Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Faktor yang dapat mempengaruhi kondisi penyakit gagal ginjal kronik (PGK)
diantaranya Kepatuhan pembatasan cairan, dimana gagal ginjal kronik (GGK)
mengalami penurunan fungsi ginjal sehingga harus dilakukan pembatasan cairan.
Salah satu penyebab kematian pada GGK karena masalah asupan cairan yang masuk
tidak seimbang. Kondisi ini juga sangat berpengaruh terhadap kepatuhan penderita
dalam membatasi cairan. Kepatuhan dalam pembatasan cairan merupakan aspek
penting karena sebagai tolak ukur keberhasilan penderita dalam penatalaksanaan
menjalani terapi pengganti ginjal (TPG) dalam keberlangsungan hidup (Atreja,
Bellan, & Levy, 2005, dalam jonh, Angela, Mastersun & Rosemary, 2012).
Pembatasan cairan seringkali sulit dilakukan terutama mengkonsumsi obat obatan
dalam jumlah banyak akan membuat membran mukosa menjadi kering dan
menyebabkan rasa haus yang tinggi. Hal ini dikarenakan kondisi normal manusia
yang tidak dapat bertahan lebih lama tanpa asupan cairan (Potter & Perry, 2010).

Menurut world health organization (WHO) tahun 2018 menyatakan lebih dari 500
juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik dan sekitar 1,5 juta jiwa
diantaranya harus menjalani terapi hemodialisa semasa hidupnya. Angka kejadian
yang terus menerus mengalami peningkatan sebesar 8% setiap tahunnya menjadikan
gagal ginjal kronik menempati angka kematian tertinggi ke dua puluh di dunia
(Syailla, 2023). Prevalensi angka gagal ginjal kronik secara global terjadi kenaikan
lebih dari 10% dari populasi umum di seluruh dunia dengan jumlah penderita sebesar
843,6 juta jiwa (Kovesdy, 2022). Di kawasan Asia juga memperkirakan Jumlah
penderita gagal ginjal kronik mengalami kenaikan yaitu 434,3 juta orang dewasa
yang mengalami gagal ginjal kronik (Liyanage et al., 2022).
Menurut kementerian kesehatan (kemenkes) di indonesia penyakit ginjal kronik
menjadi penyebab kematian ke 10 dengan jumlah kematian lebih dari 42 ribu
pertahun. Berdasarkan data yang diperoleh terjadi peningkatan yang terus menerus
pada penderita GGK dari tahun 2018 sampai 2020. Data tersebut menunjukkan
1.602.059 penduduk Indonesia menderita gagal ginjal kronik dan angka ini akan
diperkirakan akan terus meningkat (Riskesdas, 2020).

Prevalensi kejadian gagal ginjal kronik di provinsi jawa tengah sebagai kasus baru
penyakit tidak menular yang menempati urutan ke Sembilan dengan presentasi 0,3%
(Dinkes Jawa Tengah, 2020). Di wilayah jawa tengah khususnya daerah kabupaten
tegal tepatnya di rumah sakit mitra siaga tegal data yang di dapatkan adalah tercatat
pada tahun 2021 sebanyak 5.212 pasien, tahun 2022 sebanyak 5.550 pasien dan tahun
2023 tercatat sampai bulan November sebanyak 5.232. Dari data yang telah tercatat
terdapat peningkatan penderita gagal ginjal kronik setiap tahunnya.

Maraknya penyakit ginjal kronik yang terjadi terus menerus mengakibatkan


meningkatnya jumlah penderita yang mengharuskan melakukan pengobatan dalam
waktu yang cepat, Salah satu pengobatan dapat dengan terapi hemodialisa. Penderita
GGK yang menjalani terapi hemodialisa harus memperhatikan beberapa hal misalnya
dalam pengaturan cairan karena sangat mempengaruhi terhadap kenaikan berat
badan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan berupa pembatasan caiaran agar
mempertahankan berat badan yang ideal dengan indikator berat badan tidak lebih dari
3% dari berat badan kering (Bayhakki dan Hasneli, 2018). Pengaturan terhadap
pembatasan cairan akan berdampak pada kenaikan berat badan diantara dua waktu
dialysis atau Interdialytic weigh gain (IDWG). IDWG berhubungan erat dengan
masuknya cairan dalam menjalani terapi hemodialisa karena pembatasan cairan harus
dilakukan agar tidak memperburuk keadaan penderita. Kenaikan IDWG disebabkan
oleh kurangnya pembatasan cairan pada penderita gagal ginjal kronik yang
menyebabkan kelebihan cairan dalam tubuh yang menimbulkan oedem dan sesak
nafas (meistatika, 2017).

Ketidakefektifan penderita dalam menjaga berat badan karena tidak membatasi cairan
mengakibatkan peningkatan berat badan melebihi berat badan normal. IDWG
digunakan sebagai indikator berat badan kering untuk mengevaluasi cairan yang
masuk. Kegagalan yang mengakibatkan terapi hemodialisa tidak efektif berupa
kepatuhan penderita, kepatuhan bisa menjadi masalah yang sering dialami oleh
penderita hemodialisa yang akan berdampak terhadap perawatan serta pembatasan
makanan dan cairan. Terapi hemodialisa dilakukan 2 kali seminggu atau bahkan satu
bulan sekali dengan lama durasi setiap kali hemodialisa 3-5 jam,yang artinya pasien
hemodialisa yang menjalani terapi akan mengalami penumpukan cairan dalam tubuh
pada waktu 2x terapi. Hemodialisa yang tidak terukur waktu untuk tingkat
kesembuhannya akan menurunkan semangat hidup pasien, hal itu bisa mempengaruhi
kepatuhan pasien (Ayu, 2019). Kemampuan penderita mempertahankan IDWG yang
normal dipengaruhi oleh kepatuhan pasien mempertahankan berat badan dalam
pembatasan cairan oleh karena itu pembatasan cairan menjadi salah satu faktor yang
dapat mempengaruhinya. Dampak terhadap tidak melakukan pembatasan cairan
berupa kenaikan berat badan ketika menjelang HD yang tidak terkontrol. (Andriati
dan Rohimi., 2016, dalam Bayhakki & Hasneli, 2017).

Fazriansyah (2018) dengan judul hubungan antara kepatuhan mengontrol intake


(asupan) cairan dengan penambahan nilai inter-dialitytic weight gain (idwg) pada
pasien yang menjalani terapi hemodialisa di RSUD Kotabaru. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara kepatuhan mengontrol intake (asupan) cairan
dengan penambahan nilai inter-dialitytic weight gain (idwg). Metode pengambilan
sampel ini dilakukan dengan metode korelasi dengan teknik total sampling. Hasil
penelitian yang disimpulkan bahwa kepatuhan pasien dalam mengontrol asupan
cairan sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan motivasi dalam diri pasien
sehingga mempengaruhi peningkatan IDWG.

Karmiyati Novia, Diana Irawati, Iyar Siswandi (2021) dengan judul hubungan nilai
interdialitic weight gain (idwg) dan kepatuhan pembatasan diet terhadap terjadinya
restless legs syndrome (RLS) pada pasien yang menjalani hemodialisa. penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui nilai IDWG dan kepatuhan diet yang dilakukan pasien.
Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan teknik secara total
sampling, dengan hasil penelitiannya bahwa nilai IDWG dan kepatuhan pembatasan
diet tidak patuh mempunyai resiko lebih tinggi terhadap kejadian RLS pada pasien
yang menjalani hemodialisa.

Berdasarkan prevalensi pasien GGK yang menjalani terapi hemodialisa tentang


pembatasan cairan dengan berat badan intradialisis sehingga penulis tertarik ingin
meneliti dalam judul hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan berat badan
intradialisis pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialis a di
rumah sakit mitra siaga tegal.

1.2 Tujuan penelitian


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan yang
akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1.1.1 Tujuan umum


Mengetahui adanya hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan berat badan
intradialisis pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa rs mitra siaga tegal.

1.1.2 Tujuan khusus


1.1.2.1 Mengidentifikasi kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani terapi hemodialisa di rumah sakit mitra siaga tegal
1.1.2.2 Mengidentifikasi berat badan intradialisis pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa di rumah sakit mitra siaga tegal
1.1.2.3 Menganalisa hubungan kepatuhan pembatasan cairan dengan berat badan
intradialisis pasien gagal ginjal kronik di ruang hemodialisa rs mitra siaga
tegal.

1.3 Manfaat penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang baik secara aplikatif,
keilmuan maupun metodologi sebagai berikut:

1.1.2.4 Manfaat aplikatif


Hasil penelitian ini diharapkan diperolehnya cara agar pasien gagal ginjal kronik
patuh dalam melakukan pembatasan cairan.
1.1.2.5 Manfaat keilmuan
Hasil penelitian ini diharapkan diperolehnya konsep kepatuhan pembatasan cairan pada
pasien gagal ginjal kronik
1.1.2.6 Manfaat metodologi
Hasil penelitian ini diperolehnya metodologi dengan baik terkait kepatuhan
pembatasan cairan pada pasien gagal ginjal kronik.

Anda mungkin juga menyukai