A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Bugis
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Bonto Duri III
Status perkawinan : Sudah Menikah
No. Reg : 17 73 95
Tanggal pemeriksaan : 24 Juli 2018
B. ANAMNESIS
Keluhan utama : mata kiri kemasukan benda asing
Anamnesis terpimpin : seorang pasien datang di poli mata RS Ibnu Sina
dengan keluhan mata kiri kemasukan benda asing. Pasien mengeluh mata
kiri kemerahan disertai nyeri sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengaku
matanya kemasukan gurinda saat bekerja. Serta pasien juga mengeluhkan
mata kirinya terasa ada mengganjal dan berair. Pasien menyangkal adanya
penglihatan yang kabur. Riwayat memakai kacamata tidak ada. Riwayat
Hipertensi tidak ada. Riwayat Diabetes Melitus tidak ada. Riwayat dengan
keluhan yang sama sebelumnya tidak ada. Pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada.
C. STATUS GENERALIS
Kesadaran : compos mentis
Keadaan Umum : baik
OD : mata tampak tenang
OS : tampak mata kemerahan, benda asing (+) pada
kornea arah jam 8
Tanda vital : TD : 120/80 mmHg
N : 88 x/m
P : 20 x/m
S : 37oC
D. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
1. Pemeriksaan Visus
OD Visus OS
1,0 Visus jauh tanpa koreksi 1,0
- Koreksi -
- Visus jauh dengan koreksi terbaik -
- Visus dekat tanpa koreksi -
- Koreksi -
- Visus dekat dengan koreksi terbaik -
3. Tekanan Intraokuler
OD Metode Pemeriksaan OS
Tn Palpasi Tn
- NCT -
4. Palpasi
OD Palpasi OS
- Nyeri Tekan -
- Massa Tumor -
- Glandula Preaurikuler -
5. Slit Lamp
SLOS: palpebra edema (-), konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, tampak
corpus alienum pada epitel kornea, BMD kesan normal, iris cokelat, kripte (+),
pupil bulat, sentral, lensa jernih.
SLOD: palpebra edema (-), konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih, BMD
kesan normal, iris cokelat, kripte (+), pupil bulat, sentral, lensa jernih.
6. Funduskopi : (-)
7. Laboratorium : (-)
E. RESUME
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke poli mata RS Ibnu Sina dengan
keluhan mata kiri kemasukan benda asing. Pasien mengeluh mata kiri kemerahan
disertai nyeri sejak 1 hari yang lalu. Pasien mengaku matanya kemasukan gurinda
saat bekerja. Serta pasien juga mengeluhkan mata kirinya terasa ada mengganjal
dan berair. Penglihatan kabur disangkal. Riwayat penggunaan kacamata(-).
Pada pemeriksaan oftalmologi, didapatkan konjungtiva matta kiri hiperemis, tidak
didapatkan penurunan visus ODS 1,0/1,0. Pada pemeriksaan Slitlamp tampak
corpus alienum di epitel kornea pada arah jam 8.
F. DIAGNOSIS
OKULI SINISTRA : CORPUS ALIENUM KORNEA
G. PENATALAKSANAAN
Ekstraksi corpus alienum
Farmakologi : antibiotik eye drop
- Levocin 4 dd I OS
- Navitae 4 dd I OS
Edukasi : Hindari menggosok-gosok mata, melindungi mata dari paparan,
menggunakan kacamata pelindung.
H. PROGNOSIS :
Quo ad Visam : bonam
Quo ad Sanam : bonam
Quo ad Cometicam : bonam
Quo ad Vitam : bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kornea (Cornum dalam bahasa latin = seperti tanduk) adalah selaput bening
mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata
sebelah depan dan terdiri atas 5 lapis1,3 :
1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan
berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa tanduk. Bagian terbesar ujung saraf kornea
berakhir pada epitel ini. Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan
sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi epitel
cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa
hari tanpa membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane
tipis yang homogen terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan
bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan pada membrane bowman maka akan
berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan
kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan
kornea.Di antara serat-serat kolagen ini terdapat matriks. Stroma bersifat
higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma
kurang lebih 70%.Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi
pompa sel endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang
baik maka akan terjadi kelebihan kadar air, sehingga timbul sembab kornea
(edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur sehingga memberikan
gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan
serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan
mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.
4. Dua’s layer
Merupakan lapisan yang sebelumnya tidak terdeteksi, ditemukan oleh Prof
Harminder Dua dari University of Nottingham. Merupakan lapisan yang terletak
terletak di bagian belakang kornea,antara stroma dan membran Descemet. Lapisan
yang baru ditemukan ini, kendati hanya setebal 15 mikron--dari total ketebalan
kornea sebesar 550 mikron atau 0,5 milimeter--ternyata cukup kuat untuk
menahan tekanan hingga 1,5 Bar. Lapisan ini sangat membantu untuk
menyempurnakan praktek cangkok kornea
5. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur
dan bening, terletak di bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau
barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
6. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk
mempertahankan kejernihan kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan
di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi sehingga bila
terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak atau
terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut akan
mengakibatkan jumlah endotel berkurang.Kornea tidak mengandung pembuluh
darah, jernih dan bening, selain sebagai dinding, juga berfugsi sebagai media
penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V1,3.
2.3.3. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon, dan sebagainya.
Trauma Basa
Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan-
bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara
cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai
retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari
luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini
mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera
okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan.
Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan
kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan
dehidrasi.
Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel
jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai
dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel
akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan
oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis.
Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema
kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea.
Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru
atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan
memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan
berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator.
Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase
yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan
penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi
perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan
puncaknyat erdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai
terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila
terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea.
Bila alkali sudah asuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan
fungsi badan siliar. Cairan mata susunannya akan berubah, yaitu terdapat kadar
glukosa dan askorbat yang berkurang. Kedua unsur ini memegang peranan
penting dalam pembentukan jaringan kornea.4
Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat
gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan
dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran
jaringan kolagen. Bahan kaustik soda dapat menembus kedalam bilik mata depan
dalam waktu 7 detik.
Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah
kerusakan kolagen kornea. Alkali yang menembus bola mata akan merusak retina
sehingga dapat menyebabkan kebutaan.
Trauma Asam
Asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion
dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah
pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan
koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari
zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang
mengikuti trauma akibat asam.Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh
zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat
kimia basa.
Gambar 2.6 : Trauma asam pada mata
2.3.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari
bola mata. Bila lokasi corpus alienum berada di palpebra, konjungtiva, dan kornea
maka dengan mudah dapat dilepaskan setelah pemberian anatesi lokal. Untuk
mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik tumpul atau tajam.
Arah pengambilan adalah dari tengah ke tepi. Kemudian diberi antibiotik lokal,
siklopegik, dan mata dibebat dengan kassa steril dan diperban3. Pecahan besi yang
terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui insisi
tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak
berhasil dapat dilakukan iridektomi dari iris yang mengandung benda asing
tersebut3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan
dengan magnit sama seperti pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik
dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea, jika tidak berhasil dapat
dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan ekstraksi
ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua2,3.
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan
dengan giant magnit setelah insisi dari sklera. Bila tidak berhasil, dapat dilakukan
dengan operasi vitrektomi3.
2. Makula
• Penyembuhan akibat ulkus kornea.
• Kerusakan kornea pada 1/3 stroma sampai 2/3 ketebalan stroma.
• Pada pemeriksaan, putih di kornea, dapat dilihat di kamar gelap dengan
slit-lamp tanpa bantuan kaca pembesar.
Gambar 2.8. Gambar Makula
3. Leukoma
Benda asing pada mata pada merupakan suatu keadaan yang harus segera
dikenali benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk
kemudian mengeluarkannya. Hal ini karena benda asing pada mata dapat
menimbulkan suatu reaksi inflamasi dan dapat mengganggu fungsi dari mata itu
sendiri. Tatalaksananya cukup dengan ektirpasi benda asing dengan sebelumnya
memberikan anestesi topical. Selain itu trauma kima kerap juga mengenai mata
dalam keadaan sehari-hari. Perbedaan PH yakni asam dan alkali sangat
mempengaruhi derajat kerusakan mata. Oleh karena itu diperlukan pengenalan
yang lebih terhadap sifat asam dan alkali. Pada prinsipnya hanya dilakukan irigasi
secepatnya pada mata yang terkena trauma kimia. Dan bila terjadi penyulit seperti
penurunan visus segera untuk rujuk.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3. 2008. Balai Penerbit FKUI
Jakarta.
2. Kanski, JJ. Chemical Injuries. Clinical Opthalmology. Edisi keenam.
Philadelphia: Elseiver Limited. 2000.
3. Vaughan, Daniel. Oftalmologi Umum, Edisi 17. 2010. Widya Medika
Jakarta.
4. Bashour M., 2008.Corneal Foreign Body. Available on
http://emedicine.medscape.com/ article/
5. Departemen Kesehatan RI. Panduan praktik klinik bagi dokter di fasilitas
pelayanan kesehatan primer. 2014.