Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS PASIEN


1.1 Identitas
Nama : Ny.C
Umur : 66 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Tanggal lahir : 1 Januari 1949
Suku/Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kadaung kadu bereum,pabuaran

1.2 Anamnesa
Keluhan utama:
Pandangan kabur saat membaca dekat
Keluhan tambahan:
-
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke Poliklinik Mata Dr. Drajat Prawiranegara Serang dengan
keluhan pandangan terasa kabur saat membaca dalam jarak dekat.Keluhan ini
dirasakan oleh pasien sejak ±2 bulan yang lalu.pada awalnya pasien merasa kedua
matanya hanya sedikit kabur sejak 6 bulan yang lalu.
Namun akhir akhir ini terasa semakin kabur,terlebih saat membaca huruf
yang kecil seperti al-qur’an atau buku.Bila membaca,pasien merasa lebih nyaman
saat al-qur’an atau buku dijauhkan.
Pada saat awal membaca,keluhan yang dirasakan hanya kabur.Namun bila
membaca dalam waktu agak lama,pasien merasa matanya cepat lelah dan terasa
pegal.Setelah selesai membaca,pasien sering merasa pusing.Bila setelah mata
diistirahatkan,keluhan mata lelah,pegal dan kepala pusing menghilang.
2

Namun keluhan-keluhan tersebut muncul kembali bila pasien membaca


dalam waktu yang agak lama.Mata cepat lelah,pegal dan pusing setelah membaca
dirasakan memberat jika penerangan saat membaca kurang baik.Jika cahaya saat
membaca cukup terang,pasien merasa keluhan lebih ringan
Pasien mengaku matanya tidak pernah terkena benturan,tidak kelilipan,dan
tidak sering dikucek.Pasien belum pernah memeriksakan diri ke dokter.Pasien
sebelumnya pernah memakai kacamata yang dibeli di pinggir jalanan,dan pasien
tidak mengingat ukuran kacamatanya.
Riwayat penyakit dahulu :
 Trauma pada mata (-)
 Hipertensi (-)
 Diabetes Melitus (-)
Riwayat penyakit keluarga :
 Hipertensi (-)
 Diabetes Melitus (-)

1.3 Pemeriksaan Fisik


1.3.1 Status Generalis
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital
 Tekanan darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 86x/menit
 Suhu : 36,8°C
 Frekuensi nafas : 21x/menit
Kepala : Normocephale
Mata : (Lihat status oftalmologi)
Telinga,hidung,tenggorokan : Dalam batas normal
Leher :Dalam batas normal
Toraks dan abdomen :Dalam batas normal
Ekstremitas :Dalam batas normal
1.3.2 Status Oftalmologis

OD OS
Posisi Ortotropia
Hirscbergh
Gerakan bola Baik ke segala arah Baik ke segala arah
mata

Lapang
60 60
pandang

90 90
90
50 50
70
70 70
70

Visus Visus sentralis jauh : 6 / 6 Visus sentralis jauh : 6 / 6


Pinhole : tidak dilakukan Pinhole : tidak dilakukan
Koreksi : Plano Koreksi : Plano
Autorefraktometer : terlampir Autorefraktometer : terlampir

Visus sentralis dekat : Visus sentralis dekat :


Koreksi : +3,00 Koreksi : +3,00
TIO Palpasi N Palpasi N
Silia dan Baik, tumbuh teratur, Baik, tumbuh teratur
Supracilia madarosis (-), entropion (- madarosis (-), entropion (-),
),ektropion (-) ektropion (-)
Palpebra hematom (-) hiperemis (-) hematom (-) hiperemis (-)
superior edema (-) minimal benjolan (- edema (-) benjolan (-) entropion
) entropion(-) , ektropion (- (-), ektropion (-),sikatrik (-)
),sikatrik (-)
4

Palpebra hematom (-) hiperemis (-) hematom (-) hiperemis (-)


inferior edema (-) minimal benjolan (- edema (-) benjolan (-)
)entropion(-) , ektropion (-), entropion(-) , ektropion (-)
sikatrik (-) sikatrik (-)
Konjungtiva hiperemis (-) folikel (-) papil hiperemis (-) folikel(-) papil (-)
tarsal (-)
superior
Konjungtiva hiperemis (-) folikel (-) papil hiperemis (-) folikel (-) papil (-)
tarsal inferior (-)
Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (-)
bulbi Injeksi silier (-), perdarahan Injeksi silier (-)
subkonjungtiva (-) Perdarahan subkonjungtiva (-)
Kornea Jernih,ulkus (-), infiltrat (-), Jernih, edema (-), infiltrat (-)
edema (-) ulkus (-)

COA Sedang , hipopion (-) hifema Sedang , hipopion (-) hifema (-)
(-)
Pupil Bulat , Ø 3mm , RCL/RCTL Bulat , Ø 3mm , RCL/RCTL
+/+ +/+
Iris Warna coklat, kripta (+), Warna coklat, kripta (+),sinekia
sinekia anterior (-) sinekia anterior (-) sinekia posterior (-)
posterior (-)
Lensa jernih jernih

Hasil Autorefraktometer
<R> SPH CYL AX
+1.50 -1.00 81
+1.50 -1.00 86
+1.50 -1.00 89
+1.50 -1.00 86
<L> +1.50 -0.75 82
+1.75 -1.00 94
+1.75 -1.00 103
+1.75 -1.00 94
PD = 62 NPD = 57(30)

1.4 Diagnosa Kerja


Presbiopi ODS

1.5 Diagnosa Banding


Hipermetropi

1.6 Pemeriksaan Penunjang


Funduskopi indirek

1.7 Penatalaksanaan
 Pemberian kacamata untuk membaca
Resep kacamata :
Vitrum Vitrum Prisma Vitrum Prisma Forma Color Distant Forma
Axis Axis
Spher Cylinder Basis Spher Basis Vitror Vitros Vitros Jugi

- - - - - - - - - - -
- - - - - - - - - - -
ADD ADD
- - - - - - - 56 -
+3,00 +3,00

 Edukasi pasien

1.8 Prognosis OD OS
 Ad vitam : ad bonam dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam dubia ad bonam
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Presbiopia


Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia.2
Hilangnya daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada
semua orang disebut presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan
refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan membaca huruf kecil atau
membedakan benda-benda kecil yang terletak berdekatan pada usia sekitar 44-46
tahun.1 Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan dengan penurunan
amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.4

2.2 Epidemiologi Presbiopia


Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup
yang tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya
berhubungan langsung dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena
onsetnya yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia
terjadi pada usia 42 hingga 44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006
menunjukkan 112 juta orang di Amerika mempunyai kelainan presbiopia.2

2.3 Etiologi Presbiopia


Yang menjadi etiologi presbiopia adalah
- Kelemahan otot akomodasi
- Lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.3

2.4 Patofisiologi Presbiopia


Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea
dan struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus
) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang
jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat
memerlukan kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara
kedua sisi cilliary body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi
lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi
atau lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang
bisa mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat
gangguan tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi
berkurang, maka titik dekat mata makin menjauh.
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga dapat
lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam
tubuh. Derajat kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar
cahaya dari suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu
focus di atas retina, bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata,
tempat suatu objek dapat dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik
dekat penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan
dan kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia
10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama
karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan akomodasi karena
penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat
ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia 40-45
tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu
membaca dan pekerjaan dekat.5

2.5 Faktor Resiko Presbiopia


Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada
kondisi tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor
seperti trauma, penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.
8

- Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun


- Hipeporia (Hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak di
koreksi
- Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita
- Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot siliar
- Penyakit sistemik : diabetes mellitus, multiple sklerosis, kejadian
kardiovaskular, anemia, Influenza, campak.
- Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efeksamping dari obat
nonprescription dan prescription (contoh : alkohol, klorprozamin,
hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik, antihistamin, diuretik).
- Lain-lain : Kurang gizi, penyakit dekompresi.2

2.6 Klasifikasi Presbiopia


a) Presbiopia insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau temuan
klinis menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopia
insipient dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya,
pasien membutuhkan tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak
kelainan bila dilakukan tes dan pasien lebih memilih untuk menolak diberikan
kacamata baca.
b) Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur – angsur
menurun, pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan
akan didapatkan kelainan ketika diperiksa.
c) Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus
menerus, dimana presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia
absolut. Presbiopia absolut adalah kondisi di mana sesungguhnya tidak ada
sisa kemampuan akomodatif.
d) Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat
menjadi berkurang lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini
pada usia sebelum 40 tahun. Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit
atau obat – obatan, hipermetropia yang tidak terkoreksi, premature sklerosis
dari cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
e) Presbiopia nokturnal
Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk melihat
dekat disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya redup.
Peningkatan ukuran pupil, dan penurunan kedalaman menjadi penyebab
berkurangnya jarak penglihatan dekat dalam cahaya redup.2

2.7 Gejala Presbiopia


Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak
mampuan melihat benda – benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat
merupakan gejala dari presbiopi. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
presbiopia adalah :
- keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat
- mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas
- sakit kepala
- astenopia karena kelelahan pada otot siliar
- menyipitkan mata saat membaca
- kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat
- membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.
Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah atau
mempertahankan fokus disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi.
Penggunaan cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan
penyempitan pupil, sehingga peningkatan kedalaman fokus.
10

Kelelahan dan sakit kepala berhubungan dengan kontraksi otot orbicularis atau
bagian dari otot occipitofrontalis, dan diduga berhubungan dengan ketegangan
dan frustrasi atas ketidakmampuan untuk mempertahankan
jelas penglihatan dekat . Mengantuk dikaitkan dengan upaya fisik dikeluarkan
untuk akomodasi selama beberapa waktu.2,3

2.8 Diagnosa Presbiopia


a). Anamnesa
Anamnesa gejala – gejala dan tanda presbiopi. Keluhan pasien terkait
presbiopi dapat bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu
membaca dalam waktu singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau
ganda, kesulitan membaca tulisan huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat
membaca membutuhkan cahaya yang lebih terang atau jarak yang lebih jauh, saat
membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.
b). Pemeriksaan Oftamologi
1). Pemeriksaan Tajam Penglihatan
Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara :
 Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata ditutup
 Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris paling
atas ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca
seluruhnya dengan benar.
 Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka dilakukan
uji hitung jari dari jarak 6 m.
 Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien satu
meter.
 Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak satu
meter.
 Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji dengan
arah sinar.
 Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.
Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca
seluruh huruf dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan
tajam penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m yang oleh
orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan
jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam penglihatan
3/60. Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300
m. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti
tajam penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian
tangan, maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar
pada jarak tidak berhingga.
2). Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan
pemeriksaan presbiopia.
Cara :
 Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi bila
terdapat myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai prosedur di atas.
 Pasien diminta membaca kartu baca (jaeger card) pada jarak 30-40 cm ( jarak
baca).
 Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf
terkecil pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
 Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.
12

2.9 Penatalaksanaan Presbiopia


a). Kacamata
Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi
daya fokus otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau
adisi diperlukan untuk membaca dekat yang berkekuaan tertentu :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa
positif terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk
membaca perlu disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu
membaca. Pemeriksaan sangat subjektif sehingga angka – angka di atas tidak
merupakan angka yang tetap.
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata
sehingga kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda
jauh menjadi kabur. Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata
yang bagian atasnya terbuka dan tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh.
Kacamata bifokus melakukan hal serupa tetapi memungkinkan untuk koreksi
kalainan refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi penglihatan jauh
disegmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat di
segmen bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan
jauh tetapi dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.1
b). Pembedahan
Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi, namun
keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa ditetapkan :
o Multifocal intraocular lens implants
o Accommodating intraocular lens implants
o Small-diameter corneal inlays
o Modified corneal surface techniques to create multifocal corneas
o Conductive keratoplasty (CK)
o Moldable intraocular lens implants (IOLs) to develop pseudophakic
accommodation .2

2.10 Prognosis Presbiopia


Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah
satu pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien presbiopia
yang baru menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki
riwayat kesulitan beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk
tindak lanjut mungkin diperlukan. Selama kunjungan tersebut, dokter mata dapat
memberikan anjuran kepada pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian
bingkai. Kadang-kadang, perubahan dalam desain lensa diperlukan.2
14

BAB III
DISKUSI KASUS
Pada anamnesis, pasien, 66 tahun, mengeluh pandangan terasa kabur saat
membaca dalam jarak dekat yang dirasakan sejak 2 bulan SMRS. pada awalnya
pasien merasa kedua matanya hanya sedikit kabur sejak 6 bulan yang lalu. Namun
akhir akhir ini terasa semakin kabur.
Pasien mengatakan bila membaca,pasien terasa lebih nyaman jika jarak nya
dijauhkan. Pada saat awal membaca,keluhan yang dirasakan hanya kabur.Namun
bila membaca dalam waktu agak lama,pasien merasa matanya cepat lelah dan
terasa pegal.Setelah selesai membaca,pasien sering merasa pusing.Bila setelah
mata diistirahatkan,keluhan lainnya menghilang.
Pasien sebelumnya pernah memakai kacamata yang dibeli di pinggir
jalanan,dan pasien tidak mengingat ukuran kacamatanya.
Pada teori,presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan
dengan usia. Diakibatkan menurunnya daya akomodasi.Seseorang dengan mata
emetrop (tanpa kesalahan refraksi) akan mulai merasakan ketidakmampuan
membaca huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang terletak
berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun
Pada pasien ini didapatkan hasil pemeriksaan visus :
Visus Visus sentralis jauh : 6 / 6 Visus sentralis jauh : 6 / 6
Pinhole : tidak dilakukan Pinhole : tidak dilakukan
Koreksi : Plano Koreksi : Plano
Autorefraktometer : terlampir Autorefraktometer : terlampir

Visus sentralis dekat : Visus sentralis dekat :


Koreksi : +3,00 Koreksi : +3,00

Dan untuk tatalaksana pada pasien ini dapat diberikan kacamata dengan
menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya akomodasi yang melemah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC.
2012; 20:392-393
2. American Academy of Opthalmology. Presbyopia. USA. 2011. Diunduh pada:
April, 2016. Www. Aao.org
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2014. 1: 3-74
5. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 2010: 14: 45

Anda mungkin juga menyukai