LAPORAN KASUS
PERDARAHAN SUBKONJUNGTIVA
DISUSUN OLEH:
Kasdianto Bantun
PEMBIMBING:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MAKASSAR
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Fakultas : Kedokteran
Telah menyelesaikan tugas Laporan Kasus dalam rangka kepaniteraan klinik pada
Pembimbing,
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah, karena
berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka laporan kasus ini dapat
diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah pada baginda
Rasulullah Muhammad beserta para pengikut ajaran beliau hingga akhir zaman.
semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
selama penyusunan laporan kasus ini hingga selesai. Secara khusus rasa
terimakasih tersebut penulis sampaikan kepada dr. Sri Irmandha, Sp.M sebagai
pembimbing yang sangat baik, sabar dan mau meluangkan waktunya dalam
Terakhir penulis berharap, semoga laporan kasus ini dapat memberikan hal
yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi
penulis juga.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Mata merah adalah keluhan umum di unit gawat darurat dan klinik rawat
jalan. Salah satu penyebab yang sering adalah perdarahan subkonjungtiva.
Perdarahan subkonjungtiva adalah perdarahan akibat ruptur pembuluh darah
dibawah lapisan konjungtiva yaitu pembuluh darah konjungtivalis atau episklera.
Sebagian besar kasus perdarahan subkonjungtiva merupakan kasus spontan atau
idiopatik, dan hanya sebagian kecil kasus yang terkait dengan trauma atau
kelainan sistemik.
Mata adalah struktur bulat berisi cairan yang dibungkus oleh tiga lapisan.
Dari bagian paling luar hingga paling dalam, lapisan – lapisan tersebut adalah
sclera/kornea, koroid/badan siliaris/iris dan retina.
Mata mempunyai sistem pelindung yang baik, seperti rongga orbita,
jaringan lemak retrobulbar, palpebra serta reflek mengedip. Mata masih sering
mendapat trauma dari lingkungan luar. Trauma mata adalah perlukaan/cedera
mata yang dapat terjadi dalam bentuk trauma tumpul, trauma tajam, trauma kimia,
trauma termis dan trauma radiasi.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny. X
Umur : 50 tahun
Bangsa : Chile
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Santiago
Agama :-
Pendidikan :-
Status :-
MR :-
B. Anamnesis
riwayat dua hari mata kanan menjadi merah. Awal mula setelah mengangkat
penglihatan yang berkurang dan sensasi benda asing di mata kanan, yang
semuanya dimulai pada hari sejak kemarin. Pasien menyangkal adanya sekresi,
nyeri atau gejala lainnya. Pasien memiliki iwayat hipertensi dengan kontrol
pengobatan losartan 50 mg/ hari, dan riwayat gangguan pada mata sebelumnya
tidak ada.
- Riwayat HT (+)
Riwayat pengobatan
Tanda Vital :
- Tekanan Darah : -
- Frekuensi Nadi : -
- RR :-
- Suhu :-
D. Statu Oftalmologi
Visus :
OD Visus OS
- Koreksi -
- Visus dekat -
- Koreksi -
OD Pemeriksaan OS
Hiperemis (-) edema (-) Hiperemis (-) edema (-)
Palpebra
nyeri tekan (-) benjolan (-) nyeri tekan (-) benjolan (-)
Normal Silia Normal
Hiperlakrimalis (-) Apparatus Lakrimalis Hiperlakrimalis (-)
Injeksi (-) Hiperemis (-), Injeksi (-) Hiperemis (-),
(+) (-)
Kornea (tes sensitivitas dan
Jernih Jernih
fluoresens jika ada)
Normal Sklera Normal
Dalam, jernih BMD Dalam, jernih
Bulat, sentral, Ø: 3 mm, Iris/ Pupil Bulat, sentral, Ø: 3 mm,
(+) (+)
Refleks cahaya langsung dan
Dalam batas normal Dalam batas normal
tidak langsung
Relative Afferent Pupillary
Dalam batas normal Dalam batas normal
Defect (RAPD)
Jernih Lensa Jernih
Tekanan Intraokuler :
OD Metode Pemeriksaan OS
- Palpasi -
- Indentasi Schiotz -
Palpasi :
OD Palpasi OS
- Nyeri Tekan -
- Massa Tumor -
- Glandula Preaurikuler -
OD
OS
Gambar
Skema
E. Pemeriksaan Penunjang :
Anjuran Pemeriksaan :
- Snellen Chart
F. Diagnosis :
- Perdarahan subconjungtiva
G. Diagnosis Banding :
- Dipulangkan tanpa ada tanda bahaya, untuk dinilai pada hari selanjutnya
I. Prognosis :
PEMBAHASAN
Sindrom mata merah biasanya dibagi menjadi penyebab jinak, yang dapat
ditangani oleh dokter umum dan dokter spesialis dari kondisi lain yang lebih
serius dan mengancam mata, yang harus segera dirujuk. Untuk membedakan
keduanya, temuan klinis sangat penting, mengingat adanya tanda atau gejala
Dalam kasus pasien kami, meskipun dia menunjukkan gejala tanda bahaya
normal. Pemeriksaan klinis dan aspek orbit ternyata menjadi ciri khas perdarahan
langsung (LR 8.3), tetapi tidak ada fotofobia tidak langsung atau tes sinkinesis
dekat (LR 28.8 dan 21.4, masing-masing), kami memutuskan untuk merawat
relevan mengingat ketidakpastian masa depan dokter umum, dokter spesialis dan
dalam perawatan pasien. Dalam kasus ini, hanya penurunan ketajaman visual
yang tidak terukur yang persisten, dengan semua gejala lain hilang pada hari
atau penambahan gejala baru pada episode tersebut, mengubah diagnosis asli dan
jalannya pengobatan.
BAB IV
KESIMPULAN
akut tanpa gejala, kasus ini menegaskan bahwa mungkin tidak selalu sama. Gejala
bisa membingungkan, jadi apresiasi klinis sangat penting. Tindak lanjut pasien