Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS

1.1 IDENTITAS PASIEN

 Nama : Ny. M
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Umur : 44 tahun
 Agama : Islam
 Suku/bangsa : Makassar/Indonesia
 Pekerjaan : IRT
 Alamat : Jl. Muh. Jufri
 Tanggal Pemeriksaan : 3 Mei 2018
 No. Rekam Medik : 173838

1.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama :

Penglihatan menurun saat lihat dekat

B. Riwayat Penyakit Sekarang :

Dialami sejak + 2 tahun yang lalu, penglihatan semakin menurun sejak 1

bulan terakhir. Mata dirasakan mudah lelah, sakit pada mata (-), mata

berair (-), silau (-), sakit kepala (+), pusing (-), sulit membaca pada tempat

yang kurang pencahayaannya.

C. Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penggunaan kacamata (+) sejak 1 tahun terakhir dan tidak pernah

kontrol kembali. Riwayat hipertensi (-), Riwayat diabetes mellitus (-)

D. Riwayat Keluhan Yang Sama Dalam Keluarga :

1
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa.

E. Riwayat trauma :

Riwayat trauma (-)

1.3 PEMERIKSAAN FISIK

- Keadaan umum : Sakit Ringan

- Kesadaran : Compos Mentis

- Tanda Vital :

o Tekanan darah : 130/80 mmHg

o Nadi : 82x/menit

o Suhu : 36,5º C

o Frekuansi pernafasan : 20x/menit

- Kepala : Normocephal

- Telinga, Hidung, Tenggorok : Dalam batas normal

- Gigi gegili : Dalam batas normal

- Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

- Thoraks dan abdomen : Dalam batas normal

- Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), sianosis (-)

2
PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI

 Inspeksi
OD OS
Palpebra

Edema (-), hiperemis (-) Edema (-), hiperemis (-)


Silia Normal Normal
Apparatus Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Lakrimalis
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Bola Mata Normal Normal
Mekanisme Ke segala arah Ke segala arah
Muskular

Kornea Jernih Jernih


Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal
Iris Coklat, kripte (+) Coklat, kripte (+)
Pupil Bulat, Sentral, RC (+) Bulat, Sentral, RC (+)
Lensa Jernih Jernih

 Palpasi
OD OS
Tensi Okuler Tn Tn
Nyeri Tekan (-) (-)
Massa Tumor (-) (-)
Glandula Tidak Ada Pembesaran Tidak Ada Pembesaran
PreAurikuler

3
 Tonometri
o TOD = Tidak dilakukan pemeriksaan
o TOS = Tidak dilakukan pemeriksaan

 Visus

OD OS

Visus jauh tanpa koreksi 1.0 1.0

Koreksi _ _

Visus jauh dengan koreksi _ _


terbaik

Visus dekat AS 60 AS 60

Koreksi +1.75 +1.75

Visus dekat dengan AS 20 AS 20


koreksi

 Penyinaran oblik
OD OS
Konjungtiva Hiperemis (-) Hiperemis (-)
Kornea Jernih Jernih
Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal
Iris Coklat, Kripte (+) Coklat, Kripte (+)
Pupil Bulat, Sentral, RC (+) Bulat, Sentral, RC (+)
Lensa Jernih Jernih

4
 Funduskopi :
Tidak dilakukan pemeriksaan

 Slit lamp
SLOD : Palpebra edema (-), konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih,

BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat letak sentral, refleks

cahaya (+).

SLOS : Palpebra edema (-), konjungtiva hiperemis (-), kornea jernih,

BMD normal, iris coklat, kripte (+), pupil bulat letak sentral, refleks

cahaya (+).

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tidak dilakukan pemeriksaan

1.5 DIAGNOSA
ODS Presbiopia Emetrop

1.6 PENATALAKSANAAN

Kacamata monofokal : ODS Add +1.75D

1.7 PROGNOSIS

Qua ad visam : Bonam

Qua ad sanam : Bonam

Qua ad cometicam: Bonam

Qua ad vitam : Bonam

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENDAHULUAN
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia
seperti halnya semua makhluk hidup di dunia ini mempunyai batas keberadaannya
dan akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan
kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi
yang terjadi akibat penyakit. Presbiopia merupakan kelainan pada mata yang kita
kenal dengan sebutan mata tua, dimana si penderita tidak dapat melihat benda dari
jarak dekat. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata
seseorang, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang
dewasa atau muda, hal ini disebabkan karena lensa kehilangan elastisitas dan
kemampuannya untuk berubah bentuk, yang pada umumnya diderita oleh orang-
orang yang sudah mulai memasuki usia 40 tahun keatas. Presbiopia adalah
hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada
semua orang .1,2

Anatomi Media Refraksi

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media pembiasan yang
terdiri dari kornea, aqueous humor, lensa, corpus vitreous dan juga ditentukan
oleh panjangnya bola mata. Pada mata yang normal, sinar akan dibiaskan melalui
media pembiasan ini dan bayangan akan ditempatkan tepat diretina dalam keadaan
mata tidak melakukan akomodasi.3

A. Kornea

Kornea adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang tembus
cahaya, dan merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan.
Kornea merupakan suatu lensa cembung dengan kekuatan refraksi (bias) sebesar
+43 dioptri. Kornea terdiri dari lima lapisan yaitu :3

6
1. Epitel
a. Tebalnya 50 μm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang
saling tumpang tindih, satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel
gepeng. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini
terdorong ke depan menjadi lapis sel poligonal dan semakin maju
ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berkaitan erat dengan sel
basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran
air, elektrolit,dan glukosa yang merupakan barrier.
b. Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat
kepadanya. Bila terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi
rekuren.
c. Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membrana Bowman (lamina elastika anterior).
a. Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan
kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari
bagian depan stroma.
b. Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma
Stroma terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar
satu dengan lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur,
sedangkan di bagian perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya
serat kolagen memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan.
Keratosit merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblas terletak
di antara serat kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar
dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
4. Membrana Descemet, atau yang disebut sebagai lamina elastika posterior.
a. Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang
stroma kornea dihasilkan sel endotel dan merupakan membran
basalnya.

7
b. Bersifat sangat elastik dan berkembang terus seumur hidup,
mempunyai tebal 40 µm.
5. Endote.
a. Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal,
besar 20-40 µm. Endotel melekat pada membran descement
melalui hemidesmosom dan zonula okluden.
b. Lapisan ini terdiri atas satu lapis endotel yang pembelahan
selselnya terbatas. Kalau ada endotel yang rusak, maka endotel di
sekitarnya akan mengalami hipertrofi untuk menutup defek yang
ditinggalkan oleh endotel yang rusak tadi.

Gambar.1 Lapisan Kornea

B. Aqueous Humor
Aqueous humor menyediakan medium optikal yang jernih untuk transmisi
sinar pada jalur visual. Cairan mata ini mengandung zat-zat gizi untuk kornea dan
lensa. Aqueous humor dibentuk dengan kecepatan 2-3 μl/menit oleh jaringan
kapiler di dalam korpus siliaris. Ketidakseimbangan aliran aqueous humor akan
menyebabkan peningkatan tekanan intra okular.3

C. Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam
bola mata dan bersifat bening. Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris

8
dan terdiri dari zat tembus cahaya (transparan) berbentuk seperti cakram yang
dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.3

Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik


mata belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat
lensa di dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus
menerus sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa
sehingga membentuk nukleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan serat lensa
yang paling dahulu dibentuk atau serat lensa yang tertua di dalam kapsul lensa. Di
dalam lensa dapat dibedakan nukleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar
nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.
Korteks yang terletak di sebelah depan nukleus lensa disebut sebagai korteks
anterior, sedangkan dibelakangnya korteks posterior. Nukleus lensa mempunyai
konsistensi lebih keras dibanding korteks lensa yang lebih muda. Di bagian perifer
kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar.1

Secara fisiologis lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu:1

1. Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi


untuk menjadi cembung

2. Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,

3. Terletak ditempatnya, yaitu berada antara posterior chamber dan vitreous


body dan berada di sumbu mata.

Keadaan patologik lensa ini dapat berupa:1

1. Tidak kenyal pada orang dewasa yang mengakibatkan presbiopia,

2. Keruh atau apa yang disebut katarak,


3. Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi

Lensa orang dewasa dalam perjalanan hidupnya akan menjadi bertambah besar
dan berat.

9
D. Corpus Vitreous

Corpus viterus merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dengan retina. Corpus vitreous bersifat semi cair di dalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90%. Peranannya mengisi ruang untuk meneruskan
sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya
pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan
vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi.3

E. Panjang Bola Mata

Panjang bola mata menentukan keseimbangan dalam pembiasan. Panjang


bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan pembiasan sinar
oleh karena kornea (mendatar atau cembung) atau adanya perubahan panjang
(lebih panjang atau lebih pendek) bola mata, maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai ametropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia, atau astigmatisma.3

Gambar 2. Media fefraksi pada mata

Proses Penglihatan
1. Penglihatan bermula dari masuknya seberkas cahaya kedalam mata dan
dibiaskan (difokuskan) pada retina. Kemampuan seseorang untuk melihat

10
dengan tajam sangat tergantung pada kemampuan media refraktif didalam
bola mata (terutama kornea dan lensa mata) untuk mengarahkan perjalanan
berkas cahaya tersebut agar tepat ke retina. Karakteristik umum dari media
refraktif adalah bersifat jernih (bening, transparan, tembus pandang).
Karakteristik spesifik alamiah dari lensa mata adalah bentuk
kecembungannya yang dapat berubah sesuai dengan kebutuhan pembiasan,
karena bersifat kenyal (sampai umur tertentu), yang disebut sebagai daya
akomodasi sehingga cahaya akan terfokus pada retina. Hasil kerja
keseluruhan dari media refraktif ini sangat ditentukan pula oleh panjang
sumbu bola mata. Retina berfungsi merekam gambar yang diterimanya, lalu
mengubah gambar tersebut menjadi impuls-impuls listrik dan akhirnya
diteruskan ke otak untuk diinterpretasikan sebagai gambar atau obyek yang
terlihat oleh mata tersebut. 2,3,5

2.2 INSIDENS DAN EPIDEMIOLOGI


Pada tahun 2005, perkiraan dampak global presbiopia adalah 1,04 miliar
orang, dengan lebih dari setengah tidak memiliki koreksi jarak pandang yang
memadai dan 410 juta orang terdaftar sebagai gangguan penglihatan (94% di
negara berkembang).3

Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup
yang tinggi. Karena presbiopia berhubungan dengan usia, prevalensinya
berhubungan langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya
yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada
usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006 menunjukkan 112 juta
orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopia.6

2.3 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Etiologi dari presbiopia adalah :3

− Kelemahan otot akomodasi

11
− Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis
lensa

Usia merupakan faktor risiko utama penyebab presbiopia. Namun, pada


kondisi tertentu dapat terjadi presbiopia premature sebagai hasil dari faktor-
faktor seperti trauma, penyakit sistemik, atau efek samping obat.

 Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun


 Hipermetropia, kerusakan akomodasi tambahan jika tidak dikoreksi
 Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita
 Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot
siliar
 Penyakit sistemik seperti diabetes melitus, multiple sklerosis, kejadian
kardiovaskuler, anemia, influenza, dan campak
 Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efek samping dari obat
nonprescription dan prescription (contoh: alkohol, klorpromazin,
hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik, antihistamin, diuretik)
 Lain-lain: kurang gizi dan penyakit dekompresi.5
 Merokok, penelitian Khlalaz M et al pada tahun 2014 menemukan bahwa
terhadap hubungan yang kuat antara merokok dengan perkembangan
presbiopia. Perokok memiliki risiko tinggi untuk menderita presbiopia dan
risiko meningkan pada perokok berat.9

2.4 PATOFISIOLOGI
Patofisiologi presbiopia masih tetap kurang dipahami. Menurut teori yang
diajukan oleh Helmholtz, akomodasi terjadi sebagai akibat dari sifat elastis dari
lensa dan mungkin vitreous yang memungkinkan lensa untuk memperluas dan
meningkatkan kekuatannya ketika tegangan zonular berkurang selama kontraksi
otot siliaris. Saat lensa berubah seiring bertambahnya usia, kemampuan untuk
memperluas dan meningkatkan daya refraksi hilang. Teori Helmholtz tentang
sklerosis lensa kristal sebagai penyebab presbiopia telah ditentang pada tahun

12
1992 oleh Schachar. Schachar menunjukkan bahwa serat otot longitudinal dari
kontrak otot siliaris selama akomodasi, menempatkan lebih banyak ketegangan
pada zonula ekuatorial, sambil melemaskan zonula anterior dan
posterior. Distribusi gaya ini menyebabkan peningkatan diameter khatulistiwa
lensa, menurunkan volume periferal sambil meningkatkan volume pusat. Ketika
volume sentral meningkat, begitu juga kekuatan lensa. Dibawah teori ini,
presbiopia terjadi karena meningkatnya diameter katulistiwa dari lensa
penuaan. Setelah diameter lensa mencapai ukuran kritis, biasanya selama dekade
kelima kehidupan, ketegangan istirahat pada zonulus berkurang secara signifikan.3

Pada mata normal, cahaya masuk ke mata dan dibelokkan (refraksi) ketika
melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa,
humor vitreus) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di
retina. Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat
memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara
kedua sisi badan siliar yang diikuti relaksasi ligamen pada lensa. Lensa menjadi
lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina. Pada mata presbiopia
terjadi kelemahan otot akomodasi atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang
elastisitasnya, menyebabkan sulit mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan
mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang retina.
Karena daya akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh.2,7
Akomodasi adalah suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot. Jika
terlalu sering digunakan otot dapat lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot
yang terlazim digunakan dalam tubuh. Derajat kelengkungan lensa yang dapat
ditingkatkan terbatas dan sinar cahaya dari suatu objek yang sangat dekat individu
tak dapat dibawa ke suatu fokus di retina, walaupun dengan usaha otot terbesar.2,7,
8

Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek di titik fokus dinamai titik
dekat penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan
dan kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia
10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama

13
karena peningkatan kekerasan lensa, dengan akibat kehilangan akomodasi karena
penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lensa yang dapat
ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45
tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu
membaca dan pekerjaan dekat.2

2.5 DIAGNOSIS
Gejala yang dapat timbul adalah kesulitan membaca huruf cetak yang halus,
terutama sekali dalam kondisi cahaya redup, kelelahan mata ketika membaca
dalam waktu yang lama, kabur pada jarak dekat atau pandangan dikaburkan
sebentar ketika mengalihkan di antara jarak pandang.3
Seseorang dengan mata emetrop akan mulai merasakan ketidaknyamanan
membaca huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang letaknya
berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun. Hal ini semakin memburuk pada cahaya
yang temaram dan biasanya lebih nyata pada pagi hari atau saat subjek lelah.
Gejala-gejala ini meningkat sampai usaia 55 tahun, menjadi stabil, tetap menetap.2
,3

Selain itu gejala lain yang didapat adalah sakit kepala, astenopia, juling,
cepat lelah bekerja pada jarak dekat, jarak kerja harus jauh, harus membaca pada
tempat yang terang, dan diplopia.5

Kesulitan pada saat melihat dekat dikarenakan amplitude akomodasi yang


berkurang. Membaca pada tempat yang terang sangat bermanfaat bagi pasien
dikarenakan pupil yang berkontraksi menyebabkan peningkatan kedalaman focus.
Kelelahan dan sakiti kepala dikaitkan dengan kontraksi otot orbikularis atau
bagian dari otot occipitofrontalis dan diperkirakan berhubungan dengan tekanan
dan frustasi karena ketidakmampuan untuk mempertahankan penglihatan yang
jelas. Rasa kantuk dikarenakan usaha fisik yang berlebihan untuk berakomodasi
pada waktu yang lama. Diplopia mungkin muncul sebagai akibat dari eksotropia
yang berhubungan dengan peningkatan eksophoria dan penurunan amplitudo
fusional vergence (gerakan kedua mata yang memungkinkan fusi gambaran
monokuler yang diciptakan oleh penglihatana binocular).5, 7

14
Presbiopi prematur/precox

Pada presbiopi prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat menjadi


berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopi ini terjadi dini pada usia
sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan gizi, penyakit atau obat-
obatan, hipermetropi yang tidak terkoreksi, prematur sklerosis dari cristaline
lensa, glaukoma simpel kronik.

Anamnesis
Komponen utama dari anamnesis adalah keluhan utama dan perjalanan
penyakitnya, penglihatan pasien, dan riwayat kesehatan secara umum, riwayat
keluarga dan riwayat pengobatan. Perhatian penting dalam mengenali dan
mengobati presbiopi adalah umur pasien.5
Pasien sering melaporkan keluhan saat membaca, seperti membaca hanya
bisa sebentar, kabur, padangan ganda, tidak dapat membaca tulisan kecil atau
tulisan dengan kontras rendah, mata berair, memerlukan pencahayaan atau jarak
dalam membaca, sakit kepala, dan kantuk. Pasien dengan kacamata myopia akan
melepaskan kacamatanya saat membaca. Anamnesis sangat penting dalam
diagnosis presbiopia premature, khususnya ketika pasien memiliki penyakit
sistemik signifikan, seperti DM, penyakit vascular, kelainan saraf, trauma, dan
penggunaan obat (antiansietas atau antidepresan) dapat berkontribusi pada
presbiopi premature. 5

Pemeriksaan Oftamologi

1. Pemeriksaan Tajam Penglihatan

Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.

Cara :

 Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata ditutup

15
 Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris
paling atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat
dibaca seluruhnya dengan benar.
 Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka
dilakukan uji hitung jari dari jarak 6 m.
 Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien satu
meter.
 Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak
satu meter.
 Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji dengan
arah sinar.
 Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.

Penilaian :

Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh
huruf dalam kartu snellen dengan benar. Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya
bertanda 30, maka dikatakan tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat
melihat pada jarak 6 m yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada
jarak 30 m. Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau
menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan
tajam penglihatan 3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 m. Bila
mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
penglihatan adalah 1/300. Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak
dapat melihat lambaian tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat
melihat adanya sinar pada jarak tidak berhingga.

2. Pemeriksaan menggunakan kartu Jaeger

16
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan refraksi subjektif dengan menggunakan kartu Jaeger. Pasien diminta
untuk menyebutkan kalimat hingga kalimat terkecil yang terbaca pada kartu .
target koreksi sebesar 20/30.

Cara :

 Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi bila


terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai prosedur di
atas.
 Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca).
 Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf
terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
 Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.

2.6 PENATALAKSANAAN
Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca
dekat yang berkekuatan tertentu, biasanya : 3

1. S+ 1,00 D untuk usia 40 tahun


2. S+ 1,50 D untuk usia 45 tahun
3. S+ 2,00 D untuk usia 50 tahun
4. S+ 2,50 D untuk usia 55 tahun
5. S+ 3,00 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi S+ 3,00 Dioptri adalah
lensa positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata
tidak dapat melakukan akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda
yang dibaca terletak pada titik api lensa + 3,00 dioptri sehingga sinar yang keluar
akan sejajar.2 Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu disesuaikan dengan
kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat subjektif
sehingga angka-angka diatas tidak merupakan angka yang tetap.3

17
Lensa plus dapat digunakan dengan berbagai cara. Kaca mata baca memiliki
koreksi dekat di seluruh aperture kacamata sehingga kacamata tersebut baik untuk
membaca, tetapi membuat benda-benda jauh menjadi kabur. Untuk dapat
mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata separuh, yaitu kacamata yang
bagian atasnya terbuka dan tidak dikoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata
bifokus melakukan hal serupa tapi memungkinkan untuk koreksi kelainan refraksi
yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh di segmen atas,
penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di segmen bawah.
Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh, tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.2,5

Pasien presbiopi yang menjalani operasi refraksi sengaja dibuat


anisometropik untuk mencapai monovision. Pasien sebaiknya diinfokan tentang
efek samping operasi (overcorrection, undercorrection, menyebabkan astigmat,
regresi, penyembuhan epitel yang lambat, stromal berkabut, diplopia, nyeri mata).
Pasien harus mengerti benar, karena operasi sifatnya ireversibel. Masa percobaan
dengan lensa kontak monovision direkomendasikan sebelum menjalankan operasi.
Kadang pasien dibuat dengan miopi rendah sehinga mereka dapat focus lebih baik
pada penglihatan dekat. Pada kasus ini, kacamarta jauh mungkin dibutuhkan.5

2.7 PROGNOSIS
Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah
satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya pasien presbiopi
yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki
riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk
tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut dokter mata dapat
memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian
bingkai. Kadang-kadang perubahan dalam desain lensa diperlukan.2,5

18
BAB III
KESIMPULAN
1. Presbiopi merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan
pada semua orang disebut presbiopi.

2. Presbiopi terjadi secara bertahap, penglihatan yang kabur dan


ketidakmampuan melihat benda-benda yang biasanya dapat dilihat pada
jarak dekat

3. Faktor resiko presbiopi adalah usia yang sudah lebih 40 tahun, jenis
kelamin wanita, penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa,
zonula atau otot siliar.

4. Diagnosa presbiopi ditegakan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik.

5. Presbiopi dapat dikoresksi dengan menggunakan lensa plus untuk


mengatasi daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopi
kacamata atau adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuatan
tertentu.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


Tingkat Pertama. Pengurus Besar Ikatana Dokter Indonesia. Jakarta Pusat
2. Vaughan D, Riordan-Eva P. General Ophthalmology. Ed 18th. Singapore:
McGraw Hill; 2013
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. 2010. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
4. Papadopoulos, Pandelas A and Alexandros P. Papadopoulos. Current
Management of Presbyopia. Middle East Afr J Opthalmol. 2014
5. American Opthometric Assosiation. Opthometric clinical practice
guidelines: Cares of patient with presbyopia. USA; 2011.
6. U.S. Department of Commerce, Bureau of the Census. Annual estimates of
the population by five-year age groups and sex for the United States.
7. Werner L, Trindade F, Pereira F, Werner Li. Physiology Of
Accommodation And Presbyopia. ARQ. BRAS. OFTALMOL. 2000.
8. Gupta M1, Sukul R R1,Gupta Y1, Dey M3, Phougat A3, Bhardwaj U3,
Dixit S. Presbyopia and its anatomical and physiological variants. Nepal J
Ophthalmol. 2011.
9. Khalaj M, Gasemi H, Barikani A, Ebrahimi M, Rasrak S. Prevalency of
Presbyopi Among Smoking Population. The Journal of Eye and
Ophtalmology. 2014.

20

Anda mungkin juga menyukai