Anda di halaman 1dari 51

BED SITE TEACHING

SMF ILMU KESEHATAN MATA

PRESEPTOR:
IKA RAHMAWATI, DR., SP.M

RAISHA FASMILISA NUGRAHA - 12100118635


IDENTITAS PASIEN
• Nama : Tn. HA
• Usia : 22 tahun
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Status : Belum Menikah
• Pekerjaan : Mahasiswa
• Alamat : Jl. Margajaya Timur
• Tanggal Pemeriksaan : 25 September 2019
• Ruangan : Poliklinik Mata RS Muhammadiyah
ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Penglihatan buram secara perlahan-
lahan pada kedua mata.
ANAMNESIS
Pasien datang dengan keluhan buram pada kedua mata sejak 1 bulan
sebelum datang ke RS. Keluhan ini dirasakan secara perlahan-lahan. Keluhan
dirasakan saat membaca tulisan atau melihat benda jarak jauh maupun
dalam jarak yang dekat. Pasien mengatakan keluhan pertama kali dirasakan
8 tahun yang lalu pada kedua mata saat pasien sekolah kelas 3 SMP.
Kemudian pasien berobat ke dokter spesialis mata dan dianjurkan
menggunakan kacamata. Pasien selalu menggunakan kacamata setiap hari
saat beraktivitas, namun sekitar 1 bulan yang lalu keluhan mata buram
dialami kembali oleh pasien meskipun menggunakan kacamata.
Pasien mengatakan keluhan sering dirasakan saat membaca tulisan di
proyektor pada saat kegiatan perkuliahan, maupun ketika mengerjakan tugas
atau bermain game di laptop dalam jarak yang dekat. Ketika melihat jauh,
pasien harus berusaha memincingkan mata untuk membantu
penglihatannya. Dan apabila sedang melihat dalam jarak dekat, pasien harus
menjauhkan benda/objek terebih dahulu agar terlihat jelas.
Menurut pasien, kedua matanya menjadi mudah lelah setelah membaca
atau memakai gadget terlalu lama. Terkadang penglihatan pasien menjadi
berbayang ketika melihat benda atau tulisan, sehingga membuat pasien
menjadi pusing. Pasien mengaku memiliki kebiasaan menggunakkan
handphone dan laptop kurang lebih selama 12 jam/hari.
Pasien menyangkal adanya keluhan pandangan seperti terhalang kabut,
mata mudah silau, gangguan penglihatan terhadap warna, dan lebih jelas
melihat pada malam hari.
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi dan DM. Pasien
tidak pernah mengalami cedera atau terbentur pada mata, riwayat
meminum obat-obatan steroid atau menggunakan obat tetes mata dalam
jangka waktu yang panjang, dan merokok. Pasien tidak memiliki riwayat
mata merah, gatal, nyeri, maupun mata berair. Pasien mengatakan bahwa
ayah dan kedua kakaknya menggunakan kacamata serta memiliki keluhan
yang sama dengan pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
• Kesadaran : Compos mentis
• TB : 169 cm
• BB : 62 kg
• BP : 120/80 mmHg
• PR : 90 x/menit
• RR : 20 x/menit
• Suhu : 36 C
Status Opthalmology
OD OS
CCKS 6/10 6/7

Visus 2/60 PH 6/10 f-1 2/60 PH 6/10 f-1

Koreksi S – 3,00 C – 1,00 x 180° = 6/6 S – 3,00 C – 1,00 x 180° = 6/6


(Tidak pusing) (Tidak pusing)

Muscle Balance
- Hirschberg Ortotropia Ortotropia
- Cover-uncover Ortoforia Ortoforia
Pergerakan Bola Mata
- Duksi Normal ke 6 arah Normal ke 6 arah
- Versi Normal ke 8 arah Normal ke 8 arah

Tekanan Intraokular Palpasi normal Palpasi normal

Tonometri (Schiotz) Tidak dilakukan Tidak dilakukan


OD OS
Palpebra Superior Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Palpebra Inferior Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Ektropion (-) Ektropion (-)
Entropion (-) Entropion (-)
Bulu mata Trikiasis (-) Trikiasis (-)
Distikiasis (-) Distikiasis (-)
Madarosis (-) Madarosis (-)
Konjungtiva Tarsal
- Superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Folikel (-) Folikel (-)
Papil(-) Papil(-)

- Inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)


Folikel (-) Folikel (-)
Papil(-) Papil(-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Pterigium (-) Pterigium (-)
Pinguekula (-) Pinguekula (-)
corpus alienum (-) corpus alienum (-)

Kornea Jernih Jernih


Infiltrat (-) Infiltrat (-)
Ulkus (-) Ulkus (-)
Sikatrik(-) Sikatrik(-)
Keratik Precipitat (-) Keratik Precipitat (-)
COA Kedalaman: sedang Kedalaman: sedang
Jernih Jernih
Flare & cell (-) Flare & cell (-)
Hipopion (-) Hifema (-) Hipopion (-) Hifema (-)
Pupil Bentuk : Bulat, regular Bentuk : Bulat, regular
Diameter : 3 mm Diameter : 3 mm
Reflex cahaya (+) Reflex cahaya (+)
Iris Warna coklat kehitaman, Warna coklat kehitaman,
Sinekia (-) Sinekia (-)

Lensa Shadow test (-) Shadow test (-)

Funduskopi posterior Tidak dilakukan Tidak dilakukan


(direct)
Retina
RESUME
Pasien datang dengan keluhan buram pada kedua mata sejak 1 bulan sebelum datang ke
RS. Keluhan ini dirasakan secara perlahan-lahan. Keluhan dirasakan saat membaca tulisan atau
melihat benda jarak jauh maupun dalam jarak yang dekat. Pasien mengatakan keluhan pertama
kali dirasakan 8 tahun yang lalu pada kedua mata saat pasien sekolah kelas 3 SMP.
Ketika melihat jauh, pasien harus berusaha memincingkan mata untuk membantu
penglihatannya. Dan apabila sedang melihat dalam jarak dekat, pasien harus menjauhkan
benda/objek terebih dahulu agar terlihat jelas.
Menurut pasien, kedua matanya menjadi mudah lelah setelah membaca atau memakai
gadget terlalu lama. Terkadang penglihatan pasien menjadi berbayang ketika melihat benda
atau tulisan, sehingga membuat pasien menjadi pusing. Pasien mengaku memiliki kebiasaan
menggunakkan handphone dan laptop kurang lebih selama 12 jam/hari.
Visus Dasar
- VOD 2/60 PH 6/10 f-1
- VOS 2/60 PH 6/10 f-1
Koreksi
VOD S – 3,00 C – 1,00 x 180° = 6/6 (Tidak pusing)
VOD S – 3,00 C – 1,00 x 180° = 6/6 (Tidak pusing)
DIAGNOSIS BANDING USULAN PEMERIKSAAN

 Astigmatism Miop Compositus (AMC) ODS • Pemeriksaan refraksi subjektif Juring


Astigmat (fogging technique).
 Myopi Ringan Progresif ODS
• Keratometri
 Hypermetropi Manifes Absolut ODS
• Slit-lamp
 Katarak Juvenil
• Funduscopy
 Bila pasien astigmatisma, maka pada mata tersebut dipasang lensa (+) yang cukup
besar
 Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat dan ditanya garis pada kipas yang paling
jelas terlihat
 Bila perbedaan tidak terlihat  Lensa (+) diperlemah sedikit demi sedikit hingga
pasien dapat melihat garis yang terjelas dan kabur
 Garis yang paling jelas sesuai dengan meridian yang paling ametrop, yang harus
dikoreksi dengan lensa silindris dengan axis tegak lurus pada derajat bidang meridian
tersebut.
Contoh : Garis yang paling jelas 10°, jadi harus dikoreksi dengan 10°+90°=100 °
DIAGNOSIS KERJA
• Astigmatism Miop Compositus (AMC) ODS
PENATALAKSANAAN
• Kaca Mata

Koreksi lensa silindris negatif


Prinsip koreksi Menyatukan kedua focus agar jatuh tepat pada 1 titik di retina
• Tindakan Bedah
- LASIK (Laser In Situ Keratomileusis)
- PRK (Photo Refractive Keratectomy)
PROGNOSIS
• Ad vitam : Ad Bonam
• Ad functionam : Ad Bonam
• Ad sanationam : Dubia ad bonam
REFRAKSI
Merupakan proses pembiasan cahaya yang dari suatu media refraksi ke media
refraksi lainya yang memiliki kerapatan yang berbeda.

Syarat :
- Harus memiliki indeks bias.
- Memiliki kerapatan udara.
Media Refraksi
1. Kornea

2. Aqueous humor

3. Lensa

4. Vitreous humor
Kornea

• Merupakan lapisan pertama bola mata, yaitu lapisan fibrosa yang terletak di bagian
anterior
• Bentuk: cembung (concav)
• Melapisi 1/6 bagian anterior bola mata
• Lapisannya transparan, avascular, tidak berwarna, jernih
• Diameter: 11 mm (vertikal), 12 mm (horizontal)
• Tebal: 0.52 mm pada central, 0,67 mm pada perifer
• Indeks refraktif kornea = 1,37
• Fungsi:

- melindungi media refraksi


- melindungi bagian intraocular
• Innervasi: Cranial nerve N 5.1 (ophthalmicus-sensori)
• Sumber nutrisi:

a. Pembuluh darah ciliary anterior yang berada di bagian perifer kornea


(limbus).
b. Oxygen dari udara atmosfer diperoleh melalui air mata.
c. Aqueous humor : Menyuplai glukosa untuk proses difusi sederhana atau
transport aktif.
Struktur
• Terdiri atas 5 Lapisan:

1. Epitel : epitel gepeng bertingkat berisi sel basal kolumnar.


2. Membran bowman : terbentuk dari fibril kolagen.
3. Stroma : membentuk 90% ketebalan dari kornea. Terdiri
dari keratosit dan fibril kolagen.
4. Membran desement : membran elastis homogen yang tipis
dan kuat.
5. Endotel : lapisan tunggal sel hexagonal.
Aqueous humor
• Cairan jernih yang dihasilkan oleh processus ciliary
• Komposisi sama dengan plasma
• Aliran : processus ciliary -> Camera oculli posterio -> melalui pupil ->
camera occuli anterior -> aliran bersikulasi dengan 2 cara:
• Jalur konvensional (90%)
yaitu trabecula meshwork (sudut antara iris dan kornea)
-> kanal schlemm -> vena aqueous -> Vena anterior
cilliary -> sinus cavernosus
• Jalur non konvensional (10%) yaitu (uveous – sclem pathway)
badan siliary -> ruang suprachoroid -> sirkulasi vena
badan siliary, koroid dan sklera.
Lensa
• Struktur transparant yang mentransmisikan atau memfokuskan
cahaya yang masuk ke mata
• Bentuk biconvex, avascular, tranparant, jernih
• Digantung oleh ligament suspensory lensa yaitu zanula zinii yang
melekat pada badan ciliary dan lensa
• Ukuran : diameter: 9-10 mm, tebal : 5 mm, berat 250 mg
• Komposisi: air (65%), protein (35%) lipid 1%, dan karbohidrat.
• Memiliki indeks refraksi yaitu 1.39
• Diameter = 9-10 mm
• Ketebalan = 4 mm.
Fungsi Lensa
• Untuk mempertahankan lensa agara tetap kejernihan dan tranparan.
• Untuk memberikan daya refraksi ke sistem optik mata.
• Untuk akomodasi penglihatan.
Bagian Lensa
• Kapsul lensa

Lensa tipis dan lensa transparan pada membran anterior yang tebal.
• Kortex

Antara kapsul lensa dan nukleus. Terdiri dari serat lensa.


• Nukleus

Lensa memiliki 4 inti yang terbentuk dari berbagai tahap kehidupan hingga
remaja yaitu nukleus embrionik (1-3 bulan kehamilan), inti janin (dari 3 bulan
kehamilan sampai kelahiran), inti pada anak-anak (dari kelahiran sampai
pubertas), inti dewasa (pada awal kehidupan dewasa)
Vitreous Humor
• Struktur berbentuk gel, avaskular, tidak berwarna, transparant
• Cairannya diam dan mengisi ruangan mata
• Fungsi:
• memberi nutrisi pada lensa dan retina
• memberi bentuk dan kekokohan pada mata
• media refraksi
FISIOLOGI PENGLIHATAN
Cahaya merambat di udara (Kecepatan ± 3.000.000 km/menit)
Masuk melalui kornea menuju pupil
Pupil mengatur jumlah cahaya yang dapat masuk
Cahaya dari pupil  Lensa  Lensa berakomodasi (Less convex: Objek jauh lebih fokus, more
convex: objek dekat lebih fokus)
• Simpatis  Relaksasi, lensa mendatar
• Parasimpatis  Kontraksi, lensa menebal

Cahaya dari lensa menuju retina (Sel batang dan kerucut)


Bayangan yang terbentuk (Nyata, terbalik, diperkecil)
Dari retina  Optic disc  Optic Nerve
Optic Chiasm
• Akson dari lateral  tidak menyilang  langsung ke thalamus
• Akson dari medial  menyilang di thalamus
Menuju optic tract  Lateral geniculate di thalamus
Terhubung ke primary visual area di cortex
KELAINAN REFRAKSI
Merupakan suatu keadaan dimana sejajar yang dibiaskan oleh media refraksi oleh
mata yang berakomodasi yang difokuskan tidak tepat di retina, dapat didepan atau
dibelakang retina.

1. AMETROPIA
Adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga, oleh mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi, difokuskan
tidak tepat didepan retina.
ETIOLOGI
• Axial ametropia (panjang bola mata yang abnormal)

Too long: myopia


Too short: hypermetropia
• Curvature amtetropia (kelengkungan dari permukaan kornea dan lensa
yang abnormal)
Too strong: myopia
Too weak: hypermetropia
• Index ametropia (abnormalitas dari index media refraksi)

Too high: myopia


Too low: hypermetropia
• Abnormalitaas posisi bola mata

Forward displacement: myopia


Backward displacement: hypermetropia
2. MYOPIA
Adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak terhingga, oleh
mata dalam keadaan istirahat atau tanpa akomodasi, difokuskan didepan retina. Pada miopia
didapatkan bayangan kabur pada penglihatan jauh sedangkan penglihatan dekat lebih jelas dan
penderita menjadi melihat terlalu dekat.
ETIOLOGI
• Axial

Jarak anterior posterior bola mata terlalu panjang, dapat merupakan kelainan kongenital
maupun didapat, juga ada faktor herediter. Sebab-sebab aksis lebih panjang karena:
• Konvergensi berlebihan menyebabkan polus posterior mata memanjang
• Kelemahan dari lapisan sklera bola mata, disertai dengan tekanan yang tinggi

• Curvature

Kornea yang terlalu cembung, misalnya pada kelainan kongenital (keratokonus dan
keratoglobus) maupun didapat (keratektasia akibat menderita keratitis sehingga kornea
menjadi lemah, dimana tekanan intraokuler menyebabkan kornea menonjol di depan). Atau
karena lensa yang terlalu cembung akibat terlepas dari zunula zinii
 
• Index

Peningkatan index refraksi dari nucleus (senile nuclear cataract)

• Anterior dislocation of the lens


PATOFISIOLOGI
Terjadinya miopi dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan maupun kombinasi
keduanya.
• Faktor genetik

Defek pada gen PAX6 diduga bertanggung jawab terhadap terjadinya miopi. Akibat defek
tersebut, maka akan terjadi perubahan ukuran antero-posterior bola mata selama fase
perkembangan yang menyebabkan bayangan jatuh pada fokus di depan retina.
• Faktor lingkungan

Kebiasaan seperti membaca buku atau bekerja di depan komputer dapat menyebabkan
kelelahan otot silier. Kelemahan otot silier bola mata mengakibatkan lensa tidak mampu
memfokuskan objek yang jauh, sehingga objek terlihat kabur. Terjadinya kelemahan otot ini,
akibat dari banyaknya kerja mata pada jarak dekat, misalnya
• Kombinasi faktor genetik dan lingkungan

beberapa penelitian diduga bahwa pekerjaan yang membutuhkan pandangan dengan jarak
dekat menyebabkan eksaserbasi dari faktor genetik yang merupakan faktor predisposisi terjadinya
miopi.
Klasifikasi miopi berdasarkan tingkatan tinggi dioptri:
• Miopi sangat ringan = >1
• Miopi ringan = 1-3 dioptri
• Miopi sedang = 3-6 dioptri
• Miopi berat = 6-10 dioptri
• Miopi sangat berat = > 10 dioptri
 
Klasifikasi miopi berdasarkan klinis :
• Miopia simpleks/stasioner/fisiologik :

Sering terjadi pada usia muda. Miopi ini akan bertambah hingga usia 20 tahun. Besar
dioptri pada miopi ini kurang dari –5D atau –6D.

• Miopia progresif :

Kelainannya mencapai puncak pada waktu masih remaja dan bertambah terus sampai
umur 25 tahun atau lebih. Besar dioptri dapat diperoleh melebihi 6 dioptri. Kelainan ini juga
dapat meningkat rata-rata lebih dari 4 dioptri per tahun.

• Miopi Maligna

Miopi maligna sering juga disebut miopi degeneratif, karena kelainan ini disertai dengan
degenerasi koroid, vitreous floaters, degenerasi likuifaksi dan bagian mata yang lain.
Gejala klinik
Gejala subjektif terdiri dari Gejala objektif terdiri dari :
:
• Bilik mata depan dalam
• Penglihatan jauh kabur, karena otot akomodasi tidak
lebih jelas dan nyaman dipakai.
apabila melihat dekat
• Pupil lebar (midriasis)
• Asthenophia (Mata karena kurang
lekas lelah, berair, berakomodasi.
pusing, cepat
mengantuk) • Mata agak menonjol pada
miopi tinggi.
• Memicingkan mata agar
• Pada pemeriksaan
melihat lebih jelas
oftalmoskopi, retina dan
koroid tipis disebut fundus
tigroid.
Tatalaksana
• Penggunaan correcting spherical concave lenses
• Hygiene of eyes (posisi yang sesuai, pencahayaan yang baik, dan
jarak sekitar 25 cm saat membaca buku)
• Operative
Pada myopia yang sudah menetap/stabil/tidak bertambah 
biasanya pada usia di atas 18 tahun:
- LASIK (Laser In situ Keratomileusis)
- PRK (Photo Refractive Keratectomy)
- RLE (Refractive Lens Exchange)
3. HIPERMETROPIA
Hipermetropia adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar yang
datang dari jarak tak terhingga oleh mata dalam keadaan istirahat atau
tanpa akomodasi difokuskan dibelakang retina.
Etiologi
• Hipermetrop aksial
- Panjang bola mata yang pendek

• Hipermetrop pembiasan

Hipermetrop disebabkan daya bias yang kurang. Penyebabnya antara lain pada:
- Kornea: lengkung kornea kurang dari normal (aplanatio cornea)
- Lensa: Sklerosis, sehingga tidak secembung semula, ataupun afakia
- Cairan mata: Pada penderita diabetes, karena pengobatan yang berlebihan sehingga humor
akueus yang mengisi bilik mata mengandung kadar gula rendah dan daya bias berkurang
Klasifikasi
Berdasarkan Derajat
• Ringan: < 3 D
• Sedang: 3-6 D
• Berat: > 6 D

Macam-macam Hipermetropi
• Hipermetropia Manifes  ditentukan dengan lensa sferis + terbesar yang menyebabkan
visus sebaik-baiknya (tanpa siklopegik)
- Absolut : Tidak dapat diatasi dengan akomodasi
- Fakultatif : Masih dapat diatasi dengan akomodasi
• Hipermetropia Laten  Tidak ada manifes, terjadi karena individu masih muda (otot
siliary muscle kuat untuk berakomodasi)
Gejala klinik
Gejala subjektif terdiri dari : Gejala objektif terdiri dari :
• Penglihatan dekat cepat buram • Bilik mata depan dangkal karena
akomodasi terus menerus sehingga
• Nyeri kepala yang dipicu oleh melihat menimbulkan hipertrofi otot
dekat dengan jangka waktu yang siliaris yang disertai terdorongnya
panjang iris ke depan
• Sensitive terhadap cahaya • Pupil miosis karena
berakomodasi.
Tatalaksana
Koreksi menggunakan lensa spheris positif terbesar yang memberikan visus
terbaik dan dapat melihat dekat tanpa kelelahan. Secara umum tidak
diperlukan lensa spheris positif pada hipermetropi ringan, tidak ada astenopia
akomodatif, dan tidak ada strabismus.
4. Astigmatisme
Astigmatisma merupakan suatu kelainan refraksi dimana sinar-
sinar sejajar yang datang tidak difokuskan pada satu titik tunggal.
Penyebab:
Disebabkan karena kelengkungan dan kekuatan refrsksi permukaan
kornea dana tau lensa berbeda beda diantara berbagai meridian,
sehingga terdapat > 1 titik focus.
Klasifikasi
Berdasarkan keteraturan meridiannya, astigmatisma - Astigmatisma Oblik :
terbagi atas:
• Astigmatisma reguler Kekuatan pembiasan terbesarnya terletak
pada meridian sekitar 45° dan 135°.
Setiap meridian mata mempunyai titik focus tersendiri
yang letaknya teratur.
- Astigmatisma with the rule :
• Astigmatisma irreguler
Kekuatan refraksi yang lebih besar berada pada
meridian vertical korneal. Dikoreksi dengan lensa Terdapat perbedaan refraksi yang tidak
silindris (-) pada aksis sekitar 180°. Biasanya terjadi teratur pada setiap meridian.
pada anak.
- Astigmatisma against the rule :

Kekuatan pembiasan terbesarnya terletak pada


meridian horizontal, dengan koreksi lensa sulindris (-)
pada aksis sekitar 90°.
Astigmatisma reguler berdasarkan letak pembiasan dibagi atas :

• Astigmatisma Miopia Simpleks

Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain emetropia.

Koreksi  Lensa silidris (-) C- 0,50 = 6/6


• Astigmatisma Hipermetropi Simpleks

Satu meridian berupa hipermetrop sedangkan meridian yang lain emetropia.

Koreksi  Lensa silidris (+) C+0,50 = 6/6


• Astigmatisma Miopia Compositium

Kedua meridian adalah myopia, tetapi dengan derajat yang berbeda sehingga kedua focus berada di
depan retina tetapi jaraknya berbeda dari retina.

Koreksi  Lensa sferis (-) dan silindris (-) S- 0,50 C-0,25 = 6/6
• Astigmatisma Hipermetropia Compositium

Kedua meridian berupa hipermetropia dengan derajat yang berbeda.


Koreksi  Sferis (+) dan Silindris (+) S + 1,50 C+ 0,50 = 6/6

• Astigmatisma Mixtus

Satu meridian berupa miopia sedangkan meridian yang lain hipermetropia


Koreksi 
- Lensa Sferis (-) dan Slindris (+) dengan kekuatan lensa Silindris > Sferis
- Lensa Sferis (+) dan Slindris (-) dengan kekuatan lensa Silindris > Sferis

S - 1,50 C+ 0,50 = 6/6 S + 1,50 C- 0,50 = 6/6


Gejala Klinis
• Penglihatan buram saat melihat jauh maupun dekat
• Diplopia Monokular
• Pasien sering menyipitkan mata untuk melihat jarak jauh dengan jelas
• Bahan bacaan didekatkan agar terlihat jelas
• Astenopia
• Pusing
Tatalaksana
• Kacamata

Lensa silinder mempunyai tambahan kekuatan pembiasan pada


meridian tertentu. Dapat digabungkan dengan kelainan refraksi
lainnya. Untuk mengurangi distorsi biasanya diberikan lensa silinder
negatif.
• Lensa kontak
• Tindakan bedah (LASIK atau PRK)
5. Presbiopia
Presbiopia merupakan kelainan refraksi pada mata yang menyebabkan punctum
proksimum mata menjadi jauh. Hal ini disebabkan karena telah terjadi gangguan akomodasi
yang terjadi pada usia lanjut.

• ETIOLOGI

Gangguan daya akomodasi akibat kelelahan otot akomodasi yaitu menurunnya daya
kontraksi dari otot siliaris sehingga zonulla zinii tidak dapat mengendur secara sempurna.
Gangguan akomodasi juga terjadi karena lensa mata elastisitasnya berkurang pada usia
lanjut akibat proses sklerosis yang terjadi pada lensa mata.
Gejala klinik
Gejala yang timbul akibat gangguan akomodasi pada pasien berusia di atas 40 tahun
ini adalah :
- keluhan saat membaca atau melihat dekat menjadi kabur
- membaca harus dibantu dengan penerangan yang lebih kuat (pupil mengecil)
- mata menjadi cepat lelah.
Tatalaksana
Penatalaksanaan pada penderita presbiopia adalah dengan menggunakan
kacamata sferis positif (S+), yang kekuatannya sesuai dengan umur pasien.
• +1.0 D untuk usia 40 tahun
• +1.5 D untuk usia 45 tahun
• +2.0 D untuk usia 50 tahun
• +2.5 D untuk usia 55 tahun
• +3.0 D untuk usia 60 tahun

Anda mungkin juga menyukai