Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

“MYOPIA”
Oleh :
Khalisa Bakri (10119210037)

Konsulen Pembimbing :
Dr. Yetrina, Sp. M
01.
IDENTIFIKASI KASUS
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. JN
Usia : 47 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dufa- dufa
Pekerjaan : Dosen
Tanggal Pemeriksaan : 5 April 2023
Tempat Pemeriksaan :Poliklinik Mata RSUD Dr. Chasan Boesoirie
DPJP : dr. Yetrina, Sp. M
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke poli mata RSUD Dr. Chasan Boesoirie dengan keluhan penglihatan
kabur pada kedua mata sejak beberapa tahun yang lalu namun memberat sejak ± 2 bulan
terakhir. Pandangan kabur terutama pada saat melihat jauh dan biasanya harus
memicingkan mata agar lebih jelas. Pasien merupakan pengguna kacamata namun akhir-
akhir ini pasien kurang nyaman dan merasa pusing jika menggunakan kacamatanya. Pasien
biasa bekerja menggunakan komputer / laptop dalam waktu yang lama dan sering melihat
handphone. Keluhan lainnya yaitu, terkadang silau saat melihat cahaya yang terang hingga
menyebabkan mata berair, mata merah (-), nyeri (- ), kotoran mata (-), pusing
Lanjutan…
Riwayat pengobatan
Riw. Penyakit dahulu
Disangkal
• Penglihatan kabur sejak beberapa tahun
yang lalu
• Riw. Menggunakan kacamata dengan
lensa S—0,50 kanan dan S -0,50 kiri Riwayat alergi

Disangkal

Riw. Penyakit keluarga


Riw. Sosial ekonomi
Disangkal
Dosen di Universitas Khairun Ternate
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalisata Pemeriksaan Oftalmologi

Keadaan Umum : Tampak sakit ringan OD VISUS OS


Visus jauh tanpa koreksi
Kesadaran : Compos mentis 20/60 20/80
S -1.00 D Koreksi S -1.50 D
GCS : E4M5V6
Visus jauh dengan
20/20 20/20
Tekanan Darah : 120/80 mmHg koreksi terbaik

Nadi : 88x/menit - Visus dekat -

Pernapasan : 20X/MENIT - Koreksi -

Suhu : 36,7’C - Visus dekat dengan -


koreksi
SpO2 : 99%
- Distansia pupil -
OD PEMERIKSAAN OS
-  Edema (-)   -  Edema (-)
-  Hiperemis (-)   -  Hiperemis (-)
-  Nyeri tekan (-)   -  Nyeri tekan (-)
-  Blefarospasme (-) Palpebra -  Blefarospasme (-)
-  Lagoftalmus (-) -  Lagoftalmus (-)
-  Ektropion (-) -  Ektropion (-)
-  Entropion (-) -  Entropion (-)

-  Tumbuh teratur   -  Tumbuh teratur

Pemeriksaan Segmen Anterior -  Trichiasis (-)


-  Madarosis (-)
Silia -  Trichiasis (-)
-  Madarosis (-)

Normal Apparatus lakrimalis Normal


Hiperemis (-) Konjungtiva Hiperemis (-)
Jernih Kornea (tes sensitivitas dan fluoresens Jernih
jika ada)
- BMD -
Coklat Iris Coklat
Bulat, central, reguler,   Bulat, central, reguler,
diameter ± 3 mm Pupil diameter ± 3 mm
 Normal (+) Refleks cahaya langsung/ tidak langsung  Normal (+)

 - Relative afferent pupillary defect (RAPD)  -


Tes Kesejajaran Bola Mata

• Corneal reflex / Hirschberg test : tidak


dilakukan
• Cover test : tidak dilakukan

Tekanan Intraokuler : Tidak dilakukan


PLANNING

PEMERIKSAAN PENUNJANG Umum

• Laboratorium : tidak dilakukan  Menjelaskan kepada penderita tentang penyakitnya, rencana


• Pemeriksaan lainnya : tidak dilakukan terapi dan prognosisnya
 Mengurangi aktivitas di depan layar handphone atau komputer
dalam waktu yang lama

ASSESMENT  Beristirahat jika mata mulai terasa lelah


• ODS Myopia + Presbiopia  Menjelaskan tentang pentingnya memakai kacamata yang sesuai
dengan
 koreksi dan menjelaskan tentang komplikasi yang akan terjadi
PROGNOSIS bila tidak memakai kacamata yang tidak sesuai dengan koreksi.
• Dudia ad Bonam
 Khusus
kacamata lensa sferis konkaf (negatif) sesuai dengan koreksi :
- OD : S -1.00 D ADD : +2,00
- OS : S -1.50 D
02.

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Miopia
Miopia atau rabun jauh adalah sebuah gangguan refraksi di
mana bayangan yang dihasilkan jatuh di depan retina ketika
sedang tidak berakomodasi atau ketidakmampuan mata dalam
melihat dalam jarak jauh dan lebih baik dalam melihat dalam
jarak dekat.
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi Berdasarkan derajat
• Miopia axial • Miopia ringan (<-3,00 D)
• Miopia refraktif atau myopia kurvatura • Miopia sedang (-3,00 – -6,00
D)
• Miopia index
• Miopia berat (>-6,00 D)

Berdasarkan perjalanan Berdasarkan klasifikasi umur


• Miopia Stasioner • Kongenital : sejak lahir dan menetap pada
• Miopia Progresif masa kanak-kanak
• Miopia onset anak-anak : < 20 tahun
• Miopia Maligna • Miopia onset awal dewasa : 20 – 40 tahun
• Miopia onset dewasa : > 40 tahun
FAKTOR RISIKO
• Genetik
• Pekerjaan dengan jarak pandang dekat
• Intensitas cahaya
• Jenis kelamin
• Pemakaian perangkat dengan layer digitalis (Digital Screen Time)
• Kepadatan penduduk, ukuran rumah dan perkotaan
• Posisi tubuh
MANIFESTASI KLINIS
• Melihat jelas bila dekat, sedangkan melihat jauh kabur
• Sakit kepala
• Sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit
• Kebiasaan mengeringitkan mata untuk mencegah aberasi sferis atau
untuk mendapatkan efek pinhole
• Pungtum remotum yang dekat sehingga mata selalu dalam atau
berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia
konvergensi. Bila kedudukan mata ini menetap maka penderita akan
terlihat juling ke dalam atau esoptropia
DIAGNOSIS
Anamnesis

Penunjang

1.Tajam penglihatan
2.Retinoskopi
3.Autorefraktometer
TATALAKSANA
01. Kacamata (Lensa konkaf)

02. Lensa Kontak

03. Bedah Refraksi


• Radikal keratotomy
• Excimer laser
• Keratomileusis
• Epiratopati
KONSELING DAN EDUKASI

1. Membaca dalam cahaya yang cukup


2. Membaca dengan jarak yang cukup ( sepanjang
lengan hingga siku)
3. Batasi waktu menonton TV atau menggunakan
handphone
4. Kontrol untuk pemeriksaan visus bila ada keluhan.
KOMPLIKASI

Ablasio Retina Glaukoma Katarak


PROGNOSIS
Pada tingkat ringan dan sedang dari miopia simple prognosisnya baik
bila penderita miopia memakai kacamata yang sesuai dan mengikuti
petunjuk kesehatan. Bila progresif miopia prognosisnya buruk
terutama bila di sertai oleh perubahan koroid dan vitreus, sedangkan
pada miopia maligna prognosisnya sangat jelek
03.
PEMBAHASAN
Pada anamnesis didapatkan keluhan Pasien datang ke poli mata RSUD Dr.
Chasan Boesoirie dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua mata sejak
beberapa tahun yang lalu namun memberat sejak ± 2 bulan terakhir.
Pandangan kabur terutama pada saat melihat jauh dan biasanya harus
menyipitkan mata agar lebih jelas. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa
miopia merupakan suatu keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di
depan retina sehingga pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan
kabur. Cahaya yang datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan
tepat di retina tanpa akomodasi.
Pada pemeriksaan oftalmologi adanya tanda-tanda kekeruhan
media refrakta dan didapatkan visus awal OD 20/60 dan OS
20/80. Setelah dilakukan koreksi visus OD dengan lensa sferis
-1,00 dioptri dan OS dengan lensa sferis -1,50 dioptri, visus
kedua mata menjadi 20/20. Pada pemeriksaan segmen anterior
dalam batas normal.
Pasien ini diterapi dengan kacamata mengunakan lensa sferis negatif.
Ukuran lensa yang digunakan adalah yang terkecil yang memberikan
visus maksimal pada saat dilakukan koreksi. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa pada penderita miopia
diberikan lensa sferis negatif yang terkecil yang memberikan visus
maksimal agar penderita dapat melihat dengan baik tanpa melakukan
akomodasi.
03.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai