BAB I
PENDAHULUAN
Ginjal merupakan salah satu organ yang memiliki fungsi penting dalam
tubuh. Fungsi tersebut adalah mengatur keseimbangan asam basa serta eksresi
mengatur kalsium pada tulang, membersihkan darah dan berbagai zat hasil
darah, mengatur produksi sel darah merah dan mengatur hormon erytopenin,
renin, angiotensin dan vitamin D. Mengingat fungsi ginjal yang sangat penting
penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kekambuhan) atau kronis
(menahun). Gagal ginjal akut bila penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba, tetapi
kemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya segera dapat diatasi. Gagal
ginjal kronik gejala yang muncul secara bertahap, biasanya tidak menimbulkan
gejala awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi ginjal tersebut sering dirasakan,
tahu-tahu sudah pada tahap parah dan sulit diobati. Gejala gagal ginjal kronik atau
penyakit tahap akhir adalah penyimpangan progresif, ginjal tidak dapat pulih
1
2
elektrolit yang berakibat fatal menyebabkan uremia (Padali dalam Rostanti, 2016).
global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik
Amerika Serikat atau di negara industri pada stadium 4 atau 5 sebesar 0,4%.
Variasi insiden dan prevalansi gagal ginjal kronik pada stadium 5 yang diberikan
terapi sangat tinggi terutama dinegara industri. Prevalansi gagal ginjal kronis
penderita gagal ginjal kronik dan terjadi peningkatan pada tahun 2010 sebesar
70.000 penderita gagal ginjal atau sebanyak 6,2 % atau 104.000 orang dari
ketahun, tetapi pasien yang kemudian masih aktif pada akhir tahunnya tidak
yang menjalani terapi hemodialisa mencapai 15.128 pasien untuk pasien baru dan
9.396 pasien untuk pasien akif pada tahun 2013, sedangkan pada tahun 2014
pasien yang menjalani terapi hemodialisa mencapai 17.193 pasien untuk pasien
baru dan 11.689 pasien aktif. Provinsi Sumatera Selatan sendiri, prevalensi pasien
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa 1.287 pasien untuk pasien baru
dan 715 pasien untuk pasien aktif (Indonesia Renal Registry RRI dalam Eka
2017).
3
Berdasarkan data dari Rekam Medik Rumah Sakit Pusri Palembang (2017),
mengalami peningkatan tiap tahunnya yaitu pada tahun 2015 sebanyak 628
pasien, pada tahun 2016 sebanyak 676 pasien, dan tercatat tahun 2017 pada
bulan Januari sampai Oktober sebanyak 781 pasien, pada bulan November
penangan tergantung pada penyebab dan luasnya kerusakan ginjal. Salah satu
tindakan medis pada penderita gagal ginjal kronik yatu dialisis dengan
Dialisis dilakukan pada gagal ginjal untuk mengeluarkan zat-zat toksik dan
limbah tubuh yang dalam keadaan normal dieksresikan oleh ginjal yang sehat.
kenyamanan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Prinsip dasarnya sama
yaitu disfusi solid dan air dari plasma kelarutan, dialisis sebagai respon terhadap
konsentrasi yang paling rendah. Dalam hal ini terdapat dua teknik yang digunakan
sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (Beberapa hari hingga
minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang memerlukan
4
terapi jangka panjang atau bisa disebut dengan terapi seumur hidup. Tujuan
hemodialisa adalah untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam
kiri, dan edema paru, maka pembatasan cairan harus diawasi dengan seksama
karena rasa haus bukan lagi petunjuk yang dapat dipakai untuk mengetahui hidrasi
tubuh. Asupan yang terlalu bebas dapat mengakibatkan beban sirkulasi menjadi
berlebihan, edema, intoksikasi air sedangkan asupan yang terlalu sedikit akan
mengakibatkan dehidrasi, hipotensi, dan gangguan fungsi ginjal. Selain itu diet
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam penatalaksanaan pasien
gagal ginjal kronik dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya kepatuhan
pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan pada pasien gagal ginjal
kronik berarti pasien harus meluangkan waktu dalam menjalani pengobatan yang
dibutuhkan seperti dalam pengaturan diet dan pembatasan cairan (Potter & Ferry
Beberapa sumber diet yang dianjurkan harus disesuaikan dengan syarat diet
penderita gagal ginjal dengan dialisis. Diet pada dialisis bergantung pada
frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran badan pasien, diet untuk pasien
karbohidrat cukup yaitu 55-75% dari kebutuhan energi total, energi cukup yaitu
keluar /24 jam, kalsium tinggi, penggunaan fosfor dibatasi, serta cairan dibatasi
(Almatsier, 2004).
seperti deuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan klien berusaha untuk
minum. Hal ini dikarenakan dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan
lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan makanan. (Potter and Ferry
Cairan yang diminum pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa harus diawasi dengan seksama karena rasa haus bukan lagi petunjuk
yang dapat dipakai untuk mengetahui hidrasi tubuh. Pembatasan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa ini sangat mendasari untuk
mempertahankan bahkan meningkatkan kualitas hidup pasien, oleh sebab itu agar
tidak terjadi penumpukan cairan maka jumlah cairan yang boleh dikonsumsi
dalam setiap hari yaitu 500ml cairan ditambah jumlah urine /24 jam (Suhardjono,
2009).
menjadi stress dan cemas dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwanya.
6
Dalam keadaan seperti ini dukungan keluarga sangat dibutuhkan bagi pasien gagal
terutama status kesehatan anggota keluarga yang menderita gagal ginjal kronik
kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk memotivasi orang tersebut
Peran dan fungsi keluarga merupakan hal penting yang harus dijalankan
oleh setiap anggotanya. Jika salah satu anggota keluarga terkendala atau tidak taat,
organisasi keluarga akan terhambat, hal ini berakibat buruk atau tertundanya
dukungan keluarga semakin rendah tingkat kecemasan pasien gagal ginjal kronik.
bahwa perilaku yang dialami para responden adalah tidak mematuhi diet dan
tidak mematuhi pembatasan cairan dan terapi lainnya yang diberikan, maka
Hal yang sama juga dilakukan oleh Desitasari, dkk (2013) mengenai
diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien
gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dengan hasil uji Chi Square di
perolah nilai p value 0,235 > p value 0,05. Hal ini dijelaskan oleh peneliti bahwa
kepatuhan.
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Pusri
dan pembatasan cairan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa, serta
terjadi saat ini khususnya pengaruh dukungan keluarga, kepatuhan diet dan
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
sehingga dapat menurunkan angka kematian pada kasus pasien gagal ginjal yang
menjalani hemodialisa.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisa
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada pasien gagal ginjal (Septiwi
keadaan sakit akut dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek (beberapa hari
hingga beberapa minggu) atau pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir yang
untuk mengeluarkan zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan
osmosis, dan ultrafiltrasi. Toksin dan zat limbah didalam darah dikeluarkan
melalui proses difusi dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi
tinggi kecairan dialisis dengan konsentrasi yang lebih rendah (Nursalam, 2009).
konsentrasi eksrasel yang ideal. Kelebihan cairan dikeluarkan dari dalam tubuh
gradien tekanan, dimana air bergerak dari daerah dengan tekanan yang lebih
9
10
tinggi (tubuh pasien) ke tekanana yang lebih rendah (cairan dialisa). Gradien ini
ultrafiltrasi pada mesin dialisis. Tekanan negatif diterapkan pada alat ini sebagai
(Suharyanto, 2013).
risiko kerusakan organ-organ vital lainnya akibat akumulasi zat toksik dalam
fungsi ginjal secara permanen. Pasien gagal ginjal kronik biasanya harus
menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya atau sampai mendapatkan ginjal baru
a. Pertimbangan medikasi
Apabila seorang pasien menajalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya
bagian dari susunan terapi dialisis. Sebagai contoh, jika obat antihipertensi
diminum pada hari yang sama saat menjalani hemodialisa, efek hipotensi dapat
terjadi selama proses hemodialisa dan dapat menyebabkan tekanan darah rendah
yang berbahaya.
mengekspresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan
menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala
penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan.
Berkaitan dengan pembatasan asupan protein, maka protein dari makanan harus
memiliki nilai biologis tinggi tersusun dari asam amino esensial untuk mencegah
positif. Contoh protein dengan nilai biologis yang tinggi adalah telur, daging, ikan
Diet yang bersifat membatasi akan merubah gaya hidup dan dirasakan
pasien sebagai gangguan serta tidak disukai lagi oleh penderita gagal ginjal
kronis, karena makanan dan minuman merupakan aspek penting dalam sosialisasi,
pasien sering merasa disingkirkan ketika berada bersama-sama orang lain karena
hanya ada beberapa pilihan makanan saja yang tersedia baginya. Jika pembatasan
cairan ini diabaikan, dapat menyebabkan hiperkalemia dan edema paru. Jika
merupakan hal yang sangat penting terutama pada pasien gagal ginjal kronik
(Damaiyanti, 2016).
2.2.1 Definisi
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan fungsi renal secara progresif dan
dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berakibat fatal menyebabkan uremia
(Nursalam, 2009).
Gagal ginjal dibagi menjadi dua kategori yaitu gagal ginjal kronik dan gagal ginjal
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal
13
ini terjadi bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 50ml/menit (Suyono dalam
Margareth, 2016).
metabolik tubuh atau melakukan fungsi regulernya. Suatu bahan yang biasanya di
eliminasi di urin menumpuk dalam cairan tubuh akibat gangguan ekskresi renal
dan menyebabkan gangguan fungsi endokrin dan metabolik, cairan, elektrolit serta
asam basa. Gagal ginjal merupakan penyakit sistemik dan merupakan jalur akhir
yang umum dari berbagai penyakit traktus urinarius dan ginjal (Suharyanto &
Madjid, 2013).
2.2.2 Etiologi
keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel yang berasal dari
berbagai penyebab, jangka waktu stadium akhir penyakit ginjal tersebut dapat
Penyakit gagal ginjal muncul tidak hanya disebabkan oleh satu sebab saja,
destruktif nefron yang progresif. Berikut penyebab timbulnya gagal ginjal kronik
b. Penyakit parenkim ginjal terbagi menjadi dua yaitu gagal ginjal primer seperti
2.2.3 Stadium
Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal, dan penderita
Pada stadium ini, lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak, GFR
besarnya 25% dari normal, kadar BUN dan kreatinin serum mulai
malam hari sampai 700 ml dan poliuria (akibat dari kegagalan pemekatan)
mulai timbul.
Sekitar 90% dari massa nefron telah hancur atau rusak, atau hanya sekitar
200.000 nefron saja yang masih utuh, nilai GFR hanya 10% dari keadaan
normal, kreatinin serum BUN akan meningkat dengan tinggi, dan gejala-
haemostasis cairan dan elektrolit dalam tubuh, yaitu: oliguri karena kegagalan
2.2.4 Patofisiologi
melibatkan mekanisme pemicu yang bersifat khas untuk etiologi dasar serta
hipertiltrasi adaptif, dan kemudian dimediasi oleh peningkatan tekanan dan aliran
karena memicu terjadinya sklerosis populsi nefron yang masih tersisa. Jalur akhir
yang bisa digunakan utuk atrisi fungsi residual nefron bisa bertahan meskipun
proses penyakit dasar sudah tidak ada lagi. Peningkatan aktifitas aksis renin-
penanda gen yang terlibat dalam fibrosis dan sklerosis tubulointerstitial dan
yaitu:
dan hipokalsemia.
frostat.
dan
proses kognitif.
mengalami gagal ginjal kronik berdasarkan riwayat medis dan bedah terarah,
faktor makanan, sosial, demografi dan faktor budaya, tinjauan terhadap gejala
dan pemeriksaan fisik. Populasi yang beresiko tinggi adalah subjek dengan:
a. Diabetes.
d. Kelompok etnis khusus dengan resiko tinggi penduduk pulau pasifik dan
e. Usia diatas 60 tahun dengan resiko gangguan fungsi ginjal yang tinggi,
Menurunnya fungsi ginjal dan semakin buruknya gejala uremia pada gagal
kronik dibagi menjadi dua tahapan yaitu tahapan pertama tindakan konservatif
batas eksresi yang dapat dicapai ginjal yang terganggu. Tindakan konservatif
berupa pengaturan diet, pembatasan cairan, konsumsi obat-obatan (Potter & Ferry
1. Dialisis peritoneal
ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Perbedaan dialisis peritoneal dan hemodialisa
2. Hemodialisa
Merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien gagal ginjal kronik
dengan mengeluarkan darah dari dalam tubuh kemudian beredar dalam sebuah
mesin diluar tubuh yang disebut dialiser. Tujuan hemodialisa adalah untuk
mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari dalam darah dan mengeluarkan air
yang berlebihan, sehingga pada pasien gagal ginjal diharapkan patuh dalam
mengikuti diet dan atau melaksanakan gayah hidup sesuai dengan rekomendasi
pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan pada pasien gagal ginjal
kronik berarti pasien harus meluangkan waktu dalam menjalani pengobatan yang
dibutuhkan seperti dalam pengaturan diet dan pembatasan cairan (Potter & Ferry
Kepatuhan diet adalah ketaatan pasien terhadap pengaturan pola makan dan
minum yang diatur untuk menjaga asupan makanan agar tidak terjadi penaikan
Faktor predisposisi merupakan fakor utama yang ada didalam individu yang
dan sikap.
a. Pendidikan
b. Akomodasi
a. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosial,
ekonomi dn pendidikan.
21
b. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala seperti akibat
meningkatkan kepatuhan :
penyakit yang dideritanya serta cara pengobatannya. Secara umum, hal-hal yang
obat.
2 yaitu:
1) Patuh
dengan ketentuan
2) Tidak patuh
Diet adalah pengaturan pola makan yang sesuai dengan tujuan seseorang
bertujuan untuk menurunkan berat badan maka total asupan makanan diatur lebih
kecil dari yang dibutuhkan sehingga terjadi penurunan berat badan (Amirta dalam
Biadika, 2017).
menimbulkan gelaja uremia. Dialisis dilakukan bila hasil tes kliren kreatinin < 15.
Dialisis dapat dilakukan dengan cara hemodialisa. Anjurkan diet didasarkan pada
frekuensi dialisis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh. Karena nafsu makan
Berikut ini merupakan tujuan diet pasien gagal ginjal kronik yang
Syarat diet yang harus dilakukan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
asam amino yang hilang selama dialisis, yaitu 1-1,2 g/kg BB ideal/hari pada
pasien hemodialisa, dan 1,3 g/kg BB ideal/ hari pada CAPD. 50% protein
5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urin yang keluar /24jam, yaitu:
a. 1 gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram untuk tiap
b. 1-4 gram + penyesuaian menurut jumlah urin sehari, yaitu 1 gram untuk
7. Kalsium tinggi yaitu 1000 mg/hari, bila perlu diberikan suplemen kalsium.
9. Cairan dibatasi yaitu jumlah urin /24 jam ditambah 500 ml.
25
10. Suplemen vitamin bila diperlukan, terutama vitamin larut air seperti B6, asam
11. Bila nafsu makan kurang, berikan suplemen enternal yang mengandung energi
Sumber vitamin Semua sayuran dan buah, Sayuran dan buah tinggi
dan mineral kecuali pasien dengan kalium
hiperkalemia dianjurkan yang
mengandung kalium
rendah/sedang
Sumber: Almatsier, 2004. Penuntun Diet edisi baru.
Diet pada pasien dialisis tergantung pada frekuensi dialisis, sisa fungsi
ginjal, ukuran badan pasien, diet pada pasien dialisis biasanya harus direncanakan
perorangan. Berdasarkan berat badan dibedakan tiga jenis diet dialisis (Almatsier,
2004), yaitu :
1. Diet dialisis I, 60 gram protein diberikan kepada pasien dengan berat badan ±
50 kg.
2. Diet dialisis II, 65 gram protein diberikan kepada pasien dengan berat badan ±
60 kg.
3. Diet dialisis III, 70 gram protein diberikan kepada pasien dengan berat badan
± 65 kg.
27
cairan perlu dilakukan seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal karena jika
pasien penyakit ginjal kronik mengkonsumsi terlalu banyak cairan maka cairan
yang ada akan menumpuk didalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan edema
(Pembengkakan), oleh sebab itu agar tidak terjadi penumpukan cairan maka
jumlah cairan yang boleh dikonsumsi dalam satu hari yaitu sebanyak (500 ml +
jumlah urin dalam satu hari) Perlu diingat juga bahwa makanan berkuah seperti
sup, makanan yang mencair seperti ice cream dan minuman seperti susu, sirup,
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada penyakit gagal ginjal kronik, sebagian
besar pasien cenderung memiliki status gizi kurang. Hal ini dikarenakan diet
rendah protein yang harus dijalani oleh pasien, dismapin itu karena adanya uremia
timbulnya rasa mual dan diikuti oleh muntah, hal ini juga akan berpengaruh
terhadap diet pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisa antara lain sebagai
berikut:
1. Jalani diet rendah protein sesuai anjuran dokter atau ahli gizi
2. Apabila penderita sering mual dan muntah, maka konsumsilah makanan dalam
porsi kecil tapi sering, hindari makanan yang berlemak tinggi, seperti
3. Jika penderita tidak nafsu makan, maka buatlah makanan menarik dan tidak
membosankan dengan cara variasikan makanan dengan menu dan warna yang
menarik, pertajam rasa masakan dengan cara gunakan daun salam, laos dan
jahe serta bumbu-bumbu yang sesuai dengan jenis makanan yang dibuat,
2.4.1 Definisi
anggota keluarganya dan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat
terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari semua institusi.
Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
Menurut Friedman (2010) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu
dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
29
kebudayaan.
a. Pendorong
lain. Akibatnya ia dapat merangkul orang lain dan membuat mereka merasa
b. Pengharmonis
c. Inisiator-kontributor
d. Pendamai
kesalahannya.
e. Penghalang
alasan.
30
f. Dominator
g. Penyalah
seseorang yang suka mencari tahu kesalahan, dictator, dan seseorang yang
mengetahui semuanya.
h. Pengikut
ide-ide dari orang lain kurang lebih secara pasif, tampil sebagai pendengar
i. Pencari pengakuan
Pencari pengkuan berupaya mencari cara apa saja tepat untuk menarik
masalahnya.
j. Martir
anggota keluarga.
k. Keras Hati
dan aktif tentang semua hal yang Benar, tidak bedanya dengan sebuah
komputer.
31
l. Sahabat
pribadi konsekuensinya.
n. Penghibur
o. Perawat keluarga
p. Pioner Keluarga
r. Koordinator Keluarga
s. Penghubung Keluarga
t. Saksi
Peran dan saksi sama dengan pengikut kecuali dalam beberapa hal, saksi
sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku
dari keluarga, kelompok dan masyarakat, Jika salah satu anggota keluarga
terkendala atau tidak taat, organisasi keluarga akan terhambat, hal ini berakibat
a. Peranan Ayah
b. Peranan Ibu
c. Peranan Anak
2.4.3 Peran Keluarga dalam perawatan pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani hemodialisa
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga.
menjalani hemodialisa dapat dilihat dari 5 fungsi keluarga yaitu mengenal adanya
a. Jika anggota keluarga dinyatakan positif terkena penyakit gagal ginjal kronik
karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah
keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan pada
oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan
tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat,
Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga
yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika
pelayanan kesehatan.
keluarga diantaranya keuangan, kondisi fisik rumah yang tidak memenuhi syarat.
36
kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping
yang dapat digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan
dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu.
Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka,
perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang
(instrumental support material support), suatu kondisi dimana benda atau jasa
dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu
memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu
dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber
nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh
dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk
melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya
sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan
dapat diukur dengan menggunakan kuesioner dukungan keluarga yang terdiri dari
Skala Likert yaitu dari 34 buah pernyataan dibagi menjadi pernyataan favorable
jawaban yaitu “Sering” “selalu’, “Jarang”, dan “tidak pernah”. Jika menjawab
menjawab “Jarang” akan mendapat skor 2, dan jika menjawab “tidak pernah”
akan mendapat skor 2, menjawab “jarang” akan mendapat skor 3, dan jika
menjawab “tidak pernah” akan mendapat skor 4. Jawaban dari responden akan
dengan tingkat kecemasan berpola liner positif sempurna artinya semakin tinggi
tingkat dukungan keluarga semakin rendah tingkat kecemasan pasien gagal ginjal
kronik.
bahwa perilaku yang dialami para responden adalah tidak mematuhi diet dan
tidak mematuhi pembatasan cairan dan terapi lainnya yang diberikan, maka
Hal yang sama juga dilakukan oleh Desitasari, dkk (2013) mengenai
diet pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa menyatakan bahwa
tidak ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien
gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisa dengan hasil uji Chi Square di
perolah nilai p value 0,235 > p value 0,05. Hal ini dijelaskan oleh peneliti bahwa
kepatuhan.
hasil bahwa ada hubungan antara dukungan dengan kepatuhan dalam menjalani
hemodialisa dengan hasil uji chi square p value 0,006. Penelitian ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Friedman (2010), bahwa bentuk dukungan keluarga
yang bisa dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
dukungan informasi
pada satu bagian dari kerangka teori, kerangka konsep menggambarkan aspek-
aspek yang telah dipilih dari kerangka teori untuk dijadikan dasar masalah
penelitian (Hasdianah dkk, 2015). Berdasarkan uraian diatas maka, dapat dibuat
secara sistematik kerangka konsep pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
Bagan 2.4
Kepatuhan diet
Dukungan Keluarga
Pembatasan cairan
42
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
sectional yaitu data yang menyangkut variabel dukungan keluarga, kepatuhan diet
dan pembatasan cairan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
akan dikumpulkan dalam waktu yang bersama. Dalam Penelitian ini variabel
diet, dan pembatasan cairan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
yang terdiri dari subjek maupun objek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
42
43
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal kronik yang
orang responden.
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
subyek yang memenuhi kriteria penelitian sehingga jumlah klien yang diperlukan
maupun eksklusi.
Kriteria inklusi adalah karakteristik sampel yang dapat dimasukkan/ layak untuk
bulan
tidak layak untuk diteliti. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah:
b. Keluarga yang menolak atau tidak mau dijadikan sebagai sampel / responden
penelitian.
44
3.3.1 Tempat
Palembang 2018.
3.3.2 Waktu
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 Juli 2018
2010).
Sakit Pusri Palembang tahun 2018. Data primer yang dikumpulkan adalah data
keluarga dan kepatuhan diet dan pembatasan cairan pasien gagal ginjal kronik
“Sering” “selalu’, “Jarang”, dan “tidak pernah”. Jika menjawab “Sering” akan
akan mendapat skor 2, dan jika menjawab “tidak pernah” akan mendapat skor 1
2, menjawab “jarang” akan mendapat skor 3, dan jika menjawab “tidak pernah”
akan mendapat skor 4. Jawaban dari responden akan ditotal dan dilakukan
skoring.
Data sekunder yaitu sumber bahan kajian yang digambarkan oleh bukan
yang ikut mengalami atau yang hadir pada waktu kejadian (Notoadmodjo, 2010).
Data sekunder diperoleh dari hasil rekam medik Rumah Sakit Pusri
Palembang tahun 2018 berupa data nama, umur, jenis kelamin, lama menjalani
hemodialisa.
Dalam pengolahan data dengan baik, data tersebut perlu diperiksa terebih
dahulu, apakah telah sesuai dengan yang teah diharapkan atau tidak.
Untuk menilai apakah data sudah benar-benar bebas dari kekeliruan atau
kesalahan.
melihat karakteristik dan kualitas variabel dengan tujuan untuk melihat kelayakan
data dan gambaran data yang dikumpulkan. Variabel yang akan dianalisis ada
tiga yaitu dukungan keluarga, kepatuhan diet dan pembatasan cairan pasien gagal
dilakukan uji crosstabs dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
2. Tidak patuh:
jika pasien
tidak mengikuti
program diet
GGK dengan
dialisis : <
Mean (Syakira
48
dalam Biadika,
2017)
3 Pembatasa Ketaatan Wawancara Kuesioner 1. Patuh: jika Ordinal
n cairan pasien dalam Observasi cairan masuk
membatasi 500 ml+ ∑ urine
asupan cairan /24 jam
pada pasien
gagal ginjal 2. Tidak Patuh:
kronik jika cairan
masuk > 500 ml
+ ∑ urine /24
jam
(Almatsir, 2004)
BAB IV
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada pasien gagal ginjal kronik
10 Juli 2018, hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk teks dan tabel, yaitu
sebagai berikut:
tidak bekerja, serta sebagian besar pendidikan yang dimiliki responden SMP
(36,5%).
49
51,44 tahun, Std. Deviation 12,025. Adapun umur minimum 26 tahun, umur
responden dalam rentang 48,09–54,79 tahun. Sedangkan nilai rata-rata untuk lama
hemodialisa didapatkan 26,60 bulan, Std. Deviation 20,761 serta lama minimum 3
bulan, lama maxsimum 84 bulan dengan tingkat kepercayaan 95% diyakini 95%
variabel yaitu variabel dukungan keluarga, kepatuhan diet dan pembatasan cairan,
yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dengan jumlah responden
52 orang pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di Rumah Sakit
yaitu dukungan baik dan kurang baik, hasil penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Baik 24 46,2 %
Kurang Baik 28 53,8 %
Jumlah 52 100 %
Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan
keluarga kurang baik mencapai (53,8%).
yaitu patuh dan tidak patuh hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
yaitu patuh dan tidak patuh hasil penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Analisa ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara dua variabel yaitu:
kepatuhan diet dan pembatasan cairan dengan mengunakan uji statistik Chi-
yaitu: apabila p value ≤ 0,05 berarti ada pengaruh antara variabel independen
dengan variabel dependen. Apabila p value > α 0,05 berarti tidak ada pengaruh
Variabel dukungan keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu:
menjadi dua yaitu: “patuh” dan “tidak patuh”. Pengaruh dukungan keluarga
kategori dukungan keluarga baik yang tidak patuh terhadap diet sebanyak 18
keluarga kurang baik yang tidak patuh terhadap diet sebanyak 12 responden
(42,9%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value 0,040 yang artinya ada
pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien gagal ginjal kronik
Palembang.
Variabel dukungan keluarga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu:
menjadi dua yaitu: “patuh” dan “tidak patuh”. Pengaruh dukungan keluarga
dukungan keluarga kurang baik yang tidak patuh terhadap pembatasan cairan
sebanyak 22 responden (78,6%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value
4.2 Pembahasan
kurang baik mencapai (53,8%) dan dari 30 responden dengan kategori tidak patuh
didapatkan bahwa dari 24 responden dukungan keluarga baik yang tidak patuh
dengan kategori dukungan keluarga kurang baik yang tidak patuh terhadap diet
sebanyak 12 responden (42,9%). Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value
0,040 yang artinya ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet
pasien gagal ginjal kronik dalam menjalani hemodialisa di Rumah Sakit PUSRI
Palembang.
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa terdiri dari dukungan
Dukungan tersebut diberikan terus menerus terhadap pasien dengan harapan agar
55
pasien patuh terhadap pengobatan yang dilakukan. Apabila dukungan ini tidak
2017).
Kepatuhan pada penelitian ini ialah perilaku pasien gagal ginjal kronik
dalam melaksanakan aturan diet yang sudah ditetapkan dan sesuai dengan
instruksi dokter meliputi diet gagal ginjal, jenis diet, dan jumlah diet. Faktor yang
Tingkat kepatuhan adalah sikap yang ditunjukkan oleh penderita gagal ginjal
kronik untuk mematuhi diet yang harus dijalani. Kepatuhan adalah suatu
perubahan perilaku dari perilaku yang tidak mentaati peraturan ke perilaku yang
Kepatuhan pasien berarti pasien beserta keluarga harus meluangkan waktu dalam
mungkin tidak dirasakan secara langsung, namun dampak serius akibat sikap tidak
Biadika, 2017).
56
didapatkan hasil bahwa ada hubungan antara dukungan dengan kepatuhan dalam
menjalani hemodialisa dengan hasil uji chi square p value 0,006. Penelitian yang
sama juga dilakukan Parwanti (2015) juga menyatakan bahwa keluarga sebagai
orang terdekat pasien yang selalu siap memberikan dukungan berupa informasi,
perhatian, bantuan dan pujian sehingga pasien merasa tidak di asingkan. Menurut
Marilyn dalam Eka (2017), terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dan
status kesehatan anggotanya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap
aspek perawatan kesehatan anggota keluarga. Pada penelitian ini responden yang
dianggap patuh yang menjalani jadwal rutin hemodialisa selama 2 kali seminggu
dan tidak ada keterangan tidak hadir. Adapun pada responden yang tidak patuh
dapat terlihat tidak adanya anggota keluarga yang menemani, ataupun karena
peneliti terhadap responden, tidak semua pasien gagal ginjal kronik yang
keluarga, suami, istri atau anak mereka sibuk bekerja sehingga pasien hanya
diantar dan selama proses hemodialisa pasien sendirian tidak ditemani keluarga.
57
Pada dasarnya proses terapi tersebut dilakukan tidak cukup satu atau dua
bulan saja, tetapi butuh waktu yang lama. Pasien tidak dapat melakukannya
sendiri, butuh bantuan dari keluarga untuk mengantar ke rumah sakit dan
melakukan kontrol ke dokter. Selain itu Dukungan keluarga, dan lingkungan yang
sehat dapat membantu pasien dalam mematuhi diet serta mencegah terjadinya
perubahan model terapi juga dapat membantu pasien untuk mematuhi diet, agar
pasien tidak merasa bosan dengan model terapi yang dijalani. Pasien yang tidak
mematuhi diet akan menimbulkan dampak yang serius yang dapat menyebabkan
kondisi pasien semakin buruk. Oleh karena itu dukungan keluarga sangatlah
kurang baik mencapai (53,8%) dan dari 33 responden dengan kategori tidak patuh
Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,031 yang artinya ada pengaruh
terhadap stimulus atau rangsangan dari luar subjek tersebut. Kepatuhan tersebut
didukung baik oleh faktor dari dalam maupun dari luar. Faktor dari dalam
meliputi pengetahuan, persepsi, dan motivasi. Sedangkan faktor dari luar meliputi
lingkungan sekitar maupun non fisik. Snow dalam Biadika (2017) menyatakan
dan derajat kepatuhan tersebut bertambah buruk sesuai waktu, karena semakin
lama waktu yang dibutuhkan untuk memenuhi nasihat atau anjuran terapi diet dan
pembatasan cairan, maka pasien akan semakin merasa bosan dan kurang
beberapa faktor antara lain: pengetahuan, sikap, jarak dan perilaku orang lain.
diperhatikan, karena jika pasien tidak patuh maka akan terjadi penumpukkan zat-
zat berbahaya dan penumpukan cairan yang berlebihan dari tubuh akibat dari hasil
merasa sesak napas dan merasa sakit pada seluruh tubuh, dan jika hal tersebut
(Smeltzer, 2002).
bahwa perilaku yang dialami para responden adalah tidak mematuhi diet dan
tidak mematuhi pembatasan cairan dan terapi lainnya yang diberikan, maka
seperti deuretik, sehingga menyebabkan rasa haus dan klien berusaha untuk
minum. Hal ini dikarenakan dalam kondisi normal manusia tidak dapat bertahan
lebih lama tanpa asupan cairan dibandingkan dengan makanan. (Potter and Ferry
Cairan yang diminum pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa harus diawasi dengan seksama karena rasa haus bukan lagi petunjuk
yang dapat dipakai untuk mengetahui hidrasi tubuh. Pembatasan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa ini sangat mendasari
itu agar tidak terjadi penumpukan cairan maka jumlah cairan yang boleh
60
dikonsumsi dalam setiap hari yaitu 500ml cairan ditambah jumlah urine /24 jam
(Suhardjono, 2009).
jiwanya. Dalam keadaan seperti ini dukungan keluarga sangat dibutuhkan bagi
pembatasan cairan yang dilakukan namun karena rasa haus yang terus menerus
BAB V
5.1 SIMPULAN
Palembang pada tanggal 1 sampai dengan 10 Juli 2018 dengan jumlah responden
kepatuhan diet dan pembatasan cairan pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
4. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet pasien gagal ginjal
61
62
5.2 SARAN
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa agar dapat meningkatkan
banyak dengan metode penelitian yang berbeda, agar dapat lebih menggali
pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa, seperti perilaku dan sikap
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, (2004). Penuntun diet edisi baru. Jakarta: Gramedia pustaka utama
Biadika, Rif’amik. 2017. “Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan diet pada pasien
gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa rumah sakit islam siti khadijah
palembang”. Diakses 18 november 2017 pukul 10.00 wib
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Terjemahan
volume II) Jakarta : EGC.
Eka, Anggraini Mia. 2017. “Hubungan jarak dengan dukungan keluarga denan
kepatuhan pasien menjalani hemodialisa di Rumah Sakit Pusri.” Diakses 18
november 2017 pukul 10.00 wib
63
64
Susatyo, Bambang, dkk. 2015. “Gambaran Kepatuhan Diet Pasien Gagal Ginjal
Kronik yang Menjalani Hemodialisa Rawat Jalan di RSUD Kayen
kabupaten Pati tahun 2015. Universitas diponegoro Semarang” diakses
18 november 2017 pukul 10.00 wib