/100 mmHg
• Nadi : 100x/menit
• Respirasi : 21 x/menit
• Suhu : 36,7 °C
Kepala
• Bentuk lonjong, simetris, warna rambut hitam dan lebat, tidak ada bekas
luka atau jejas.
Mata
• Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Thoraks
• Inspeksi :
Terlihat retraksi pada saat inspirasi di daerah suprasternal dan di daerah
epigastrium.
• Palpasi :
Nyeri tekan (-), fremitus taktil simetris kanan = kiri, iktus cordis teraba di ICS V
linea midlavicularis sinistra.
• Perkusi :
Sonor pada kedua lapangan paru
Batas jantung : batas atas : linea parasternalis sinistra ICS II, batas kanan :
linea parasternalis dextra ICS V, batas kiri: linea midclavicula sinistra ICS V.
• Auskultasi :
Stridor (+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
S1 = S2 reguler murni, murmur (-), gallop (-)
• Abdomen
Inspeksi : datar, luka/bekas luka (-), sikatrik (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), soepel, Hepar dan Lien tak teraba
Perkusi : timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : bising usus (+) 5 kali / menit normal
• Ekstremitas
Ekstremitas atas:
Edema (-/-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-),
sianosis (-), clubbing finger (-), nyeri tekan (-)
Ekstremitas bawah:
Edema (-/-), pigmentasi normal, telapak tangan pucat (-),
sianosis (-), clubbing finger (-), nyeri tekan (-)
STATUS LOKALIS
1. Pemeriksaan Tenggorokan
Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)
Mulut Mukosa mulut basah berwarna merah muda,
stomatitis (-)
Geligi Warna kuning gading, caries(-), gangren(-),
berlubang(-)
Ginggiva Warna merah muda, sama dengan daerah
sekitar
Lidah Tidak ada ulkus, pseudomembrane (-), dalam
batas normal, luka (-)
Uvula Bentuk normal, hiperemis (+), edema (-)
Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-)
Faring Mukosa hiperemi (-), reflex muntah (+),
membrane (-), eksudat (-)
Tonsila palatina Normal
2. Pemeriksaan Leher

• Deviasi trakhea (-), Pembesaran Kelenjar Getah Bening (-),


Pembesaran kelenjar parotis (-)

Kanan Kiri
Bentuk Simetris
Edema (-) (-)
Massa (-) (-)

Nyeri tekan (-) (-)


Krepitasi (-) (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium darah lengkap


Hb : 14,2
Ht : 42
Trombosit : 121
Leukosit : 7.0
2. Rontgen dan CT scan laring
3. Endoskopi
Diagnosis
OSNA Grade II e.c Tumor Laring

Prognosis
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
PEMBAHASAN
ANATOMI LARING
FISIOLOGI LARING

1. Fungsi fonasi
2. Fungsi Proteksi
3. Fungsi Respirasi
4. Fungsi Sirkulasi
5. Fungsi Fiksasi
6. Fungsi Menelan
7. Fungsi Batuk dan Ekspektoran
Obstruksi Saluran Napas
Atas (OSNA)
Definisi OSNA
• Sumbatan pada saluran pernapasan atas (laring)
yang disebabkan oleh adanya radang, benda asing,
trauma, tumor dan kelumpuhan nervus rekuren
bilateral sehingga ventilasi pada saluran pernapasan
atas terganggu.
Gejala OSNA
- Disfonia sampai afonia
- Dispnea
- Stridor yang terdengar saat inspirasi
- Cekungan saat inspirasi di suprasternal, epigastrium,
supraklavikula, dan interkosta yang merupakan suatu
upaya dari otot-otot pernapasan untuk mendapatkan
oksigen yang adekuat.
- Gelisah karena pasien haus akan udara.
- Muka pucat dan sianosis karena mengalami hipoksia.
Stadium OSNA
Stadium Jackson
– Grade I
Adanya retraksi di suprasternal yang ringan dan stridor. Pasien tampak
tenang.
– Grade II
Retraksi pada saat inspirasi di daerah suprasternal makin dalam, ditambah
lagi dengan timbulnya retraksi di daerah epigastrium. Pasien mulai gelisah.
– Grade III
Retraksi selain di daerah suprasternal dan epigastrium, juga terdapat di
supraklavikula dan infraklavikula dan di sela-sela iga (interkosta). Pasien
sangat gelisah dan dispnea.
– Grade IV
Retraksi bertambah jelas. Pasien sangat gelisah, tampak ketakutan dan
sianosis. Jika keadaan ini berlangsung terus, maka penderita akan kehabisan
tenaga dan pusat pernapasan paralitik karena hiperkapnea. Setelah itu pasien
tampak tenang dan tertidur yang akhirnya pasien meninggal karena asfiksia.
Pemeriksaan OSNA
Laringoskopi indirek
Alat-alat yang dibutuhkan:
• Cermin laring
• Kasa
• Lampu kepala
• Lampu spiritus
• Xylocaine spray
Prosedur:
• Anastesi faring dengan xylocaine spray. Pemeriksaan dapat dimulai kira-kira 10
menit setelah dianastesi.
• Cermin diuapkan terlebih dahulu.
• Minta pasien untuk menjulurkan lidahnya.
• Ambil kasa dan pegang lidah dengan menggunakan tangan kiri. Jari I di atas lidah,
jari III di bawah lidah, dan jari II menekan pipi.
• Arahkan cermin laring menuju area faring (posisikan di depan uvula) dan fokuskan
cahaya pada daerah tersebut.
Laringoskopi direk (endoskopi)

Alat-alat yang dibutuhkan:


• Nasoendoskopi
• Xylocaine spray
Prosedur:
• Anastesi faring dengan xylocaine spray. Pemeriksaan dapat dimulai kira-
kira 10 menit setelah dianastesi.
• Alat endoskopi diarahkan masuk ke laring dan didapatkan gambaran laring
pada monitor yang direkam melalui kamera yang terdapat dalam alat
endoskopi.
Dengan pemeriksaan laringoskopi langsung dan tidak langsung kita dapat
menentukan ukuran dan lokasi tumor.
• Tumor supraglotik : tampak tepi meninggi dan banyak bagian-bagian
dengan ulserasi sentral atau kemerahan dan sering kali meluas.
• Tumor Glotik : cenderung lebih proliferatif dari pada ulseratif. Lesi yang
khas menyerupai kembang kol dan berwarna keputihan.
• Tumor subglotik : lebih difus dan mempunyai ulkus superficial dengan tepi
lebih tinggi dan lebar.
Tindakan OSNA
Pada prinsipnya penanggulangannya diusahakan agar jalan napas lancar kembali.
• Grade I
Dilakukan tindakan konservatif, yaitu dengan pemberian antiinflamasi, antialergi,
antibiotik, dan oksigen intermitten untuk pasien yang mengalami peradangan.
• Grade II
Dilakukan tindakan operatif, yaitu dengan dilakukan trakheostomi.
• Grade III
Dilakukan tindakan operatif, yaitu dengan dilakukan trakheostomi.
• Grade IV
Dilakukan tindakan operatif, yaitu dengan dilakukan krikotirotomi.
Tumor Jinak Laring
Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya
lebih dari 5% dari semua. Tumor jinak laring dapat
berupa :

PAPILOMA LARING
dibagi menjadi 2 :
a. Papiloma Laring Juvenil
b. Papiloma bentuk tunggal
Bentuk juvenil / multiple
• Banyak dijumpai pada anak usia dibawah 7 tahun.
• Etiologi : Human Papilloma Virus.
• Tumor bergerombol seperti buah murbei, warna putih
kelabu/ kemerahan
• Letak -> pada pita suara, dapat juga mengenai
ekstralaringeal seperti trakea, bronkus.
• Gejala : suara serak, batuk, sesak nafas, stridor.
• Diagnosis : anamnesa, gejala klinik, laringoskop
direct, biopsi, histopatologi.
• Terapi :
- ekstirpasi papiloma dengan bedah mikrolaring /
laser.
- Interveron.
- Anti virus.
Bentuk dewasa / solitary
• Berbentuk tunggal, merupakan prekanker.
• Letak 2/3 anterior pita suara, ventrikular band, komisura
anterior.
• Gejala : 1. bila kecil -> tidak menimbulkan gejala.
2. bila besar-> gangguan suara seperti serak.
3. bila bertangkai -> gangguan suara sampai
hilang kalau berteriak.
• laringoskop indirect : massa bertangkai, putih kelabu/
kemerahan, permukaan seperti kutil, konsistensi kenyal.
• Terapi : bedah mikrolaring.
KONDROMA
• Lesi yang pertumbuhanya lambat dan tersusun atas kartilago
hialin.
• Letak pada bagian posterior kartilago krikoid, thyroid,
arytenoid dan epiglotis.
• Gejala klinis -> suara parau, dyspnea, disfagia dan rasa penuh
pada tenggorokan.
• Laringoskop -> tampak massa yang halus, lunak, bentuk bulat
atau modular, dan biasanya tertutup oleh mukosa yang normal.
• Foto x-ray -> tumor seperti gambaran kalsifikasi pada foto x-
ray.
• Tatalaksana -> eksisi pada tumor, thyrotomy (jika letak tumor
pada aspek anterior dari krikoid.

HEMANGIOMA
-> Sering ditemukan pada plika vokalis, regio subglotik, sinus
piriformis.
-> tatalaksana -> eksisi jaringan tumor dengan
mikrolaringoskopi.
Tumor Ganas Laring
• Urutan ke-3 keganasan THT ( setelah karsinoma nasofaring,
tumor hidung dan sinus paranasal).
• Laki – laki lebih banyak -> perbandingan 8 : 1, usia 50-60
tahun.
• Etiologi -> rokok, alkohol, sinar radio aktif, polusi udara,
asbestosis.
• Terapi -> bedah, radiasi, sitostatik -> tergantung stadium dan
keadaan umum.
• Klasifikasi
Berdasarkan letak anatominya :
a. Tumor supraglotik
pada daerah mulai dari tepi atas epiglotis
termasuk pita suara palsu dan ventrikel laring.
b. Tumor glotik
mengenai pita suara asli, batas inferior glotik,
batas inferior otot-otot intrinsik pita suara.
c. Tumor sub glotis
10mm dibawah tepi bebas pita suara asli sampai
batas inferior krikoid.
• Tumor ganas transglotik
tumor yang menyebrangi ventrikel mengenai pita suara asli
dan pita suara palsu, atau meluas ke subglotis lebih dari
10mm.
Tabel 1. Sistem stadium (staging) berdasarkan “The American Joint Committee On Cancer For Laryngeal
Carcinoma’

Supraglotis
T1 : Tumor terbatas pada satu sisi daerah supraglotis dengan mobilitas pita suara yang normal
T2 : Tumor melibatkan lebih dari satu sisi daerah supraglotis, atau glotis, dengan mobilitas pita suara yang
terganggu
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan pita suara yang terfiksasi. Tumor dapat menginvasi area postkrikoid, sinus
piriformis medial, atau ruang pre-epiglotis
T4 : Tumor menginvasi daerah kartilago tiroid dan atau sudah meluas ke luar laring

Glotis
T1 : Tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior dan posterior) dengan mobilitas yang normal
T1A : Tumor terbatas pada satu sisi pita suara
T1B : Tumor mengenai kedua sisi pita suara
T2 : Tumor sudah menjalar ke daerah supraglotis dan subglotis dengan mobilitas pita suara yang terganggu
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan pita suara yang terfiksir
T4 : Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid dan atau dengan penyebaran langsung ekstralaringeal

Subglotis
T1 : Tumor terbatas pada daerah subglotis
T2 : Tumor meluas ke daerah glotis dengan atau tanpa disertai gangguan mobilitas pita suara
T3 : Tumor terbatas pada daerah laring dengan pita suara yang terfiksasi
T4 : Tumor menginvasi tulang rawan krikoid dan tiroid, dengan penyebaran Ekstralaringeal
Penyebaran ke kelenjar limfe regional
Nx Kelenjar limfe tidak teraba
N0 Tidak terjadi metastase regional
N1 Metastase ke satu kelenjar limfe servikal ipsilateral, teraba dengan ukuran diameter kurang dari 3 cm
N2A Metastase ke kelenjar limfe servikal tunggal ipsilateral, teraba dengan ukuran diameter lebih dari 3 cm
tapi kurang dari 6 cm
N2B Metastase ke kelenjar limfe servikal multipel ipsilateral, teraba dengan ukuran diameter tidak lebih dari
6 cm
N2C Metastase ke kelenjar limfe servikal bilateral atau kontralateral, teraba dengan diameter tidak lebih dari
6 cm
N3 Metastase ke kelenjar limfe, diameter lebih dari 6 cm

Metastase Jauh
Mx Tidak terdapat/terdeteksi metastase jauh
M0 Tidak ada metastase jauh
M1 Terdapat metastase jauh
Tabel Stadium Karsinoma Laring

T stage N0 N1 N2 N3

Tis 0 - - -

T1 I III IV IV

T2 II III IV IV

T3 III III IV IV

T4 IV IV IV IV

*Diasumsikan M0 pada semua kasus. Setiap T atau N dengan M1 merupakan bagian dari stadium IV
Gejala Klinis
• Suara serak
• Sesak nafas
• Disfagia (susah menelan)
• Batuk
• Benjolan di leher
Diagnosa
• Anamnesis
• Pemeriksaan umum
• Pemeriksaan leher
• Pemeriksaan radiologi
1. Foto thorax
2. Foto soft tissue leher AP dan Lateral
3. CT-Scan
4. MRI
• Pemeriksaan histopatologis
• Pemeriksaan laboratorium
Terapi
• Terapi operatif -> laringektomi vertikal, horizontal dan totalis
• Radioterapi
• Kemoterapi
Protokol terapi yang sering digunakan memakai bahan dasar platinum yang
dikombinasi dengan 5-fluorourasil dan adriamycin.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai