Anda di halaman 1dari 4

Penatalaksanaan

Pengobatan Gagal ginjal Kronik (GGK) dibagi dalam dua tahap yaitu
penanganan konservatif dan terapi pengganti ginjal dengan cara dialisis atau
transplantasi ginjal atau keduanya. Penanganan GGK secara konservatif terdiri dari
tindakan untuk menghambat berkembangnya gagal ginjal, menstabilkan keadaan
pasien, dan mengobati setiap faktor yang reversible. Ketika tindakan konservatif tidak
lagi efektif dalam mempertahankan kehidupan pasien pada hal ini terjadi penyakit
ginjal stadium akhir satu-satunya pengobatan yang efektif adalah dialisis intermiten
atau transplantasi ginjal . Tujuan terapi konservatif adalah mencegah memburuknya
faal ginjal secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara keseimbangan
cairan dan elektrolit (Sukandar, 2006)
Beberapa tindakan konservatif yang dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Diet protein
Pada pasien GGK harus dilakukan pembatasan asupan protein. Pembatasan
asupan protein telah terbukti dapat menormalkan kembali dan memperlambat
terjadinya gagal ginjal. Asupan rendah protein mengurangi beban ekskresi
sehingga menurunkan hiperfiltrasi glomerulus, tekanan intraglomerulus dan
cidera sekunder pada nefron intake. Asupan protein yang berlebihan dapat
mengakibatkan perubahan hemodinamik ginjal berupa peningkatan aliran darah
dan tekanan intraglomerulus yang akan meningkatkan progresifitas perburukan
ginjal (Rustiana, 2016).
2. Diet Kalium
Pembatasan kalium juga harus dilakukan pada pasien GGK dengan cara diet
rendah kalium dan tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung kalium
tinggi. Pemberian kalium yang berlebihan akan menyebabkan hiperkalemia
yang berbahaya bagi tubuh. Jumlah yang diperbolehkan dalam diet adalah 40
hingga 80 mEq/hari. Makanan yang mengandung kalium seperti sup, pisang,
dan jus buah murni. Pembatasan kalium snagat diperlukan, karena jika terjadi
kekurangan kalium dapat berefek buruk dalam tubuh karena mengakibatkan
hipokalemia yang menyebabkan frekuensi denyutjantung melambat. Untuk
kelebihan kalium mengakibatkan hyperkalemia yang menyebabkan aritmia
jantung konsentrasi yang lebih tinggi lagi yang dapat menimbulkan henti
jantung atau fibrilasi jantung (Yaswir,2012).
3. Diet kalori
Kebutuhan jumlah kalori untuk GGK harus adekuat dengan tujuan utama yaitu
mempertahankan keseimbangan positif nitrogen memlihara status nutrisi dan
memelihara status gizi (Sukandar, 2006)
4. Kebutuhan cairan
Asupan cairan membutuhkan regulasi yang hati-hati pada GGK. Asupan yang
terlalu bebas dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edem dan
intoksikasi cairan. Asupan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi,
hipotensi, dan pemburukan fungsi ginjal. Sementara itu, pasien gagal ginjal
kronik yang tidak mematuhi pembatasan asupan cairan akan mengalami
penumpukan cairan sehingga menyebabkan edema paru dan hipertropi pada
ventrikel kiri (Rini, 2012)
Ketika terapi konservatif yang berupa diet, pembatasan minum, obatobatan dan
lain-lain tidak bisa memperbaiki keadaan pasien maka terapi pengganti ginjal dapat
dilakukan. Terapi pengganti ginjal tersebut berupa hemodialisis, dialisis peritoneal dan
transplantasi ginjal (Rahardjo et al, 2006).
1. Hemodialisis
Hemodialisis dilakukan untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun
tertentu dari peredaran darah manusia, seperti kelebihan ureum, kreatinin, asam
urat, dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel. Pasien Penyakit Ginjal
Kronik (PGK) menjalani proses hemodialisis sebanyak dua sampai tiga kali
seminggu, dimana setiap kali hemodialis rata-rata memerlukan waktu antara
empat sampai lima jam. Hemodialisis dipercaya dapat meningkatkan survival
atau bertahan hidu pasien PGK Kemampuan bertahan hidup penderita PGK yang
menjalani hemodialisis dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat
keparahan penyakit yang dialami, kondisi berbagai system tubuh yang terganggu
oleh racun akibat PGK, pengaturan intake cairan dan makanan, sampai kepatuhan
mengikuti jadwal hemodialisis (Hasneli & Bayhakki, 2017)
2. Transplantasi ginjal
Transplantasi ginjal merupakan cara pengobatan yang lebih disukai untuk pasien
gagal ginjal stadium akhir. Namun kebutuhan transplantasi ginjal jauh melebihi
jumlah ketersediaan ginjal yang ada dan biasanya ginjal yang cocok dengan
pasien adalah yang memiliki kaitan keluarga dengan pasien. Sehingga hal ini
membatasi transplantasi ginjal sebagai pengobatan yang dipilih oleh pasien .

Peran Perawat Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik


1. Educator
Perawat memberikan informasi kepada pasien mengenai penakit yang
dialaminya. Perawat juga memberikan arahan agar pasien mampu menjaga pola
hidupnya agar penyakit yang diderita pasien tidak semakin bertambah parah
2. Colaborator
Seprang perawat melakukan kolaborasi dengan berbagai tenaga medis lain
dalam melakukan perawatan pada pasien. Selain itu juga, perawat dapat
melakukan kolaborasi dengan keluarga mengenai hal-hal apa saja yang harus
diberikan kepada klien.
3. Care giver
Perawat membantu Pasien Menangani Gangguan Psikologis: Kecemasan,
ketidakpastian, ketakutan, dan depresi merupakan kondisi yang umum
ditemukan pada pasien dengan penyakit kronis. Salah satu upaya untuk
meminimalisir gangguan psikologis pasien adalah mengajak pasien berbicara
mengenai emosinya. Komunikasi tersebut merupakan media perawat untuk
mendengarkan kekhawatiran, mengakui keyakinan, dan membantu
menjelaskan emosi pasien. Kerjasama antara perawat dan pasin sangat
diperlukan dalam mencapai keberhasilan selama proses perawatan, salah
satunya adalah meningktkan kualitas hidup (Hanafi, Bidjuni, & Babakal, 2016)
Hanafi, R., Bidjuni, H., & Babakal, A. (2016). Hubungan Peran Perawat Sebagai
Care Giver dnegan Kualitas Hidup Pasien penykit Ginjal Kronik yang
Menjalani Hemodialisis di RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado. Ejournal
Keperawatan (e-Kp), 4(1), 1–6.
Hasneli, Y., & Bayhakki. (2017). Hubungan Lama Menjalani Hemodialisis dengan
Inter-Dialytic Weight Gain ( IDWG ) pada Pasien Hemodialisis. Jurnal
Keperawatan, 5(3), 242–248.
Rini, S. (2012). Hubungan natara Dukungan keluarga terhadap Kepatuhan dalam
Pembatasan Asupan Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Hemodialisa. Jurnal Riau, 1–7.
Rustiana, E. . (2016). Hubungan Asupan Protein dan Asupan Kalium terhadap kadar
kretinin Pasien Gagal Ginjal Kronik di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sukandar, E. (2006). 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Bandung:
Pusat Informasi Ilmiah Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran/RS Dr. Hasan Sadikin Bandung.
Yaswir, R., Ferawati, I. 2012. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium,
Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium,Jurnal Kesehatan
Andalas.

Anda mungkin juga menyukai