Anda di halaman 1dari 49

PRESENTASI KASUS

Katarak Senilis Imatur,


Pterygium dan Makula
korneadr. Wahid HeruPembimbing :
Widodo, Sp.M

Arfin Heri Indarto


G4A013029
Identitas pasien
Nama : Ny. Samini
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 68 tahun
Alamat : RT 4/RW 1, Kedung Reja, Cilacap
Tanggal periksa : 27 April 2015
Pekerjaan : Petani
Diagnosa OD : Katarak Senilis Imatur,
Pterigium derajat 2, Makula Kornea
Diagnosa OS : Katarak senilis Imatur,
Pterigium grade 1
Penampilan : Tenang
Anamnesis
Keluhan Utama : penglihatan kabur pada
kedua mata
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSMS ahri senin
tanggal 27 April 2015 dengan keluhan penglihatan
kedua mata kabur seperti ada bayangan berkabut
yang menghalangi. Keluhan diarsakan pasien sekitar
2,5 tahun yang lalu dan memberat sekitar 1 bulan yang
lalu. Pasien mengeluhkan penglihatannya semakin
kabur ketika siang hari dan berkurang ketika malam
hari atau berada di pada tempat yang gelap. Selain itu
pasien juga mengeluhkan ketika melihat cahaya
lampu kedua mata terasa silau, pasien juga
mengeluhkan pada mata kanan muncul selaput
bening dan sering berair. Pasien mengaku muncul
selaput bening pada mata kanan sejak 2 tahun yang
lalu, awalnya kecil dan semakin lama semakin
membesar dan berbentuk seperti segitiga. Pasien
menyangkal adanya mata merah, gatal, nyeri, mual
muntah, keluar kotoran, maupun adanya trauma.
Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak memiliki riwayat keluhan serupa


sebelumnya
Tidak memiliki riwayat hipertensi
Tidak memiliki riwayat kencing manis
Tidak memiliki riwayat alergi
Tidak memiliki riwayat penggunaan obat-obatan
jangka panjang
Tidak memiliki riwayat trauma
Tidak memiliki riwayat operasi katarak sebelumnya
Riwayat penyakit keluarga
Tidak memiliki riwayat keluhan serupa sebelumnya
Tidak memiliki riwayat hipertensi
Tidak memiliki riwayat kencing manis

Riwayat penyakit sosial


Pasien bekerja sebagai petani, dan dalam
keseharianya pasien sering terpapar sinar matahari
Ringkasan anamnesis
Penglihatan kedua mata kabur seperti ada
bayangan kabut sejak 2,5 tahun yang lalu
Keluhan lain : ketika melihat cahaya kedua mata
terasa silau dan muncul selaput bening pada mata
kanan dan sering berair
Pasien menyangkal adanya mata merah, gatal,
nyeri, mual muntah pada kedua mata
Pasien menyangkal memiliki riwayat hipertensi,
kencing manis, alergi, penggunaan obat jangka
panjang, trauma, dan operasi katarak sebelumnya
Pasien bekerja sebagai petani dan dalam
keseharianya pasien sering terpapar sinar matahari
kesan
Kesadaran : Compos mentis
KU : Baik
OD : Tenang
OS : Tenang
Pemeriksaan subyektif
NO PEMERIKSAAN OD OS
1 Visus Jauh 2/60 0,15 (5/30)
2 Refraksi - -
3 Koreksi - S-2,25 0,3 F

4 Visus Dekat Tidak terbaca (buta huruf) Tidak terbaca (buta


huruf)
5 Proyeksi Sinar Dapat mengenali arah Dapat mengenali arah
datangnya sinar datangnya sinar
6 Presepsi Dapat mengenali warna Dapat mengenali warna
Warna (merah merah dan hijau merah dan hijau
& hijau)
7 Uji Pin Hole Tidak dilakukan (-)

Penilaian
OD : pasien dapat menghitung jari pada jarak 2 meter sedangkan
pada orang normal pada jarak 60 meter, tidak dilakukan koreksi,
visus dekat tidak terbaca karena pasien buta huruf, pasien dapat
mengenal arah datangnya sinar danmengenali warna

OS : pasien dapat membaca E-Chart pada jarak 5 meter sedangkan


pada orang normal pada jarak 30 meter, dilakukan koreksi dengan
speris 2,25 visus menjadi 0,3 F, uji pinhole tidak maju
Pemeriksaan obyektif
No Pemeriksaan OD OS Penilaian

1. Sekitar mata Hematom (-) Hematom (-)


Edema (-) Edema (-)
Supersilia Simetris Simetris ODS tidak
ada
kelainan
2. Kelopak Mata

Pasangan Simetris Simetris Kelopak


Ptosis (-), Ptosis (-), mata ODS
lagoftalmus (-) lagoftalmus (-) tidak ada
kelainan
Gerakan Hambatan gerak Hambatan gerak
(-) (-)
Lebar Rima Normal Normal

Kulit Entropion (-), Entropion (-),


ekstropion (-) ekstropion (-)
Tepi Kelopak Nyeri tekan (-) Nyeri tekan (-)
Benjolan (-) Benjolan (-)
Margo Entropion (-), Entropion (-),
intermarginalis ekstropion (-) ekstropion (-)
3. Apparatus Lakrimalis

Sekitar glandula lakrimalis Hiperemis (-), Hiperemis (-), Apparatus


edema (-) edema (-) lakrimalis
tidak ada
Sekitar sakus lakrimalis Hiperemis (-), Hiperemis (-),
kelainan
edema (-) edema (-)
Uji fluoresensi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Uji regurgitasi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

4. Bola Mata

Pasangan Simetris Simetris Bola mata


tidak ada
Gerakan Bergerak ke Bergerak ke kelainan
segala arah segala arah
Ukuran Normal Normal
5. Tensi Bola Mata
Tonodigital Normal Palpasi Normal Palpasi Tensi bola
mata DS
tidak ada
kelainan
6. Konjungtiva
Palpebra Superior Hiperemis (-), papil Hiperemis (-), OD : Injeksi
(-), folikel (-) papil (-), folikel Siliar (+),
(-) tampak
jaringan
Forniks hiperemis (-), hiperemis (-),
fibrovascular
Palpebra Inferior hiperemis (-) hiperemis (-) dari
Bulbi Injeksi Konjungtiva Injeksi basiskonjung
tiva apex
(-) Konjungtiva (-)
Injeksi Siliar (+), Injeksi Siliar cornea
melewati
tampak jaringan (+), tampak
limbus < 2
fibrovascular dari jaringan
basis konjungtiva fibrovascular mm
apex cornea dari basis
melewati limbus < konjungtiva OS : Injeksi
Siliar (+),
2 mm apex cornea
sampai limbus tampak
jaringan
fibrovascular
dari basis
konjungtiva
apex cornea
7. Sklera Ikterik (-), Ikterik (-) Sklera ODS
Inj episklera (-) Inj episklera (-) tidak ada
kelainan
8. Kornea

Ukuran 10 mm 10 mm OD : kornea
OD terdapat
Kecembungan Normal Normal selaput dan
medium
Limbus Injeksi perikorneal Injeksi perikorneal
kornea
(-) (-)
keruh
Permukaan Licin, terdapat Licin, terdapat
selaput selaput OS : kornea
OS terdapat
Medium Keruh Jernih
selaput dan
Dinding Belakang Tidak dilakukan Tidak dilakukan medium
jernih
Uji Fluoresens Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Placido Tidak dilakukan Tidak dilakukan


9. Kamera Okuli Anterior

Ukuran Dalam Dalam Kamera


okuli
Isi Hifema (-), Hifema (-), anterior ODS
hipopion (-) hipopion (-) tidak ada
kelainan
10. Iris

Warna Coklat tua Coklat tua Iris ODS


tidak ada
Pasangan Simetris Simetris kelainan

Gambaran Jelas Jelas

Pergerakan Hambatan Hambatan


gerak (-) gerak (-)

Bentuk Reguler Reguler

11. Pupil

Ukuran 3 mm 3 mm
Bentuk Bulat Bulat
Pupil ODS
Tempat Sentral Sentral
tidak ada
Tepi Reguler Reguler kelainan
Refleks direk (+) normal (+) normal

Refleks indirek (+) normal (+) normal

12. Lensa
Ada/tidak ada Ada Ada Lensa ODS
keruh, tidak
Kejernihan Keruh, tidak rata Keruh, tidak rata rata
Letak Sentral Sentral berwarna
putih
Warna/kekeruhan Putih keabuan Putih keabuan keabuan

Shadow test (+) (+) Iris shadow


tes ODS (+)
13. Korpus Tidak dlakukan Tidak dlakukan
Vitreum
14. Refleks Suram (+) Suaram (+) Reflek fundus
Fundus ODS tidak
berwarna merah
jingga
15. Retinoskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Kesimpulan pemeriksaan
OD OS

Visus 2/60 Visus 0,15 (5/30) S 2,25 0,3


Injeksi siliar pada F
konjungtiva bulbi, tedapat Injeksi siliar pada konjungtiva
jaringan fibrovascular dari bulbi, tedapat jaringan
basis apex cornea meliwati fibrovascular dari basis apex
limbus < 2mm cornea sampai limbus
Terdapat selaput pada Terdapat selaput pada dan
kornea dan medium kornea medium kornea jernih
keruh COA dalam
COA dalam Lensa keruh, tidak rata
Lensa keruh, tidak rata berwarna putih keabuan
berwarna putih keabuan dengan iris shadow positif
dengan iris shadow positif Reflek fundus (+) suram
Reflek fundus (+) suram
Diagnosis
OD : KATARAK SENILIS IMATUR, PTERYGIUM
GRADE 2, MAKULA KORNEA
OS : KATARAK SENILIS IMATUR, PTERYGIUM
GRADE 1
Terapi
Kausal
OD : RUJUK ke Spesialis Mata
OS : RUJUK ke Spesialis Mata (Phaco + IOL)
Simtomatik
Subyektif :
Edukasi pasien tentang penyakit katarak, pterygium
dan macula kornea
Motivasi pasien untuk operasi karena penyakitnya
tidak bisa di obati dengan obat-obatan
edukasi tentang rencana penatalaksanaan dan
komplikasi penyakit
Prognosis
Visus : dubia ad bonam
Kesembuhan : dubia ad bonam
Jiwa : ad bonam
Kosmetik : dubia ad bonam
TERIMA KASIH
KATARAK SENILIS
IMATUR
LENSA
Struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna.
Ukuran tebal sekitar 4 mm dan diameter 9 mm
terdiri dari tiga bagian, yaitu nucleus, kortek dan kapsul
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina
Kekuatan refraksi sebanyak 15-20 D
Lensa tidak memiliki pembuluh darah dan pembuluh limfe
Terfiksasi pada serat zonula yang berasal dari badan siliar
Serat zonula tersebut menempel dan menyatu dengan lensa pada
bagian anterior dan posterior dari kapsul lensa
Kapsul ini merupakan membran dasar yang melindungi nukleus,
korteks dan epitel lensa.
KATARAK
Katarak adalah keadaan kekeruhan pada lensa
yang disebabkan oleh denaturasi protein, proses
hidrasi lensa, atau keduanya.
Berdasarkan usia, katarak dapat dibedakan
menjadi :
Katarak kongenital
Katarak infantile
Katarak juvenile
Katarak adult
Katarak senilis
KATARAK SENILIS
Merupakan kekeruhan pada lensa yang terjadi pada usia
diatas 50 tahun.
Terdiri dari 4 stadium:
DEFINISI KATARAK S. IMATUR
Katarak senilis imatur merupakan salah satu stadium
katarak senilis, dimana pada stadium ini kekeruhan lensa
belum terjadi di semua bagian lensa.
Kekeruhan pada stadium ini utamanya terjadi di bagian
posterior nukleus lensa
ETIOLOGI
Faktor biologi usia tua dan genetic
Penggunaan obat-obatan tertentu jangka panjang
Trauma pada lensa
Metabolisme
Infeksi
PATOFISIOLOGI
Hidrasi dan denaturasi protein lensa kekeruhan
pada lensa
Lapisan konsentris baru dari kortek nukleus
tertekan dan tergeser sklerosis nuklear
Protein lensa terkristalisasi high-molecular-weight-
protein peningkatan sodium dan kalsium ,
penurunan kalium kadar air meningkat
Pigmentasi progresif kekeruhan pada lensa
GEJALA KLINIS
Penurunan tajam penglihatan
Silau
Perubahan miopic
Diplopia monokuler
Berkabut
DIAGNOSIS
Anamnesa gejala klinis
Pemeriksaan fisik kekeruhan pada lensa, visus,
bayangan iris (+), fundus reflek dan funduskopi
DIAGNOSIS BANDING
Glaukoma
Endopthalmitis
Ablasio retina
PENATALAKSANAAN
Operasi :
EKIK
EKEK :
SICS
Phacoemulsification
EKIK mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsulnya
beserta zonulla zonii
indikasi : katarak matur
EKEK pengeluaran isi lensa dengan memecah atau
merobek kapsul lensa anterior sehingga nucleus dan kortek
lensa dapat keluar melalui robekan dan meninggalkan
kapsul dan di pasang lensa tanam (IOL)
SICS dengan melaukan incisi kapsulotomi dengan teknik
CCC (continuous curvilinier capsulotomi), hidroseksi
(fragmentasi nukleus), pengambilan kortek/epinukleus, dan
penanaman lensa
Phacoemulsification irisan yang sangat kecil (sekitar 2,
75 mm) di kornea. Getaran ultrasonik digunakan untuk
mengangkat nukleus dan korteks, selanjutnya mesin phaco
akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai
bersih, aspirasi, dan penanaman lensa dapat menggunakan
lensa intraoculer yang bisa dilipat (foldable) atau yang tidak
bisa dilipat (rigid)
KOMPLIKASI
Komplikasi sebelum operasi glaukoma
Komplikasi Intra Operatif perdarahan, ruptur
kapsul posterior
Komplikasi pasca operasi perdarahan, prolaps iris,
endopthalmitis.
PROGNOSIS
BAIK
PTERYGIUM
Definisi pterygium
Pterygium merupakan suatu pertumbuhan
fibrovaskular konjungtiva yang bersift degeneratif
dan invatif. Pertumbuhan ini biasanya terletak pada
celah kelopak bagian nasal ataupun temporal
konjungtiva yang meluas ke daerah kornea.
Pterygium mudah meradang dan bila terjadi iritasi,
maka bagian pterygium akan berwarna merah.
Pterygium sendiri dapat mengenai kedua mata
(Ilyas, 2010).
klasifikasi
Berdasarkan lokasi terjadinya, pterygium terbagi
menjadi 4 jenis (Lang, 2006):
Derajat 1 : jika pterygium hanya terbatas pada limbus
kornea.
Derajat 2 : jika sudah melewati limbus kornea tetapi
tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
Derajat 3 : sudah melebihi derajat 2 tetapi tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya
normal (pupil dalam keadaan normal sekitar 3 4 mm)
Derajat 4 : pertumbuhan pterygium melewati pupil
sehingga mengganggu penglihatan.
Pembagian lain pterygium yaitu :
Tipe I : meluas < 2 mm dari kornea. Stoker's line atau
deposit besi dapat dijumpai pada epitel kornea dan kepala
pterygium. Lesi sering asimptomatis meskipun sering
mengalami inflamasi ringan. Pasien dengan pemakaian lensa
kontak dapat mengalami keluhan lebih cepat.
Type II : menutupi kornea sampai 4 mm, bias primer atau
rekuren setelah operasi, berpengaruh dengan tear film dan
menimbulkan astigmatisma.
Type III : mengenai kornea lebih 4 mm dan mengganggu
aksis visual. Lesi yang luas terutama yang rekuren dapat
berhubungan dengan fibrosis subkonjungtiva yang meluas ke
fornik dan biasanya menyebabkan gangguan pergerakan bola
mata.
Patogenesis
Mekanisme patologis dari terjadinya pterygium belum
diketahui secara sempurna; hanya terdapat banyak
teori yang mencoba mengemukakan tahap patogenesis
dari penyakit ini
Radiasi UV
Mikro trauma akibat asap dan debu
Teori defisiensi Limbal Stem Cells
Manifestasi klinis

Secara klinis pterygium muncul sebagai lipatan


berbentuk segitiga pada konjungtiva yang meluas
ke kornea pada daerah fissura interpalpebra.
Pterygium dapat tidak memberikan keluhan atau
akan memberikan keluhan mata iritatif merah dan
mungkin menimbulkan astigmat yang akan
memberikan keluhan gangguan penglihatan
Mata merasa seperti ada sensasi benda asing
Diagnosis banding
PEMBEDA PTERIGIUM PINGEKUELA PSEUDOPTERIGIUM

Definisi Jaringan Benjolan pada Perlengketan


fibrovaskular konjungtiva konjungtiva bulbi
konjungtiva bulbi dengan kornea
bulbi yg yang cacat
berbentuk
segitiga

Warna Putih Putih kuning Putih kekuningan


kekuningan . keabu-abuan .
Bila radang Bila radang
atau iritasi atau iritasi
akan berwarna akan berwarna
merah merah
Letak Celah Celah Pada daerah
kelopak kelopak mata konjungtiva yg
bagian nasal terutama terdekat dengan
atau bagian nasal proses kornea
temporal sebelumnya
yang meluas
ke arah
kornea
Puncak Ada pulau- Tidak ada Tidak ada (tidak ada
pulau funchs head, cap, body)
(bercak
kelabu)
Tes Sondase Negatif Positif
Riwayat Ulkus kornea Ulkus kornea (+)
trauma mata (-)
Tatalaksana
Konservatif
Menghindari atau melindungi mata dari sinar matahari, debu, udara
kering.
Penggunaan kacamata pelindung dari ultraviolet.
Medikamentosa
Steroid
Prednisolon Na Phospat (10mg/mL)
Hydrocortison (5mg/mL)
Dexamethason (1mg/mL)
vasokonstriktor dan kortikosteroid digunakan untuk menghilangkan
gejala terutama pada derajat 1 dan derajat 2.
Ektirpasi dilakukan pada kondisi adanya ketidaknyamanan yang
menetap, gangguan penglihatan bila ukuran 3-4 mm dan pertumbuhan
yang progresif ke tengah kornea atau aksis visual, adanya gangguan
pergerakan bola mata.
Beberapa tehnik operasi yang dapat menjadi pilihan yaitu :
Bare sclera : tidak ada jahitan atau jahitan dengan benang
absorbable digunakan untuk melekatkan konjungtiva ke sklera di
depan insersi tendon rektus. Meninggalkan suatu daerah sklera yang
terbuka.
Simple closure : tepi konjungtiva yang bebas dijahit bersama
(efektif jika hanya defek konjungtiva sangat kecil).
Sliding flaps : suatu insisi bentuk L dibuat sekitar luka kemudian
flap konjungtiva digeser untuk menutupi defek.
Rotational flap : insisi bentuk U dibuat sekitar luka untuk
membentuk lidah konjungtiva yang dirotasi pada tempatnya.
Conjunctival graft : suatu free graft biasanya dari konjungtiva
superior, dieksisi sesuai dengan besar luka dan kemudian
dipindahkan dan dijahit.
Amnion membrane transplantation mengurangi frekuensi
rekuren pterygium, mengurangi fibrosis atau skar pada permukaan
bola mata dan penelitian baru mengungkapkan menekan TGF-
pada konjungtiva dan fibroblast pterygium. Pemberian mytomicin C
dan beta irradiation dapat diberikan untuk mengurangi rekuren
tetapi jarang digunakan.
Lamellar keratoplasty, excimer laser phototherapeutic
keratectomy dan terapi baru dengan menggunakan gabungan
angiostatik dan steroid.
Komplikasi
Penyimpangan atau penurunan tajam pengelihatan
Kemerahan
Iritasi
Bekas luka yang kronis pada konjungtiva dan kornea
Astigmatisme
Prognosa

Umumnya baik, tetapi rekurensi dapat terjadi pada 3 - 6 bulan


pertama setelah operasi. Terutama pada pasien yang sering
melakukan aktivitas di luar ruangan seperti terkena sinar
matahari dan paparan debu.
Kornea
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang
harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih,
sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak
ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama
terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang
baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil
apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan
penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.
er seh
i Kelainan di kornea
ngga member
Kekeruhan kornea Sikatriks, jaringan parut pada
kornea yang mengakibatkan permukaan kornea

i
irreguler sehingga memberikan uji plasido positif, dan
mungkin terdapat dalam beberapa bentuk, yaitu:
Nebula, kabut halus pada kornea yang sukar terlihat

kan u Makula, kekeruhan kornea yang berbatas tegas


Leukoma, kekeruhan berwarna putih padat

ji Leukoma adheren, kekeruhan atau sikatriks kornea


dengan menempelnya iris di dataran belakang
Keratitik presipitat, endapan sel radang di dataran

p belakang atau endotel kornea

Anda mungkin juga menyukai