Telaah Jurnal
Disusun Oleh
Kelompok T17 A
1. Yance Yulia
2. Riska Yusnita Sari
3. Widynanda Septrya
4. Yuza Kemala
5. Sri Erlita Dongoran
6. Helvia Rahayu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic kidney disease (CKD) atau lebih dikenal dengan gagal ginjal adalah
masalah kesehatan yang banyak terjadi di dunia yang dapat mengakibatkan kegagalan
fungsi organ ginjal, cardiovascular disease dan kematian dini. CKD didefinisikan
sebagai suatu kondisi dimana terjadinya kerusakan pada ginjal atau glomerular
filtration rate (GFR) < 60 mL/min/1.73 m2 dalam waktu 3 bulan atau lebih. Selain itu
CKD juga ditandai dengan adanya kondisi albuminuria (Levey et, al, 2005). CKD
adalah salah satu masalah kesehatan dunia yang mengalami peningkatan insiden dan
seiring meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan kejadian penyakit diabetes
melitus serta hipertensi. Sekitar 1 dari 10 populasi global mengalami CKD pada
mendapatkan bahwa prevalensi global CKD sebesar 13,4%. Menurut hasil Global
Burden of Disease tahun 2010, CKD merupakan penyebab kematian peringkat ke-27
di dunia tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010. Sedangkan
CKD sebesar 0,2%. Hasil Riskesdas 2013 juga menunjukkan prevalensi meningkat
(0,3%) lebih tinggi dari perempuan (0,2%), prevalensi lebih tinggiterjadi pada
stege awal bahkan belum memperlihatkan gelaja apa-apa. Gejala-gejala mulai muncul
setelah kondisi ginjal semakin memburuk bahkan tidak sedikit pasien yang baru
mengetahui kondisi penyakit CKD nya setelah memasuki stage akhir. Pada stage-
stage akhir terapi yang paling umum digunakan adalah renal replacement treatment.
Hemodialisis adalah salah satu renal replacement treatment yang paling banyak
menggunakan alat khusus yang bertujuan untuk mengeluarkan toksis uremik dan
mengatur cairan elektrolit tubuh (Kemenkes, 2017). Namun disisi lain terapi
hemodialisis juga dapat menimbulkan berbagai gelaja yang dapat mengganggu dan
kesulitan berkonsentrasi, pembengkakan pada tangan dan kaki, kram otot dan gatal-
gatal (Horigan et al, 2013). Fatigue adalah salah satu gejala yang paling sering
ditemui pada pasien dengan CKD. Fatigue adalah gejala yang tergolong under-
prevalensi kejadian fatigue pada pasien yang menjalani terapi hemodialisis berada
dalam rentang 60% sampai 97%, dan kondisi ini dilaporkan berkaitan erat dengan
rendahnya kualitas hidup dan rendahnya survival rate pada pasien CKD (Jhamb et al,
2009).
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi kondisi fatigue pada
baik untuk mencegah efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat-obatan
kimia (drug-induced side effects) pada pasien CKD. Salah satu terapi komplementer
yang dapat digunakan untuk mengatasi kondisi fatigue pada pasien CKD yang
salah satu terapi komplementer yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan
yang berkaitan dengan terapi hemodialisa termasuk kondisi fatigue. Lebih lanjut
Nesami menjelaskan lavender adalah salah satu jenis aroma terapi yang paling banyak
digunakan untuk mengatasi kondisi fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisa
karena adanya kandungan linalool dan linalil asetat pada lavender yang dapat
RSUP M. Djamil sangat banyak. Kebanyakan pasien datang sudah berada pada stage-
stage akhir dengan komplikasi penyakit lainnya dan menjalani terapi hemodialisis.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada Irna Penyakit Dalam Wanita 4
dari 5 orang pasien yang menjalani terapi hemodialisis mengalami kondisi fatigue.
oleh sebab itu, penulis akan menelaah jurnal terkait pemanfaatan aromaterapi dalam
pemanfaatan aromaterapi untuk manajemen fatigue pada pasien CKD yang harus
Therapy
D. Manfaat penulisan
Penulisan telaah jurnal The Effect of Amomatherapy Inhalation on Fatigue
bermanfaat:
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan pembelajaran dalam pemberian aromaterapi sebagai terapi
komplementer untuk mengatasi kondisi fatigue pada pasien CKD yang menjalani
hemodialisa.
2. Bagi Perawat
Sebagai pengetahuan terbaru dalam praktik klinik yang dapat mengupgrade
dalam pemberian aromaterapi untuk mengatasi fatigue pada pasien CKD yang
menjalani hemodialisa.
3. Bagi Ruangan
Sebagai bahan pertimbanagan dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien CKD yang menjalani hemodialisa sesuai dengan jurnal penelitian terbaru
rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal
biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma,
2013). Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi
ginjal yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh
yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi
bila laju filtrasi glomerator kurang dari 50ml/menit. (Suyono RF, 2001).
2. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginjal. Lesi yang paling
sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang besar, dengan konstriksi
satu atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbtan pembuluh darah.
Nefrosklerosis yaitu suatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang
gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : Seperti glomerulonefritis
c. Infeksi
Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal
dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai
ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden dari traktus
konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter
Penyakit polikistik yaitu kondisi keturunan yang dikarakteristik oleh
terjadinya kista/kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain, serta
tidak adanya jaringan ginjal yang bersifat kongenital ( hipoplasia renalis) serta
adanya asidosis.
3. Klasifikasi
Menurut Corwin (2009), penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat stadium
mL/menit/1,73 m2)
c. Stage 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
d. Stage 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
e. Stage 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m 2) atau gagal ginjal
terminal.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Suyono (200l) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah :
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.
b. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.
1) Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan
urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksin uremik.
4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5) Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).
c. Sistem Syaraf dan otak
1) Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
2) Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan
konsentrasi.
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Nyeri dada, sesak nafas
3) Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini
4) Edema
e. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pad
ekresi insulin.
f. Gangguan pada sistem lain.
1) Tulang : osteodistrofi renal.
2) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.
5. Komplikasi
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2011), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang me
berlebih.
b. Pericarditis
Efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik
c. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system rennin, angiotensin,
aldosteron
d. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah,
peradangan gastrointestinal.
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat
6. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan
tubulus ) diduga utuh sedangkan yang lain rusak ( hipotesa nefron utuh ). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai
reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini
bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa direabsorpsi
berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron
yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana
timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas
kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini
fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau
mempengaruhi setiap system tubuh. Semakin banyak timbunan produk sampah maka
membantu penyenbuhan luka. Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah
ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini
dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%)
sehingga tidak lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah
rumah sakit dan setiap kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah
gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat meninggikan Hb. Transfuse darah
hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada infusiensi
koroner.
d. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
bikarbonat dapat diberikan peroral atau parentera. Pada permulaan 100 mEq
haemo yang berarti darah dan dialisis yang berarti dipisahkan. Hemodialisis
merupakan salah satu dari Terapi Penggganti Ginjal, yang digunakan pada penderita
dengan penurunan fungsi gingjal, baik akut maupun kronik. Prinsip dasar dari
Hemodialisis adalah dengan menerapkan proses dufusi dan ultrafiltrasi pada ginjal
untuk sementara waktu (misalnya pada Gagal Ginjal Akut) atau dapat pula untuk
disebut ginjal buatan (dialiser), dialisat dan sirkuit darah. Selain itu juga diperlukan
seperti potassium dan urea dari darah dengan menggunakan mesin dialiser. Mesin ini
mampu berfungsi sebagai ginjal menggantikan ginjal penderita yang sudah rusak
penderita dapat memperpanjang hidupnya sampai batas waktu yang tidak tertentu.
Tekanan di dalam ruang dialisat lebih rendah dibandingkan dengan tekanan di dalam
darah, sehingga cairan, limbah metabolik dan zat-zat racun di dalam darah disaring
darah akan berpindah kedalam kompartemen dialisat setiap saat bila molekul zat
Mekanisme proses pada mesin hemodialisis, darah pompa dari tubuh masuk
kedalam mesin dialisis lalu dibersihkan pada dializer(ginjal buatan), lalu darah pasien
yang sudah bersih dipompakan kembali ketubuh pasien. Mesin dialisis yang paling
baru dipasaran telah dilengkapi oleh sistim koputerisasis dan secara terus menerus
memonitor array safty-critical parameter, mencangkup laju alir darah dan dialysate,
Bila ada yang tidak normal, alarm akan berbunyi. Dalam hemodialisis
memerlukan akses vaskular(pembulu darah) hemodalisis (AVH) yang cukup baik agar
dapat diperoleh aliran darah yang cukup besar, yaitu diperlukan kecepatan darah
sebesar 200 300 ml/menit secara kontinu selama hemodialis 4-5 jam. AVH dapat
berupa kateter yang dipasang dipembulu darah vena di leher atau paha yang bersifat
temporer. Untuk yang permanen dibuat hubungan antara arteri dan vena, biasanya di
lengan bawah disebut arteriovenous fistula, lebih populer bila disebut(brescia) cimino
fistula. kemudian darah dari tubuh pasien masuk kedalam sirkulasi darah mesin
hemodialisis yang terdiri dari selang inlet/arterial (ke mesin) dan selang outlet/venous
(dari mesin ketubuh). kedua ujungnya disambung ke jarum dan kanula yang ditusuk
kepembulu darah pasien. Darah setelah melalui selang inlet masuk kedialisar. Jumlah
dialiser pada kompartemen dialisat. Cairan dialidat merupakan cairan yang pekat
dengan bahan utama elektr;it dan glukosa , cairan ini dipompa masuk kemesin sambil
dicampur dengan air bersih yang telah mengalami proses pembersihan yang rumit
(water treatment).
Selama proses hamodialisis, darah pasien diberi heparin agar tidak membeku
bila berada diluar tubuh yaitu dalam sirkulasi darah mesin. Driving force yang
digunakan adalah pebedaan konsentrasi zat yang terlarut berupa racun seperti partikel-
partikel kecil, seperti urea, kalium, asam urea, fosfat dan kelebihan klorida pada darah
dan dialysate. Semakin besar konsentrasi racun tersebut didalam darah dan dialysate
maka proses difusi semakin cepat. berlawanan dengan peritoneal dialysis, dimana
Dialysate yang digunakan adalah larutan ion mineral yang sudah disterilkan.
urea dan sisa metabolisme lainya, seperti kalium dan fosfat, berdifusi ke dalam
dialysate. Selain itu untuk memisahkan yang terlarut adalam darah digunakan prinsip
ultrafiltrasi. driving force yang digunakan pada ultrafiltrasi ini adalah perbedaan
tekanan hidrostatik antara darah dan dialyzer. Tekanan darah yang lebih tinggi dari
dialyzer memaksa air melewati membran. Jika tekanan dari dialyzer di turunkan maka
kecepatan ultrafiltrasi air dan darah akan meningkat. Jika kedua proses ini
digabungkan, maka akn didapatkan darah yang bersih setelah dilewatkan melalui
dialyzer. Prinsip inilah yang digunakan pada mesin hemodialisis modern, sehingga
perdarahan.
h. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
sakit kepala.
i. Pembekuan darah Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis
yang lambat.
3. Jenis Hemodialisa
1) Peritoneal dialisis
Cuci darah peritoneal adalah metode yang kurang dikenal cuci darah,
walaupun hal ini menjadi lebih umum. Cuci darah peritoneal melibatkan
melapisi bagian dalam perut, dan mengelilingi dan mendukund organ-organ perut,
seperti perut dan hati. Seperti ginjal,periotoneum berisi ribuan pembuluh darah
kecil, sehingga berguna sebagai alat penyaringan. Selama cuci darah peritoneal,
tabung fleksibel kecil yang dikenal ssebgai karakter terpasang ke sayatan di perut
anda, dan cairan khusus yang dikenal sebagai cairan Cuci Darah, dipompa ke
rongga peritoneal anda. Rongga peritoneal adalah ruang sekiar peritoneal. Saat
darah bergerak melalui peritoneum, produk limbah dan kelebihan cairan yang
dipindahkan keluar dari drah dan ke dalam cairan Cuci Darah. Cairan Cuci Darah
Hemodialisa adalah jenis cuci darah yang kebanyakan orang sadari. Ini
melibatkan memasukan jarum, yang melekat oleh tabung untuk mesin cuci darah,
ke dalam pembuluh darah. Pada proses hemodialisa , darah akan dialirkan melalui
saringan khusus (Dialiser) yang berfungsi menyaring sampah metabolisme dan air
yang berlebih. Kemudian darah yang bersih akan dikembalikan ke dalam tubuh.
Pengeluaran sampah dan air serta garam berlebih akan membantu tubuh
mengontrol tekanan darah dan kandungan kimia tubuh jadi lebih seimbang. Setiap
sekitar 4 jam. Namun adalakanya untuk kondisi tertentu, menjadi lebih dari 2 kali
seminggu.
a. Dialiser (ginjal buatan) `Seperti inilah bentuk tipikal dari hollow fiber
sesuai dengan standart prosedur yang telah teruji. Dialiser ini akan diuji
pada satu orang untuk satu dialiser. Sebelum tindakan cuci darah
pemilik.
c. Cairan Dialisis (Dialisat) Cairan pencuci yang disebut dialisat, adalah
cairan yang membantu mengeluarkan sampah dan kelebihan air dari tubuh.
Cairan ini terdiri dari zat kimiawi yang membuatnya seperti spon. Dokter
cuci darah. Krim anestesi ataupun spray digunakan untuk mengurangi rasa
Memang ada juga jarum khusus yang bisa digunakan dengan dua bukaan,
tapi jarum ini dianggap kurang efisien dan memerlukan waktu yang lebih
sampah dan air yang berlebih ketika pasien tidak memiliki ginjal lebih
pada lengan bawah. Drah dibawa ke tabung plastik dari mesin dialisis.
2. Mesin dialisis mirip dengan ginjal buatan. Ini memiliki tabung plastik
untuk sekali atau tiga kali seminggu tergantung kebutuhan tubuh pasien.
6. Tugas ginjal manusia ditiru oleh mesin dialisis. Ini menghilangkan
urea dan beberapa garam dari darah sehingga, hindari selalu banyak garam
mengalir dari pasien ke larutan steril. Penting komponen darah yang tegang
oleh membran, garam dan aliran urea ke dalam larutan steril sebelum dihapus.
8. Dialisis menghilangkan kelebihan cairan dari darah dan
header merah dan berjalan melalui ribuan serat berongga tipis. Dialisat
sekarang memasuki header biru dari bawah dan mengalir di sekitar dapat
yang lebih tinggi. Langkah ini disebut difusi. Dialisat segar ada setiap saat dan
reverse osmosis. Dalam reverse osmosis ukuran pori membran terlalu kecil
sehingga hanya bisa memungkinkan air untuk lulus, ukaran pori membran
bantuan dokter. Seorang pasien tidak bisa melakukannya sendiri. Selain itu,
hanya dokter dapat mengdiagnosa jika ada kebutuhkan untuk sebuah dialisis.
Dan jika ada, hanya peran pasien untuk berkonsultasi dengan dokter ginjal,
1. Minyak Atsiri
Minyak atsiri telah dikenal untuk meningkatkan sirkulasi, menurunkan
kesehatan seseorang dan suasana hati. Minyak ini diambil dari bunga tanaman,
daun, batang, kulit kayu, kulit dan akar. Minyak sering dicampur dengan zat
lain seperti lotion, minyak lainnya atau alkohol untuk membuat beberapa
Manfaat utamanya klinis pada sistem saraf pusat. Banyak penelitian dilakukan
aromaterapi, di mana minyak ini dianggap sebagai salah satu minyak esensial
terapi atau tungku lilin aroma terapi), dioleskan pada kain, dioleskan pada bola lampu
pun menjadi salah satu bentuk aroma terapi. Dengan bentuk yang padat, sehingga
anda tidak perlu takut tumpah. Hanya saja karena jenis aroma terapi ini berasap,
aroma terapi jenis dupa lebih tepat digunakan untuk ruangan yang besar atau di
ruangan terbuka. Jenis dupa aroma terapi sendiri saat ini ada 3 jenis, yaitu berupa
dupa aroma terapi panjang, dupa aroma terapi pendek dan dupa aroma terapi
berbentuk kerucut.
5. Lilin Aroma Terapi / Candle Aroma Therapy
Berkaitan dengan aroma terapi ada 2 jenis lilin yang digunakan, lilin untuk pemanas
tungku dan lilin aroma terapi. Lilin yang digunakan untuk memanaskan tungku aroma
terapi tidak memiliki wangi aroma terapi karena fungsinya adalah memanaskan
tungku yang berisi aroma terapi essential oil. Sedangkan lilin aroma terapi adalah lilin
yang ada di dalam tubuh. Dengan garam aroma terapi ini suasana mandi air garam
anda akan lebih menyenangkan. Untuk menggunakan garam aroma terapi ini
sebaiknya anda mandi dengan cara berendam atau bisa juga digunakan untuk
merendam bagian tubuh tertentu seperti telapak kaki untuk mengurangi rasa lelah
anda.
8. Sabun Aroma Terapi / Soap Aroma Therapy
Sabun dengan aroma terapi, bentuknya yang saat ini beredar adalah berupa sabun
padat namun dengan berbagai wangi aroma terapi, tidak hanya wangi saja namun
berbagai kandungan/ekstrak dari tumbuh-tumbuhan dibenamkan di dalam sabun ini
sehingga sabun ini juga baik untuk kesehatan tubuh, seperti menghaluskan kulit,
BAB III
TELAAH JURNAL
Setiap jurnal harus memiliki judul yang jelas. Dengan membaca judul akan
memudahkan pembaca mengetahui inti jurnal tanpa harus membaca keseluruhan dari
Kelebihan jurnal
aromaterapi pada pasien fatigue yang menjalani hemodialisa. Dari membaca judul
pada jurnal ini, kita dapat mengetahui bahwa jurnal ini membahas tentang apa saja
hal terbaru tentang fatigue pada pasien hemodialisa. Judul jurnal sudah baik dan
terdiri dari 13 kata, dimana syarat judul jurnal adalah tidak boleh lebih dari 20
A. Abstrak
keseluruhan isi jurnal. Penulisan sebuah abstrak terdiri dari sekitar 250 kata yang
berisi tentang tujuan, metode, hasil, kesimpulan isi jurnal dan keywords.
Kelebihan jurnal
a. Jurnal ini memiliki abstrak dengan isi cukup jelas jumlah kata sebanyak 293
Kelemahan jurnal
a. Abstrak di jurnal ini tidak menjelaskan jenis jurnal, kesimpulan maupun saran
B. Pendahuluan
Pendahuluan jurnal terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian,
terdiri dari 4-5 paragraf, dimana dalam setiap paragraf terdiri dari 4-5 kalimat.
Kelebihan jurnal
a. Pendahuluan pada jurnal ini sudah baik memiliki 2 paragraf dengan jumlah
Jurnal ini termasuk dalam kategori original articel yaitu jurnal yang membahas
Kelemahan jurnal
a. Didalam penduhuluan jurnal juga harus memuat fenomena jurnal, tetapi pada
pernyataan bahwa pemberian aromaterapi merupakan suatu hal yang dapat mengatasi
konsep.
E. Kerangka konsep dan hipotesis
Dalam penulisan ini, tidak tercantum kerangka konsep dan hipotesis, hal ini
langsung oleh peneliti dan dibantu dengan penelitian yang sebelumnya sehingga
Cochrane Controlled Trials. Penelitian berfokus pada periode 2000 sampai April
2017, walau tidak menutup kemungkinaan ada sumber yang diambil pada periode
1997.
G. Sampel dan Instrumen
Sesuai dengan metodeologi yang digunakan, jurnal ini berasal dari 105 pasien
yang menjalani hemodialisa, dengan hasil sampel 50 orang yang masuk kedalam
kriteria inklusi. Penelitian ini telah dilakukan uji etik oleh Komite Etika Unit
Universitas dan persetujuan kelembagaan dari pusat hemodialisis di mana studi ini
H. Hasil
Hasil pada jurnal ini membahas tentang hasil penelitian distribusi karakteristik
berdasarkan penelitian.
Jurnal ini mengarahkan pembaca dengan baik bagaimana hasil
karakteristik medisnya.
I. Pembahasan
Pada telaah jurnal ini topik yang dibahas adalah mengenai rekomendasi terbaru
uremic pruritus dari pasien yang menjalani hemodialisa serta mengurangi rasa sakit
Kekurangan Jurnal
tersebut dapat memberikan dampak yang baik pada fatigue pasien hemodialisa.
J. Kesimpulan
Kelebihan jurnal
Kesimpulan pada jurnal ini lebih menjelaskan tentang bukti dalam
buangan. Hemodialisis digunakan bagi pasien dengan tahap akhir gagal ginjal atau
hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak
dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien (Brunner
jam untuk dialisa setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi.
et al, 2010). Terapi hemodialisis saat ini menjadi terapi utama dalam penanganan
pasien gagal ginjal (Sudoyo, et al., 2006). Terapi ini harus dijalani pasien seumur
hidup yang tentu saja selain manfaatnya juga berdampak pada pasien. Komplikasi
intradialisis yang umumnya sering terjadi adalah hipotensi, kram, mual dan
muntah, sakit kepala, nyeri dada, nyeri punggung, demam dan mengiggil (Barkan,
otot, kekurangan energy dan merasa letih. Dampak lain yang dirasakan paling
dominan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis adalah keluhan
fatigue.
Fatigue didefinisikan sebagai perasaan subjektif dari keletihan yang
(Horigan et al, 2012; Jhamb, et al., 2008; Gordon., Doyle., Johansen., 2011).
nafsu makan dan juga disebabkan oleh karena aktifitas fisik (kebiasaan yang
meningkatnya usia, riwayat hemodialisis lebih lama dan risiko gagal ginjal.
Fatigue pada pasien yang menjalani hemodialiasa dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Penelitian yang dilakukan oleh Sulistiani, Yetti, Hariyati (2012)
menyebutkan bahwa faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien gagal
2012). Fatigue fisik adalah kurangnya kekuatan fisik dan energi yang membuat
mereka merasa hidup berkurang dan tidak bersemangat, seperti dicuci, lemah, dan
fenomena yang kurang dipahami oleh para professional kesehatan. Fatigue dapat
diartikan sebagai keadaan continue antara kelelahan dan kepenatan yang pada
Konsekuensi dari fatigue yang dialami oleh pasien yang menjalani hemodialisis
keluarga dan kesulitan dalam beraktifitas (Horigan, 2012). Lebih lanjut dampak
melakukan aktivitas sehari-hari, kualitas hidup yang lebih buruk, dan mengurangi
itu, pada jurnal ini telah diteliti suatu terapi efektif yang diberikan pada pasien
yang menjalani hemodialisa untuk mengurangi fatigue yang dirasakan oleh pasien
agar kembali bisa menjalani aktivitas sosial sehari-hari seperti sebelum menjalani
hemodialisa.
yoga, pijat, terapi energi, musik, pijat refleksi, akupunktur, akupresur (Eglence et
al, 2013;.Akca et al, 2013;.Mustain et al, 2007;. Mitchell, & Berger, 2006;
bahwa pemberian aroma terapi pada pasien gagal ginjal yang efektif untuk
melihat efek alergi dari pasien dengan mengaplikasikan 0,1 ml aromatic ketangan
pasien dan melihat apakah ada respon alergi dari tubuh pasien dengan tanda-tanda
seperti kemerahan, pruritus dan ruam. Terapi dilakukan kepada pasien yang
selesai melakukan proses hemodialisa. Aromatik dihirup oleh pasien dengan jarak
18 tahun keatas, yang sudah menjalani dialisis selama minimal 3 bulan dengan
frekuensi 3 kali seminggu, tidak memiliki alergi dan tidak memiliki masalah
kali seminggu setiap selesai dialisis level fatigue pada kelompok intervensi yang
dimana level fatigue diukur dalam rentang 0 sampai 10, 0 (nol) mengindikasikan
pemberian aroma terapi mengurangi uremic pruritus dari pasien yang menjalani
mengurangi rasa sakit yang dialami pasien pada saat memasukkan jarum kedalam
kualitas tidur (Ltyle et al., 2014), menurunkan tingkat kecemasan (Dewi, & Putra,
pasien yang menjalani terapi hemodialisa dan terapi ini direkomendasikan serta
Linalool dan linalyl asetat yang dapat menstimulasi sistem saraf parasimpatik
yang dapat meningkatkan mood yang memberikan perasaan yang lebih baik dan
lebih segar, sehingga individu menjadi lebih aktif dan rileks. Beberapa studi
membuktikan bahwa kandungan linalool dan linalyl asetat memiliki efek sedatif,
lavender dari minyak esensial. Menurut Price Shirley dan Price Len (1997), akses
lewat jalur nasal merupakan cara yang paling cepat dan efektif untuk pengobatan
permasalahan fisik dan emosional seperti stres, depresi, dan fatigue. Hal ini terjadi
jawab dalam memicu efek minyak esensial tanpa memperdulikan jalur yang
dipakai untuk mencapai otak. Hidung sendiri bukan organ pembau tetapi
mengubah suhu serta kelembapan udara yang dihirup dan mengumpulkan setiap
Ketika minyak esensial lavender dihirup, molekul linalool dan linalyl asetat
dalam minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit-langit hidung.
Pada langit-langit hidung terdapat bulu-bulu halus (silia) yang menjulur dari sel-
sel reseptor ke dalam saluran hidung. Molekul-molekul ini akan terkunci pada sel
reseptor ini, suatu implus akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius ke dalam
sistem limbik. Proses ini akan memicu respon memori dan emosional yang lewat
tersebut dikirim ke bagian otak dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima
akan diubah sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat euforik,
relaksan, sedatid atau stimulan sehingga dapat mengurangi level fatigue pada
pasien hemodialisa.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dalam jurnal The Effect of Amomatherapy Inhalation on Fatigue Level in
aromatik yang diberikan kepada setiap individu yang menjalani hemodialisa berupa
minyak lavender dan minyak esensial rosemary dengan perbandingan 3 : 3 tetes per
masing-masing minyak dicampurkan dengan 200 cc air matang yang telah diletakkan
didalam mangkok. Sebelum melakukan terapi aromatic terlebih dahulu melihat efek
alergi dari pasien dengan mengaplikasikan 0,1 ml aromatic ketangan pasien dan
melihat apakah ada respon alergi dari tubuh pasien dengan tanda-tanda seperti
kemerahan, pruritus dan ruam. Terapi dilakukan kepada pasien yang akan mengakhiri
proses hemodialisa. Aromatik dihirup oleh pasien dengan jarak 30 cm dan dilakukan
selama 5 menit setiap terapinya. Setelah dilakukan terapi adanya penurunan tingkat
kelelahan yang dirasakan oleh pasien. Aroma terapi inhalasi secara signifikan
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran dalam pemberian
keperawatan pada pasien CKD yang menjalani hemodialisa sesuai dengan jurnal
Clevo,R dan Margareth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Horigan, A. E., Schneider, S. M., Docherty, S., Barroso, J. (2013). The experience and
(2), 113-123.
Levey, A. S., Eckardt, K. U., Tsukamoto, Y., Levin, A., Coresh, j., Eknoyan, G. (2005).
Muttaqin,A dan Kumala Sari. 2011. Asuhan keperawatan ganggua sistem perkemihan
Syaifuddin. 2002. Struktur dan komponen tubuh manusia. Jakarta: Widya Medika.
Sylvia,a.p dan Lorraine,m.w.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses penyakit.
Edisi 6. Jakarta:EGC.