Anda di halaman 1dari 76

ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR PADA BAYI

NY. N DENGAN BAYI BARU LAHIR NORMAL DI PAVILIUN AL- ADAWIYAH


RUMAH SAKIT ISLAM SUKAPURA JAKARTA UTARA PADA TANGGAL
06-08 JUNI 2016

Disusun Oleh :
KARTIKA NUR AMALIA
NIM : 2013750024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu’aikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua sebagai makhluk-Nya, sehingga dengan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Karya tulis ini dengan judul “ Asuhan keperawatan khususnya Ny. N
dengan post partum sesaria dengan indikasi letak sungsang di ruangan adawiyah RSIJ
sukapura jakarta utara“ dari tanggal 6 sampai 8 juni 2016.

Selama poses pembuatan laporan khusus penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Tulis
Ilmiah ini masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan penulis, waktu
yang singkat dan keterbatasan sumber-sumber, namun berkat bantuan dan bimbingan serta
pengarahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
tepat pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Allah SWT, yang Maha pengasih Lagi Maha penyayang yang selalu memberikan
kemudahan untuk mengerjakan karya tulis ini dan membantu penulisan dalam
mengerjakan karya tulis ilmiah ini serta melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga
penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, untuk memenuhi syarat kelulusan di
akademik perawatan RSIJ
2. Ibu Ns. Idriani,Mkep, Sp. Mat, selaku dosen pembimbing dan penguji akademik yang
telah banyak membantu membimbingan dan pengarahan dalam laporan karya tulis ilmiah
ini.
3. Orang tuaku yang tersayang yang selalu mensupport dan memberi semanggat kepada
penulis
4. Seseorang yang setia yang selalu menemani, semanggatin untuk menyusun Karya Tulis
Ilmiah ( Pram ).
5. Ibu fitri, Ibu lili, Ibu Enah, Ibu idri, Ibu nung, Ibu titin, Ibu wati, Pak dedi terima kasih
banyak buat ilmu yang diberikan buat penulis
6. Kepala ruangan dan staf perawat di paviliun Adawiyah RSIJ Sukapura Jakarta Utara
7. Buat teman-teman sejawat angkatan 31, sukses selalu buat kalian !!! kalau sudah sukses ,
jangan lupa, jangan sombong, sering kumpul-kumpul yaa..
8. Pasien dan keluarga pasien yang telah membantu dalam penyusunan laporan karya tulis
ilmiah
9. Sahabat saya Dita , Mega, Fera, Astrid yang telah memberikan semanggat dalam
menyusun laporan karya tulis ilmiah
10. Teman seperjuangan kartika, intan, peggy, dwi nur. Selalu semanggat yaa..

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kata kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, Oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak dan harapan penulis
semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca dan mudah-mudahan
Karya Tulis Ilmiah ini kelak berguna bagi para pembaca seluruhnya dan semoga contoh Karya
Tulis Ilmiah ini berguna untuk pembikin Karya Tulis Ilmiah selanjutnya.

Wassalam

Jakarta, 21 juni 2016


DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................ii

KATA PENGANTAR...................................................................................................iii

DAFTAR ISI..................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Lantar Belakang...............................................................................................1

B. Tujuan penulisan.............................................................................................2

1. Tujuan umum......................................................................................3

2. Tujuan khusus.....................................................................................3

C. Ruang lingkup...............................................................................................84

D. Metode penulisan...........................................................................................5

E. Sistematika penulisan.....................................................................................6

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Post Partum

1. Definisi post partum..............................................................................6

2. Adaptasi Fisiologis Post Partum............................................................7

3. Adaptasi Psikologis Post Partum...........................................................7


B. Pemenuhan Kebutuhan Dasar.....................................................................

a. Nutrisi dan cairan.....................................................................................

C. Konsep Dasar Seksio Sesaria

a. Pengertian..........................................................................................

b. Jenis- jenis.........................................................................................

c. Indikasi..............................................................................................

d. Komplikasi.......................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS

a. Pengkajian keperawatan.....................................................................

b. Analisa data keperawatan...................................................................

c. Diagnosa keperawatan........................................................................

d. Perencanaan keperawatan..................................................................

e. Pelaksanaan keperawatan..................................................................

f. Evaluasi keperawatan........................................................................

BAB IV PEMBAHASAN

g. Pengkajian keperawatan.....................................................................

h. Analisa data keperawatan...................................................................

i. Diagnosa keperawatan........................................................................

j. Perencanaan keperawatan..................................................................

k. Pelaksanaan keperawatan..................................................................

l. Evaluasi keperawatan........................................................................
BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan........................................................................................

b. Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat
(Muhammad,2007).

Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002, angka
kematian bayi baru lahir sebesar 45/1000 kelahiran hidup dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti: asfiksia neonatarum, icterus, pendarahan tali pusat, kejang, BBLR, hipertermi,
dll. (Muslihatun, 2010). Sedangkan tiga penyebab utama dari angka kematian bayi baru lahir
menurut Saifudin (2002) diantaranya adalah: kelahiran prematur, infeksi berat, dan
komplikasi selama kelahiran.

Menurut World Health Organization (WHO) Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 35 per
1.000 kelahiran hidup untuk tahun 2012. Pada tahun 1990 silam, AKB secara global sebesar
63 per 1.000 kelahiran hidup. Menurut laporan WHO pada tahun 2000, Angka Kematian Bayi
(AKB) di dunia 54 per 1000 kelahiran hidup kemudian tahun 2006 menjadi 49 per 1000
kelahiran hidup (Wijaya, 2010).

Dari data yang diperoleh dari medical record Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura, jumlah
angka kelahiran bayi baru lahir normal pada bulan Juni – Desember tahun 2015 sebesar 726
jiwa dengan kelahiran Seksiocesaria sebanyak 524 jiwa dan kelahiran Spontan 202 jiwa.
Sedangkan tahun 2016 pada bulan Januari – Juni jumlah angka kelahiran bayi baru lahir
normal sebesar 411 jiwa dengan kelahiran Seksiocesaria sebanyak 330 jiwa dan kelahiran
Spontan sebanyak 81 jiwa.
Mengingat masa neonatus/bayi baru lahir adalah masa penentu. Perkembangan dan
Pertumbuhan bayi/anak selanjutnya serta diperlukan perhatian dan penanganan yang terpadu
dan berkesinambungan, penulis sebagai calon tenaga kesehatan ingin berperan penting dalam
upaya meningkatkan perubahan yang terjadi pada bayi paru lahir normal melalui upaya
promotif, yaitu memberikan perawatan yang intensif pada bayi baru lahir, antara lain promosi
penggunaan air susu ibu (ASI) secara ekslusif. Pentingnya menjaga kebersihan diri dan cara
menyusui yang benar pada bayi. Upaya prefentif antara lain dengan melakukan perawatan
hipotermi pada bayi baru lahir untuk mencegah kehilangan panas yang lebih lanjut. Upaya
kuratif yang diberikan adalah menganjurkan ibu untuk mengontrolkan kesehatan nya pasca
melahirkan dan dalam masa nifas, serta mengontrol keadaan bayinya sesuai dengan jadwal
agar tidak terjadi komplikasi. Dan upaya rehabilitatifnya adalah menstimulus perkembangan
bayi sejak usia dini. Maka penulis tertarik untuk menyusun makalah ilmiah bayi baru lahir
dengan judul “Pemenuhan Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun Al-
Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara”.

A. Tujuan penulisan
I. Tujuan Umum
Tujuan umum dari asuhan keperawatan pada bayi baru lahir normal ini adalah
diperoleh pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada bayi
baru lahir normal.

II. Tujuan Khusus


a. Mampu melakukan pengkajian pada bayi baru lahir normal.
b. Mampu mengidentifikasi masalah keperawatan pada bayi baru lahir normal.
c. Mampu merencanakan masalah keperawatan pada bayi baru lahir normal.
d. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada bayi baru lahir normal.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada bayi baru lahir normal.
f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan pada teori dan kasus yang ada pada bayi
baru lahir normal.
g. Mampu mengidentifikasi factor pendukng dan factor penghambat serta dapat
mencari solusi pada kasus bayi baru lahir normal.
h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan asuhan keperawatan yang
dilakukan pada bayi baru lahir dalam bentuk narasi.

B. Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ilmiah penulis membatasi ruang lingkup dalam pemberian asuhan
keperawatan pada bayi baru lahir normal karena mengingat namyaknya kasus bayi baru
lahir normal dengan berbagai indikasi dan keterbatasan waktu yang diberikan, sehingga
penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada masalah yaitu, “Asuhan Keperawatan
Pada Bayi Ny. Dengan Bayi Baru Lahir Normal di Paviluin Al-adawiyah Rumah Sakit
Islam Sukapura Jakarta Utaraselama 3 hari pada tanggal

C. Metode penulisan
Metode penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan deskriptif dan studi
kepustakaan. Dalam metode deskriptif pendekatan yang di gunakan adalah studi kasus,
dimana penulis mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan.
Penulis memperoleh data-data dengan cara :
1. Studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari teori-teori, buku-buku keperawatan, erta
catatan ilmiah yang berkaitan dengan kasus.
2. Wawancara langsung dengn orang tua pasien, perawat serta keluarga pasien untuk
mendapatkan data-data yang akurat dan jelas mengenai maalah pasien.
3. Observasi, dimana penulis terlibat langsung pada pasien yang bersangkutan mengenai
perkembangan, pengobatan, dan perawatan serta hasil tindakan yang telah diberikan.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Meliputi latar belakang masalah,tjuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS

Meliputi pengertian, karakteristik bayi baru lahir normal, adaptasi fisiologis,


penatalaksanaan, pengkajian keperawatan, diagnose kperawatan, perencanaan
keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB III TINJAUAN KASUS

Merupakan laporan kasus dari hasil pengamatan dan observasi langsung pada
pasien dalam membuat asuhan keperawatan pada bayi baru lahir normal Ny. dari
pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan.

BAB IV PEMBAHASAN

Membahas kesenjangan antara asuhan keprawatan menurut teori dengan tinjauan


kasus dari pengkajian keperawatan sampai evaluasi keperawatan sesuai dengan
kasus yang diambil.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan,


pelaksanaan, evaluasi.
B. Saran, untuk meningkatkan kinerja perawat

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar pada Bayi Ny. S dengan Bayi Baru Lahir Normal di Pavilliun Al-Adawiyah
Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura. Pemenuhan Kebutuhan Dasar berupa Asuhan Keperawatan
yang dilakukan selama 2 x 24 jam yaitu mulai dari tanggal 6 sampai dengan 7 Juni 2016 dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37-42 minggu dan berat badan lahir
2500-4000 gram. (Depkes RI, 2007). Menurut Yeyeh (2012) bayi baru lahir adalah bayi
yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada
usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-
4000 gram, nilai apgar > 7 dan tanpa cacat bawaan. Sedangkan menurut Rahadjo (2014)
bayi baru lahir normal adalah berat lahir antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir
menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat.

2. Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal


Karakteristik bayi normal antara lain: (Depkes RI, 2007)
a. Dilahirkan pada usia kehamilan antara 37-42 minggu
b. Berat lahir 2500-4000 gram
c. Panjang badan waktu lahir 48-51 cm
d. Warna kulit merah muda/pink
e. Kulit diliputi verniks caseosa
f. Lanugo tidak seberapa lagi hanya pada bahu dan punggung
g. Pada dahi jelas perbatasan tumbuhnya rambut kepala
h. Tulang rawan pada hidung dan telinga sudah tumbuh jelas
i. Kuku telah melewati ujung jari
j. Menangis kuat
k. Referleks menghisap baik
l. Pernafasan berlangsung baik (40-60x/ menit)
m. Pergerakan anggota badan baik
n. Alat pencernaan mulai berfungsi sejak dalam kandungan ditandai dengan adanya /
keluarnya meconium dalam 24 jam pertama
o. Alat perkemihan sudah berfungsi sejak dalam kandungan ditandai dengan keluarnya
air kemih setelah 6 jam pertama kehidupan
p. Pada bayi laki-laki testis sudah turun ke dalam skrotum dan pada bayi perempuan
labio minora ditutupi oleh labia mayora
q. Anus berlubang
Sedangkan Karakteristik bayi normal menutut (Hutahaen, 2009), adalah:

a. Usia kehamilan 37-42 minggu atau kehamilan cukup bulan


b. Berat badan lahir 2500-4000 gram (sesuai dengan masa kehamilan)
c. Panjang badan 44-53 cm
d. Lingkar kepala 31-36 cm
e. Apgar skore >7 – 10
f. Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

3. Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir Normal


Perubahan fisiologi pada bayi baru lahir merupakan suatu proses adaptasi dengan
lingkungan luar atau dikenal dengan kehidupan ekstrauteri. Sebelumnya bayi cukup
hanya beradaptasi dengan kehidupan intrauteri. (Aziz Alimul, 2008)
Saat lahir, bayi mengalami perubahan fisiologi yang cepat dan hebat. Kelangsungan
hidup bergantung pada pertukaran oksigen dan kerbondioksida yang cepat dan teratur.
Agar pertukaran efesien, alveolus paru yang semula terisi cairan harus terisi oleh udara.
(Kenneth J, 2009)
a. Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler berubah bermakna setelah lahir. Nafas pertama bayi, disertai
dengan peningkatan distensi kapiler alveolus, mengembangkan paru-paru dan
mengurangi restensi pembuluh darah paru terhadap aliran darah paru dari arteri
pulmonaris. Tekanan arteri pulmonaris menurun, dan tekanan dalam atrium menurun.
Meningkatnya aliran darah paru dari sisi jantung kiri meningkatkan tekanan di atrium
kiri, yang menyebabkan penutupan fisiologis dari foramen ovale. Selama beberapa
hari pertama kehidupan, menangis dapat membuat aliran balik melalui fpramen ovale
untuk sementara dan dapat menyebabkan sianosis ringan.
Dalam uterus, PO2 janin berukuran 27 mmHg. Setelah lahir, ketika kadar PO 2 dalam
darah arteri berukuran sekitar 50 mmHg . duktus arteriosus berkonturksi sebagai
respons terhadap peningkatan oksigenasi. Kadar hormone prostaglandin E yang
bersirkulasi juga memiliki peranan penting dalam penutupan duktus arterious.
Selanjutnya, duktus arteiosus akan menutup total dan menjadi ligament.
(Lowdermilk, 2013)
1) Denyut dan Bunyi Jantung
Denyut jantung rata-rata berkisar 120-140 denjut/menit, dengan variasi yang
tampak jelas saat tidur dan bangun. Saat setelah tangisan pertama, denyut jantung
bayi dapat mengalami percepatan 175-180 denyut/jantung. Kisaran denyut
jantung pada bayi matur berkisar 85-90 denyut/menit selama tidur dalam dan
hingga 170 denyut/menit atau lebih ketika bayi terbangun. Denyut jantung hingga
180 denyut/menit merupakan hal yang biasa ketika bayi menangis. Denyut
jantung yang secara konsisten tinggi (>170 denyut/menit) atau rendah (<80
denyut/menit) saat bayi baru lahir dalam keadaan istirahat harus dievaluasi
kembali dalam 1 jam atau saat aktifitas bayi berubah.

2) Tekanan Darah
Tekanan darah (TD) sistolik rata-rata pada bayi baru lahir berkisar 60 hingga 80
mmHg. Tekanan diastolic rata-rata berkisar 40 hingga 50 mmHg. Tekanan darah
meningkat pada hari kedua kehidupan, dengan sedikit variasi yang tampak pada
bulan pertama kehidupan. Turunnya TD sistolik (15 mmHg) pada 1 jam pertama
kehidupan bias terjadi. Menanggis dan begerak biasanya menyebabkan
peningkatan tekanan sistolik.

3) Volume Darah
Volume darah pada bayi baru lahir berkisar 80 hingga 85 ml/kgBB. Segera
setelah lahir, volume darah total rata-rata sebesar 300 ml, namun volume ini dapat
meningkat hingga 100 ml, bergantung pada lamanya waktu sebelum tali pusat
diklem dan di potong.

4) Sirkulasi Darah Pada Janin


Plasenta (tali pusat) terletak berada di daerah fundus yang mempunyai
permukaan, yaitu permukaan martenal yang menghadap depan dingding Rahim
yang berisi kotiledon dan permukaan fetal yang menghadap ke janin bersamaan
dengan tali pusat. Fungsi plasenta sebagai media transportasi nutrisi dari plasenta
ke janin. Panjang tali pusat normal 45-55 cm. diameter 1-1,5 cm. berat plasenta
normal 500 gram. Tali pusat berwarna putih ke abu-abuan, mempunyai pembulu
darah 2 arteri dan 1 vena. Pada janin, pembuluh darah vena membawa darah
bersih dan pembulu darah arteri membawa darah kotor.

b. Sistem Pernafasan
Pernafasan pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama sesudah lahir.
Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya
surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih
sehingga udara tertahan didalam. Respirasi pada neonates biasanya pernafasan
diagfragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalam tarikan belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku sehingga
terjadi atelectasis, dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat mempertahankan
hidupnya karena adanya kelanjutan metabolism anerobik. (Indriyani, 2013).
Bernapas pada bayi baru lahir normal pertama kali kemungkinan sebagai akibat dari
reflex yang dipicu oleh perubahan tekanan, pajanan terhadap temperature udara yang
dinging, bising, dan sensasi lainnya yang berhubungan dengan proses kelahiran.
Selain itu kemoreseptor di aorta dan badan karotis memulai reflex neorulogis ketika
tekanan oksigen arteri (PO2) menurun, tekanan karbondioksida (CO2) arteri
meningkat, dan pH arteri menurun. Pada sebagian besar kasus, reaksi pernapasan
berat terjadi dalam 1 menit setelah lahir, dan bayi melakukan tarikan napas pertama
dan menangis. Setelah pernapasan dimulai, periode dari napas periodik yang terdiri
dari atas henti napas sementara yang berlangsung kurang dari 20 detik. Periode henti
napas lebih dari 20 detik merupakan indikasi proses patologis dan haru dievaluasi
secara menyeluruh. (Lowdermilk, 2013).

c. Sistem Hematopoietik
Pada bayi baru lahir menunjukan beberapa variasi dari orang dewasa. Kadar sel darah
merah dan leukosit berada namun kadar trombosit relatif sama. (Lowdermilk, 2013).
1) Sel Darah Merah dan Hemoglobin
Saat lahir, kadar rata-rata sel darah merah dan hemoglobin (hemoglobin janin
bersifat dominan) lebih tinggi dibandingkan pada orang dewasa. Darah tali pusat
pada bayi baru lahir matur dapat memiliki konsentrasi hemoglobin 14 hingga 24
g/dl (rata-rata17 g/dl). Hematrokit berkisar dari 44 % hingga 64 % (rata-rata 55
%). Sel darah merah juga ikut meingkat berkisar dari 4,8 hingga 7,1 juta/mm 3
(rata-rata 5,14 juta/mm3). Pada akhir bulan pertama, nilai-nilai ini akan menurun
dan mencapai kadar rata-rata 11 hingga 17 g/dl dan 4,2 hingga 5,2 juta/mm 3
secara berurutan. Kadar darah ini dipengaruhi oleh klem tali pusat yang tertunda,
yang akan mengakibatkan peningkatan hemoglobin, sel darah dan hematocrit.

2) Leukosit
Leukosit dengan hitung sel darah putih (SDP) sekitar 18.000 sel/mm 3 (berkisar
antara 9.000 hingga 30.000 sel/mm3) normal saat lahir. Jumlah leukosit
meningkat hingga 23.000 sampai 24.000 sel/mm 3 selama hari pertama setelah
lahir. Leukosit awal yang tinggi pada bayi baru lahir akan menurun cepat, kadar
11.500 sel/mm3 umumnya dipertahankan selama periode neonatus.

3) Trombosit
Trombosit berkisar antara 200.000 hingga 300.000 sel/mm 3 dan sama nilainya
pada bayi baru lahir dan orang dewasa. Kadar factor II,VII, IX dan X yang
ditemukan dihati, menurun selama beberapa hari pertama kehidupan, karena bayi
baru lahir tidak dapat menyintesis vitamin K. namun, kecenderungan pendarahaan
pada bayi baru lahir tidak biasa terjadi, dan jika difisiensi vitamin K tidak
terhebat, pembentukan bekuan darah darah cukup untuk mencegah perdarahaan.

4) Golongan Darah
Golonga darah bayi ditentukan secara genetik dan dibentuk pada awal kehidupan
janin. Namun, selama periode neonatus, kekuatan aglutinogen yang terdapat pada
membrane sel darah merah meningkat perlahan. Sampel darah tali pusat dapat
digunakan untuk mengidentifikasi golongan darah bayi dan status resusnya.

d. Sistem Termogenik
Setelah terjadinya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat regulasi panas merupakan
hal terpenting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir. Termoregulasi adalah
mempertahankan keseimbangan antara kehilangan panas dan produksi panas. Bayi
baru lahir berusaha untuk menstabilkan temperature inti tubuhnya dalam rentang
yang sempit. Hipotermia akibat kehilangan panas berlebih sering terjadi dan
berbahaya bagi neonatus. Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas
(thermogenesis) sering kali menyerupai orang dewasa, namun kecenderungan
terhadap kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan dingin meningkat pada bayi
baru lahir dan menyebabkan bahaya. (Lowdermilk, 2013).
1) Thermogenesis
Mekanisme menggigil untuk memproduksi panas jarang terjadi pada bayi baru
lahir. Thermogenesis tanpa menggigil terjadi terutama oleh metaolisme lemak
coklat yang khas pada bayi baru lahir, dan juga oleh peningkatan aktivitas
metabolic di otak, jantung, dan hati, lemak cokelat terletak di cadang lemak
superfisial pada daerah interskapula dan askila, juga pada cadangan lemak dalam
pada pintu masuk toraks, sepanjang kolumna veterba dan sekitar ginjal. Lemak
coklat memliki suplai pembuluhn darah dan saraf yang lebih kaya dibandingkan
dengan lemak biasa. Panas yang di produksi oleh akativitas metabolic lemak
dalam lemak cokelat dapat menghangatkan bayi baru lahir dengan meningkatkan
produksi panas sebesar 100%. Cadangan lemak cokelat, umumnya terdapat
hingga beberapa minggu setelah lahir, dan habis dengan cepat akibat dingin
.jumlah cadangan lemak coklat meningkat seiring dengan usia kehamilan. Bayi
baru lahir matur memiliki cadangan lemak yang lebih banyak dibandingkan bayi
premature.
a) Kehilangan Panas
Kehilangan panas pada bayi baru lahir tejadi melalui empat cari berikut:
(Lowdermilk, 2013).
1. Konveksi
Konveksi adalah perpindahan aliran panas dari permukaan tubuh ke udara
lingkungan yang lebih dingin. Oleh karena dapat terjadi kehilangan panas
akibat konveksi, temperature lingkungan dalam kamar perawatan bayi
dipertahankan pada suhu sekitar 24o C, dan bayi baru lahir pada tempat
tidur bayi yang terbuka harus diselimuti untuk melindungi mereka dari
dingin.

2. Radiasi
Radiasi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh menuju permukaan
padat yang lebih dingin, tidak dengan kontak langsung, namun pada jarak
yang relative dekat. Untuk mencegah kehilangan panas ini, tempat tidur
bayi dan meja periksa ditempatkan jauh dari jendela.

3. Evaporasi
Evaporasi adalah kehilangan panas yang terjadi ketika cairan dikoveksi
menjadi uap. Pada bayi baru lahir, kehilangan panas oleh evaporasi terjadi
sebagai akibat dari penguapan kelembaban pada kulit. Kehilangan panas
ini dapat diakibatkan karena kesalahan teralu cepat mengeringkan bayi
baru lahir atau melalu pengeringan bayi yang terlalu lambat setelah di
mandikan. Semakin kurang matur bayi baru lahir tersebut, semakin berat
kehilangan panas melalu evaporasi yang akan terjadi. Kehilangan panas
melalui evaporasi adalah kehilangan panas yang tidak disadari, merupakan
penyebab kehilangan panas yang paling penting pada beberapa hari
pertama kehidupan.

4. Konduksi
Konduksi adalah hilangnya panas dari permukaan tubuh kepada permukaan
yang lebih dingin dengan kontak langsung. Ketika masuk kedalam ruang
perawatan bayi, bayi baru lahir ditempatkan dalam tempat tidur hangat
untuk meminimalkan kehilangan panas. Timbangan yang digunakan untuk
menimbang bayi baru lahir harus dilapisi kain pelindung untuk
meminimalkan kehilangan panas secaa konduksi.

b) Regulasi Temperatur
Kemampuan bayi baru lahir untuk memproduksi panas pada awalnya kurang
dibandingkan pada orang dewasa. Bayi baru lahir memiliki rasio permukaan
tubuh terhadap berat badan (massa) yang lebih besar dibandingkan pada anak
dewasa. Posisi fleksi pada bayi baru lahir membawa melindungi dari
kehilangan panas karena mengurangi jumlah permukaan tubuh yang terpajan
pada lingkungan. Bayi juga dapat mengurangi kehilangan panas dari dalam
melalui permukaan tubuh dengan konstriksi pembuluh darah perifer. Stress
dingin mempengaruhi kebutuhan metabolic dan fisiologis pada semua bayi,
tanpa dipengaruhi usia kehamilan, dan kondisi. Pada bayi yang mengalami
stress dingin, konsumsi oksigen dan energy dialihkan dari mempertahankan
fungsi otak dan jantung yang normal serta pertumbuhan kepada
thermogenesis untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya.

e. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, menverna, memetabolisme dan
mengabsorsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak. Pada bayi
baru lahir denga hidrasi yang adekuat membrane mukosa mulutnya lembab dan
berwarna merah muda. Saat bayi lahir, tidak terdapat bakteri dalam saluran cernanya.
Bising usus bayi dapat didengar satu jam setelah lahir. Kapasitas lambung bervariasi
dari 30 hingga 50 mltergantung pada ukuran bayi. Beberapa factor, seperti waktu
pemberian makanan dan volume makanan, jenis dan suhu makanan, serta stress psikis
dapat mempengaruhi waktu pengosongan lambung. Waktu ini bervariasi dari 1
sampai 24 jam. (Babok, 2005)
1) Pencernaan
Pencernaan dan absorsi nutrient berlangsung di usus halus. Kemampuan bayi baru
lahir untuk mencerna karbohidrat, lemak, dan protein diatur oleh beberapa enzim
tertentu. Kebanyakan enzim ini telah berfungsi saat bayi lahir terkecuali enzim
amylase. Bayi baru lahir yang normal biasanya mampu mencerna karbohidrat
sederhana dan protein, tetapi terbatas dalam mencerna lemak. (Babok 2005)
a) Tinja
Saat lahir, usus bagian bawah berisi meconium. Meconium dibentuk selama
kehidupan janin dari cairan amonion dan konstituennya, sekresi usu (meliputi
bilirubin), dan sel-sel (yang luruh dari mukosa). Meconium berwarna hitam
yang dikeluarkan biasanya steril, namum dalam beberapa jam, semua
meconium yang dikeluarkan mengandung bakteria. Mayoritas bayi matur
yang sehat mengeluarkan meconium 12 hingga 24 jam pertama kehidupan,
dan hamper semua bayi mengalaminya dalam 48 jam pertama (Blackburn,
2007). Jumlah tinja yang keluar bervariasi selama minggu pertama, dimana
paling banyak antara hari ketiga, keempat dan keenam. Bayi baru lahir yang
diberi makan lebih dini, akan mengeluarkan tinja lebih cepat. Perubahan
progresif dalam pola tinja mengidentifikasi saluran cerna yang berfungsi baik
antara lain:
1. Mekonium
Tinja bayi pertama terdiri atas cairan amnion dan komponen lainnya,
sekresi usus, perubahan sel mukosa dan kemungkinan darah (darah ibu
yang tertelan atau perdarahaan minor pada pembuluh darah usus).
Pengeluaran meconium harus terjadi dalam 24 hingga 48 jam pertama,
walaupun dapat terjadi hingga 7 hari pada bayi dengan berat lahir sangat
rendah.

2. Tinja Peralihan
Biasanya muncul pada hari ketiga setelah mulainya pemberian makan,
berwarna cokelat kehijauan atau cokelat kekuningan, lembek, dan kurang
lengket dibandingkan meconium dapat mengandung gumpalan susu.

3. Tinja susu
Umumnya muncul pada hari keempat. Bayi dengan asi tinjanya akan
berwarna kuning gelap, memiliki konsentrasi lembek seperti pasta,
dengan bau seperti susu asam.

f. Sistem Renal
Fungsi ginjal bayi baru lahir mirip dengan fungsi ginjal pada orang dewasa. Biasanya
pada bayi saat lahir terdapat sejumlah kecil urine dalam kandung kemih, tetapi bayi
baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12-24 jam. Dan biasanya bayi
baru lahir akan sering berkemih setelah periode ini. Berkemih 6 – 10x, dengan warna
urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Umumnya bayi cukup bulan
mengeluarkan urine 15 – 60 ml/kgBB/hari. (Babok, 2005).

g. Sistem Hepatika
Hati dan kandung kemih dibentu pada minggu keempat gestasi. Pada bayi baru lahir,
hati dapat dipalpasi sekitar 1cm dibawah batas iga kanan keraena hati membesar dan
menempati sekitar 40% dari rongga abdomen. Hati bayi memainkan peranan penting
dalam penyimpanan besi, memetabolisme karbohidrat, konjugasi bilirubin dan
koagulasi. (Lowdermilk, 2013).
1) Penyimpanan Besi
Hati janin, yang berperan sebagai tempat produksi hemoglobin setelah lahir,
mulai menyimpan besi dalam uterus. Cadangan besi pada bayi proposional
terhadap kandungan hemoglobin total tubuh dan lamanya gestasi. Saat lahir, bayi
matur memiliki cadangan besi yang cukup untuk usia 4 hingga 6 bulan.

2) Memetabolisme Karbohidrat
Saat lahir, bayi baru lahir dipisahkan dari suplai glukosa ibu, akibatnya bayi baru
lahir memiliki kadar glukosa serum awal menurun. Peningkatan kebutuhan
energy, penurunan pelepasan glukosa pleh hati dari cadangan glikogen,
peningkatan volume sel darah merah, dan peningkatan ukuran otak pada bayi
baru lahir akan berperan dalam menyebabkan habisnya simpanan glikogen dalam
24 jam pertama setelah lahir. Pada sebagian besar bayi baru lahir normal yang
sehat, kadar glukosa darah stabil pada 50 hingga 60 mg/dl selama bebrapa jam
setelah lahir. Pada hri ketiga kehidupan, kadar glukosa darah harus berkisar antara
60 hingga 70 mg/dl. Inisiasi pemberian makanan membantu stabilisasi kadar
glukosa darah bayi baru lahir. Kolostrum mengandung kadar glukosa darah pada
neonatus yang disusui (kolostrum mengandung protein yang lebih tinggi, namun
lebih rendah karbohidratnya, bila dibandingkan susu normal).

3) Jaundis
Jaundis merupakan manifestasi pigmen bilirubin dalam jaringan tubuh. Jaundis
umumnya tidak terlihat hingga kadar bilirubin mencapai 5 mg/dl. Semua jaundis
yang terlihat dalam 24 jam pertama kehidupan atau jaundis menetap 7 hingga 10
hari membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut terhadap penyebabnya karena hal ini
menunjukan adanya proses patologis yang mendasarinya.

4) Koagulasi
Faktor-faktor koagulasi yang disintesis dihati, diaktivasi oleh vitamin K.
kurangnya bakteri usus yang diperlakukan untuk menyintesis vitamin K
menyebabkan defisiensi kaogulasi darah sementara antara hari kedua hingga hari
kelima kehidupan. Penggunaan vitamin K intramuscular sesaat setelah lahir
membantu mencegah masalah pembekuan darah.

h. Sistem imun
Sistem imun pada bayi baru lahir mormal terhadap sel yang memberikan imunitas
pada bayi telah terbentuk sejak awal kehidupan janin; namun, sel-sel ini tidak aktif
selama beberapa minggu hingga beberapa bulan, setelah lahir. Selama 3 bulan
pertama kelahiran, bayi matur yang sehat terlindungi oleh imunitas pasif yang didapat
dari ibu; namun, status izi tergantung pada pajajan ibu sebelumnya terhadap antigen
dan respons immunoloinya. Immunoglobulin A (IgA) yang memproteksi membrane
menghilang dari saluran pernapasan dan saluran keih, dan bila bayi tidak menyusui,
IgA juga menghilang dari saluran cerna. Bayi mulai menyintesis IgG, dan sekitar
40% dari kadar pada orang dewasa dicapai pada usia 1 tahun. Sejumlah besar IgM
diproduksi saat lahir, dan kadar dewasa dicapai pada usia 9 bulan. Produksi IgA, IgD,
dan IgE lebih bertahap, da kadar maksimal belum dicapai hingga masa kanak-kanak
awal. Bayi yang disusui menerima imunitas aktif yang banyak melalui kolostrum dan
ASI. (Lowdermilk, 2013).

i. Sistem Integumen
Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan (merah daging) bebrapa jam setelah
lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi warna normal. Kulit sering terlihat
berbercak, terutama di daerah sekitar ekstermitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit
sianotik. Warna kebiruan ini, akrosianosis disebabkan oleh ketidakstabilan
vasomotor, statis kapiler, dan kadar hemoglobin yang tinggi. Keadaan ini bersifat
normal, bersifat sementara, dan bertahan selama tujuh sampai sepuluh hari, terutama
bila terpajan dengan udara dingin. (Lowdermilk, 2013).
1) Kaput Suksedenum
Kaput suksedenum adalah edema pada kulit kepala. Tonjolan edema yang terlihat
saat bayi lahir memanjang sesuai garis sutura tulang tengkorak dan lenyap secara
spontan dalam 3 sampai 4 hari. (Babok, 2005). Tekanan menetap oleh serviks
pada vertex yang dipresentasikan mengakibatkan komperesi dada pada pembuluh
darah setempat, sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran balik vena yang
diperlambat menyebabkan meningkatnya cairan jaringan pada kulit kepala, dan
terbentuk pembengkakan edematosa. (Lowdermilk, 2013)`

2) Sefahematoma
Sefahematoma adalah kumpulan darah diantara tulang tengkorak dam
periosteumnya. Perdarahan dapat terjadi pada saat kelahiran spontan akibat
penekanan pada tulang panggul ibu. Sefahematoma akan lenyap dengan spontan 3
sampai 6 minggu. (Babok, 2005).

3) Kelenjar keringat
Kelenjar keringat terdapat saat lahir, namun tidak berespons terhadap peningkatan
temperature lingkungan atau tubuh. Beberapa hiperplasia kelenjar sabasea janin
dan sekresi sebum diakibatkan oleh pengaruh hormonal pada kehamilan. Vernik
kaseosa merupakan produk dari kelenjar sabasea. Pelepasan vernik kaseosa
diikuti oleh deskuamasi epidermis pada sebagian besar bayi. Verniks telah
terbukti sebagai pelindung epidermis dan bermanfaat bagi kulit bayi seperti
menurunkan pH kulit, berkurangnya eritema kulit, dan peningkatan hidrasi kulit
(Visscher dkk, 2005). Kelenjar sebasea putih yang kecil meonjol (milia) dapat
ditemukan pada muka bayi baru lahir (Lowdermilk, 2013). Setelah sekitar dua
minggu, ketika kelenjar bersekresi, millia secara bertahap menghilang (Babok,
2005).

4) Deskuamasi
Deskuamasi adalah pengelupasan kulit. Pada kulit bayi tidak terjadi sampai
beberapa hari setelah lahir. Deskuamasi saat bayi lahir merupakan indikasi pasca
maturitas. (Babok, 2005).
5) Bintik Mongolian
Bintik Mongolian, daerah pigmentasi hitam kebiruan, dapat tampak pada berbagai
bagian permukaan luar tubuh, meliputi ekstermitas. Bintik-bintik ini lebih sering
ditemukan pada bayi baru lahir dengan asal etnik dari daerah mediterania,
Amerika Latin, Asia ata Afrika. Bintik ini akan menghilang perlahan setelah
beberapa bulan atau tahun. (Lowdermilk, 2013).

6) Nevus
Nevus telaniektasis dikenal sebagai “gigitan burung strok”, berwarna pink dan
mudah memudar. Nevus terlihat pada kelopak mata atas, hidung, bibir bagian
atas, daerah oksipital bawah, dan tengkuk leher. Nevus ini tidak dimiliki artian
klinis dan menghilang pada tahun kedua kehidupan. (Lowdermilk, 2013).

7) Eritema Toksikum
Bercak sementara, disebut juga eritema neonatorum, bercak bayi baru lahir, atau
dermatitisngigitan nyamuk. Bercak ini ditemukan pada neonatus matur selama
tiga minggu pertama kehidupan. Eritema toksikum membuat lesi dalam tahapan
yang berbeda: macula, papul, dan vesikel kecil eritematosa. Lesi dapat muncul
tiba-tiba dibagian tubuh manapun. Bercak ini dipikirkan sebagai respon terhadap
inflamasi. Eosinophil, yang membantu mengurangi inflamaasi, ditemukan dalam
vesikel. Walaupun penampilannya seperti berbahaya, bercak ini tidak memiliki
artian klinis dan tidak membutuhkan pengobatan. (Lowdermilk, 2013).

8) Ikterik
Ikterik adalah warna kekuningan yang mungkin terlihat pada kulit atau pada
sclera mata. Ikterik disebabkan karena bilirubin bebas yang berlebihan dalam
darah dan jaringan. Hampir 60% semua bayi memperlihatkan ikterik pada hari
kedua dan ketiga. Biasanya hari ketujuh ikterik ini akan menghilang. Hal ini
disebut ikterik fisiologis atau ikterik nwonatorum. (Babok, 2005).
j. Sistem reproduksi
1) Wanita
Pada bayi baru lahir cukup bulan labia mayora dan labia minora menurupi
vestibulum.
2) Pria
Pada bayi laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada. Testis turun ke skrotum
pada 90% bayi baru lahir normal.
3) Pembengkakan payudara
Pembengkakan jaringan payudara pada kedua jenis kelamin bayi baru lahir
disebabkan oleh peningkat estrogen selama masa hamil.

k. Sistem skeletal
Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat dari panjang tubuh. Lengan sedikit
lebih panjang dari pada tungkai. Pada bayi baru lahir, lutut saling berjauhan saat kaki
diluruskan dan tumit disatukan, sehingga tungkai bawah terlihat agak melengkung.
Saat baru lahir, tidak terlihan lengkungan pada telapak kaki. Garis-garis telapak
tangan sudah terlihat, terlihar juga garis pada telapak kaki bayi cukup bulan. (Babok,
2005).

l. Sistem neoruvaskuler
Aktivitas motoric yang spontan dapat dilihat dalam tremor sementara pada mulut dan
dagu khususnya selama menangis dan pada ekstermitas khususnya lengan dan tangan.
Tremor ini adalah normal dan dapat dilihat segera pada setiap bayi. gerakan tonik dan
klinik yang mencolok serta kdutan otot wajah merupakan tanda konvulsi (kejang).
Kontrol neuromuskuler pada bayi meskipun maasih sangat terbatas dapat ditemukan
jika bayi wajahnya ditempatkan pada tempat yang rendah diatas permukaan yang
kuat, mereka akan memutar kepala kesamping untuk mempertahankan aliran udara.
Mereka mampertahankan posisi kepala sejajar dengan tubuh jika merka mengangkat
tubuh dengan bantuan tangan. Berbagai reflex membantu meningkatkan keselamatan
mereka dan pamasukan makanan yang mencukupi. (Lowdermilk, 2013)
Refleks-refleks yang bias ditemukan pada neonatus yang normal (Patricia, 2005)
adalah:
1) Refleks morro
Dapat diperoleh dengan memukul permukaan yang rata yang ada di dekatnya
dimana dia terbaring dengan posisi terlentang. Atau dengan cara memberi isyarat
kepada bayi, dengan satu teriakan kencang atau gerakan yang mendadak. Respon
bayi baru lahir berupa menghentikan tangan dan kaki kea rah keluar, sedangkan
lurut flexi. Tangan kemudian akan kembali kea rah dada seperti posisi bayi dalam
pelukan, jari-jari Nampak terpisah membentuk huruf C, dan bayi mungkin
menangis.

2) Refleks tonik leher (Tonik neck)


Didapatkan dengan cara menstimulus bayi dengan sebuah objek, atau dengan
suara pemeriksa. Respon bayi berupa gerakan memutar kepala ke kanan dank e
kiri sesuai dari arah mana rangsangan diberikan.

3) Refleks menyusui
a) Refleks mencari (rooting)
Dapat dilihat saat pergerakan kepala, mulut dan lidah bayi kearah sentuhan
disudut mulut atau pipi. refleks ini biasanya menghilang pada usia 7 bulan.
Didapat saat sisi mulut/pipi bayi baru lahir atau saat dagunya disentuh.
Sebagai respon, bayi akan menoleh ke samping untuk mencari sumber objek.
b) Refleks menghisap (sucking)
Merupakan penghisapan secara kuat jari tangan atau putting susu ketika
dimasukan kedalam mulut, dan bayi akan membuka mulutnya untuk
menghisap.
c) Refleks menelan (swallowing)
Menelan secara tepat cairan yang dimasukan kedalam mulut. Refleks ini dapat
diobservasi dengan mudah selama makan. Cairan harus ditelan dengan
mudah, tanpa kesedak, batuk, atau muntah.

4) Refleks melangkah (stapping)


Jika bayi diberidirikan dengan memegang badannya dibawah kedua lengannya
sedemikian rupa sehingga kedua kakinya menyentuh permukaan yang keras,
maka ia akan mengangkat mula-mula tungkai yang satu dan kemudia tungkai
lainnya seperti gerakan mencoba berjalan atau melangkah. Refleks ini biasanya
menghilang setelah 48 jam.

5) Refleks Startle
Reaksi emosional berupa hentakan da gerakan seperti mengejang pada lengan dan
tangan, kemudian sering diikuti dengan tangis. (JNPK-KR, 2007)

6) Refleks Babinski
Refleks Babinski atau hiperektensi jari kaki, terjadi ketika bagian lateral dari
telapak kaki bayi digores dari tumit keatas dan menyilang pada kaki. Refleks ini
biasanya menghilang setelah berusia 1 tahun.
a) Refleks palmar graps
Didapatkan dengan cara menstimulasi telapak tangan bayi dengan sebuah
objek atau dengan jari pemeriksa. Respon bayi berupa menggenggam dan
memegang erat sehingga dapat diangkat sebentar dari tempat tidur.
b) Refleks plantar graps
Yaitu menggenggam telapak kaki, ditempatka jari pemeriksa pada pangkal
jari kaki.

m. Faktor lain yang mempengaruhi perilaku neonatus (Babok, 2005)


1) Perilaku sensori
Bayi mampu menggunakan repons perilaku secara efektif dalam melakukan
dialog mereka yang pertama. Ketidak berdayaannya, membangkitkan perasaan
ingin menggendong, melindungi, dan berinteraksi dengan bayi.
a) Penglihatan
Saat lahir pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cahaya dan
memperlihatkan refleks mengedip dengan mudah. Kelenjar air mata biasanya
belum berfungsi sampai bayi berusia 2 sampai 4 minggu. Jarak pandang yang
paling jelas ialah 17 sampai 20 cm, yaitu kira-kira jarak wajah bayi ke wajah
ibunya saat menyusui. Bayi baru lahir sensitive terhadap cahaya. Bayi akan
mengerutkan wajahnya bila suatu cahaya terang diarahkan ke wajahnya dank
an memalingkan kepala ke cahaya yang teduh. Apabila ruangan digelapkan,
mereka akan membuka mata mereka dan melihat ke sekeliling.

b) Pendengaran
Bayi berespons dengan memperlihatkan refleks terkejut. Bayi baru lahir
berespons terhadap bunyi frekuensi rendah, seperti denyut jantung atau suara
yang meninabobokan mereka, bayi berespons tehadap suara ibunya. Hal ini
merupakan respons akibat mendengar dan merasakan gelombang bunyi suara
ibunya selagi ia berada dalam Rahim.

c) Sentuhan
Semua bagian tbuh bayi berespons terhadap sentuhan. Wajah, terutama mulut,
tangan dan telapak kaki. Refleks/reposn dapat ditunjukkan dengan mumukul-
mukul.
d) Pengecapan
Bayi baru lahir memiliki sistem yang berkembang baik dan larutan yang
berada menyebabkan bayi memperlihatkan ekspresi wajah yang berbeda.
Larutan yang hambar tidak membuat bayi berespons, sedangkan larutan yang
mnais membuat bayi menghisap dengan besemangat. Larutan asam mambuat
bayi menggerakan bibirnya dan larutab pahit membuat bayi marah.

e) Penciuman
Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkambang baik saat bayi lahir. Bayi
yang disusui mampu mencium bau ASI dan dapat membedakan ibunya dari
ibu lain yang juga menyusui.

4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar


a. Kebutuhan Fisik Nutrisi, Cairan dan Personal Hygiene
1) Pemberian minum
a) Pengertian ASI adalah makanan pokok untuk bayi, berikan ASI 2-3 jam
sekali atau on demand (semau bayi). Berikan ASI dengan satu payudara
samai teras kosong setelah itu baru ganti payudara yang lain. ASI eksklusive
adalah memberiakn ASI saja sampai usia 6 bulan tanpa tambahan makanan
apapun kecuali imunisasi, vitamin. Berikan ASI sampai 2 tahun dengan
tambahan makan lunak sesuai tahapan usia bayi.
b) Pedoman menyusui ASI antara lain:
 Inisiasi menyusu dini adalah bayi berusaha menyusu sendiri diatas perut
ibu segera setelah minimal 1 jam.
 Tanda posisi bayi menyusu dengan baik yaitu dagu menyentuh
payudara, mulut membuka lebar, hidung mendekat terkadang
menyentuh payudara, mulut mencakup areola, lidah menopang putting
dan areola bagian bawah, bibir melengkung keluar, bayi menghisap
dengan kuat namun perlahan dan kadang-kadang berhenti sesaat.
c) Perawatan payudara selama ibu menyusui

Perhatikan posisi menyusui, oleskan ASI sebelum dan sesudah menyusui

untuk mencegah lecet. Jika mengalami bendungan payudara atau mastitis

tetap susukan ke bayi sesering mungkin serta lakukan perawatan

payudara.

2) Menolong BAB pada Bayi

BAB hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana kehitaman, hari 3-6 feces

tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan karena masih bercampur mekoneum,

selanjutnya feces akan berwarna kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai

BAB agarbtidak terjadi iritasi didaerah genetalia

3) Menolong BAK pada bayi

Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam pertama kelahirannya,

BAK lebih dari 8 kali sehari salah satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis

BAK segera ganti popok supaya tidak terjadi ritasi didaerah genetalia.

4) Kebutuhan Istirahat/ tidur

Dalam 2 minggu pertama bayi sering tidur rata-rata 16 jam sehari. Pada umumnya

bayi mengenal malam setelah usia 3 bulan. Jaga kehangatan bayi dengan suhu

kamar yang hangat dan selimut bayi.

5) Menjaga kebersihan kulit

Bayi sebaiknya mandi minimal 6 jam setelah kelahiran, sebelum mandi sebaiknya

periksa suhu tubuh bayi. Jika terjadi hipotermi lakukan skin to skin dan tutpi

kepala bayi dengan ibu minimal 1 jam. Sebaiknya bayi mandi minimal 2 kali

sehari, mandikan dengan air hangat dan di tempat yang hangat.


6) Menjaga keamanan bayi

Hindari memberikan makanan selain ASI, jangan tinggalkan bayi sendirian,

jangan menggunakan alat penghangat buatan.

7) Mendeteksi tanda-tanda bahaya pada bayi

a) Sulit bernafas

b) Hipotermi atau hipertermi

c) Kulit bayi kering, biru, pucat, atau memar

d) Hisapan melemah, rewel, muntah, mengnatuk

e) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, berdarah

f) Tanda-tanda infeksi: suhu meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar

cairan, sulit bernafas

g) Tidak BAB dalam 3 hari atau tidak BAK selama 24 jam

h) Diare

i) Menggigil, rewel, lemas, ngantuk, kejang

8) Penyuluhan sebelum bayi pulang

a) Perawatan tali pusat

b) Pemberian ASI

c) Refleks laktasi

d) Memulai pemberian ASI

e) Posisi menyusui

f) Jaga kehangatan bayi

g) Mencegah kehilangan panas

h) Tempatkan dilingkungan yang hangat

i) Tanda-tanda bahaya
j) Imunisasi

k) Perawatan harian

b. Kebutuhan Kesehatan Dasar meliputi pakaian, perumahan, sanitasi lingkungan yang

baik

1) Bounding attachment

a) Definisi : proses interaksi terusmenerus antara bayi dan orang tua yang

bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan

saling membutuhkan.

b) Manfaat : bayi merasa dicintai, diperhatikan, merasa aman, berani

mengadakan eksplorasi; hambatan kurangnya support system, ibu dengan

risiko, bayi dengan risiko, kehadiran bayi tidak diinginkan.

c) Cara melakukan bounding

1. IMD

2. ASI eksklusif

3. Rawat gabung

4. Kontak mata

5. Suara

6. Aroma

7. Entertainment

8. bioritme

d) Kondisi yang mempengaruhi bounding attactment

1. Kesehatan emosional orang tua

2. Tingkat kemampuan, komunikasi dan ketrampilan untuk merawat anak

3. Dukungan social seperti keluarga, teman, dan pasangan


4. Kedekatan orang tua ke anak

5. Kesesuaian antara orang tua dan anak (keadaan anak, jenis kelamin)

c. Kebutuhan Psikososial meliputi Rasa Aman, Kasih Sayang, Harga Diri, Rasa

Memiliki, Kebutuhan mendapat Pengalaman, Kebutuhan Stimulasi.

5. Penatalaksanaan
a. Tes Diagnostik (Hutahaean, 2009)
1) Hemoglobin (14-22 g/dl)
2) Hematocrit (43-61%)
3) Eritrosit (4,2-6 juta/mm3)
4) Leukosit (5.000-30.000/mm3 , Jika ada infeksi <5.000/mm3)
5) Trombosit (150.000-350.000/mm3)
6) Volume darah (85cc/kgBB)
7) Pemeriksaan golongan darah resus
8) Bilirubin total (6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl pada hari ke 1
sampai ke 2, 12 mg/dl pada hari ke 3 - ke 5)

b. Terapi
1) Pemberiaan vitamin K
Pemberiaan vitamin K penting untuk mempertahankan mekanisme pembekuan
darah yang normal pada bayi yang baru lahir. Vitamin K diberikan juga sebagai
tindakan pencegahaan terhadap perdarahan (Patricia, 2005). Vitamin K yang
diberikan yaitu vitamin K1 (phytonadione) untuk meningkatkan pembentukan
promthrombin. Pemberiannya bisa secara parenatal, 0,5-1 mg IM di paha kiri
dengan satu kali segera setelah lahir (sebelum 24 jam). Pemberia vitamin K1 bisa
juga secara oral dengan ketentuan 2 mg apabila berat badan lahir lebih dari 2500
gram segera setelah lahir dan diulangi dengan dosis yang sama (2 mg) pada hari
keempat. Bila berat badan lahir kurang dari 2500 gram, dosis yang diberikan
adalah 1 mg dengan cara pemberian yang sama yaitu pertama dan keempat
setelah lahir (Ummukautsar, 2010).
2) Pemberian obat tetes mata
Pada jam pertama persalinan perlu diberikan obat tetes mata untuk mencegah
penyakit mata, yaitu diteteskan eritomisin 0,5% atau ertetrasikin 1%. Yang sering
dipakai adalah larutan pera nitrat/Neosporin. Pemberiannya diteteskan pada
bagian dalam dari konjungtiva kelopak baawah mata. Dosis umumnya masing-
masing mata satu tetes. Sedangkan salep mata biasanya diberikan 5 jam setelah
bayi lahir. (Ummukautsar, 2010)`

3) Pemberiaan imunisasi Hepatitis B


Berikan imunisasi Hepatitis B regimen tunggal sebanyak 3 kali, pada usia 0 bulan
(segera setelah lahir). Usia 1 bulan, usia 6 bulan; atau pemberian regimen
kombinasi sebanyak 4 kali, pada usia 0 bulan, usia 2 bulan (DPT+Hep B), usia 3
bulan, usia 4 bulan pemberian imunisasi Hepatitis B. (JNPK-KR, 2007).

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Keperawatan
a. Pengkajian pada bayi baru lahir menurut Doenges (2001) adalah sebagai berikut:
1) Sirkulasi
Nadi apical dapat berfluktuasi dari 110 sampai dengan 180x/menit. Tekanan
darah 60 sampai 80 mmHg (sistolik), 40 sampai 45 mmHg (distolik). Bunyi
jantung: lokasi di mediastinum dengan titik intensitas maksimal tepat dikiri
dari midsternum pada ruang intercostal ketiga atau empat. Murmur bias
terjadi selama beberapa jam pertama kehidupan, tali pusat putih dan
bergelatin, mengandung dua arteri, dan satu vena.

2) Eliminasi
a) Dapat berkemih saat lahir, urin tidak berwarna atau kuning pucat, dengan 6
sampai 10 popok basah per 24 jam.
b) Abdomen lunak tanpa distensi, bising usu aktif ada beberapa jam setelah
kelahiran.
c) Pergerakan feses meconium dalam 24-48 jam kelahiran.

3) Aktivitas/istirahat
Status sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, bayi tampak semikoma,
saat tidur dalam: meringis atau tersenyum, tidur sehari rata-rata 20 jam.

4) Makanan/cairan
a) Berat badan 2500-4000 gram
b) Panjang badan 44-55 cm
c) Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai usia gestatis)
d) Penurunan berat badan di awal 5% sampai 10%
e) Mulut: saliva banyak

5) Neurosensori
Tonus otot: fleksi hipertonik dari semua ekstermitas sadar dan aktif.
Mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah
kelahiran (periode pertama reaktifitas). Penampilan simetris (molding, edema,
hematoma). Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi
menunjukan abnormalitas gerak, hipoglikemia, atau efek narkotik yang
memanjang).

6) Pernafasan
Skor APGAR, Menit pertama: ____ Menit kelima: _____. Skor optimal
harusantara 7 sampai 10. Pernafasan pada bayi baru lahir normal biasanya 30
sampai 60 x/menit. Pola periodic dapat terlihat. Bunyi napas bilateral, kadang-
kadang krekels umum pada awalnya. Silindrik torak: kartilago xifoid
menonjol, umum terjadi.
APGAR SCORE
Skor 0 1 2
Appearance Pucat Bedan merah, Seluruh tubuh
ekstermitas biru kemerahan
Pulse Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Grimace Tidak ada Sedikit gerakan Menangis,
mimic batuk/bersin
Activity Lumpuh Beberapa fleksi Pergerakan aktif
ekstensi
Respiration Tidak ada Lemah tidak Menangis kuat
teratur

7) Keamanan
Suhu terterang dari 36,5o C sampai 37,5o C. ada verniks (jumlah dan distribusi
tergantung pada usia gestasi). Kulit: lembut, fleksibel, pengelupasan tangan
atau kaki dapat terlihat, warna merah muda atau kemerahan, mungkin belang-
belang menunjukan memar minor (misalnya kelahiran dengan forcep),
peteckie pada kepala atau wajah (dapat menunjukan peningkatan tekanan
berkenan dengan kelahiran). Bercak nevi telangiktatis (kelopak mata antara
alis mata, atau pada oksipital, atau bercak Mongolia (terutama punggu bawah
dan bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan
elektroda internal).

8) Seksualitas
a) Genetalia wanita: lania vagina agak kemerahan atau edema, tanda
vagina/hymen dapat terlihat.
b) Genetalia pria: testis turun, skrotum tertutup dengan rugae, fimosis biasa
terjadi (lubang prepusium sempit).
b. Pengkajian Fisik menurut Babok (2005) adalah sebagai berikut:
1) Postur
Bokong sempurna (frank branch). Kaki lebih lurus dan kaku, bayi baru lahir
akan memperlihatkan posisi didalam Rahim selama beberapa hari. Tekanan
parental pada anggota gerak atau bahu bias menyebabkan ketidaksimetrisan
wajah untuk sementara untuk menimbulkan tahanan saat ekstermitas eksternal.

2) Tanda-tanda vital
Denyut jantung dan denyut nadi 100x/menit saat tidur sampai 160x/menit saat
menangis, bida tidak teratur untuk periode singkat terutama setelah menangis.
Suhu 36,5o C sampai 37,5o C, frekuensi napas 30 sampai 50x/menit, tekanan
darah bervariasi sering perubahan tingkat aktivitas terjaga, menangis, dan
teratur.

3) Berat
Berat badan 2500 sampai 400 gram. Panjang badan 45 sampai 55 cm. Lingkar
kepala 32 sampai 36,5 cm. Lingkar dada 2 cm lebih kecil dari pada lingkar
kepala rata-rata sekitar 30 sampai 33 cm. Lingkar abdomen membesar setelah
bayi diberi makan karena otot abdomen meregang, ukuran sama dengan
lingkar dada.

4) Intergumen
Biasanya merah muda bervariasi pada setiap etnik, eritema toksium atau
neonatorum (ruam pada bayi baru lahir) milia, tanda lahir bintik Mongolia
bayi kulit hitam, keturunan Asia, dan Amerika asli 70% bayi kulit putih 90%
kondisi agak tebal kerak dipermukaan mengelupas terutama ditangan dan kaki.
Hidrasi dan konsistensi kehilangan berat badan normal setelah lahir sampai
mencapai 10% berat lahir. Pada pengeluaran urin berkemih dalam 24 jam
setelah lahir berkemih 6 sampai 10 kali sehari, verniks kaseosa jumlahnya
bervariasi biasanya lebih banyak terdapat pada lipatan kulit lanugo jumlah
bervariasi.
5) Kepala
Kaput suksedanum biasanya memperlihatkan adanya ekstermitas, palpasi
suture: sutura teraba dan tidak menyatu, inspeksi pola, distribusi, jumlah
rambut, raba tekstur keperakan helai rambut satu-satu menempel datar pada
kulit kepala pola pertumbuhan adalah menuju muka dan leher.

6) Mata
Kedua mata dan jarak antar mata masing-masing 1/3 jarak dari bagian luar
kantus ke bagian luar kantus lain, bentuk dan ukuran simetris refleks
mengedip. Kelopak mata lipatan epikantus merupakan karakteristik ras yang
normal. Bola mata kadang-kadang ada airmata perdarahaan subkonjungtiva.
Pupil ada, ukuran sama, bereaksi terhadap cahaya. Gerak bola mata strabismus
(dimana kondisi mata yang tidak sejajar atau mistagmu, dimana kondisi mata
yang berguncang secara bersama berirama tanpa disengaja) sementara sampai
bulan ketiga atau keempay, alis mata terpisah (tidak berhubungan digaris
tengah). Hidung terdapat sedikit deformitas akibat tekanan jalan lahir.

7) Telinga
Ukuran kecil, besar, lentur tuberkel Darwin (nodul pada belika posterior).
Pendengaran berespon terhadap suara dan bunyi lain.

8) Wajah
Bayi tampak normal raut wajah sesuai letak proposional terhadap wajah
simetris.

9) Mulut
Gerakan bibir simetris, gusi berwarna merah muda, lidah tidak menonjol
bergerak bebas bentuk dan gerakan simetris, palatum (lunak, keras) palatum
lunak utuh palatum keras utuh, uvula digaris tengah, dagu, celah dagu, refleks
rooting, menghisap respons refleks tergantung pada tingkat kesadaran dan rasa
lapar.

10) Leher
Inspeksi dan palpasi pendek, tebal dikelilingi lipatan kulit tidak ada selaput (no
webbing).

11) Dada
Inspeksi dan palpasi bentuk hamper bulat tebentuk seperti tong, gerak
pernafasan dada simetris, gerak dada dan perut secara sinkron dengan
pernapasan. Putting susu menonjol sudah terbentuk dengan baik letak simetris,
jaringan payudara 3 sampai 10 mm, sekresi suara palsu.

12) Abdomen
Tali pusat mongering dan tidak berbau, tali pusat tetap berada ditempatnya
selama 24 jam. Bising usus terdengar suara satu sampai dua jam setelah lahir.
Meconium keluar 24 sampai 48 jam setelah lahir.

13) Genetalia
Wanita: biasanya edema menutupi labia minora pada bayi cukup bulan labia
minora keluar dari balia mayora.
Laki-laki: kelamin pria meatus diujung penis, ukuran besar edematosa
pendulosa pada bayi cukup bulan, testis tebaba pada setiap sisi, berkemih
dalam waktu 24 jam aliran adekuat jumlah adekuat.
14) Ekstermitas
Memepertahankan posisi di dalam Rahim sikap semuanya fleksi.

15) Punggung
Tulang punggung lurus dan mudah fleksi. Bayi dapat mengangkat dan
menahan kepala sebentar saat tengkurap.

16) Anus
Pengeluaran meconium dalam 24 jam setelah bayi lahir refleks berkedut
sfingter ani yang baru.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada bayi baru lahir menurut Doenges (2001) adalah sebagai
berikut:
a. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan eperdemis tipis
dengan pembuluh darah dekat pada kulit.
b. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan stress
akibat dingin, perubahan temperature tubuh
c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan kebutuhan kalori tinggi, intake tidak adekuat.
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kulit rusak, jaringan trauma,
ketidakadekuatan imunitas yang didapat.
e. Resiko tinggi tehadap cedera berhubungan dengan trauma lahir.
f. Resiko tinggi terhadapp kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pemberian makan lambat, keterbatasan masukan oral.
g. Resiko tinggi terhadap kosntipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan
cairan, obstruksi intestinal.
h. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan penambahan anggota keluarga.

3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan pada bati baru lahir menurut Doenges (2001) adalah sebagai beikut:
a. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh berhubungan dengan eperdemis tipis
dengan pembuluh darah dekat pada kulit.

Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perubahasuhu tidak terjadi.
Kriteria hasil:
1) Mempertahaan kan suhu dalam batas normal (36,5o C – 37,5 o C).
2) Bebas dari tanda-tanda stress dingis/hipotermi.
3) Tidak ada letargi.
4) Membrane mukosa mulut lembab.
5) Badan/akral teraba hangat.
6) Ekstremitas bayi tidak sianosis
Rencana tindakan:

1) Kaji keadaan lingkungan terhadap kehilangan termal melalui konduksi,


konveksi, radiasi dan evaporasi.
2) Kaji suhu aksila neonatus, pantau suhu kulit secara continue dengan alat
periksa kulit dengan tepat.
3) Ajarkan atau anjurkan keluarga untuk tetap menjaga kehangatan bayi
(membedong, menutup kaepala dengan kain, menutup tangan dan kaki bayi
dengan sarung tangan dan sarung kaki, mendekap bayinya menempel dengan
kulit ibu).
4) Keringkan kepala bayi dan tubuh bayi baru lahir, balut bayi dengan selimut
hangat.
5) Tempelkan bayi baru lahir dalam lingkungan hangat.
6) Pertahankan suhu lingkungan (25o C).
7) Perhatikan tanda-tanda dehidrasi (misalnya tugor kulit buruk, membrane
mukosa kering, peningkatan suhu, dan fontanel cekung).
8) Hindarkan menempatkan/ meletakan bayi dekat dengan sumber panas atau
dingin.
9) Mandikan bayi pada 6 jam setelah lahir dengan suhu aksila bayi normal (36,5 o
C – 37,5 o C).
b. Resiko tinggi terhadap kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan stress
akibat dingin, perubahan temperature tubuh.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko kerusakan pertukaran
gas tidak terjadi
Kriteria hasi:
1) Jalan nafas normal.
2) Frekuensi pernafasan dalam batas normal (30-60x/menit).
3) Tidak ada sianosis
4) Tidak ada tanda-tanda distress pernafasan.
Rencana tindakan:

1) Kaji apgar score pada menit ke-1 dan menit ke-5 setelah kelahiran.
2) Kaji frekuensi pernafasan.
3) Kaji hubungan antara suhu bayi dan suhu udara sekitar.
4) Perhatikan adanya pernafasan cuping hidung, retraksi dada, pernafasan
mendengkur, krekles.
5) Bersihkan jalan nafas, hisaf nasofaring dengan perlahan sesuai kebutuhan.
6) Keringkan bayi dengan selimut hangat.
7) Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyongkong pungung.
8) Auskultasi bunyi nafas dan bunyi jantung.
9) Observasi dan catat tanda-tanda distress pernapasan (misalnya ngorok,
pernapasan cuping hidung dan tacpinue.
10) Pantau tanda-tanda hipotermi/hipertermia pada bayi.
11) Berikan oksigen sesuai indikasi.

c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan


dengan kebutuhan kalori tinggi, intake tidak adekuat.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko tinggi terhadap
perubahan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda hipoglikemi.
2) Penurunan BB kurang dari 5-10% BB lahir.
3) ASI keluar banyak. Sekitar 350 cc/24jam.
4) Tidak ada bengkak dan nyeri dipayudara ibu.
5) Ibu bayi dapat memberikan ASI/ menyusui dengan benar.
Rencana tindakan :

1) Kaji payudara ibu.


2) Anjurkan kepada ibu bayi untuk memberikan ASI nya sesuka bayi jangan
dibatasi.
3) Anjurkan ibu untuk banyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau dan buah-
buahan.
4) Anjurkan ibu bayi untuk menyusui secara bergantian antara payudara yang kiri
dan kanan.
5) Observasi cara menyusui dan produksi ASI ibu bayi.
6) Observasi bayi terhadap adanya indikasi masalah pemberian makan (misalnya
produksi mukus berlebih terdesak atau menolak makan).
7) Perhatikan reflek menghisap bayi (rooting, sucking, swallowing).
8) Auskultasi bising usus, perhatikan adanya distensi abdomen.
9) Lakukan pemberian makan oral awal dengan 5 – 15 ml air steril.
10) Timbang BB bayi saat menerima dalam ruang perawatan dan setelah itu setiap
hari.
11) Berikan penkes tentang cara menyusui yang benar.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kulit rusak, jaringan trauma,
ketidakadekuatan imunitas yang didapat, luka insisi tali pusat.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko terhadap infeksi tidak
terjadi
Kriteria hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi.
2) Pemulihan tali pusat tepat waktu.
3) Tidak ada drainase atau eritema.

Rencana tindakan :
1) Kaji ulang tanda-tanda vital bayi, dan tanda-tanda infeksi.
2) Kaji tali pusat dan area kulit pada dasar tali pusat setiap hari dari adanya tanda
infeksi dan ajarkan cara perawatan tali pusat yang benar.
3) Batasi kontak langsung dengan bayi.
4) Anjurkan orang tau atau keluarga untuk mencuci tangan sebelum memasuki
ruang perawatan bayi, dan sesudah memegang bayi.
5) Ganti kassa tali pusat setiap hari setelah mandi atau bila kotor.

e. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan trauma lahir.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko cidera tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Tidak ada cidera
2) Kadar bilirubin dibawah 18 mg/dl
Rencana tindakan :

1) Kaji bayi secara keseluruhan.


2) Posisikan bayi baru lahir pada abdomen/miring dengan gulungan selimut
dipunggung.
3) Jangan meninggalkan bayi tidak diperhatikan didalam ruangan atau pada
tempat datar yang tidak ada penghalang.
4) Berikan vitamin K secara IM.
f. Resiko tinggi terhadapp kekurangan volume cairan berhubungan dengan
pemberian makan lambat, keterbatasan masukan oral.

Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko tinggi kekurangan
volume cairan tidak terjadi.
Kriteria hasil :
1) Berkemih 2-6 kali dengan haluaran 15-60 ml/kgBB/hari
2) Menghasilkan urine bebas Kristal asam urat.
3) Tidak ada hipertermi.
Rencana tindakan :

1) Catat pengeluaran berkemih pertama dan selanjutnya.


2) Lakukan pemberian makan oral, perhatikan jumlah yang ditelan, dimakan dan
dimuntahkan.
3) Perhatikan adanya edema, kaji tingkat hidrasi bayi.
4) Kurangi stressor dingin.
5) Palpasi adanya distensi kandung kemih.

g. Resiko tinggi terhadap kosntipasi berhubungan dengan ketidakadekuatan masukan


cairan, obstruksi intestinal.

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan resiko tinggi


terhadap konstipasi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
Dapat mengeluarkan feses meconium dalam 48 jam setelah kelahiran.
Rencana tindakan :

1) Kaji abdomen terhadapt adanya infeksi.


2) Tinjau ulang catatan terhadap indikasi-indikasi pasase meconium.
3) Auskultasi bising usus.
4) Pantau frekuensi dan jumlah atau lamanya pemberian makan, frekuensi
berkemih, tugor kulit dan BB.
5) Observasi adanya gangguan mortilitas yang dihubungkan dengan konstipasi.
6) Observasi adanya gangguan mortilitas yang dihubungkan dengan konstipasi.
7) Bantu dengan pemeriksaan diagnostic (misalnya sinar-x abdomen).

4. Pelaksanaan Keperawatan
Prinsip-prinsi pelaksanaan yang dapat dilakukan menurut Doenges (2001) adalah
sebagai berikut:
a. Memonitor keadaan suhu dan menjaga keadaan suhu tubuh.
b. Memonitor pernapasan dan pola napas.
c. Memonitor intake dan mencegah terjadinya penurunan BB.
d. Mencegah terjadinya infeksi.
e. Mencegah terjadinya cedera dan memberikan keamanan pada lingkungan bayi.
f. Mengkaji hidrasi dan tanda-tanda dehidrasi.
g. Mencegah terjadinya konstipasi dan memonitor BB bayi pertama kali.
h. Memberikan penjelasan tentang kehadiran anggota keluarga baru.
5. Evaluasi
Evaluasi yang dapat dilakukan dan diharapkan pada bayi baru lahir adalah sebagai
berikut:
a. Kerusakan pertukaran gas tidak terjadi.
b. Perubahan suhu tubuh tidak terjadi.
c. Nutrisi adekuat.
d. Infeksi tidak terjadi.
e. Cedera tidak terjadi.
f. Kebutuhan cairan adekuat.
g. Konstipasi tidak terjadi.
h. Proses penerimaan keluarga dengan adanya anggota baru dapat diterima.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. N dengan
Bayi Baru Lahir Normal di Paviliun AL-Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara.
Asuhan Keperawatan ini dilakukan selama 3x24 jam yaitu mulai dari tanggal 06-08 Juni 2016
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
1. Data Dasar
a Identitas Bayi
Nama bayi Ny. N lahir pada tanggal 06 juni 2016 pada pukul 22.00 wib dengan
jenis kelamin perempuan, Nama orang tua bayi ibu Ny. N dan ayah Tn.T. Alamat
JL. Vompi jenggot RT 11/ RW 07 Kelurahan Semper Kota Jakarta Utara. Provinsi
DKI Jakarta.

b Riwayat Kelahiran Yang Lalu


Kelahiran pertama pada tahun 2007 jenis kelamin perempuan, BB lahir 3300
gram, keadaan bayi normal, jenis persalinan seksio secaria, komplikasi selama
persalinan terjadi karna letak bayi sungsang.

c Riwayat Prenatal dan Intranatal


Status obsterti Ny. N G2 P2A0. Pemeriksaan antenatal selama hamil dilakukan
secara teratur tiap bulan dengan dokter di rumah sakit.

d Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum baik, suhu 36,2oC, denyut nadi 122x/menit, RR 55x/menit,
BB lahir 2845 gram, PB 47 cm, lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 33 cm,
lingkar perut 30 cm, dan menangis kuat.
2) Sistem Integumen
Warna kulit kemerahan atau pink, hidrasi baik, tidak ada lesi, kuku ada,
verniks ada sedikit kulit, lanugo terdapat di bahu, nevi tidak ada pada tubuh,
dan terdapat milia pada hidung.
3) Kepala Leher.
Kepala bentuk bulat, kepala tidak ada moolding, tidak ada kaput suksedamun,
tidak ada hematom, sutura teraba tidak menyatu, ada ubun-ubun kecil, dan
posisi mata simetris, ukuran lingkar kepala 28cm.
4) Mata
Mata simetris, reflek mata baik, konjungtiva ananemis, skelra anikterik
5) Telinga
Telinga simetris, bentuk telinga normal, lubang telinga terbuka, dan
merespon terhadap suara.
6) Hidung
Hidung tidak ada pengeluaran, pernafasan tidak menggunakan cuping hidung,
dan tidak muntah.
7) Mulut
Posisi mulut simetris, gerakan bibir simetris, dan tidak ada kelainan pada
palatum, dan tidak muntah.
8) Muka
Bentuk muka normal, bulat, dan tidak ada kelainan pada wajah.
9) Leher
Pergerakan leher baik dari satu sisi ke sisi lain.
10) Dada
Bentuk dada siemtris, gerakan dada simetris, gerakan pernafasan teratur, RR
55x/menit, dan lingkar dada 33cm.
11) Abdomen
Abdomen tidak ada distensi, tidak ada benjolan, tali pusat tidak ada
perdarahan, tali pusat belum mengering, bising usus terdengar, dan lingkar
perut30cm.
12) Genetalia
Genetalia tidak ada kelainan, labia minor menonjol, tidak ada kelainan, BAK
pertama kali pada tanggal 7 juni 2016 pukul 07.00 wib
13) Punggung
Fleksibilitas tulang punggung baik, bentuk simetris, dan tidak ada kelainan
pada bentuk tulang punggung.
14) Ekstermitas
Jari tangan dan kaki baik, nadi brachial teraba, nadi femoral teraba,
pergerakan aktif, tidak ada tremor, dan posisi kaki normal.

a. Sistem neurologis
Refleks sucking positif, refleks rooting positif, refleks swallowing positif, refleks
moro positif, refleks babinski positif, menangis kuat, reflek tendon baik dengan cara
lutut bayi diketuk dengan jari telunjuk atau jari tengah, refleks menggegam baik
refleks tonus leher baik.
b. Nutrisi
Bayi Ny.N diberikan ASI pertama pada tanggal 06 juni 2016 pada pukul 23.00 wib,
air susu yang keluar masih sedikit.
c. Eliminasi
By Ny.N BAB pertama kali pada tanggal 07 juni 2016 pada pukul 07.00 WIB,
terdapat mekonium hitam kehijau-hijauan, dan BAK pertama pada pukul 07.00 WIB.
d. Tulang
Tulang tidak ada kelainan pada By. Ny.N, lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 33 cm,
dan lingkar perut 30 cm
e. Data Lain yang Menunjang
Pada hasil pemeriksaan laboratorium di dapatkan hasil golongan darah B, rosus psitif.
f. Penatalaksanaan
Terapi yang diberikan yaitu terapi injeksi vitamin K, 0,5 mg, dan hepatitis B 0,5 ml.
Terapi lain-lain diberikan tetes mata (kloramfenikal0,5 ml).
g. Resume
Bayi Ny.N lahir pada tanggal 06 juni 2016 pada pukul 22.00 wib di ruang operasi
dengan persalinan secara seksio sesaria, apgar score 9/10. Insiasi Menyusui Dini (
IMD) diberikan setelah lahir, diletakan di dada ibu dekat dengan payudara . Refleks (
rooting, sucking, dan swallowing positif), dan bayi menangis dengan kuat. Diruang
perawatan, bayi dilakukan perawatan tali pusat dan membungkusnya dengan kassa
steril, diberikan identitas pada kaki dan lengan, mencap telapak kaki, ditimbang BB,
dikur PB, lingkar kepala, lingkar perut, dan lingkar dada. Terapi yang telah
didapatkan yaitu injeksi vitamin K 0,5ml, diberikan dengan cara intramuskular,
diletakan di dalam inkubator untuk dihangatkan. BB lahir 2845 gram, PB 47 cm,
lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 33 cm, dan lingkar perut 30cm. Berdasarkan
pengkajian didapatkan bayi tidak cacat, nadi 122x/menit, suhu 36,2 oC, ASI sudah
diberikan pertama kali pada tanggal 6 juni 2016 pukul 23.00 WIB.
2. Data Fokus
a. Data Subjektif
Ibu klien Ny. N mengatakan “ASI sudah keluar tapi yang keluar masih sedikit.
Biasanya memberikan ASI sampai 2 tahun. Kurang mengerti bagaimana cara
merawat tali pusat yang benar.
b. Data Objektif
BB lahir 2845 gram, pb 47 cm, lingkar kepala 28 cm, lingkar dada 37cm, lingkar
perut 30 cm. Tanda-tanda vital yaitu suhu 36,20C, nadi 122x/menit, RR 55x/menit,
apgar scor 9 menit pertama dan menit kelima 10. Tidak ada kaput suksesdium,
tidak ada hematoma, sutura teraba tidak menyatu, ada ubun-ubun besar dan
kecil,dan posisi simetris, rambut ada. Mata simetris, refleks mata baik,
konjungtiva ananemis, dan skelra anikterik. Telinga simetris, bentuk telinga
normal, lubang telinga terbuka, merespon terhadap suara. Pernafasan tidak
menggunakan cuping hidung dan ada bersin. Posisi mulut simetris, gerakan bibir
simetris, tidak ada kelainan pada palatum, dan tidak muntah. Bentuk muka
normal, bulat, tidak ada kelainan pada wajah. Pergerakan leher baik dari satu sisi
ke sisi lain. Warna kulit kemerahan atau pink, hidrasi baik, tidak ada lesi,kuku
ada, verniks ada sedikit pada lipatan kulit, lanugo terdapat di bahu, nevi tidak ada
pada tubuh, dan terdapat milia pada hidung. Dada simetris, gerakan dada simetris,
dan gerakan dada teratur. Tidak ada distensi, tidak ada benjolan, tali pusat tidak
ada perdarahan, tali pusat masih basah, bising usus terdengar. Tidak ada kelainan,
labia minor menonjol. BAB pertama kali pada tanggal 07 juni 2016 pada pukul
07.00 WIB, terdapat mekonium hitam kehijau-hijauan, dan BAK pertama pada
pukul 07.00 WIB.
Fleksibilitas tulang punggung baik, bentuk simetris, dan tidak ada kelainan pada
bentuk tulang punggung. Tulang tidak ada kelainan pada By. Ny.N, lingkar kepala
28 cm, lingkar dada 33 cm, dan lingkar perut 30 cm. Jari tangan dan kaki baik,
nadi brachial teraba, nadi femoral teraba, pergerakan aktif, tidak ada tremor, dan
posisi kaki normal. Refleks sucking positif, refleks rooting positif, refleks
swallowing positif, refleks moro positif, refleks babinski positif, menangis kuat,
reflek tendon baik dengan cara lutut bayi diketuk dengan jari telunjuk atau jari
tengah, refleks menggegam baik refleks tonus leher baik. diberikan ASI pertama
pada tanggal 06 juni 2016 pada pukul 23.00 wib, air susu yang keluar masih
sedikit.
B. Analisa Data
NO Data Masalah Etiologi
1 DS : - Resiko tinggi Adaptasi dengan
DO : terhadap lingkungan
 Keadaan umum baik perubahan eksternal
 Suhu 36,20C suhu tubuh.
 Akral tangan dan kaki teraba
dingin
 Bayi tampak menangis kuat.
2 DS : Ny.N mengatakan “kurang Resiko tinggi Kurangnya
mengerti dengan cara merawat tali terjadinya pengetahuan ibu
pusat yang benar”. infeksi tentang cara
DO: merawat tali pusat
 Tali pusat tampak terpasang
dengan kassa.
 Tali pusat belum mengering.
 Kassa terlihat kotor.
 Tali pusat tidak terlihat
tanda- tanda infeksi dan tidak
ada kemerahan
 Suhu 36,20C

3 DS : Ny. N mengatakan “ASI yang Resiko tinggi Produksi ASI


keluar sudah ada tetapi yang kular pemenuhan sedikit
masih sedikit “ nutrisi kurang
DO : dari kebutuhan
 BB 2845 gram tubuh
 PB 47 cm
 Lingkar kepala 28 cm
 Lingkar dada 33 cm
 Lingkar perut 30 cm
C. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh b.d adaptasi dengan lingkungan
eksternal ditandai dengan :
DS : -
DO
• Keadaan umum baik
• Suhu 36,20C
• Akral tangan dan kaki teraba dingin
• Bayi tampak menangis kuat.
b. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara merawat
tali pusat ditandai dengan :
DS : Ny.N mengatakan “kurang mengerti dengan cara merawat tali pusat yang
benar”.
DO:
• Tali pusat tampak terpasang dengan kassa.
• Tali pusat belum mengering.
• Kassa terlihat kotor.
• Tali pusat tidak terlihat tanda- tanda infeksi dan tidak ada kemerahan
• Suhu 36,20C
c. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Produksi ASI
sedikit ditandai dengan :
DS : Ny. N mengatakan “ASI yang keluar sudah ada tetapi yang kular masih sedikit “
DO :
• BB 2845 gram
• PB 47 cm
• Lingkar kepala 28 cm
• Lingkar dada 33 cm
• Lingkar perut 30 cm
D. Perencanaan Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap perubahan suhu tubuh b.d adaptasi dengan lingkungan
eksternal.
Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan kepada by Ny. N selama 3x24 jam
diharapkan perubahan suhu tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
b. Bebas dari tanda-tanda hipotermi
c. Membran mukosa lembab.
d. Hidrasi kulit baik.
e. Akral tangan dan kaki teraba hangat.
Rencana Tindakan:
a. Kaji tanda dari gejala awal hipotermi.
b. Observasi suhu tubuh.
c. Berikan kehangatan pada bayi dan bungkus dengan selimut.
d. Memandikan bayi dengaan air hangat.
e. Ganti popok pada bayi.
f. Tempatkan bayi dalam lingkungan.
2. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara merawat
tali pusat.
Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada by. Ny.N selama 3x24jam
diharapkan infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil :
a. Tali pusat mengering.
b. Kassa tali pusat mengering.
c. Suhu tubuh dalam batas normal (36,50C – 37,5CC).
d. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan kemerahan.
e. Ibu dapat menjelaskan kembali cara merawat tali pusat yang benar..
Rencana tindakan :
a. Kaji tanda-tanda infeksi.
b. Observasi suhu tubuh bayi.
c. Ajarkan kepada ibu tentang bagaimana cara perawatan tali pusat yang benar.
d. Lakukan perawatan tali pusat yang benar.
e. Jelaskan tujuan perawatan tali pusat yang benar.
f. Anjurkan kepada ibu untuk perawatan tali pusat yang benar.
g. Ganti kassa tali pusat 2x sehari sehabis mandi.
h. Gunakan asefik dan antiseftik dalam melakukan ganti kassa pada tali pusat.
i. Ganti kassa tali pusat jika terjadi kotor atau basah.
3. Resiko tinggi pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Produksi ASI
sedikit.
Tujuan :
- Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada by. Ny.N selama 3x24jam
diharapkan resiko tinggi pemenuhan nutrisi tidak terjadi dengan
Kriteria hasil :
a. Refleks menyusui rooting, sucking, swallowing baik.
b. Mempertahankan menyusui.
c. Asi yang keluar banyak.
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor keluhan serta pengetahuan ibu.
b. Monitor timbang berat badan bayi.
c. Lakukan perawatan payudara.
d. Anjurkan ibu dalam pemberian ASI eklusif selama 6bulan.
e. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam.
f. Jelaskan pada orang tua tentang tujuan pemberian ASI eklusif bagi bayi.
E. Pelaksanaan Keperawatan
Berdasarkan pada rencana tindakan keperawatan yang disususn, maka pelaksanaan
dilakukan oleh penulis dari mulai tanggal 06-08 juni 2016adalah sebagai berikut :
Hari /tanggal Jam No Tindakan Keperawatan Paraf
Dx
Senin, 06 22.10 1. 1. Mengobservasi suhu tubuh bayi
Juni 2016 36,20C
DS : –
DO :
Suhu tubuh bayi Ny. N 36,20C

22.30 1. 2. Melakukan IMD pada bayi.


DS : -
DO :
Bayi terlihat sedang dilakukan di
IMD selama 5 menit.

23.00 1. 3. Menempatkan bayi dalam


lingkungan yang hangat.
DS : -
DO :
Bayi tampak tidur dengan nyaman
dalam satu tempat tidur dengan
ibunya.
23.35 1. 4. Menilai apgar scor pada bayi
DS : -
DO :
Apgar scor bayi 9/10
5. Menempatkan bayi di lingkungan
yang hangat.
DS : -
DO :
Bayi Ny. N ditempatkan di
inkubator selama 6 jam di ruang
rawat gabung.

Selasa, 07 08.00 1. 6. Memandikan bayi dengan air


Juni 2016 hangat.
DS :-
DO :
 Bayi tampak tidak pucat
08.05 1.  Bayi tidak mengiggil, tidak
tremor.
 Ekstermitas tidak sianosis.

7. Mengkaji tanda dan gejala awal


hipotermi.
DS :-
DO :
08.15 2  Suhu tubuh 36,7oC
 Akral tubuh teraba dingin.
 Bayi tampak mengiggil
kedinginan saat
dimandikan.
8. Mengkaji tanda- tanda infeksi
DS :-
DO :
08.30 2  Tali pusat belum kering.
 Tempak dibungkus dengan
kassa.
 Suhu tubuh 36,70C
 Terlihat kassa kotor
9. Melakukan perawatan tali pusat.
DS :-
DO :
 Tali pusat sudah mulai
mengering, warnanya sudah
08.45 1. mulai berubah menjadi
kehitam-hitaman.
 Tidak ada tanda – tanda
infeksi.
 Daerah sekitar tali pusat
juga tampak baik, tidak ada
kemerahan pada sekitar tali
10.30 2. pusat.
 Kassa tampak bersih
10. Menempatkan bayi dalam
lingkungan yang hangat
DS : -
DO :
11.30 3
 Bayi tampak tertidur di
dalam box dan terkadang
berada di pelukan ibu.
 Bayi tampak dibedong.
11. Mengobservasi suhu tubuh bayi.
DS : –
DO :
Suhu tubuh bayi 36,70C
12. Mnganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran
DS :
 Ny. N mengatakan akan
teteap memberikan ASI nya
kepada bayinya dan akan
mengkonsumsi sayur-
sayuran dan buah-buahan.
DO :
 Ny.N sudah tampak
mengerti
Rabu, 08 08.00 1 13. Memandikan bayi dengan air
Juni 2016 hangat
DS : –
DO :
08.10 2  Bayi tampak tidak pucat
 Bayi tidak mengiggil, tidak
tremor.
 Ekstermitas tidak sianosis.
08.20 3 14. Melakukan perawatan tali pusat.
DS : –
DO :
 Tali pusat sudah mulai
mengering, warnanya sudah
mulai berubah menjadi
kehitam-hitaman.
 Tidak ada tanda – tanda
infeksi.
 Daerah sekitar tali pusat
juga tampak baik, tidak ada
kemerahan pada sekitar tali
pusat.
 Kassa tampak bersih
08.30 1 15. Memberikan kehangatan pada bayi
dan bungkus bayi dengan selimut.
DS : –
DO :
 Bayi tampak di bedong.
 Bayi tampak tertidur di
dalam box bayi.
 Bayi tampak hangat dan
tidak kedingina
10.00 3 16. Monitir BB bayi setiap hari
DS : –
DO :
 BB bayi saat ini 2900 gram
11.00 2 17. Memonitor suhu tubuh bayi.
DS : –
DO :
 Suhu tubuh By Ny. N
36,50C

12.30 3

18. Menjelaskan pada ibu tujuan


tentang pemberian ASI eklusif
selama 6 bulan bagi bayinya .
DS :
 Ny. N mengatakan sudah
mengerti tentang apa yg
sudah dijelaskan oleh
perawat
DO :
 Ny. N dapat menjelaskan
kembali tentang pemberian
13.00 2 ASI eklusif selama 6 bulan
bagi bayinya.
19. Menjelaskan pada ibu tentang
perawatan tali pusat yang benar
DS :
 Ny. N mengatakan sudah
mengerti tentang apa yang
dijelaskan oleh perawat.
DO :
 Ny. N dapat menjelaskan
kembali tentang bagaimana
cara merawat tali pusat
yang benar.
20. Memantau pola bayi dalam
menyusui
DS :
 Ibu bayi mengatakan ASI
yang keluar sudah mulai
banyak daripada kemarin
tapi bayinya saat menyusui
kadang diam dan
menghisap lagi.
DO :
 Bayi tampak sedang
menyusuui
F. Evaluasi keperawatan

Hari / Tanggal Jam No DX Catatan perkembangan Paraf


Rabu, 08 Juni 14.00 1. S: –
2016 O:
a. Keadaan umum baik
b. Suhu tubuh bayi Ny.N 36,70C
c. Bayi tampak nyaman
d. Bayi tampak dibedong.
e. Tidak ada adanya tanda- tanda
hipotermi.

A : masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

2. S :
- Ny. N mengatakan “ sudah tau
dalam perawatan tali pusat
yang benar
- Ny. N mengatakan tali pusat
bayinya sudah mulai
mengering.
O:
a. Tali pusat sudah mulai
mengering, warnanya sudah mulai
berubah menjadi kehitam-
hitaman.
b. Tidak ada tanda – tanda infeksi.
c. Daerah sekitar tali pusat juga
tampak baik, tidak ada kemerahan
pada sekitar tali pusat.
d. Kassa tampak bersih

A: Masalah sudah teratasi

P : hentikan intervensi

3. S:
- Ibu bayi mengatakan ASI yang
keluar sudah cukup banyak &
bayi sudah mulai banyak minum.
- Tidak ada masalah dalam
pemberian makan karna sampai
saat ini bayi hanya diberikan ASI
saja.
O:
- Keadaan umum : baik
- BB saat ini 2900 gram.
- Payudara Ny.N teraba kenyal.
- Puting susu exverted.
- ASI yang keluar sudah mulai
banyak.
- Reflek sucking, rooting,
swallowing baik.
A : Masalah sudah teratasi
P : Hentikan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini penulis akan membandingkan antara teori dengan kasus. Penulis akan
menganalisa sejauh mana factor prndukung, factor penghambat, dan solusi pemecahan dalam
memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pada Ny. S dengan seksio
sesaria dengan indikasi ketuban pecah dini KPD di pavilion Al- Adawiyah Rumah Sakit Islam
Sukapura Jakarta Utara Tanggal 06 – 07 Juni 2016. Pembahasan ini diuraikan berdasarkan
pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data- data dengan cara
wawancara, observasi langsung dengan pasien dan informasi dari catatan medis perawat
ruangan. Pada bagian ini penulis memfokuskan penguraian pengkajian berdasarkan etiologi,
manifestasi klinik, pemeriksaan penunjang, penatalaksaan medis dan keperawatan.

Pada teori, yang menjadi etiologi dilakukannya operasi pada persalinan yang meliputi KPD.
Dalam hal ini tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori, karena pada kasus
ditemukan data bahwa ibu harus dilakukan operasi sesar karena KPD. Riwat normal.

Pemeriksaan penunjang yang ada pada teori mencakup Pemeriksaan darah lengkap,
golongan darah, dan pencocokan silang, tes Coombs, USG : melokalisasi plasenta,
menentukan pertumbuhan, kedudukan, danpresentasi janin, Urinalisis : menentukan kadar
albumin / glukosa, Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II,
Pelvimetri : menentukan CPD, Amniosentesis : mengkaji maturasi paru janin, Tes stress
kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap gerakan/ stress dari pola
kontraksi uterus atau pola abnormal, Pemantauan elektronik continue : memastikan status
janin atau aktivitas uterus. Dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien yaitu
hematologi. Dalam hal ini terdapat kesenjangan karena pemeriksaan penunjang yang
dilakukan pada klien disesuaikan dengan kebutuhan klien dan berdasarkan instruksi dokter.

Penatalaksaan terdapat pada teori, baik penatalaksaan medis dan keperawatan klien
mendapatkan terapi infus, pemasangan kateter, terapi injeksi untuk analgetik dan antibiotik.
Pada penatalaksanaan tidak didapatkan kesenjangan karena pada kasus klien mendapatkan
terapi asering +, terapi injeksi ceftriaxone 2x1 (22, 10), terapi oral cefixime 2x1 (18, 06),
asam mefenamat 2x1 (18, 06), nipedipine 2x1 (18, 06), metrodinazol 2x1 (18, 06) dan
pronalges sup 2x1 (05, 17). Klien terpasang kateter dan pada harikedua kateter sudah
dilepas, klien juga sudah dapat sedikit demi sedikit untuk melakukan mobilisasi.

Pada pemeriksaan fisik system kardiovaskuler tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan
teori karena dikasus Ny. S didapatkan tekanan darah 150/100 mmHg, nadi 80x/ menit,
pernafasan 20x/ menit, suhu 36˚C, hal ini sesuai dengan teori bahwa pada ibu post partum
akan ditemukan tekanan darah yang berubah. Dan terdapat kesenjangan pada nadi,
pernafasan dan suhu yaitu pada teori nadi akan bradikardi umumnya ditemukan pada 6-8
setelah persalinan, pernafasan akan menurun sampai pada keadaan normal seperti sebelum
hamil, suhu selama 24 jam mungkin meningkat sampai 38˚C, hal ini tidak ditemukan pada
kasus Ny. S karena pada saat klien sudah post SC hari pertama.

Pada system reproduksi tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena dikasus
Ny. S TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi baik, teraba keras, lochea rubra hari ke 1 sesuai
dengan teori TFU setiap hari turun 1-2 cm, kontraksi uterus meningkat, nyeri perut / mules,
lochea sesuai dengan jenis dan harinya.

Pada system urinary terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena dikasus Ny. S
kandung kemih teraba kosong sedangkan pada teori ditemukan perubahan eliminasi urin dan
kandung kemih, akan mengalami distensi ( kandung kemih teraba penuh ). Hal ini terjadi
karena Ny. S terpasang kateter.
Pada system gastrointestinal tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena
dikasus Ny. S mengalami konstipasi sudah 2 hari disebabkan karena penurunan tonus otot
sedangkan di teori saat post partum buang air besar akan tertunda selama 2/3 hari setelah
melahirkan.

Pada system integument terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena di kasus Ny. S
tidak mengalami hiperpigmentasi disekitar leher sedangkan diteori ibu post partum
mengalami hiperpigmentasi. Ny. S tidak mengalami pembengkakan payudara dan ASI yang
keluar masih sedikit sedangkan diteori terjadi pembengkakan payudara berkaitan dengan
penurunan hormone estrogen.

Pada adaptasi psikologis fase dependent tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori
karena di kasus Ny. S masih ketergantungan dengan orang lain masih dominan, focus hanya
dirinya sendiri, dan melepaskan tanggung jawab.

Pada integritas ego tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori karena dikasus Ny. S
mengalami ketakutan dan kecemasan.

Dalam pengkajian ini tidak mengalami hambatan, sebagai factor pendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada Ny. S adalah adanya kerja sama antara pasien,
perawat serta penulis dan adanya format pengkajian, catatan keperawatan, status klien serta
penunjang lainnya

B. Diagnosa Keperawatan
Bersarkan hasil pengkajian, penulis membandingkan masalah keperawatannya yang ada
pada Ny. S dengan post seksio sesaria indikasi KPD dan diagnosa yang ada pada landasan
teoritis. Diagnosa yang muncul pada kasus dan pada teori yaitu:
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan Adanya insisi post SC di abdomen
Diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan ,nyeri pada daerah bekas operasi,
nyerinya seperti di remas-remas, tidak nyaman untuk bergerak, nyerinya pada saat
duduk, nyerinya tidak meluas hanya pada bekas luka operasi, Skala nyeri klien 7 (saat
diberi rentang nyeri), Klien tampak menahan nyeri, Klien tampak memegang bekas.

2. Resiko infeksi b.d. bekas luka insisi


Diagnosa ini muncul karena klien mengatakan kadang terasa panas pada daerah operasi,
bekas balutan luka operasi belum diganti, Balutan tampak bersih, Luka tampak belum
kering.

3. Ketidak efektifan pemberian ASI b.d. Kurangnya produksi ASI


Diagnosa ini muncul karena Klien mengatakan cemas karena ASInya belum keluar,
tidak tahu cara memberikan ASI yang benar, Klien tampak tidak mengetahui cara
pemberian ASI, Klien tampak belum memberikasn ASI kepada bayinya, ASI tampak
belum keluar, Klien tampak cemas.
Diagnosa keperawatan yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus yaitu:
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (mokus dalam
jumlah berlebihan), jalan nagas alergik (respon obat anastesi).
Diagnosa ini tidak muncul karena klien merasa tidak bermasalah pada saluran
pernafasannya saat di periksa pernafasan klien 20x/ menit.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurangnya
pengetahuan tentang kebutuhan nutrisi post partum
Diagnosa ini tidak muncul karena bb klien tidak mengalami penurunan baik
sebelum melahirkan maupun setelah melahirkan dank lien mengetahui kebutuhan
makanan apa saja yang harus di konsumsi setelah post partum.
3. Defisiensi pengetahuan : perawatan post partum b.d kurangnya informasi tentang
penanganan post partum
Diagnosa ini tidak muncul karena klien sudah berpengalaman dalam melahirkan
tetapi baru pertama kali melahirkan dengan operasi sesar dan dapat melakukan
perawatan bayi.
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan dibuat berdasarkan kebutuhan yang mengancam jiwa. Perencanaan terdiri dari
prioritas masalah/ diagnosa, tujuan, kriteria hasil, dan rencana tindakan. Didalam
menentukan prioritas masalah, penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus.
Diagnosa prioritas yang ada dikasus adalah gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan
dengan adanya insisi post SC di abdomen sedangkan diagnosa prioritas yang ada di teori
adalah Ketidak efektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan nafas (mokus dalam jumlah
berlebihan), jalan nagas alergik (respon obat anastesi). Untuk waktu yaitu selama 3 hari.
Pada rencana tindakan disesuaikan dengan kondisi pasien.

Sesuai data yang penulis kumpulkan dari kasus, telah terkumpul 3 diagnosa keperawatan
yaitu diagnosa yang pertama adalah gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
adanya insisi post SC di abdomen dengan kriteria hasil : Mengungkapkan nyeri dan tegang
diperutnya berkurang, Skala nyeri 0 – 1 (dari 0 – 10), Dapat melakukan tindakan untuk
mengurangi nyeri, Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan, TTV dalam batas normal
TD: 120/80 mmHg, Nd: 80 – 100x/mnt, RR:18 – 20x/mnt, SH:36 - 37˚C, Kesadaran
komposmentis, Keadaan umum baik. Pada dagnosa 1 (tujuan, kriteria hasil, dan rencana
tindakan) tidak terdapat kesenjangan antara kasus dan teori.

Diagnosa yang kedua adalah Resiko infeksi b.d. bekas luka insisi dengan kriteria hasil Klien
bebas dari tanda dan gejala infeksi, Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi, Menunjukkan perilaku hidup sehat. Intervensi yang dapat dilakukan yaitu Monitor
tanda dan gejala infeksi siskemik dan local, Ajarkan klien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi, Ajarkan klien untuk mengganti balutan luka, Anjurkan klien untuk mengganti
balutan setiap hari, Anjurkan memasang kateter untuk menurunkan infeksi kandung kemih,
Anjurkan klien untuk tetap menjaga balutan agar tetap kering, Anjurkan klien untuk tetap
menjaga bekas luka operasi supaya kering, Berikan antibiotic untuk mencegah infeksi
(metrodinazol 500 mg) dan (cefixime 100 mg). pada diagnosa ke 2 ini tidak terdapat
kesenjangan.
Diagnosa yang ke 3 adalah Ketidak efektifan pemberian ASI b.d. Kurangnya produksi ASI.
Intervensi yang dilakukan Observasi cara menyusui dan produksi ASI ibu bayi, Kaji
keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, Kaji integritas kulit putting ibu, Anjurkan ibu
banyak mengkonsumsi sayur-sayuran hijau dan buah-buahan, Anjurkan ibu bayi untuk
menyusui secara bergantian antara payudara kanan dan kiri, Ajarkan orangtua
mempersiapkan, menyimpan, menghangatkan kemungkinan pemberian tambahan susu
formula, Ajarkan ibu untuk massage payudara agar ASI keluar, Berikan penkes tentang cara
menyusui yang benar, Berikan informasi tentang keuntungan dan kerugian pemberian ASI.
Pada diagnosa 3 tidak terdapat kesenjangan karena pada teori dan kasus terdapat diagnosa
Ketidak efektifan pemberian ASI b.d. Kurangnya produksi ASI.

Faktor pendukung pada rencana keperawatan adalah sikap klien yang kooperatif pada saat
pengumpulan data sehingga dapat melakukan rencana berdasarkan teori dan sesuai dengan
diagnosa.

D. Implementasi
Pada tahap implementasi keperawatan, penulis mengacu pada rencana tindakan yang telah
ditetapkan dan rencana yang dibuat disesuaikan pada kondisi dan fasilitas yang ada. Faktor
pendukung dapat berjalan dengan baik dalam sikap klien yang kooperatif selama diberikan
asuhan keperawatan. Factor penghambat dalam melakukan implementasi adalah
pendokumentasian yang dilakukan pada catatan keperawatan oleh tim ruangan hanya
kegiatan rutinitas saja dan tidak di catat respon dari pasien.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi gangguan rasa nyaman: nyeri
adalah Mengkaji nyeri, lokasi nyeri, intensitas, dan lamanya, Memonitor TTV klien/shift,
Mengajarkan tekhnik relaksasi (tarik nafas dalam), Memberikan obat penghilang nyeri,
Melakukan pureperium setiap hari.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Resiko infeksi b.d. bekas luka
insisi adalah Mengajarkan klien untuk mengganti balutan, Menganjurkan klien untuk tetap
menjaga balutan agar tetap kering, Memberikan obat antibiotik untuk mencegah infeksi.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk mengatasi Ketidak efektifan pemberian
ASI b.d. Kurangnya produksi ASI adalah Mengkaji keinginan dan motivasi ibu untuk
menyusui, Mengkaji integritas kulit putting ibu, Menganjurkan ibu banyak mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan, Menganjurkan ibu bayi untuk menyusui secara bergantian
antara payudara kanan dan kiri, Mengajarkan ibu untuk massage payudara agar ASI keluar,
Memberikan informasi tentang keuntungan dan kerugian memberikan ASI.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam asuhan keperawatan, evaluasi yang dilakukan
penulis berdasarkan perkembangan kondisi pasien pada saat dilakukan yang mengacu pada
tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan. Didalam evaluasi ini menggunakan metode
(SOAP) sebagai dasar untuk mengetahui masalah klien dapat teratasi atau tidak. Penulis
melakukan evaluasi setelah melakukan tindakan keperawatan dan berdasarkan respon pasien
pada terakhir melakukan tindakan.

Pada tahap ini penulis mengevaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan pada
tanggal 06 – 07 Juni 2016. Dari keseluruhan evaluasi yang penulis lakukan dari 3 diagnosa
seksio sesaria secara baik yang actual maupun resiko pada kasus Ny. S adalah :
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d Adanya insisi post SC di abdomen
masalah ini teratasi sebagian, klien mengatakan nyeri sudah berkurang, skala nyeri 3,
karena belum teratasi sepenuhnya maka intervensi dilanjutkan.
2. Resiko infeksi b.d. bekas luka insisi masalah ini teratasi sebagian, klien mengatakan
daerah bekas operasi tidak terasa panas, Luka tampak belum kering, karena belum
teratasi sepenuhnya maka intervensi dilanjutkan.
3. Ketidak efektifan pemberian ASI b.d. Kurangnya produksi ASI klien mengatakan
ASInya sudah keluar, Klien tampak mengetahui cara pemberian ASI yang tepat,
masalah ini teratasi maka intervensi di hentikan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis akan mengemukan kesimpulan dari hasil kajian dan asuhan keperawatan
pada Ny.N dengan Post Seksio Sesaria dengan indikasi letak sungsang di Paviliun Adawiyah
Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara, baik dari segi landasan teoritis maupun laporan kasus
maka penulis kesimpulan dan saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan
Setelah penulis membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada Ny.N
dengan seksio sesaria dengan indikasi letak sungsang yang telah dirawat dipaviliun
Adawiyah Rumah Sakit Islam Sukapura Jakarta Utara pada tanggal 6 sampai dengan 8
juni 2016, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

Pada tahap pengkajian pada Ny.N data-data yang didapatkan dengan cara wawancara,
pemeriksaan penunjang, penulis mendapatkan data-data seperti mengeluh nyeri di daerah
luka post operasi sc terutama saat bergerak, klien mengatakan nyeri di abdomen seperti di
remes-remes, ngilu dan sering, klien mengatakan dirinya masih lemas, belum dapat
beraktifitas secara maksimal, klien mengatakan masih dibantu dalam beraktifitas, karena
hanya dapat miring kanan dan kiri, klien mengatakan post operasi dan verban belum
diganti.

Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny.N maka diagnosa keperawatan yang penulis
peroleh pada tinjauan kasus dan terdapat pada landasan teoritis adalah sebagai berikut :
Gangguan Rasa Nyaman Nyeri berhubungan dengan luka insisi post SC , Ganggua
pemenuhan rasa nyaman berhubungan dengan kelemahan fisik, Perubahan pola Eliminasi
fekal : konstipasi berhubungan dengan penurunan Aktifitas Peristaltik.
Pada tahap perenacanaan keperawatan pada Ny.N prioritas masalah adalah Gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan adanya luka insisi post SC. Tujuan ditetapkan untuk
mengatasi masalah tersebut selama 3 hari dengan kriterial hasil Perubahan Rasa Nyaman
nyeri berkurang.

Pada tahap pelaksanaan yang sudah dilakukan penulis pada Ny.N adalah mengobservasi
TTV, mengkaji lokasi, karakteristik nyeri, dan skala nyeri, memberikan posisi yang
nyaman, mengajarkan teknik relaksasi tarik nafas dalam, memberikan obat analgetik supp
pronalges 250 mg, dalam pelaksanaan dapat direncanakan semuannya.

Pada tahap evaluasi ditemukan bahwa seluruh diagnosa keperawatan yang muncul ada 4
diagnosa tidak semua teratasi, hanya sebagian diagnosa saja yang teratasi seluruhnya
seperti Perubahan Pola Eliminasi Fekal konstipasi berhubungan dengan Penurunan
Aktifitas Peristaltik, sedangkan diagnosa yang teratasi sebagian
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & jensen, 2006, Maternity Health Women Care, 7th edition, Mosby,
Philadelphia.

Carpenito, L.J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Doenges, M.E. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan Maternal Edisi 3. Jakarta : EGC

Mochtar R, Prof. dr. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif,dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUI

Prawirohardjo, S. 2000. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan


neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai