PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kejadian CKD dari tahun ke tahun semakin meningkat, penderitanya bisa siapa
saja baik pria maupun wanita, tua maupun muda bukan jadi ukuran klien yang
CKD (Musa dkk, 2015). CKD adalah suatu proses patofisiologis dengan
dan pada umumnya berakhir dengan kematian jika tidak ditangani dengan
segera. Penyakit gagal ginjal kronik memiliki lima stadium dan yang paling
berat adalah stadium 5 atau disebut juga penyakit ginjal tahap akhir
(PGTA)/End Stage Renal Disease (ESRD). Pada derajat ini (stadium akhir)
penderita memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
sebesar 850.000 jiwa per tahun. Hasil penelitian Global Burden of Disease,
dunia. Lebih dari 2 juta orang di seluruh dunia saat ini menerima pengobatan
dengan dialisis untuk bertahan hidup. Diseratus dua belas Negara, banyak
1
dari 1 juta orang per tahun. Di Australia, pengobatan untuk kasus gagal ginjal
sebanyak 30.554 pasien aktif penyakit Chronic Kindsey Disease (CKD) yang
menjalani dialysis pada tahun 2015. Kematian pada pasien yang menjalani
hemodialisis tercatat sebanyak 1.243 orang pada tahun 2015. Data dari Riset
tahun 2018 sebesar 3,8% dengan prevelensi tertingi pada provinsi Kalimantan
menyebabkan gangguan pada organ tubuh. Hal ini terjadi karena toksin yang
ginjal yang mengalami gangguan. Salah satu hal yang terjadi karena rusaknya
ginjal adalah peningkatan kadar ureum dalam tubuh yang dapat merusak
semua sel termasuk sel neuron. Kasus penyakit ginjal kronik saat ini
angka kesakitan dan kematian dari penyakit bukan infeksi. Gagal Ginjal
2
Kronik juga akan menambah beban sosial dan ekonomi baik bagi penderita
menimbulkan beban medis, sosial, dan ekonomi bagi pasien maupun keluarga.
Penyakit ini banyak diderita orang tua yang berisiko menyebabkan penyakit
fungsi kognitif. Gangguan ini dipengaruhi oleh banyak faktor risiko. Faktor
risiko utama antara lain lamanya menjalani HD (Stuart & Gail, 2016).
ekskresi ginjal sehingga tidak terjadi gejala uremia yang lebih berat (Manus et
al., 2015).
3
pasien penyakit ginjal kronik. Dosis hemodialisis yang diberikan umumnya 2
kali dalam seminggu dengan setiap hemodialisis 5 jam atau sebanyak 3 kali
kecepatan aliran darah dan kecepatan aliran dialisat (Rahman, Kaunang, &
Elim, 2016).
kognitif. Gangguan kognitif yang dapat terjadi seperti penurunan pada atensi
gangguan bahasa seperti afasia sensorik dan motorik, visuospasial (tidak dapat
et al, 2019).
sakit kepala, dan berkeringat dingin akibat tekanan darah yang turun. Pasien
4
dengan penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodilisis tiga kali seminggu
tiga kali seminggu, atau kondisi lain yang dapat mempengaruhi fungsi
periode lama hemodialisis pada pasien yang menjalani hemodialisis <6 bulan
sebanyak 27%, 6-12 bulan sebanyak 47,3%, dan >12 bulan sebanyak 25,7%.
Fungsi kognitif normal 62,2%, gangguan kognitif ringan 33,8%, dan sedang
p=0,001 yang berarti terdapat korelasi antara kedua variabel yang diuji. Nilai
memiliki korelasi lemah dan arah korelasinya positif. Penelitian lain yang
5
sejalan oleh Cut Nadhira (2016) dengan hasil uji chi square didapatkan p-
value 0,028 dengan pasien yang menjalani hemodialisa > 12 bulan, mengalami
memiliki toleransi latihan fisik dan kapasitas fungsional yang buruk terhadap
dikarenakan oleh sindrom uremik yang terjadi pada pasien gagal ginjal kronik
ekstremitas bawah, anemia, dan kelemahan otot general. Inaktivitas fisik pada
Dampak dari fatique pada pasien hemodialisis kronik adalah penurunan fungsi
fisik, kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari hari, dan kualitas hidup
et al, 2015).
6
multivariat menunjukkan fungsi kognitif dipengaruhi oleh aktivitas fisik
Penelitian lain yang sejalan oleh Try Vany (2015) hasil uji chi square
responden. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa nilai p = 0,000
dengan tingkat kesalahan (α) 0,05 atau dengan perkataan lain nilai p <0,05,
Maluku yang memiliki unit hemodialisa. Menurut data register pada unit
kronik yang menjalani terapi hemodialisa berjumlah 356 pasien. Pada bulan
Januari sampai Desember 2019 sebanyak 95 orang. Pasien gagal ginjal kronik
7
Peneliti melakukan observasi dan wawancara singkat juga dengan 10
tahun, 1 tahun bahkan lebih dari 1 tahun dan juga terdapat pasien yang
yang dilakukan pasien sangat terbatas tidak sama dengan aktivitas sebelum
beraktivitas. Pasien juga mengatakan bahwa pasien sering lupa jika sudah
minum air terlalu banyak sesuai dengan yang ditentukan oleh perawat yaitu
pasien mengalami stress dengan penyakit yang diderita. Salah satu keluarga
melakukan aktivitas.
perawat selalu memberikan edukasi baik untuk pasien maupun keluarga pasien
masalah keluarga dan lebih patuh dalam menjalani hemodialisa sesuai dengan
anjuran yang ditetapkan 2 kali dalam seminggu dan sering bercerita dengan
aman dan nyaman walaupun keadaan dan kondisi pasien yang harus menjalani
8
melakukan hemodialisa, sehingga perawat harus memberikan obat hipertensi
dan menunggu beberapa jam sampai tekanan darah pasien menurun untuk
fisik dan lama menjalani hemodialisa dengan fungsi kognitif pasien Chronic
B. Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “apakah ada hubungan aktivitas fisik dan lama menjalani
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat tujuan umum dan tujuan khusus sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
9
b. Mengetahui hubungan lama menjalani hemodialisa dengan fungsi
Ambon.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
bagi masyarakat yang masih sehat untuk tetap menjaga ginjalnya dan yang
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
pasien hemodialisa.
10
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
melakukan penelitian sejenis dan lebih lanjut dalam bidang yang sama.
11