PENDAHULUAN
Ginjal merupakan sepasang organ retroperitoneal yang integral menggunakan homeostasis tubuh
dalam mempertahankan keseimbangan, termasuk keseimbangan fisika serta kimia (Suharyanto &
Madjid, 2013). Ginjal merupakan sepasang organtubuh yang mempunyai peranan penting yaitu
sebagai penyaring darah dan hasil metabolisme tubuh dengan cara membuang cairan yang
berlebih, mengaturkeseimbangan cairan dan elektrolit (natrium dan kalium). selain itu ginjal
memiliki fungsi sebagai mengatur tekanan darah serta merangsang pembentukan sel darah merah
Gagal ginjal kronis yaitu kelainan pada struktur dan fungsi ginjal yang tidak dapat disembuhkan
atau bersifat irreversibel, hal tersebut terjadi ketika tubuh tidak dapat menjaga metabolisme, serta
keseimbangan cairan dan elektrolit yang dapat mengakibatkan uremia. Gagal ginjal kronis adalah
abnormalitas atau rusaknya ginjal pada struktur ataupun fungsi ginjal dalam kurun waktu lebih
dari 3 bulan (Cahyani et al., 2022). Gangguan fungsi ginjal ditandai dengan kelainan struktur
ginjal, sedimen urin, histologi dan elektrolit serta ditandai dengan meningkatnya kadar ureum
Prevalensi gagal ginjal kronis di seluruh dunia mencapai 10% dari populasi (Kovesdy, 2022).
Prevalensi gagal ginjal kronis terjadi peningkatan di seluruh dunia, sebuah studi
menyatukan hasil dari 33 studi perwakilan yang berbasis populasi seluruh dunia (Kovesdy,
2022). Jadi jumlah total individu yang menderita gagal ginjal kronis saat ini di seluruh dunia
dengan stadium 1- 5 yaitu diperkirakan sejumlah 843,6 juta (Kovesdy, 2022). Jumlah penderita
gagal ginjal kronis di Asia, diperkirakan 434,3 juta orang dewasa menderita gagal ginjal kronis
di Asia (Liyanage et al., 2022) . Jumlah terbesar dari orang dewasa yang hidup dengan gagal
ginjal kronis berada di Cina sekitar 159,8 juta, dan India sekitar 140,2 juta (Liyanage et al.,
2022). Secara kolektif memiliki 69,1% dari jumlah orang dewasa dengan gagal ginjal kronis di
Jumlah orang yang menderita gagal ginjal di Indonesia telah meningkat dari 0,20 % pada tahun
2013 menjadi 0,38 % pada tahun 2018, dengan memperhitungkan jumlah penduduk Indonesia
secara keseluruhan yaitu sebesar 252.124.458 jiwa (Kemenkes RI, 2018). Sebanyak 713.783
Di Provensi Banten angka kejadian penderita gagal ginjal kronis berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar Provensi Banten (2013) menunjukkan Prevalensi gagal ginjal kronis di
Provensi Banten sebesar (0,2%). Prevalensi tertinggi di Kabupaten Pandeglang sebesar (0,4%),
diikuti oleh Kabupaten Serang (0,3%), Kabupaten Lebak dan Kota Tangerang Selatan masing
masing (0,2%). Sementara Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Serang masing-
Tangerang jumlah penderita gagal ginjal kronis sebanyak 528 orang dan di dirawat sebanyak 80
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah penyakit penyakit ginjal kronik
seperti konservatif, dialisis dan transplantasi ginjal. Dialisis itu sendiri terdiri dari dua yaitu
peritoneal dialysis dan hemodialysis Metode pengobatan yang sering digunakan untuk penyakit
bersifat toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air yang berlebih (Sompie, Kaunang, &
Munayang, 2015). Aktivitas hemodialisa yang rutin dijalani oleh pasien gagal ginjal dapat
berdampak pada hilangnya harapan yang memicu munculnya episode depresi. Depresi pada
pasien GGK yang menjalani dialysis disebabkan oleh perubahan yang signifikan dan
berkepanjangan terhadap lingkungan sosial, keadaan psikologis dan penurunan kemampuan fisik
pasien. Depresi sering terjadi, tetapi tidak terdiagnosis pada pasien penyakit ginjal kronik
(Bayoumi, 2014)
Depresi adalah gangguan mental umum yang menyajikan dengan mood depresi, kehilangan
minat atau kesenangan, perasaan bersalah atau rendah diri, tidur terganggu atau nafsu makan
menurun, energy rendah dan hilangnya konsentrasi (World Health Organization, 2012).
yaitu hipotensi dan kram otot, komplikasi tersebut dapat memberikan stressor fisiologis kepada
pasien. Selain mendapatkan stressor fisiologis, pasien yang menjalani HD juga mengalami
pembatasan konsumsi makanan, gangguan tidur, ketidakjelasan tentang masa depan, pembatasan
aktivitas rekreasi, penurunan kehidupan sosial, pembatasan waktu dan tempat bekerja, serta
faktor ekonomi. Pasien akan kehilangan kebebasan karena berbagai aturan dan sangat
bergantung kepada tenaga kesehatan, kondisi ini mengakibatkan pasien tidak produktif,
pendapatan akan semakin menurun atau bahkan hilang. Sehingga hal tersebut dapat
mengakibatkan pasien HD mengalami depresi (Tu, Shao, Wu, Chen, & Chuang, 2014)
Pasien dengan hemodialisis jangka panjang akan mengalami rasa putus asa. Pasien sering merasa
khawatir akan kondisi sakitnya. Kekhawatiran itu biasa dikarenakan kondisi sakit yang tidak
dapat diprediksi apakah dapat sembuh total atau tidak, sehingga menimbulkan permasalahan
akibat sakit kronis dan ketakutan akan kematian Semua hal itu merupakan masalah psikososial
yang dapat meningkatkan kebutuhan pasien untuk mendapatkan perawatan holistik, yaitu
termasuk perhatian dalam lingkungan dan mendapatkan dukungan dari keluarga. Jika pasien
hemodialisis dirawat dan didukung sepenuhnya oleh keluarga, maka masalah Depresi ini bisa
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RS BUDIASIH SERANG diruang Hemodialisa pada
bulan januari- oktober 2023 terdapat 3339 dan bulan terakhir di bulan oktober terdapat 400
Beck Depression Inventory (BDI) untuk mengukur tingkat depresi dan kuesioner sederhana
untuk mengukur menjalani hemodialisa terhadap 10 penderita gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa didapatkan hasil 2 orang tidak mengalami depresi, 4 orang mengalami
depresi ringan, 3 orang mengalami depresi sedang, dan 1 orang mengalami depresi berat.
Sedangkan berdasarkan lamanya menjalani hemodialisa paling lama pada responden yang
menjalani hemodialisa didapatkan hasil paling banyak menjalani hemodialysis 2 tahun sebanyak
4 orang, orang yang menjalani hemodialisa 12-24 bulan sebanyak 4, dan paling sedikit yang
antara lama hemodialisa dengan tingkat depresi hal ini dikarnakan semakin lama pasien
menjalani hemodialisis maka semakin adaptif pula pasien tersebut terhadap alat/proses
hemodialisi yang mengakibatkan tingkat depresinya cenderung semakin menurun, jumlah pasien
yang masih tinggi dirumah sakit budiasih. Sehingga peneliti tertarik melakukan peneltian yang
berjudul “Hubungan lama menjalani hemodialisa dengan tingkat depresi pada pasien gagal
Gagal ginjal kronik merupakan penurunan fungsi ginjal yang progresif biasanya berlangsung dalam
beberapa bulan atau tahun. Memburuknya fungsi ginjal bias dihambat apabila pasien melakukan
pengobatan secara teratur. Terdapat dua metode dalam penanganan gagal ginjal, pertama dengan cara
transplantasi ginjal dan kedua dengan cara terapi hemodialisa. Keadaan ketergantungan terhadap mesin
hemodialisa mengakibatkan terjadinya perubahan dalam kehidupan penderita gagal ginjal terminal yang
melakukan terapi hemodialisa salah satunya yaitu depresi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat
dirumuskan pertanyaan yaitu “Apakah ada hubungan lama menjalani hemodialisa dengan tingkat depresi
1.3.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui lamanya pasien gagal ginjal kronik menjalani terapihemodialisa di RS
BudiAsih serang
b. Untuk mengetahui tingkat depresi pasien gagal ginjal kronik yangmenjalani terapi hemodialisa
di RS BudiAsih serang
C. Untuk mengetahui korelasi hubungan lama menjalani hemdialisadengan tingkat depresi pada
1. Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan peneliti dapat menambah pemahman, wawasan,
pengalaman, dan pengetahuan penulis khususnya tentang hubungan lama menjalani hemodialisa
Dari hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat memberikan
menjadikan pasien lebih peduli dengan kondisi psikososial dan psikologisnya selama menjalani
terapi hemodialisa.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pelaksanaan perawatan untuk
memacu kesembuhan pasien yang menjalani terapi hemodialisa dengan melibatkan aspek
psikologis pasien