Anda di halaman 1dari 5

Definisi

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu kerusakan pada struktur atau
fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan, dengan atau tanpa disertai penurunan
Glomerular Filtration Rate (GFR). CKD dapat pula didefinisikan sebagai suatu
keadaan dimana GFR < 60 mL/menit/1,73 m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa
disertai kerusakan ginjal (National Kidney Foundation, 2012). CKD bersifat
progresif dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, yang menyebabkan uremia (retensi urea dan
sisa nitrogen lain dalam darah). CKD ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
irreversible pada suatu derajat tertentu (Smeltzer, 2010).

Etiologi
Penyebab Chronic Kidney Disease (CKD) berkaitan dengan beberapa kondisi
atau penyakit yang berhubungan dengan pembuluh darah atau struktur lain di ginjal
dapat mengarah ke CKD. Penyebab tersering terjadinya CKD adalah diabetes dan
tekanan darah tinggi, yaitu sekitar dua pertiga dari seluruh kasus (National Kidney
Foundation, 2012). Keadaan lain yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal
diantaranya adalah penyakit peradangan seperti glomerulonefritis, penyakit ginjal
polikistik, penggunaan NSAID dan antibiotik dalam jangka waktu yang lama,
lupus, obstruksi akibat batu ginjal, kegagalan pembentukan ginjal normal pada
janin dalam kandungan, tumor atau pembesaran kelenjar prostat, dan infeksi saluran
kemih yang berulang (Price & Wilson, 2005). Berikut merupakan penyebab
tersering dari CKD (Sudoyo et al., 2005):
1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis (GN) adalah penyakit parenkim ginjal progesif dan difus
yang sering berakhir dengan gagal ginjal kronik, disebabkan oleh respon
imunologik dan hanya jenis tertentu saja yang secara pasti telah diketahui
etiologinya. Secara garis besar dua mekanisme terjadinya glomerulonefritis
yaitu circulating immune complex dan terbentuknya deposit kompleks imun
secara insitu. Kerusakan glomerulus tidak langsung disebabkan oleh kompleks
imun, berbagai faktor seperti proses inflamasi, sel inflamasi, mediator inflamasi
dan komponen berperan pada kerusakan glomerulus.
Glomerulonefritis ditandai dengan proteinuria, hematuria, penurunan fungsi
ginjal dan perubahan eksresi garam dengan akibat edema, kongesti aliran darah
dan hipertensi. Manifestasi klinik glomerulonefritis yaitu berupa sindrom klinik
yang terdiri dari kelainan urin asimptomatik, sindrom nefrotik dan
glomerulonefritis kronik. Di Indonesia glomerulonefritis masih menjadi
penyebab utama penyakit ginjal kronik dan penyakit ginjal tahap akhir (Levery
& Coresh, 2002)
2. Diabetes Mellitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karateristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ
tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah. Permasalahan
pada penderita DM berhubungan dengan terjadinya komplikasi kronis, baik
komplikasi mikroangiopati maupun makroangiopati. Salah satu komplikasi
mikroangiopati adalah nefropati diabetik yang bersifat kronik progresif.
Perhimpunan Nefrologi Indonesia pada tahun 2000 menyebutkan bahwa
diabetes mellitus sebagai penyebab tertinggi kedua penyakit ginjal kronik
dengan insidensi 18,65%.
3. Hipertensi
Hipertensi merupakan salah satu faktor pemburuk fungsi ginjal disamping
faktor lain seperti proteinuria, jenis penyakit, dan hiperglikemia. Penyakit ginjal
hipertensi menjadi salah satu penyebab penyakit ginjal kronik. Insideni
hipertensi esensial berat yang berakhir dengan gagal ginjal kronik <10%.

Epidemiologi
Prevalensi penderita Chronic Kidney Disease (CKD) saat ini terus mengalami
peningkatan di seluruh dunia. Diperkirakan lebih dari 50 juta penduduk dunia
mengalami CKD dan 1 juta dari mereka membutuhkan terapi pengganti ginjal
(Prodjosudjadi, 2013). Penelitian di jepang memperkirakan sekitar 13 % dari
jumlah penduduk atau sekitar 13,3 juta orang yang memiliki penyakit CKD pada
tahun 2005. Menurut data CDC tahun 2010, lebih dari 20 juta warga Amerika
Serikat yang menderita CKD, angka ini meningkat sekitar 8% setiap tahunnya.
Lebih dari 35% pasien diabetes menderita CKD, dan lebih dari 20% pasien
hipertensi juga memliki CKD dengan insidensi penyakit ginjal kronik tertinggi
ditemukan pada usia 65 tahun atau lebih. Studi di Indonesia menyebutkan angka
insidensi pasien PGK sebesar 30,7 perjuta penduduk dan angka kejadianya sebesar
23,4 perjuta penduduk. Jumlah pasien yang menderita CKD diperkirakan akan terus
meningkat, peningkatan ini sebanding dengan bertambahnya jumlah dan populasi,
peningkatan populasi usia lanjut, serta peningkatan jumlah pasien hipertensi dan
diabetes (Robinson, 2006).

Faktor Risiko
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (KDOQI) telah mengkategorikan
faktor risiko PGK antara lain sebagai berikut, yang tertera dalam tabel 1.

Para peneliti di Amerika Serikat telah menemukan daftar delapan faktor resiko
untuk mendeteksi Chronic Kidney Disease (CKD). Delapan faktor tersebut meliputi
usia tua, anemia, wanita, hipertensi, diabetes, penyakit vaskuler perifer dan riwayat
gagal jantung kongestif atau penyakit kardiovaskuler (Gopalan, 2008). Berdasarkan
data yang telah dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) pada tahun
2010 didapatkan urutan etiologi terbanyak penyakit ginjal hipertensi (35%),
nefropati diabetika (26%), glumerulopati primer (12%). Menurut National Kidney
Foundation faktor resiko CKD, yaitu pada pasien dengan diabetes mellitus atau
hipertensi, obesitas, perokok, usia lebih dari 50 tahun dan individu dengan riwayat
penyakit diabetes mellitus, hipertensi dan penyakit ginjal dalam keluarga (National
Kidney Foundation, 2009).

DAFTAR PUSTAKA

Gopalan, C. 2011. Effect of Nutrition on Pregnancy and Lactation. The Joint


FAO/WHO Expert Committee on Nutrition. India.

Levery, A.S., Coresh, J. 2002. Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney
Disease: Evaluation, Classification and Stratification. New York: New York
National Kidney Foundation.

National Kidney Foundation. 2002. KDOQI Clinical Practice Guidelines for


Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification.
Tersedia pada http://www.kidney.org/professionals/kdoqi/guidelines_ckd/p2_
(Diakses pada 31 Oktober 2017).

National Kidney Foundation. 2009. Chronic Kidney Disease. New york: National
Kidney Foundation.

National Kidney Foundation. 2012. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for


Chronic Kidney Disease: Evaluation, Clasification and Stratification.
American Journal of Kidney Dieases. 39:S1-S266.

Perkumpulan Nefrologi Indonesia. 2011. 4th Report of Indonesian Renal Registry.


Diakses pada http://www.pernefriinasn.org/Laporan/4th%%20Of%
20IRR11.pdf. Diunduh pada 31 Oktober 2017.

Price, S.A,. Wilson, L.M. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Volume 2 Ed/6. Hartanto, H., Susi, N., Wulansari, P., Mahanani,
D.A., editor. Jakarta: Penerbit EGC.

Prodjosudjadi, W. 2013. Clinical Practice Guideline for the Evaluation and


Management of Chronic Kidney Disease. In Chasani S, Gasem MH, Arwanto
A, (Eds). Current Guidelines in Internal Medicine to Improve Clinical Practice,
Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Tahunan XVII PAPDI Cabang Semarang.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

Robinson, B.E. 2006. Epidemiology of Chronic Kidney Disease and Anemia.


Journal of the American Medical Directors Association. 7:S3-6.

Smeltzer, S.C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
EGC.

Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FK UI.

Anda mungkin juga menyukai