Anda di halaman 1dari 53

REFLEKSI KASUS

ODS ASTIGMATISMA MYOPIA


KOMPOSITUS DAN AMBLYOPIA

OLEH :
KIKI RIZKI AMELIA
30101700089
PEMBIMBING :
DR. KASIHANA HISMANITA SOPHA, SP.M
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. U
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Kudus
Tanggal periksa : 8 Desember 2022
KELUHAN UTAMA

PANDANGAN KABUR
SAAT MELIHAT OBJEK
YANG JAUH
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke poliklinik mata RSUD dr. Loekmono Hadi


Kudus pada tanggal 8 Desember 2022 dengan keluhan
pandangan kabur pada mata kanan dan kiri saat melihat
objek yang jauh. Pasien mengatakan keluhan ini dirasakan
sejak 10 tahun yang lalu. Saat ini pasien merasa
pandangannya semakin kabur hingga harus memicingkan
ke dua mata, namun pasien masih dapat membaca
dengan jelas pada jarak dekat. Keluhan lain seperti mata
merah, nerocos, gatal dan kemeng disangkal.
RIWAYAT PENYAKIT
RPD RPK

Riwayat keluhan sakit serupa : disangkal Riwayat keluhan sakit serupa : disangkal
Riwayat trauma pada mata : disangkal Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat DM : disangkal Riwayat DM : disangkal
Riwayat Hipertensi : disangkal Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat operasi mata : disangkal Riwayat operasi mata : disangkal

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien seorang pedagang, biaya pengobatan
ditanggung BPJS. Kesan ekonomi cukup
STATUS GENERALIS

KEADAAN UMUM : BAIK


KESADARAN :
COMPOSMENTIS
TTV : DBN
STATUS OPHTALMICUS

Oculi Dextra
STATUS OPHTALMICUS
OD Pemeriksaan OS OD Pemeriksaan OS
1/60 Visus 2/60
Hiperemis (-), kemosis Hiperemis (-), kemosis
6/60 Pinhole 6/120 Sklera
(-) (-)
S -10,00 C-0,1,00 X Autorefraksi S -6,50 C-1,50 X90
Jernih, edema (-), ulkus Kornea Jernih, edema (-), ulkus
90 6/7,5 f2 NBC 6/9 NBC
(-), infiltrat (-), sikatrik (-), infiltrat (-), sikatrik
Madarosis (-), Silia Madarosis (-),
(-) (-)
trikiasis (-) trikiasis (-)
Kedalaman cukup, COA Kedalaman cukup,
Edema (-), hiperemi Palpebra Edema (-), hiperemi
hipopion (-), hifema (-) hipopion (-), hifema (-)
(-), entropion (-), (-), entropion (-),
Coklat, kripta (-), Iris/Pupil Coklat, kripta (-),
ektropion (-) ektropion (-)
Enoftalmus (-), Bulbus Okuli sinekia (-), bulat, sinekia (-), bulat,
Enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), reguler reguler
strabismus (-) eksoftalmus (-),
Positif Refleks Pupil Positif
strabismus (-)
Jernih Lensa Jernih
Injeksi (-), sekret (-), Injeksi (-), sekret (-),
Konjungtiva
papila (-) papila (-)
DIAGNOSIS

ODS ASTIGMATISMA MYOPIA


KOMPOSITUS DAN AMBLYOPIA
TATALAKSANA
Resep Kacamata

  Spheris Cylinder Axis Spheris Cylinder Axis Jarak


OD OD OS OS pupil
Jauh -10,00 -1,00 90 -6,50 -1,50 90 62

Dekat           60
Menjelaskan bahwa penurunan tajam penglihatan dapat
01 disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya
biasanya karena sinar tidak dibiaskan pada satu titik
fokus

EDUKASI
Menjelaskan untuk memakai kacamatanya terus saat
02 beraktivitas agar tidak juling

Menjelaskan pada pasien bahwa kelainan gangguan


pengelihatan ini tidak dapat disembuhkan dengan
03 obat-obatan, tetapi dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata atau lensa kontak
PROGNOSIS

Prognosis
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad functionam Dubia ad bonam
Quo ad sanationam Ad malam
Quo ad kosmetikan Dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
DAYA AKOMODASI
Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk
mencembung yang terjadi akibat kontraksi
otot siliar. Akibat akomodasi, daya
pembiasan lensa bertambah kuat. Kekuatan
akomodasi akan meningkat sesuai dengan
kebutuhan, makin dekat benda makin kuat
mata harus berakomodasi (mencembung).
Kekuatan akomodasi diatur oleh refleks
akomodasi. Refleks akomodasi akan bangkit
bila mata melihat kabur dan pada waktu
konvergensi atau melihat dekat.
Akomodasi terjadi akibat zonula Zinn kendor
akibat kontraksi otot siliar sirkuler,
mengkibatkan lensa yang elastis menjadi
cembung dan diameter menjadi kecil.
KELAINAN
REFRAKSI
DEFINISI

MIOPIA
Kelainan refraksi dimana berkas sinar
sejajar yang memasuki mata tanpa
akomodasi, jatuh pada fokus yang
berada di depan retina
KLASIFIKASI Miopia Aksial

Bertambah panjangnya
diameter anteroposterior bola
mata dari normal. Pada orang
dewasa panjang axial bola
mata 22,6 mm. perubahan
diameter anteroposterior bola
mata 1 mm akan menimbulkan
perubahan refraksi sebesar 3
dioptri.

Jarak fokus media refrakta normal (22,6 mm)


Panjang sumbu orbitanya >22,6 mm
KLASIFIKASI
Miopia Refraktif
Miopia yang disebabkan oleh peningkatan
kekuatan refraksi mata. Miopia ini dibedakan :
● Curvatural myopia yaitu miopia yang
disebabkan oleh peningkatan kelengkungan
kornea, lensa, atau keduanya, sehingga
kekuatan refraksi meningkat, misalnya
pada keratokonus, atau pada hiperglikemia
sedang atau berat, yang menyebabkan lensa
membesar.
● Index miopia, disebabkan peningkatan
indeks refraksi lensa mata.
● Positional miopia, miopia yang disebabkan
pergerakan lensa mata ke anterior
Jarak fokus media refrakta < 22,6 mm
Panjang sumbu orbita normal
KLASIFIKASI
Simple miopia Pseudomiopia
Nocturnal miopia
Simple miopia disebut juga Pseudomiopia adalah
miopia fisiologis atau Nocturnal myopia adalah hasil dari meningkatnya
developmental miopia atau miopia yang terjadi karena kekuatan refraktif mata
school miopia, yang cahaya yang redup, akibat stimulasi yang
berhubungan dengan variasi nocturnal ataupun malam berlebihan dari
proses pertumbuhan normal hari, meningkatnya mekanisme akomodasi
dari bola mata atau media akomodasi pada saat level mata atau ciliari spasme.
refraksinya dan menimbulkan pencahayaan berkurang.
miopia ringan atau sedang.
Pathological myopia
Induced miopia
Pathological myopia disebut
juga malignant, progressive Indiced myopia akibat
atau degenerative miopia. terpaparnya berbagai macam
Merupakan miopia derajat obat-obatan, gula darah yang
tinggi akibat pertumbuhan tidak terkontrol, nuclear
panjang aksial bola mata yang sclerosis dari lensa dan
berlebihan. anomali lainnya
DERAJAT MIOPIA

Menurut derajat beratnya miopia, miopia dibagi dalam :


● Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 D
● Miopia sedang, dimana miopia kecil daripada 3-6 D
● Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 D
PEMERIKSAAN
● Refraksi subjektif
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
refraksi subjek, metode yang digunakan adalah dengan
metode ”trial and error”. Jarak pemeriksaan 6 meter dengan
menggunakan kartu snellen.
● Refraksi objektif
Refraksi objektif dengan menggunakan retinoskopi, dengan
lensa kerja sferis +2,00 D pemeriksa mengamati refleks
fundus yang bergerak berlawanan arah dengan arah gerakan
retinoskop (against movement)s
● Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi
dengan menggunakan komputer.
TATALAKSANA

● Lensa kacamata
● Lensa kontak
● Pembedahan refraktif
KOMPLIKASI

● Kebutaan
● Ablasio retina
● Glaukoma
● Katarak
● Ambliopia

 
HIPERMETROPIA
DEFINISI

Hipermetropia atau rabun dekat


merupakan keadaan gangguan
kekuatan pembiasan mata
dimana sinar sejajar jauh tidak
cukup dibiaskan sehingga titik
fokusnya terletak di belakang
retina
 
PENYEBAB

● Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan


refraksi akibat bola mata pendek, atau sumbu anteroposterior yang pendek.
● Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang
sehingga bayangan difokuskan di belakang retina
● Hipermetropia refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang pada
sistem optik mata.
BENTUK
HIPERMETROPIA HIPERMETROPIA
HIPERMETROPIA HIPERMETROPIA HIPERMETROPI
MANIFES ABSOLUT LATEN A TOTAL
Hipermetropia yang Hipermetropia yang tidak Kelainan hipermetropia Hipermetropia yang
dapat dikoreksi diimbangi dengan tanpa sikloplegia (atau ukurannya
dengan kaca mata akomodasi dan dengan obat yang didapatkan sesudah
positif maksimal yang memerlukan kacamata melemahkan akomodasi) diberikan
memberikan tajam positif untuk melihat jauh. diimbangi seluruhnya sikloplegia
penglihatan normal. dengan akomodasi.
Hipermetropia ini HIPERMETROPIA Hipermetropia laten
terdiri atas FAKULTATIF sehari-hari diatasi pasien
hipermetropia absolut Kelainan dengan akomodasi terus-
ditambah dengan menerus, terutama bila
hipermetropia yang
hipermetropia pasien masih muda dan
fakultatif. dapat diimbangi daya akomodasinya
dengan akomodasi masih kuat.
ataupun dengan kaca
ASTIGMATISMA
DEFINISI

Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar


sejajar dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi
dibiaskan tidak pada satu titik tetapi lebih dari satu titik
KLASIFIKASI
Simpleks

Miopia
Kompositus

Astigmatisma
Simpeks

Hipermetropia
Kompositus
Saturn
Saturn is composed of
hydrogen and helium

Venus Earth
Venus is the second planet from Earth is the third planet from
the Sun the Sun

Jupiter Neptune
Jupiter is the biggest planet in Neptune is the farthest planet
the Solar System from the Sun
DIAGNOSA
• Pinhole : membedakan kelainan
berasal dari kelainan refraksi,
media refrakta, atau anomali
retina

• Autorefraktometer : mengukur
besarnya kelainan refraksi
KOMPLIKASI

a. Refractive Amblyopia
 Ambliopia anisometric : ambliopia unilateral disebabkan perbedaan gangguan
refraksi kedua mata. Lebih sering pada anisohiperopia (1.0-1.5D atau lebih),
anisoastigmatisme (2D atau lebih) dan anisomiopia (3.0- 4.0D)
 Ambliopia isometric : kedua mata ambliopia akibat gangguan refraksi yang
signifikan di kedua mata. Muncul pada myopia 5.0–6.0 D atau lebih, hiperopia 4.0–
5.0 D atau lebih dan astigmatisme 2.0–3.0 D atau lebih
b. Deprivational Amblyopia
Disebabkan karena kurangnya stimulus pada retina. Biasanya disebabkan gangguan
pada axis penglihatan, seperti adanya katarak, ptosis, hemangioma atau terapi patch
yang berlebihan pada ambliopia (reverse amblyopia).
AMBLYOPIA
DEFINISI

 Ambliopia berasal dari Bahasa Yunani yaitu amblyos (tumpul) dan opia
(penglihatan).
 Dikenal juga dengan “lazy eye” atau mata malas.
 Ambliopia ialah penurunan visus meskipun dengan koreksi terbaik ketajaman visual
(juga disebut sebagai koreksi ketajaman visual jarak jauh) yang tidak dapat dikaitkan
secara langsung dengan efek dari kelainan struktural dari mata atau aksis visual
KLASIFIKASI
 Ambliopia refraktif merupakan bentuk umum lain ambliopia dengan konsistensi defokus pada
retina sebgai penyebab pada satu atau kedua mata dan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu
anisometropik dan isoametropik.
 Ambliopia anisometropik merupakan ambliopia refraktif yang terjadi ketika adanya perbedaan
refraksi antara kedua mata yang menyebabkan lama kelamaan bayangan pada satu retina tidak
fokus. Jika bayangan di fovea pada kedua mata berlainan bentuk dan ukuran yang disebabkan
karena kelainan refraksi yang tidak sama antara kiri dan kanan, maka terjadi rintangan untuk
fusi
 Ambliopia strabismik diduga disebabkan karena kompetisi atau terhambatnya interaksi antara
neuron yang membawa input yang tidak menyatu (fusi) dari kedua mata, yang akhirnya akan
terjadi dominasi pusat penglihatan kortikal oleh mata yang berfiksasi dan lama kelamaan terjadi
penurunan respon terhadap input dari mata yang tidak berfiksasi.
 Ambliopia ex anopsia atau ”disuse ambliopia” sering masih digunakan untuk ambliopia
deprivasi, dimana sering disebabkan oleh kekeruhan media kongenital atau dini, akan
menyebabkan terjadinya penurunan pembentukan bayangan yang akhirnya menimbulkan
ambliopia
KLASIFIKASI
PENYEBAB
 a. Kelainan refraksi (hyperopia, myopia, dan astigmatisma)
 b. Perbedaan yang besar kekuatan refraksi antara mata kanan dan kiri
 c. Mata juling
 d. Hambatan masuknya cahaya ke dalam mata (kelopak mata jatuh/ptosis, katarak,
kekeruhan kornea, atau sebab lain).
GEJALA

a. Mata terlihat tidak bekerja secara bersamaan.


b. Salah satu mata sering bergerak ke arah dalam atau luar.
c. sulit memperkirakan jarak.
d. sering memicingkan mata atau menutup salah satu mata ketika melihat.
e. sering memiringkan kepala agar dapat melihat dengan lebih jelas.
f. Hasil tes penglihatan yang buruk.
PEMERIKSAAN
 A. Pemeriksaan Tajam Penglihatan
 b. Neutral Density Filter Test
 c. Tes Tutup Alternat (Alternat Cover Test) untuk Fiksasi Eksentrik Bilateral
TATALAKSANA

a. Pembedahan
b. Koreksi Refraksi
c. Terapi oklusi
d. Degradasi Optikal
KOMPLIKASI

a. Tidak Berkembangnya Penglihatan Sentral


Jika ambliopia tidak diobati selama masa kanak-kanak, penglihatan sentral mungkin
tidak berkembang dengan benar. Hal ini akan memengaruhi aktivitas sehari-hari
mereka, seperti membaca dan menulis.
b. Strabismus Permanen
Strabismus atau mata juling adalah kondisi ketika mata tidak selaras dengan benar.
Ini merupakan salah satu pemicu dari mata malas, dan bisa menjadi permanen jika
mata malas tidak segera ditangani.
c. Kebutaan
Jika tidak diobati, anak-anak pengidap mata malas akhirnya dapat kehilangan
penglihatan pada mata yang terpengaruh. Hilangnya penglihatan ini biasanya
permanen
STRABISMUS
OTOT PENGGERAK BOLA
MATA
DEFINISI

Strabismus (Mata juling) adalah suatu keadaan yang ditandai dengan


penyimpangan abnormal dari letak satu mata terhadap mata yang lainnya,
sehingga garis penglihatan tidak paralel dan pada waktu yang sama, kedua
mata tidak tertuju pada benda yang sama.
ETIOLOGI

Strabismus disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara otot-


otot mata. Hal ini dapat terjadi berkaitan dengan:
Masalah, ketidakseimbangan, atau trauma pada otot-
otot penggerak mata
Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi
Kelainan saraf
KLASIFIKASI

Menurut manifestasi
 Berdasarkan manifestasinya, deviasi mata terbagi menjadi deviasi mata
bermanifestasi (heterotropia) dan laten (heteroforia).
 Menurut sudut deviasi
 Inkomitan (Paralitik)

Sudut deviasi tidak sama, pada kebanyakan kasus disebabkan oleh


kelumpuhan otot penggerak bola mata. Kelumpuhan otot dapat mengenai satu
otot atau beberapa otot.
 Nonkomitan (Non paralitik)

Sudut deviasi tetap konstan pada berbagai posisi, mengikuti gerak mata yang
sebelahnya pada semua arah dan selalu berdeviasi dengan kekuatan yang
sama. Deviasi primer (deviasi pada mata yang sakit) sama dengan deviasi
sekunder (deviasi pada mata yang sehat).
PEMERIKSAAN
 Penentuan kelainan refraksi
Perlu dilakukan penentuan kesalahan refraksi sikloplegik dengan
retinoskopi. Obat standar untuk menghasilkan sikloplegia total pada
anak berusia kurang dari dua tahun adalah atropin yang dapat
diberikan sebagai tetes atau salep mata 0,5% atau 1% dua kali sehari
selama 3 hari.
 Inspeksi
Dapat memperlihatkan apakah strabismus yang terjadi konstan atau
intermitan, bervariasi atau konstan. Adanya ptosis dan posisi kepala
yang abnormal juga dapat diketahui.
 Uji strabismus
a.Uji Hirschberg
Pasien melakukan fiksasi terhadap suatu cahaya dengan jarak sekitar
33 cm, maka akan terlihat refleks sinar pada permukaan kornea. Pada
mata yang normal, refleks sinar terletak pada kedua mata sama-sama
di tengah pupil. Bila refleks cahaya terletak di pinggir pupil, maka
deviasinya 15°. Bila di antara pinggir pupil dan limbus, deviasinya
30°. Bila letaknya di limbus, deviasinya 45°.
 Uji tutup mata

Uji ini dilakukan untuk pemeriksaan jauh dan dekat, dan dilakukan dengan menyuruh mata berfiksasi pada satu objek. Bila telah terjadi
fiksasi, mata kiri ditutup dengan lempeng penutup. Dalam keadaan ini mungkin terjadi:
 Mata kanan bergerak berarti mata tersebut mempunyai juling yang manifest. Bila mata kanan bergulir ke nasal berarti terjadi
eksotropia. Dan sebaliknya, bila bergulir ke temporal berarti terjadi esotropia.
 Mata kanan bergoyang, mungkin terjadi ambliopia.
 Mata kanan tidak bergerak, mata dalam kondisi terfiksasi.
 Uji tutup mata berganti

Bila satu mata ditutup dan kemudian mata yang lain maka bila kedua mata berfiksai normal maka mata yang dibuka tidak bergerak. Bila
terjadi pergerakan pada mata yang baru dibuka berarti terdapat foria atau tropia.
 Uji tutup buka mata

Uji ini sama dengan uji tutup mata, dimana yang dilihat adalah mata yang ditutup. Mata yang ditutup dan diganggu fusinya sehingga mata
yang berbakat juling akan menggulir.
 Pemeriksaan Duksi dan Versi

Pemeriksaan duksi dan versi dilakukan pada pasien dengan strabismus, pasien dengan keluhan diplopia dan pasien
dengan abnormalitas gerakan bola mata. Gerakan dari satu atau kedua mata diukur pada 30° dari sembilan arah
pandangan primer. Pandangan primer adalah pandangan ke arah depan, pandangan sekunder yaitu ke arah atas,
bawah, kiri, dan kanan, dan pandangan tersier yaitu kanan atas, kanan bawah, kiri atas, dan kiri bawah. Penilaian
gerak bola mata dapat menilai hiperfungsi atau hipofungsi dari otot ekstraokular serta arah penurunan gerakan dapat
terkonfirmasi
Target harus dipindahkan ke setiap arah dari garis tengah antara kedua mata pada pemeriksaan versi. Hiperfungsi dari
setiap otot ekstraokular diberikan skor +1 hingga +4, sedangkan hipofungsi diberi skor sebagai -1 hingga -4.
Hiperfungsi sering kali muncul akibat melemahnya otot antagonis pada mata yang sama atau otot dari mata yang lain.
Jarak antara tepi kornea dari kedua mata harus diukur. Restriksi atau peningkatan gerakan bola mata harus ditentukan
dan dicatat dalam hubungannya dengan posisi primer aksi masing-masing otot ekstraokular.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan terapi adalah pemulihan efek sensori yang merugikan (misal: ambliopia),
memperbaiki kedudukan bola mata, dan mendapatkan penglihatan binokuler yang dapat dicapai dengan
terapi medis atau bedah.
 Terapi medis
 Terapi oklusi
Merupakan terapi ambliopia yang utama. Mata yang baik ditutup untuk merangsang mata yang
mengalami ambliopia.
 Alat optik
Kacamata yang diresepkan secara akurat merupakan alat optik terpenting dalam pengobatan
strabismus. Klarifikasi citra retina yang dihasilkan oleh kacamata memungkinkan mata menggunakan
fusi alamiah sebesar-besarnya.
 Ortoptik
 Terapi bedah : reseksi pada otot yang terlalu lemah atau melakukan resesi otot yang terlalu kuat.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai