Anda di halaman 1dari 10

Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No.

2, Desember 2017

EVALUASI PERUBAHAN ADEKUASI HEMODIALISA TERHADAP DUKUNGAN KELUARGA


PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG DIBERIKAN
RANGE OF MOTION

Fitria Hasanuddin
Akademi Keperawatan Muhammadiyah Makassar

ABSTRAK

Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) merupakan masalah yang terjadi pada penurunan fungsi ginjal
dikarenakan ginjal menjadi organ vital dalam menjaga kesehatan tubuh dan hemodialisa menjadi tindakan untuk mengeluarkan sisa
metabolisme yang tidak mampu dikeluarkan oleh tubuh. Kerusakan ginjal secara berkelanjutan dan laju filtrasi glomerulus (GFR)
terus semakin menurun yang akan menimbulkan efek uremik. Adekuasi hemodialisa dapat dihitung dengan URR dan Kt/V. Penelitian
ini bertujuan untuk melihat perubahan evaluasi adekuasi hemodialisa dan pengaruh dukungan keluarga (pengaruhnya terhadap apa,
tolong dilengkapi) pada pasien gagal ginjal kronik yang diberikan range of motion (ROM)di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji
Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif desain survey analitik cohort dengan pendekatan eksploratif longitudinal.
Jumlah responden yang pada penelitian sebanyak 14 orang, yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu 9 responden diberikan intervensi
ROM dan hemodialisa serta 5 responden yang menjalani terapi hemodialisa sebagai kelompok kontrol. Uji statistic paired t test untuk
melihat perbedaan sebelum dan setelah diberikan range of motion pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Setelah
kunjungan ke-8 pada kelompok intervensi (ROM+Hemodialisa) diperoleh nilai URR p = 0,05 (Mean 76,00 ; SD 11,32) yang berarti
terdapat perbedaan yang signifikan nilai URR setelah dilakukan range of motion. Dan Kt/V pada kedua kelompok yaitu kelompok
intervensi dan kontrol diperoleh nilai p> 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan sebelum dan setelah pemberian range of motion. Pada
Uji pearson correlation didapatkan dataTidak ada pengaruh dukungan keluarga terhadap perubahan nilai adekuasi hemodialisa
diperoleh nilai p> 0,05

Kata kunci: adekuasi hemodialisa, Dukungan keluarga, Range of motion (ROM.)

PENDAHULUAN kelompok umur ditemukan kelompok umur ≥ 75


Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Chronic tahun dengan 0,6% tertinggi daripada kelompok
Kidney Diseases (CKD) merupakan masalah umur yang lain dan kejadian pada laki – laki 0,3
yang terjadi pada penurunan fungsi ginjal % lebih tinggi dari perempuan. Tingginya angka
dikarenakan ginjal menjadi organ vital dalam kejadian tersebut dikarenakan oleh beberapa
menjaga kesehatan tubuh. Penurunan fungsi faktor penyebab dari penyakit sistemik dan
ginjal menyebabkan ginjal tidak dapat kardiovaskuler. Banyak penyakit yang bisa
mempertahankan keseimbangan metabolisme, muncul secara bersamaan dengan ESRD. Dalam
cairan dan elektrolit yang dapat mengakibatkan hal ini infeksi dan penyakit kardiovaskuler
uremia: retensi urea dan sampah nitrogen lain merupakan penyebab umum terjadinya penyakit
dalam darah (Bare & Smeltzer, 2004). Penyakit ESRD yang dapat mengakibatkan kematian.
ginjal kronis tidak dapat disembuhkan atau Tingginya angka kejadian ESRD dikarenakan
dipulihkan ketika terjadi penurunan fungsi ginjal kejadian diabetes dan hipertensi turut
dan massa ginjal yang tersisa tidak dapat lagi mempengaruhi yakni sebesar 34 % dan 21 % dari
menjaga lingkungan internal tubuh, maka total kasus. Glomerulus menjadi urutan ketiga 17
akibatnya terjadi gagal ginjal atau CKD stadium 5 % penyebab ESRD (Price & Wilson, 2005).
dan sering disebut penyakit ginjal stadium akhir Tingginya angka kejadian penyakit renal
(ESRD) (Black & Hawks, 2014).Prevalensi tahap akhir disebabkan karena penyakit sistemik
kejadian gagal ginjal kronik di dunia menurut The seperti diabetes melitus, glomerulus nefritis
United States Renal Data System (USRDS) akhir pielonefritis dan hipertensi yang tidak dapat
tahun 2009, lebih dari 871.000 orang dirawat dikontrol. Dengan berbagai macam penyakit
karena ESRDdi Amerika Serikat.Menurut data yang bisa menyebabkan gagal ginjal kronik dan
dari Riset Kesehatan Dasar (2013), prevalensi tingginya angka kejadian baik di Amerika Serikat
gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2 %. maupun di Indonesia, maka dapat di lihat bahwa
Sulawesi Selatan menjadi urutan ke lima setelah kerusakan ginjal bisa terjadi dimana saja.
Sulawesi Tengah, Sulawesi utara, Aceh dan Kerusakan ginjal secara berkelanjutan dan
Gorontalo. Adapun angka kejadian di Sulawesi jumlah nefron berfungsi semakin kurang dan laju
Selatan sebanyak 0,3 %, sementara berdasarkan filtrasi glomerulus (GFR) terus semakin menurun.

59
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

Tubuh menjadi kelebihan cairan dan sampah sisa Teknik Pengumpulan Data
metabolisme semakin banyak. Karena terjadi Data primer diperoleh melalui lembar observasi
penurunan fungsi ginjal maka fungsi eksresi yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti dan data
mengalami gangguan. Ketika GFR turun di sekunder melalui buku status pasien pada rekam
bawah 10 -20 ml/menit, efek uremik timbul pada medik. Jelaskan tentang teknik perolehan nilai
tubuh klien dan upaya penanganannya tidak URR dan Kt/V
diterapi dengan dialisis atau transplantasi, maka
uremia dan kematian bisa terjadi pada klien Analisis dan Penyajian data
(Bayhakki, 2013). Angka bertahan hidup 1 tahun Analisa data dilakukan dengan program SPSS 21
pasien untuk pasien yang menjalani terapi for Windows dan uji statistik dengan
hemodialisa diperkirakan 79 %, namun angka menggunakan uji univariat dengan mean dan
bertahan hidup jangka panjang turun hingga 33 standar deviasi untuk data numerik serta
% untuk 5 tahun (NKUDIC, 2009). Hal ini frekuensi persen untuk data kategorik, uji bivariat
menjadikan terapi hemodialisa menjadi pilihan paired t test dan pearson corelation.
pengobatan dari gagal ginjal kronik. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Alimanesh dkk HASIL
(2010), dikatakan bahwa usia rata – rata pasien Tabel 1 : menunjukkan karakteristik
adalah 16 sampai 54 tahun, mean Kt/V 0,97 ± demografi dan klinik antara kelompok intervensi
0,42 yang secara signifikan lebih tinggi pada (ROM dan hemodialisa) dengan kelompok
pasien yang menerima 3 kali perminggu kontrol yang menjalani hemodialisa saja.
dibandingkan dengan 2 kali perminggu dengan p Didapatkan data rata – rata umur responden
= 0,03 dan terdapat 32,1 % dari semua pasien pada kelompok intervensi (ROM + hemodialisa)
mencapai nilai Kt/V. Dukungan keluarga 49,56 (lengkapi standar deviasi) dan kelompok
merupakan satu factor yang mempengaruhi kontrol 42,20 (lengkapi standar deviasi). Adapun
keputusan insiasi hemodialisa (Sunarni, 2009). jenis kelamin responden terbanyak pada
Respon yang memiliki dukungan yang baik tidak perempuan yakni 6 (42%) pada kelompok
akan menunda inisiasi hemodialisa dan intervensi dan 2 (untuk angka-angka dilengkapi
berpengaruh dalam menjalani terapi hemodialisa satuan, misalnya tahun, orang, kg, dll di belakang
(Tonapa, 2016). Berdasarkan uraian di atas angka) (14,3 %) pada kelompok kontrol,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian sementara laki – laki 3 (21,4 %) pada kedua
evaluasi perubahan hemodialisa dan dukungan kelompok. Untuk berat bedan kering responden
keluarga pasien gagal ginjal kronik yang terlihat jelas kelompok control lebih tinggi (55,20)
diberikan range of motion. dibanding kelompok intervensi (ROM +
hemodialisa) sebanyak (47,57). Pasien gagal
METODE ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
Desain penelitian menggunakan kebanyakan disebabkan oleh hipertensi,
pendekatan deskriptif ekploratif longitudinal. pielonefritis dan diabetes mellitus. Saat
menjalani hemodialisa, rata – rata durasi
Populasi dan sampel hemodialisa responden 4,02 (0,16) pada
Populasi dalam penelitian ini adalah semua kelompok intervensi (ROM + hemodialisa ) dan
responden yang menjalani terapi hemodialisa 3,88 (0,22) pada kelompok control (Hemodialisa).
pada bulan November – Desember 2017 di Sementara frekuensi responden dalam menjalani
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji. hemodialisa setiap minggu didapatkan data
Didapatkan jumlah responden sebanyak 14 bahwa baik kelompok intervensi maupun
orang (9 responden sebagai kelompok intervensi kelompok control 2 kali seminggu dan jumlah
yang diberikan ROM dan hemodialisa, 5 cairan yang dikeluarkan tiap sesi hemodialisa
responden sebagai kelompok kontrol yang kebanyakan 2 liter yaitu 2,22 (0,83) pada
menjalani hemodialisa saja) dengan teknik total kelompok intervensi (ROM + hemodialisa) dan
sampling. 2,20 (0,84) pada kelompok control (hemodialisa)
dengan kecepatan aliran darah yang dapat
diobservasi pada mesin dializat yaitu 200
ml/menit pada kedua kelompok. Dari hasil

60
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

pemeriksaan elektrolit didapatkan : nilai Na+ pada Dari tabel 3 menyajikan hasil uji korelasi
kedua kelompok berada pada range yang normal dukungan keluarga terhadap URR dan Kt/V pada
(136 – 145) dengan uraian pada kelopok control kelompok intervensi (ROM+hemodialisa) dan
144,20 dan kelompok intervensi 139,22, kelompok kontrol diperoleh nilai p > 0,05. Artinya
begitupun dengan nilai Cl¯ dan K+ responden tidak ada signifikan antara dukungan keluarga
rata – rata hasilnya berada pada range normal dengan nilai URR dan Kt/V. Pada kelompok
(98-106). Pasien gagal ginjal kronik yang intervensi untuk arah korelasinya positif dengan
menjalani hemodialisa kebanyakan disebabkan kekuatan korelasinya lemah, Kt/V arah
oleh hipertensi, pielonefritis dan diabetes korelasinya positif dengan kekuatan korelasinya
mellitus. Saat menjalani hemodialisa, rata – rata kuat. Untuk kelompok kontrol nilai URR dimana
durasi hemodialisa responden 4,02 (0,16) pada kekuatannya sedang dengan arah korelasi positif
kelompok intervensi (ROM + hemodialisa ) dan Kt/V arah korelasinya positif dengan kekuatan
3,88 (0,22) pada kelompok control (beberapa korelasi sedang.
penulisan perlu dimiringkan/diindonesiakan Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa
seperti kontrol/control, range, mean) beberapa data karakteristik responden memiliki
(Hemodialisa). Sementara frekuensi responden hubungan dengan perubahan nilai adekuasi
dalam menjalani hemodialisa setiap minggu (URR dan Kt/V) dengan nilai p <0,05. Yakni
didapatkan data bahwa baik kelompok intervensi frekuensi terhadap Kt/V nilai p 0,04, kekuatan
maupun kelompok control 2 kali seminggu dan korelasi lemah (r=-0,22), durasi p = 0,00 r 0,83,
jumlah cairan yang dikeluarkan tiap sesi dan berat badan kering p = 0,00 r =0,41. Untuk
hemodialisa kebanyakan 2 liter yaitu 2,22 (0,83) nilai URR berat badan kering < 0,05. Dapat
pada kelompok intervensi (ROM + hemodialisa) dilihat pada grafik 1
dan 2,20 (0,84) pada kelompok control Dari grafik 1 di atas disimpulkan bahwa
(hemodialisa) dengan kecepatan aliran darah semakin sering seseorang melakukan
yang dapat diobservasi pada mesin dializat yaitu hemodialisa dengan pemberian ROM maka nilai
200 ml/menit pada kedua kelompok. Dari hasil Kt/V mengalami penurunan. Dan dari grafik ini
pemeriksaan elektrolit didapatkan : nilai Na+ pada terdapat 21% hubungan frekuensi terhadap Kt/V
kedua kelompok berada pada range yang normal yang mampu dijelaskan dan 79% faktor lain
(136 – 145) dengan uraian pada kelopok control yang memberi kontribusi.Untuk durasi
144,20 dan kelompok intervensi 139,22, hemodialisa terdapat hubungan dengan Kt/V, hal
begitupun dengan nilai Cl¯ dan K+ responden ini dapat dilihat pada grafik 2.
rata – rata hasilnya berada pada range normal Dari grafik 2 di atas disimpulkan bahwa
(98-106). semakin sering lama seseorang melakukan
Tabel 2 yang uji paired t test untuk hemodialisa dengan pemberian ROM maka nilai
melihat perbedaan adekuasi hemodialisa Kt/V semakin meningkat. Dan dari grafik ini, 69%
(URRKt/V) sebelum dan setelah diberikan range hubungan durasi hemodialisa terhadap Kt/V yang
of motion pada kelompok intervensi (ROM+HD) mampu dijelaskan dan 31% faktor lain yang
dan kelompok control (HD). Nilai URR pada memberi kontribusi. Untuk melihat hubungan BB
kelompok intervensi p = 0,005 artinya terdapat kering dengan nilai Kt/V dan URR. Hal ini dapat
perbedaan URR saat kunjungan 1 dengan dilihat pada grafik 3
kunjungan 8, sementara pada kelompok control grafik 3 di atas disimpulkan bahwa
yang hemodialisa saja URR kunjungan 1 dengan semakin tinggi berat badan kering responden
kunjungan 8 p = 0,39 sehingga pada kelompok maka nilai Kt/V semakin menurun. Dan dari grafik
control tidak ditemukan perbedaan URR pada ini 67% hubungan berat badan kering terhadap
kunjungan 1 dan 8. Sehingga disimpulkan URR Kt/V yang mampu dijelaskan dan 33% faktor lain
pada kelompok intervensi, terdapat perbedaan yang memberi kontribusi.
setelah kunjungan 8. Pada nilai Kt/V kunjungan 1 Selain hal yang di atas berat badan kering meliki
dan kunjungan 8 didapatkan nilai p = 0,11 pada hubungan dengan perubahan nilai URR.
kelompok intervensi. Hal ini disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan daan nilai KtV pada PEMBAHASAN
kelompok intervensi Dalam penilitian (penelitian) ini untuk
mengukur adekuasi responden / pasien

61
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

indikatornya adalah nilai ureum reduction ratio terdapat oksigen yang cukup untuk
(URR) dan Kt/V. Berdasarkan hasil penelitian melangsungkan metabolism glukosa tahap
untuk menghitung nilai URR maka, harus diukur kedua (tahap oksidatif), sebagian besar asam
ureum pre dan post. (metode pengukuran piruvat diubah menjadi asam laktat yang berdifusi
masukkan di tempatnya). Selama hemodialisa ke luar dari sel otot masuk kedalam cairan
terjadi proses ultrfiltasi (ultrafiltrasi) dan difusi. interstisial dan darah. Oleh karena itu banyak
Pada penelitian ini ditunjukkan nilai ureum pre- glikogen otot berubah menjadi asam laktat tetapi
post (pre-post) mengalami penurunan yang dalam perjalanannya, sejumlah ATP yang sangat
siknifikan setelah dilakukan range of motion banyak dibentuk seluruhnya tanpa memakai
(miring) pada kelompok intervensi. Hal ini sangat oksigen (Guyton, 2008). Hal ini sejalan dengan
menentukan perubahan dari nilai URR yang penelitian Berman, Erb, Kozier & Snyder (2010)
menjadi salah satu indicator dalam menilai dikatakan bahwa latihan ROM memiliki
adekuasi hemodialisa. Ditinjau dari indikator keuntungan untuk memperbaiki kesehatan otot
adekuasi URR responden pada penelitian ini dan meningkatkan bersihan ureum dari
bahwa responden yang dilakukan rangen of sel/jaringan kulit. Latihan yang dilakukan
mation dan hemodialisa mencapai nilai adekuasi merangsang pertumbuhan pembuluh darah yang
(minimal > 65 %) dibandingkan dengan kelompok kecil(kapiler) dalam otot. Hal ini membantu tubuh
kontrol yang hanya menjalani hemodialisa saja. untuk lebih efisien menghantarkan oksigen ke
Hal ini terjadi karena rata – rata kelompok yang otot, dapat memperbaiki sirkulasi secara
diberikan intervensi menjalani hemodialisa tiap menyeluruh dan menurunkan tekanan darah
kunjungan selama 4 jam bahkan terdapat serta mengeluarkan hasilsampah metabolik yang
responden yang mencapai 5 jam, sehingga dosis mengiritasi seperti asam laktat dari dalam otot.
hemodialisa memenuhi 8 – 10 jam. Perhimpunan Latihan yang adekuat meningkatkan efisiensi
Nefrologi Indonesia (Pernefri, 2003)menyatakan aliran darah, sehingga tubuh mengekskresikan
dosis HD yang ideal adalah 10 – 15 jam/minggu sisa metabolisme secara lebih efektif. Latihan
yang diberikan2 – 3 kali perminggu dengan lama aeorobic secara rutin dapat membantu
HD antara 4 – 5 jam perkali HD. Secara teori meningkatkan oksigenasi seluler menjadi lebih
dikatakan pada system metabolic otot saat adekuat dan meningkatkan jumlah energi seluler
latihan yaitu 1) system fosfokreatin – keratin, 2) (ATP). Selain URR, yang menjadi indikator dalam
system glikogen-asam laktat 3) system aerobic. menilai adekuasi adalah nilai Kt/V. Berbeda yang
Sistem fosfokeratin ke ATP adalah penghantaran dikatakan oleh Vaithilingam,I., (2010) bahwa
terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Oleh tidak ada pebedaan penghapusan ureum pada
karena itu, semua energy yang disimpan di dalam kelompok intervensi maupun kelompok kontrol.
fosfokreatin otot dengan segera tersedia untuk Pada penelitian ini secara statistik tidak
kontraksi otot, seperti yang tersimpan dalam ditemukan adanya pengaruh range of motion
ATP. Jumlah gabungan dari sel ATP dan sel pada nilai Kt/V, hal ini disebabkan karena rata –
fosfokreatin disebut energy fosfagen. Keduanya rata jumlah cairan yang dikeluarkan 2,2 liter,
bersama–sama dapat menyediakan daya sehingga volume cairan yang ada dalam tubuh
ototmaksimal selama 8 sampai 10 detik. Sistem pasien masih besar, sementara frekuensi
glikogen – asam laktat yakni glikogen yang hemodialisa lebih dominan 2 kali seminggu
disimpan di dalam otot dapat dipecah menjadi dengan durasi tiap kali hemodialisa 3,8 – 4 jam..
menjadi glukosa dan glukosa tersebut kemudian Pada penelitian tersebut QB yang diberikan
digunakan untuk energy yang disebut glikolisis, rerata 200 ml/menit. Sementara untuk
terjadi tanpa penggunaan oksigen oleh karena memperoleh bersihan ureum yang optimal pada
sebagai metabolic anaerobic. Selama glikolisis, pasien dewasa, Qbdiatur pada kecepatan antara
setiap molekul glukosa dipecah menjadi dua 200 – 600 mL/menit. Pada Qb200mL/menit
molekul asam piruvat, dan energy dilepaskan diperoleh bersihan ureum 150 mL/menit,
untuk membentuk empat molekul ATP untuk sedangkan Qb400 mL/menit diperoleh bersihan
setiap molekul glukosa awal. Kemudian asam ureum 200 mL/menit (meningkat33%)
piruvat kasuk ke mitokandria sel otot dan (Daugirdas, Blake, & Ing, 2007). Dalam mencapai
bereaksi dengan oksigen untuk membentuk lebih adekuasi diperlukan dukungan dan peran serta
banyak molekul ATP. Akan tetapi bila tidak dari keluarga selama menjalani terapi

62
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

hemodialisa, baik saat menjalani hemodialisa KESIMPULAN DAN SARAN


maupun saat perawatan di rumah. Dukungan
yang dimaksudkan adalah dukungan keluarga Penelitian ini menyimpulkan ada
selama menjalani perawatan hemodialisa dan perbedaan yang bermakna terhadap perubahan
respon keluarga terhadap perawatan selama di di nilai URR responden yang menjadi salah satu
rumah. Dari segi dukungan keluarga secara indikator dalam penilaian adekuasi hemodialisa.
statistic tidak ditemukan adanya hubungan yang Dengan nilai p<0,05 maka terdapat perbedaan
bermakna. Hal ini ditinjau dari respon keluarga URR sebelum dan setelah dilakukan range of
yang semuanya mendukung serta mekanisme motion. Selain URR, nilai Kt/V menjadi salah satu
koping responden bahwa mereka semua telah indikator adekuasi hemodialisa dan tidak ada
menerima kondisinya dengan masa perawatan perbedaan sebelum dan setelah dilakukan
lebih dari 6 bulan dan keluarga semuanya pemberian range of motion terhadap perubahan
mensupport dalam menjalani terapi hemodialisa. Kt/V. Hal ini dapat dilihat dari nilai p>0,05 yang
Dari penelitian ini terjawab bahwa meskipun berarti secara statistic tidak terdapat adanya
dukungan keluarga secara statistic tidak pengaruh pemberian range of motion terhadap
berpengaruh namun didapatkan bahwa hal yang perubahan Kt/V, namun terdapat secara klinis
memberi kontribusi itu adalah frekuensi HD, mengalami perubahan yang bermakna yakni nilai
Durasi HD dan Berat badan Kering. Dari Kt/V > 1,2 artinya mencapai standar adekuasi
penelitan tersegut digambarkan bahwa semakin pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol,
lama dan semakin semakin sering orang dalam namun nilai adekuasinya lebih tinggi pada
menjalani terapi hemodialisa maka akan kelompok intervensi dibanding kelompok kontrol.
berpengaruh terhadap adequasi. Kondisi ini Pada dukungan keluarga secara statistic
menunjukkan bahwa proses ultrafiltrasi dan difusi tidak ditemukan adanya hubungan yang
belum berjalan dengan optimal dan rentang bermakna terhadap perubahan nilai adequasi
waktu yang agak lama untuk menjalani dan factor yang memberi kontribusi adalah durasi
hemodialisa selanjutnya sehinggan terbentuk hemodialisa, frekuensi hemodialisa dan berat
dan tidak didukung dengan pembatasan diet dan badan kering.
kesadaran responden terhadap pembatasan Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
cairan sehingga terjadi penumpukan sisa untuk melakukan penelitian dengan jumlah
metabilisme yang semakin banyak. Hal tersebut sampel yang lebih banyak dan waktu yang lebih
berakibat pada perhitungan nilai adekuasi lama dalam menilai adekuasi hemodialisa dan
pascahemodialisa. Oleh karena V (volume menilai serum elektrolit pre dan post intervensi
distribusi cairan) dan berat badan kering yang range of motion. Selain itu saat penelitian jenis
menjadi pembilang mempunyai nilai yang cukup mesin yang digunakan 2 jenis sehingga
besar sehingga perhitungan akhirnya diperoleh diupayakan menggunakan 1 jenis mesin dializat.
nilai adekuasi yang kecil (Chayati, 2014). Dari Dan perlunya seorang perawat yang bertugas di
hasil penelitian yang dilakukan oleh Malekmakan ruang hemodialisa mengukur URR dan Kt/V
(2010), dikatakan bahwa Kt/V signifikannya lebih pasien setiap bulannya dengan mengedukasi
tinggi pada mereka yg mendapatkan 3 kali pasien terhadap lamanya proses hemodialisa
seminggu dibandingkan 2 kali perminggu. dan mengobservasi QB dan mengkaji keluhan
Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri, pre, intra serta post dialisis.
2003) menyatakan dosis HD yang ideal adalah
10 – 15 jam/minggu yang diberikan 2 – 3 kali DAFTAR PUSTAKA
perminggu dengan lama HD antara 4 – 5 jam
perkali HD. Target Kt/V yang ideal adalah 1,2 Alimanesh, M., Haghpanah,A., Haghpanah,S.,
(URR 65%) untuk pasien yang menjalani HD Khajehdehil, P., Malekmakan, A.,
3X/minggu dengan lama HD antara 4 – 5 jam Malekmakan, L., … Pakfetrat, M.
perkali HD. Pembahasan dibagi dalam tiga atau (2010). Dialysis adequacy and kidney
empat paragraf sesuai tujuan, URR, Kt/V, disease outcomes quality initiative
Dukungan keluarga, dilengkapi dengan rujukan goals achievement in an Irian
hasil penelitian lain yang relevan untuk masing- hemodialysispopulation.IJKD :
masing. 2010;4:39-43. Diakses dari website

63
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/2 Hajbaghery, MA., Ilali, E., Makhlough, A.,


0081303 Mohseni, R., & Zeydi, AE. (2013). The
Armiyati, Chanif, Yuwono. (2013). Pengaturan effect of intradialytic aerobic exercise
kecepatan aliran darah (quick of blood) on dialysis efficacy in hemodialysis
terhadap rasio reduksi ureum pada patients: a randomized kontrolled trial.
pasien penyakit ginjal kronik yang Oman Medical Journal, 28(5), 345-349.
menjalani hemodialisis di unit Doi: 10.5001/omj.2013.99
hemodialisis RSUD kota Semarang. Ilali, E.,Makhlough A., Mohseni,R., &
Prosiding Konferensi Nasional PPNI Shahmohammadi.(2012). Effect Of
Jawa Tengah 2013. Intradialytic Aerobic Exercise On
Serum Electrolytes Levels In
Bayhakki (2013). Seri asuhan keperawatan klien Hemodialysis Patients. Iranian Journal
gagal ginjal kronik. Jakarta : EGC. of Kidney desease IJKD 2012 ;6:119-
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan 123.http;
Medikal Bedah Manajemen Klinis //www.ijkd.org//index.php/ijkd/article/vi
Untuk Hasil Yang Diharapkan Edisi 8 ewFile/597/387
Buku 2. Singapura: Elsevier. Jung, T & Park,S.(2011). Intradialytic exercise
program for hemodialysis patient.
Berman, A., Erb, G., Kozier, B., & Snyder, S. J. Chonnam Med J 2011; 47:61-65.
(2010). Buku ajar fundamental
http://dx.doi.org/10.4068/cmj.2011.47.
keperawatan konsep proses dan
2.61
praktik. Jakarta : EGC.
Kirkman, Roberts, Kelm, Wagner, Jibani &
Bevington, A., Bishop, N.C., Clapp, E.L., Macdonald. (2013). Interaction
Feehally, J., Kosmadakis, G.C., Smith, between Intradialytic Exercise and
A. C.,... Viana, J.L. (2010). Physical Hemodialysis Adequacy.Am J Nephrol;
exercise in patients with severe kidney 38: 475-482. DOI:10.1159/000356340.
disease. Nephron clinical practice KDOQI. (2012). Clinical practice guidelines for
2010; 115:c7- hemodialysis adequacy. 10 April 2015.
c16.doi:10.1159/000286344 http://www.kidney.org/professionals/kd
Burns, N., & Groove, S.K. (2011). Understanding oqi/
Nursing Research (5th ed). . USA: KDOQI. (2015). Clinical practice guidelines for
Elsevier. hemodialysis adequacy : 2015 update.
Chayati,N., Ibrahim, K., & Komariah, M. (2014). Diakses dari halaman website
Predictor of dialysis adequacy in https://www.kidney.org/professionals/g
hemodialysis patients in PKU uidelines/hemodialysis2015
Muhammadiyah Hospital Yogyakarta.
Diakeses di website King-Vanvlack C.E., Parsons, T.K., & Tosselmire
http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/ E.D., (2006).Exercise Training
mkb/article/view/410 DuringHemodialysis Improves Dyalisis
Efficacy And Physical Performance.
Chen, L., Cheng, J., Sheng, K., Wu, C & Zhang, ExerciseArch phys med rehabil: 2006;
P. (2014). Intradialytic exercise in 87:680-7. Diperoleh
hemodialysis patients: A systematic darihttp://www.interscience.com
review and meta-analysis. Am J
Nephrol, 40: 478-490. Doi: National Kidney and Urologic Disease
10.1159/000368722. Information Clearinghouse. (2009).
Daugirdas, J. T. & Ing. (2007). Physiologic Kidney and urologic disease statistic for
Principles and Urea Kinetic Modeling. the United States (NIH Publication
Philadelpia: Lippincott Williams & No.09-3895). Retrieved from http:
Wilkins. //www.niddk.nih.gov/kudiseases/kidney
/pubs/kustats

64
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

Nekada,CD., (2012). Hubungan antar dukungan Sunarni (2009) Hubungan antar dukungan
keluarga kepatuhan pasien gagal ginjal keluarga dengan kepatuhan menjalani
dalam menjalani hemodialysis di RSUP hemodialisa pada penderita gagal
DR. Soeradjietirtonegoro Klaten ginjal.
Painter, P. (2013). Exercise in patients with end-
stage renal disease. Diakses dari Tonapa (2016) Hubungan Dukungan Keluarga
website Dengan keputusan Insiasi Hemodialisa
http://web.missouri.edu/~brownmb/pt4 Pada Pasien
15/case/burnett/ACSM- Penyakit Ginjal Kronik Di ruang e-journal
Resource.C.34-ESRD.pdf keperawatan vol 4 Nomor 1, Februari
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi 2016
konsep klinis proses - proses penyakit The United States Renal Data System
volume 2 edisi 6. Jakarta: EGC. (USRDS).(2012). Prevalence of
reported CKD on 2012. Diperoleh dari
Riset Kesehatan Dasar (2013). Prevalensi
http://usrds.org
penyakit gagal ginjal kronik 2013.

65
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

Tabel 1 Karakteristik demografi dan klinik

Kelompok

ROM dan
Karakteristik Hemodialisa p
hemodialisa

(n=9) (n=5)
Umur, Mean (SD) 49,56 (12,82) 42,20 (3,27) 0,12 †
BB Kering, Mean (SD) 47,56 (6,91) 55,20 (10,57) 0,06 †
Frekuensi Hemodialisa, 2,22 (0,44) 2,60 (0,54) 0,09 †
Mean (SD)
Durasi Hemodialisa, Mean 4,02 (0,16) 3,88 (0,22) 0,10 †
(SD)
Uf Goal, Mean (SD) 2,22 (0,83) 2,20 (0,84) 0,48 †
Quick Blood , Mean (SD) 199,11 (11,78) 200,20 (13,59) 0,44 †
Na +, Mean (SD) 139,22 (2,43) 144,20 (10,50) 0,09 †
K +, Mean (SD) 4,64 (0,54) 4,36 (0,70) 0,10 †
Cl - , Mean (SD) 105,67 (2,29) 106,20 (2,77) 0,35 †
Jenis kelamin, n (%)
Laki – laki, 3 (21,4) 3 (21,4) 0,17 ††
Perempuan 6 (42,9) 2 (14,3)
Etiologi, n (%)
Hipertensi 5 (35,7) 1 (7,1) 0,19 ††
Pielonefritis 2 (14,3) 2 (14,3)
DM 1 (7,1) 2 (14,3)
Glomerulosnefritis 1 (7,1) 0 (0,0)
Keterangan : menggunakan † Uji independent t test, α = 0,05 dan †† Uji chi – square, α = 0,05

66
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

Tabel 2 Perbedaan adekuasi hemodialisa (URR dan Kt/V) sebelum dan setelah diberikan
range of motion pada kelompok intervensi (ROM+HD) dan kelompok control (HD)

Variabel Intervensi P Kontrol P


Adekuasi (ROM+HD) (HD)
Hemodialisa
Kunjungan Kunjungan Kunjungan Kunjungan
1 8 1 8
URR, 67,68 76,00 0,05*† 65,60 67,20 0,39†
Mean (SD) (10,86) (11,32) (10,29) (16,90)

Kt/V 1,60 1,72 0,11 1,48 1,48


Mean (SD) (0,38) (0,37) (0,33) (0,33)
Keterangan : Menggunakan † Uji paired t test, α = 0,05
Tabel 3 Hubungan dukungan keluarga selama menjalani terapi hemodialisa pada
kelompok intervensi (ROM dan hemodialisa) dengan kelompok kontrol

Variabel Kelompok Intervensi Kelompok Kontrol

URR Kt/V URR Kt/V

r p r p r p r p

Dukungan 0,33 0,19 0,60 0,43 0,55 0,17 0,44 0,23†


Keluarga

Keterangan: Menggunakan †Uji pearson correlation, α < 0,05

Tabel 4 Hubungan data karakteristik terhadap URR dan Kt/V

Variabel Kt/V URR


r p r p
Umur -0,31 0,14 -0,18 0,54†

Frekuensi -0,22 0,04* -0,28 0,17

Durasi 0,83 0,00* 0,29 0,15

BB kering -0,41 0,00* -0,27 0,02*

QB -0,34 0,12 0,29 0,15

UF Goal -0,45 0,05 -0,14 0,31

Keterangan: Menggunakan †Uji pearsoncorrelation

67
Media Kesehatan Politeknik Kesehatan Makassar Vol. XII No. 2, Desember 2017

68

Anda mungkin juga menyukai