Anda di halaman 1dari 11

TUGAS

ANALISA JURNAL EBN KEPERAWATAN KRITIS

DISUSUN OLEH :

BAGUS TRIAGUNG YUNIAR S


11232121

STIKES PERTAMEDIKA NON REGULER


ANGKATAN XVII A
2024

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ yang sangat penting dalam sistem ekskresi dan sekresi, jika ginjal
tidak menjalankan tugasnya maka pembuluh darah ginjal mengalami kerusakan, sehingga
ginjal tidak dapat menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia dalam tubuh. Zat kimia masuk
ke dalam tubuh dan menyebabkan gagal ginjal (Anggraini and Fadila, 2022) (Siagian, 2018).
Penyakit ginjal kronis didefinisikan sebagai kerusakan ginjal yang berlangsung lama (kronis)
dan ditandai dengan berkurangnya kemampuan ginjal untuk menyaring darah (Gromerular
Filtration Rate/GFR). Pasien dengan CKD seringkali tidak menunjukkan gejala atau tanda
hingga sisa fungsi ginjal kurang dari 15% (Kusuma et al., 2019). Li et al,. 2019 dalam (Afra,
Dinda Nur et al., 2021) mengemukakan bahwa CRF yang tidak terkontrol secara kronis dapat
menyebabkan penyakit ginjal stadium akhir. Selain itu, CRF dapat menyebabkan penyakit
lain, seperti penyakit jantung kronis (PJK).
KDIGO dalam (Arianti et al., 2020) mengemukakan bahwa penyakit ginjal kronis mengacu
pada kelainan pada struktur dan fungsi ginjal yang telah berlangsung lebih dari 3 bulan dan
menyebabkan gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat diketahui dari tanda-
tanda kerusakan ginjal, antara lain albuminuria > 30 mg/24 jam, kelainan sedimen urin
(hematuria, sel darah merah, dll), kelainan elektrolit dan tubulus (asidosis tubulus ginjal,
diabetes melitus nefrogenik, kalium ginjal dan magnesium, sindrom fanconi, proteinuria non
albumin, sistinuria), kelainan ginjal yang terlihat pada histologi dan pencitraan, riwayat
transplantasi ginjal dan penurunan GFR <60 mL/menit/1,73 m2.
Menurut data Indonesia, penyebab penyakit gagal ginjal kronik terbanyak adalah
glomerulonefritis, infeksi saluran kemih (ISK), batu saluran kemih, nefropati diabetik,
nefrosklerosis hipertensi dan penyakit ginjal polikis (Yogi, 2019). Hipertensi dengan
persentase probabilitas 24%, diabetes 30%, glomerulonefritis 17%, pielonefritis kronis 5%
dan penyebab terakhir yang tidak diketahui adalah 20% (Nurbadriyah and Kep, 2021). Selain
itu, faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi minuman berenergi dan kopi juga
mempengaruhi penyebab gagal ginjal (Diyono and Indriati, 2017).
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2019), lebih dari 500 juta orang menderita
CRF di seluruh dunia. Dengan kata lain, sekitar 1,5 juta orang harus hidup bergantung pada
hemodialisis atau terapi pengganti ginjal, dengan insiden 105 (8%) dan masih meningkat
setiap tahun (Elon, 2018). Menurut Survei Kesehatan Dasar, prevalensi gagal ginjal kronis di
Indonesia adalah 0,38% atau 739.208 orang berusia lebih dari 15 tahun (RISKESDAS, 2018)
(Widiastuti et al., 2021b).
Chronic Kidney Disease (CKD) tidak menimbulkan gejala dan efek samping, bahkan sampai
laju filtrasi glomerulus 60% pasien masih belum menunjukkan gejala namun telah terjadi
peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum. Ketika laju filtrasi glomerulus mencapai 30%,
pasien mulai mengalami keluhan seperti kelemahan, mual, penurunan nafsu makan dan
penurunan berat badan. Ketika laju filtrasi glomerulus kurang dari 15%, pasien mulai
mengalami gejala uremia yang nyata seperti nokturia, oliguria, kehilangan nafsu makan, mual,
muntah, anemia, pruritis, hipertensi, sesak napas, edema, dan kehilangan kesadaran. Dari efek
samping tersebut akan timbul berbagai permasalahan keperawatan, salah satunya adalah
gangguan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sustenansi sangat penting
dalam pengobatan pasien dengan penyakit dasar seperti penyakit ginjal yang terus
berkembang (Nasiri et al., 2017).
Memenuhi kebutuhan makanan harus dikomunikasikan secara lisan. Namun, pada pasien
yang sering mengalami kondisi tubuh yang lemah, tirah baring, dan gangguan fungsi ginjal,
seperti pasien penyakit ginjal kronik (CKD) stadium lanjut yang mengalami penurunan
kesadaran, makanan oral tidak dapat diberikan karena selang nasogastrik digunakan untuk
menggantikan makanan oral. Nutrisi enteral adalah nutrisi utama yang berperan besar dalam
meningkatkan status gizi pasien kritis, menurut Simandibrata (2018). Nutrisi enteral
mempertahankan fungsi pencernaan dengan mengurangi risiko sepsis dan mencegah bakteri
dalam tubuh menyerang tubuh sebagai respons metabolik terhadap trauma dan fungsi
imunologi (Potter & Perry, 2018).
Ketidaktepatan dalam pemberian nutrisi enteral dapat menyebabkan masalah seperti
pemeliharaan lambung, kembung, muntah, volume sisa lambung yang tinggi, dan masalah
lainnya (Nasiri et al., 2018). Penyakit pneumonia, yang merupakan komplikasi paling
berbahaya dari nutrisi enteral, lebih mungkin terjadi jika ada deposit lambung yang tinggi
selama nutrisi enteral (Badan Administrasi Peningkatan Nilai, 2015). Menurut Afiliasi
Dietetika Indonesia Cabang Bandung (2015), tertundanya pengeluaran lambung, posisi pasien
berbaring saat nutrisi, percepatan rezeki, banyaknya rezeki yang diberikan, dan
terkonvergensinya cairan makanan adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan volume
penumpukan lambung yang tinggi.
B. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Diet Rendah garam dan
protei pada pasien CKD

BAB II
ANALISA JURNAL
A. JURNAL UTAMA
1. JUDUL JURNAL
Asuhan Keperawatan Diet Rendah garam dan protein pada Tn.W dengan Gagal Ginjal Kronik
2. PENELITI
Bagus Tyas Anggoro, Made Suandika
3. JENIS PENELITIAN
Deskriptif Kualitatif
4. POPULASI,SAMPEL,DAN TEHNIK SAMPLING
POPULASI : -
SAMPEL : 1 orang
TEHNIK SAMPING :
(1) pasien berjenis kelamin laki-laki atau perempuan,
(2) pasien yang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan
(3) pasien yang bersedia menjadi responden penelitian.
5. DESAIN PENELITIAN
pendekatan study kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
penegakan diagnosa, perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.
6. INSTRUMENT PENELITIAN
Formulir pengkajian, file pasien
7. UJI STATISTIK
Analisis Deskriptif
B. JURNAL PENDUKUNG
1. JUDUL JURNAL
Asuhan Keperawatan Kritis pada pasien Chronic Kidney Disease ( CKD ) dengan Intervensi
Inovasi Memberikan Nutrisi Enteral menggunakan Metode Intermiten Feeding Untuk
Mengurangi Produksi Residu lambung di Ruang ICU RSU Kabupaten Tangerang

2. PENELITI
Aef Eka Saputra
3. JENIS PENELITIAN
Menggunakan intervensi dan observasi pasien yang dilakukan selama tiga hari, untuk
menegetahui kondisi pasien dan memberikan asuhan keperawatan yang sesuai dan kemudian
di dokumentasikan.
4. HASIL
Berdasarkan hasil intervensi dan pemantauan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan kondisi produksi residu lambung sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi pemberian makan enteral menggunakan metode intermiten feeding.
C. ANALISA PICO
1. PROBLEM
Pasien mengeluh mual dan muntah serta lemas, kaki bengkak
2. INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam diharapkan nausea menurun dengan :
Identifikasi pengalaman mual, Identifikasi faktor penyebab mual, Monitor Mual, Kurangi atau
hilangkan keadaan penyebab ,mual ( makanan ber protein ), anjurkan istirahat dan tidur yang
cukup, kolaborasi pemberian obat antiemetik, jika perlu, batasi asupan garam, protein dan
cairan.
3. COMPARISON
Judul :
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Chronik Kidney Disease (Ckd) Dengan Pemberian Intervensi
Terapi Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Peneliti : Shella Damayanti, Meynur Rohmah, Uang Musaeri, Zahrah Maulidia, Septimar
Hasil : penurunan tekanan darah setelah dilakukan terapi pijat kaki. Berdasarkan hasil
intervensi dan implementasi teruji efektif untuk menurunkan tekanan darah yang tidak memiliki
efek samping jangka panjang
4. OUT COME
Setelah dilakukan pengkajian, analisa, diagnosa keperawatan, intervensi, evaluasi selama 3 hari,
Hasil evaluasi akhir pada Tn. W yaitu data subjektif, pasien mengatakan sudah tidak mual dan
muntah, pasien mengatakan nafsu makan sudah mulai meningkat, pasien mengatakan perut
sudah tidak panas, pasien mengatakan bengkak pada kaki mulai berkurang. Data objektif, pasien
tampak sudah tidak mual, pasien tampak nafsu makan, pasien sudah terlihat lebih fresh dari
sebelumnya, bengkak pada kedua kaki tampak mulai berkurang, TD : 120/80 Mmhg, Nadi :
85x/menit, Suhu : 36,5° C, SPO2 : 99%, kreatinin 5,56 mg/dL, ureum 93.62 mg/dL, natrium 134
mmol/L.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian diet rendah garam dan protein dapat dijadikan
intervensi untuk pasien pasien gagal ginjal kronik, meskipun tidak sepenuhnya menyembuhkan
penyakitnya tetapi diet tersebut dapat membantu mengurangi berbagai keluhan pada penderita
gagal ginjal kronik seperti mengurangi mual dan muntah, mengurangi edema pada kaki serta
dapat membantu mengontrol tekanan darah.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Ginjal merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah dengan
mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan dalam tubuh,
menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap stabil, serta
memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam mengendalikan tekanan darah,
membuat sel darah merah dan menjaga tulang tetap kuat. Setiap hari kedua ginjal
menyaring sekitar 120-150 liter darah dan menghasilkan sekitar 1-2 liter urin. Tiap ginjal
tersusun dari sekitar sejuta unit penyaring yang disebun nefron. Nefron terdiri dari
glomerulus dan tubulus. Glomerulus menyaring cairan dan limbah untuk dikeluarkan
serta mencegah keluarnya sel darah dan molekul besar yang sebagian besar berupa
protein. Selanjutnya melewati tubulus yang mengambil kembali mineral yang dibutuhkan
tubuh dan membuang limbahnya. Ginjal juga menghasilkan enzim renin yang menjaga
tekanan darah dan kadar garam, hormon erythropoietin yang merangsang sumsum tulang
memproduksi sel darah merah, serta menghasilkan bentuk aktif vitamin D yang
dibutuhkan untuk kesehatan tulang (Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, 2017).
B. Manajeman Diet Rendah Garam dan Cairan pada Pasien HD
Program manajemen diet rendah garam dan cairan telah dikembangkan untuk
menjelaskan masalah-masalah yang harus dipahami oleh pasien hemodialisis terkait
pemberian intervensi diet rendah garam dan cairan (Tamaura et al., 2018). Peran natrium
dalam tubuh merupakan salah satu elektrolit yang mengontrol aliran cairan yang masuk
dan keluar sel. Natrium juga penting untuk pengaturan tekanan dan volume darah,
transmisi saraf, kontraksi otot, keasaman darah dan cairan tubuh. Namun, kadar natrium
yang tinggi berkontribusi pada hipertensi, edema, gagal jantung, edema paru dan tentu
saja, kerusakan lebih lanjut pada fungsi ginjal. Ketika fungsi ginjal menurun, kemampuan
ginjal untuk mengeluarkan natrium juga menurun. Jika pasien HD tidak membatasi
asupan garam yang berlebihan malalui makanan, maka resiko terjadi hipertensi intra
dialitik sangat tinggi yang merupakan salah satu prediktor yang buruk pada pasien HD
(Mc Mahon, Bauer, & Campbell, 2018). Pembatasan natrium telah menjadi prinsip utama
untuk penatalaksanaan pasien hemodialisis sejak terapi pengganti ginjal pertama kali
tersedia. Total sodium adalah penentu penting dari volume ekstraseluler, volume plasma
dan tekanan darah (Causland et al., 2013). Asupan natrium yang berlebihan yang tidak
diekskresikan oleh ginjal mengakibatkan rasa haus yang intens dan berlebihan, sehingga
mengakibatkan peningkatan berat badan interdialik (IDWG) yang besar (Cutaia, M et al.,
2013). Panduan diet rendah garam diberikan pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal
mulai dari CKD stage 4 dan 5 atau yang telah menjalani terapi yaitu hemodialisis, dengan
penurunan GFR < 15 mL / menit / 1,73 m dengan TKK < 15 ml/ menit yaitu < 2 g / hari
bahkan lebih rendah hingga 1,5 g / hari (McManus & Wynter-Minott, 2017). Demikian
pula organisasi kesehatan dunia (WHO) memberikan pedoman jam) untuk pencegahan
tekanan darah tinggi, insiden penyakit kardiovaskular atau penyakit jantung coroner
(Mason et al., 2014).
C. Intervensi diet rendah garam
Mengurangi jumlah garam yang di konsumsi perhari baik melalui makanan rumahan,
makanan cepat saji, snack ataupun minuman melalui role model, demonstrasi, edukasi
pasien dan keluarga, motivasi, dan berbagi pengalaman. Role Model Seorang pasien HD
yang memenuhi kriteria inklusi dan telah berhasil menerapkan intervensi diet rendah
garam selama tiga minggu dengan hasil kadar garam dalam urine ≤ 5 gr/dl. Demostrasi
Peragaan cara memasak lauk pauk yang kurang garam oleh nutrisionis dengan
menambahkan bumbu-bumbu dasar untuk menambah cita rasa makanan. Edukasi pasien
dan keluarga Pendidikan diet rendah garam yang diberikan kepada pasien dan keluarga
saat HD berlangsung. Motivasi Dorongan semangat yang diberikan kepada pasien HD
untuk mencapai suatu tujuan yang lebih baik dengan melakukan diet rendah garam.
Berbagi pengalaman Saling menceritakan keadaan sakit yang alami akibat kelebihan
asupan garam.
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Penerapan terapi dengan metode mendengarkan music pada lansia dengan demensia dapat
membantu meningkatkan fungsi kognitif yang lebih baik sehingga dapat diterapkan dilingkungan
panti werda, Dengan terapi ini diharapkan semua lansia dapat meningkatkan kualitas hidup dan
daya ingat yang lebih baik lagi.
2. Intervensi ini diharapkan seluruh tenaga medis dapat mengaplikasikan baik di rumah sakit
maupun di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Afra, Dinda Nur Et Al. (2021), “Diet Rendah Protein Dengan Penambahan Suplemen Kombinasi
Asam Amino Esensial Dan Ketoanalog Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis”, Farmaka, Vol.
19 No. 4, Pp. 1–8.
Siti Yartin. (2019 ). Intervensi Diet Rendah Garam Untuk Mengontrol Intake Garam Melalui
Pendekatan Self Efficacy Theory Pada Pasien Hemodialisis di RSUD Undata Palu.
Shella Damayanti, Meynur Rohmah, Uang Musaeri, Zahrah Maulidia Septimar. (2022). Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Chronik Kidney Disease ( CKD ) Dengan Pemberian Terapi
Pijat Kaki Terhadap Penurunan Tekanan Darah. Nusantara hasana Journal Volume 2
No. 7 (Desember 2022), Page: 122-125
Widiastuti Et Al. (2021b), “Diet Rendah Garam Pada Pasien Gagal Ginjal : Literature Review”,
Prosiding Seminar Informasi Kesehatan Nasional (Sikesnas), Pp. 73–82.
Yartin Et Al. (2019), “Intervensi Diet Rendah Garam Pada Pada Pasien Yang Menjalani
Hemodialisis: Review Literatur”, Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, Vol. 4 No. 2, Pp.
47–55, Doi: 10.30651/Jkm.V4i2.3097.

Anda mungkin juga menyukai