Anda di halaman 1dari 20

HUBUNGAN LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN

INDEKS MASSA TUBUH PADA PASIEN GAGAL GINJAL


KRONIK DI RUMAH SAKIT ADVENT MANADO

Proposal
Diajukan guna memenuhi pernyataan
Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)

Disusun oleh :
Kombaitan, Dion Brilee
NIM: 106011610133

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KLABAT
Februari, 2019
BAB I

Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Penyakit gagal ginjal kronik telah menjadi salah satu masalah terbesar di dunia

saat ini. Menurut Hill., dkk (2016), prefalensi global penyakit gagal ginjal kronis

mencapai angka 10 sampai 13% dari penduduk dunia, dan menurut Universitas of

California San Fransisco (2018) akan terus meningkat 5-7% di setiap tahunnya sehingga

nantinya 1 dari 3 orang dewasa di Amerika Serikat beresiko terkena penyakit gagal

ginjal. Lebih lanjut menurut data National Kidney Foundation (2019) gagal ginjal telah

menyebabkan banyak kematian dan merupakan salah satu penyebab kematian nomor 9 di

Amerika Serikat. Pada tahun 2013-2016, prefalensi gagal ginjal di Amerika sekitar 14,8 [

CITATION Uni181 \l 1033 ]. Sementara menurut data dari Riset Kesehatan Dasar

(2018) prefalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 2.0% pada tahun 2013 dan

3,8% pada tahun 2018, atau mengalami peningkatan 1,8% dalam 5 tahun terakhir,

Sedangkan menurut prefalensi yang ada di Sulawesi Utara hanya sekitar 0,4%

[CITATION Ris17 \l 1033 ]

Ada beberapa pengobatan yang dapat membantu pasin gagal ginjal kronis

diantaranya Peritoneal Dyalisis (PD), Hemodyalisis (HD), dan Transplantasi Ginjal

(Lewis, Dirksen, Heitkemper, & Butcer, 2014; Ignatavicius & Workman, 2016).

Walaupun ada beberapa alternative pengobatan, namun banyak orang yang lebih

memilih untuk menggunakan hemodialisa dengan alasan kenyamanan pasien lebih besar

karena penggunaan Hemodialisa hanya 2-3 kali seminggu (Valson, dkk., 2017). Mirta &

Handayani (2015) Menambahkan bahwa adanya bantuan pembiayaan dari pemerintah,


dan asuransi sehingga pasien hemodialisa lebih dipercaya dan meningkat penggunaannya

pada setiap tahun.

Hemodialisa merupakan ginjal buatan untuk memfilter limbah yang ada di tubuh

pasien [ CITATION Nat19 \l 1033 ]. Davita Kidney Care (2019) alat hemodialisa

bekerja mengeluarkan darah dari tubuh pasien dan disaring ke membran buatan yang

dinamakan dyaliser (ginjal buatan) dan kemudian darah akan dibawah kembali ke

seluruh tubuh.

Ketika menjalani Hemodialisa pasien bisa mengalami masalah pada nutrisi.

[ CITATION Bla14 \l 1033 ] Hemodialisa memiliki efek yaitu masalah pada Nutrisi

seperti karbohidrat berkurang, protein, asam amino, glukosa, dan vitamin yang larut

dalam air menghilang. Pasien yang menderita penykit gagal ginjal kronis dapat

mengalami penurunan berat badan dalam 3 bulan dan pada pengguna hemodialisa bisa

terlihat pada 1 tahun penggunaan, ini menyebakan pasien gagal ginjal kronik yang

menjalani hemodialisa dianjurkan untuk mendapatkan gizi yang baik [ CITATION Sal16

\l 1033 ]. Penilaian status gizi pada pasien hemodialisa dapat dilihat atau diukur

menggunakan Indeks Massa Tubuh [ CITATION Sha12 \l 1033 ]. Dengan menamba

asupan makanan atau nutrisi diharapkan dapat meningkatkan indeks massa tubuh (IMT)

pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani Hemodialisa.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik melakukan

penelitian mengenai hubungan lama menjalani hemodialisa dengan indeks massa tubuh

pada pasien gagal ginjal kronik.


Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang

diambil adalah :

1. Berapa lama rata-rata pasien yang telah menjalani hemodialisa di Rumah Sakit

Advent Manado.

2. Berapa rata-rata perubahan IMT pada pasien yang menjalani hemodialisa di

Rumah Sakit Advent Manado.

3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara lama menjalani hemodialisa dengan

Indeks Massa Tubuh pada pasien gagal ginjal kronik?

Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini, yaitu untuk mengetahui hubungan antara

lama menjalani hemodialisa dengan indeks massa tubuh pada pasien gagal ginjal kronik

di Rumah Sakit Advent Manado.

Manfaat Penelitian

Bagi Dunia Pendidikan

Hasil penelitian ini bisa untuk menambah pengetahuan, pemahaman serta

Ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan lama menjalani hemodialisa dengan Indeks

massa tubuh pada pasien gagal ginjal kronik.

Bagi Pasien

Hasil penelitian ini bisa memberikan gambaran dan informasi kepada pasien

maupun relatifnya mengenai apa hubungannya lama menjalani hemodialisa dengan

indeks massa tubuh pada pasien gagal ginjal kronik sehingga pasien bisa mengerti dan

bisa bekerja sama.


Bagi Perawat Hemodialisa

Untuk mengembangkan dan meningkatkan wawasan agar dapat lebih menegerti

dengan hubungan lama menjalani hemodialisa dengan indeks massa tubuh pasien gagal

ginjal kronik

Peneliti Selanjutanya

Dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian

indeks massa tubuh pada pasien yang menjalani hemodialisa berdasarkan faktor-faktor

lamanya pasien menjalani hemodialisa tersebut

Cakupan dan Batasan Dalam Penelitian

Cakupan dalam penelitian ini yaitu Pasien yang menjalani Hemodialisa di Rumah

Sakit Advent Manado yang melakukan hemodialisa minimal 2 kali dalam seminggu dan

bersedia untuk menandatangani Informed Concent untuk menjadi responden penelitian.

Batasan dalam penelitian ini ialah pasien yang tidak bisa mengingat berat badan

saat pertama kali menjalani hemodialisa dan tidak bersedai menandatangani Informed

Concent untuk menjadi responden.

Definisi Istilah-istilah Digunakan dalam Penelitian

Hemodialisa

Hemodialisa adalah terapi cuci darah yang digunakan di luar tubuh oleh penderita

gangguan pada ginjal atau yang ginjalnya tidak bekerja secara normal, agar tubuh bisa

bekerja secara optimal kembali.

Indeks Massa Tubuh

Indeks Massa Tubuh adalah rumus yang digunakan untuk menentukan angka

rentang badan ideal, dengan mengetahui tinggi badan dan berat badan objek yang akan di

ukur. Rumus indeks massa tubuh yaitu berat badan (kg) / tinggi badan (m²).
Gagal Ginjal Kronis

Gagal ginjal kronis adalah suatu keadaan dimana ginjal suda tidak bisa berfungsi

dengan optimal atau kerjanya menurun.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dibahas prinsip-prinsip, teori dan konsep serta hasil-hasil yang

berhubungan dengan lama menjalani hemodialisa dengan indeks massa tubuh pada

pasien gagal ginjal kronik.

Gagal Ginjal Kronik

Definisi Gagal Ginjal Kronik

Gagal ginjal kronik merupakan kondisi dimana fungsi ginjal menurun secara

bertahap karena kerusakan. Menurut Aisara, Azmi, & Yanni (2018), gagal ginjal kronik

adalah suatu gangguan pada ginjal yang ditandai dengan abnormalitas sruktur ataupun

fungsi ginjal yang berlansung lebih dari 3 bulan. Sementara itu menurut Adhiatma,

Wahab, & Widyantara (2014) Gagal ginjal merupakan gangguan fungsi ginjal yang

bersifat terus meningkat dan irrefersibel Arifa, Azam, & Handayani (2017) juga

menabahkan bahwa gagal ginjal kronik yaitu kerusakan pada ginjal atau glomerulus

filtrate rate (GFR) kurang dari 60 mililiter/menit dan berlangsung selama 3 bulan atau

lebih.

Penyebab Gagal Ginjal Kronik

Penyakit gagal ginjal kronik dapat di sebabkan oleh Glomerulonefritis, hipertensi,

diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, infeksi saluan kemih, batuh salutan kemih dan

penyakit ginjal bawaan (Siagian & Damayanty, 2018; Fakhruddin, 2013).

Stage Gagal Ginjal Kronik

Menurut American Kidney Fund (2019) gagal ginjal terbagi dalam 5 stage

kerusakan ginjal berdasarkan glomerulus filtrate rate (GFR) yaitu sebagai berikut:
Stage I. Terjadinya kerusakan ringan pada ginjal dan biasanya tidak disertai

dengan gejalah glomerulus filtrate rate lebih dari 90 ml/menit

Stage II. Ginjal masi dalam kerusakan yang ringan, glomerulus filtrate rate

sebanyak 60 sampai 89 ml/menit, dan akan terjadi tanda-tanda kerusakan ginjal seperti

protein pada urin.

Stage III. Ginjal suda dalam keadaan rusak sedang, dalam stage 3 ini

dipiasahkan menjadi 2 stage yaitu stage 3a dan 3b. Stage 3a yaitu glomerulus filtrate rate

sekitar 45 dan 59 ml/menit sedangkan stage 3b glomerulus filtrate rate 30 dan 44

ml/menit. Gejalanya adalah pembengkakan di kaki dan tangan, sakit punggung, kencing

lebih atau kurang dari biasanya.

Stage IV. Dalam stage 4 ginjal mengalami kerusakan sedang atau parah dan

tidak berfungsi sebagaimana mestinya, ini adalah tahap terakhir dari penyakit ginjal

sebelum ke kronik. Glomerulus filtrate rate antara 15 dan 30 ml/menit. Gejalah yang

akan terjadi pada stage 4 biasanyah masi sama dengan stage 3. Di tahap ini bisa terjadi

komplikasi yang disebabka oleh penumpukan limbah yaitu hipertensi dan anemia.

Stage V. Ginjal mengalami kegagalan dengan glomerulus filtrate rate kurang

dari 15 ml/menit, disertai gejalah yang parah karena ginjal berhenti untuk bekerja dan

bisa menyebabkan kesakitan dikarenakan racun tertumpuk dan tidak bisa dikeluarkan

lagi, gejala dalam stage ini ialah gatal, kram otot, mual dan muntah,sakit punggung,

kesulitan bernafas dan sulit untuk tidur.

Pada saat penyakit ginjal memasuki stage terakhir yaitu gagal ginjal kronik, di

stage ini saatnya penderita untuk menjalani hemodialisa.


Komplikasi Gagal Ginjal Kronik

Beberapa komplikasi gagal ginjal kronik menurut American Kidney Fund (2019)

yaitu gout, anemia, penyakit tulang, penyakit jantung, kalium tinggi dan penumpukan

cairan.

Gout. Ginjal yang mengalami kerusakan tidak bisa menyaring asam urat

sehingga asam urat yang berada dalam tubuh menumpuk dalam cairan sekitar sendi dan

mengkristal sehingga menyebabkan rasa sakit [ CITATION Ame191 \l 1033 ].

Anemia. Salah satu fungsi ginjal yaitu membantu memproduksi sel darah merah.

Ketika ginjal tidak bisa berfungsi dengan semestinya tubuh pastinya akan mengalami

penurunan sel darah merah [ CITATION Ame191 \l 1033 ].

Penyakit tulang dan fosfor tinggi (hiperfosfatemia). Ginjal membantu bekerja

menjaga jumlah fosfor dalam tubuh. Jika terjadinya penyakit ginjal bisa memungkinka

ginjal untuk tidak bisa melakukan pekerjaan ini [ CITATION Ame191 \l 1033 ].

Penyakit jantung. Ketika ginjal tidak berfungsi dengan baik, sistem hormon

yang mengatur tekanan darah akan bekerja lebih keras untuk meningkatkan darah ke

ginjal dan jantung akan terus memompa dengan lebih keras sehingga berujung kepada

penyakit jantung [ CITATION Ame191 \l 1033 ].

Kalium tinggi (hiperkalemia). Kalium yang berlebihan dalam tubuh akan

dikeluarkan dari darah oleh ginjal, dan saat ginjal tidak bisa berfungsi dengan baik maka

kalium dalam darah akan semakin menumpuk [ CITATION Ame191 \l 1033 ].

Penumpukan cairan. Ginjal yang sehat menguluarkan cairan ekstra yang ada

dalam tubuh. penyakit ginjal bisa menyebabkan cairan ekstra dalam tubuh menumpuk.

Cepatnya pengeluaran larutan dari darah bisa menyebabkan kelebihan cairan intraselular.

Kelebihan tersebut membuat edema selebral, sehingga menyebabkan tekanan

intrakranial. Pusat dialisis banyak yang menghindari komplikasi ini sehingga mendialisis
dengan waktu yang lebih pendek pada kisaran aliran darah yang turun pada dialisis

pertama (Black & Hawks, 2014; American Kidney Fund, 2019)

Hemodialisa

Hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal yang di pergunakan oleh

penderita gagal ginjal kronik. Menurut Davita Kidney Care (2019) adalah terapi yang

berfungsi untuk mengeluarkan tumpukan limbah yang ada dalam tubuh serta

menghilangkan cairan ekstra dan menyeimbangkan elektrolit. Prosedur medis untuk

mengilangkan cairan dan limbah dari darah untuk mengembalikan ketidakseimbangan

elektrolit[ CITATION Shi18 \l 1033 ].

Tujuan Hemodialisa

Ada beberapa tujuan hemodialisa yaitu: a) mengganti fungsi pembuangan ginjal,

b) meningkatkan kualitas hidup, c) pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan cairan

tubuh, d) mengganti fungsi ginjal sementara mengikuti program lain [ CITATION

Nua17 \l 1033 ].

Indikasi Hemodialisa

Menurut Kandacong (2017) hemodialisa dilakukan pada semua pasien dengan

glomerulus filtrate rate kurang dari 15 ml/menit, glomerulus filtrate rate kurang dari 10

ml/menit dengan gejalah uremia/malnutrisi dan glomerulus filtrate rate kurang dari 5

ml/menit tanpa gejala. Hemodialisa dimulai ketika creatinin clearance menurun dibawah

10 ml/menit, da pasien yang mengalami uremia dengan penurunan kesadaran sangat

disarankan untuk melakukan hemodialisa [ CITATION Ind15 \l 1033 ]

Kontraindikasi Hemodialisa

Menurut Ignatavicius & Workman (2016) pasien yang tidak bisa dilakukannya

terapi hemodialisa yaitu pasien yang mengalami ketidakstabilan hemodinamik atau


penyakit vaskuler berat seperti hipertensi dan hipotensi, gangguan perdarahan, dan gula

darah yang tidak terkontrol.

Akses Untuk Hemodialisa

Menurut Black & Hawks (2014) terdapat beberapa cara untuk mendapatkan akses

ke sirkulasi darah pada pasien yaitu:

Kateter vena sentral. Kateter lumen ganda yang berlubang dengan ukuran yang

besar yang akan dimasukan perkutan ke vena jungular, subklavia, dan femoral.

Arteriovena ekstrenal. Pemasangan alat ini yaitu dengan melakukan

pembedahanuntuk merekatkan kanula silikon yang seperti karet (Silastik) ke tungkai atau

lengan bawah.

Fistula arteriovena internal (AVF). Akses yang digunakan untuk penerima

dialisis kronis. AVF dibuat melalui prosedur pembedahan sebuah arteri yanga ada di

lengan dianastomosis vena dari ujung ke sisi, dari sisi ke ujung, dan dari sisi ke sisi.

Tandur arteriovena internal. Dipakai untuk menciptakan vena buatan untuk

aliran darah.

Prosedur Hemodialisa

Darah klien yang mengandung racun dari sirkulasi arteri klien dialirkan ke pompa

tabung dan kemudian berikan pompa heparin dan darah akan menuju ke dialiser untuk

disaring ke dalam membran-membran yang berada di dalam dialiser, pada saat darah

dalam dialiser, pompa penyesuaian mekanik menyebabkan cairan mengalir ke bagian

lain membran, dan kemudian darah yang suda bersih akan masuk kembali ke klien

melalui sirkulasi vena [ CITATION Bla14 \l 1033 ]

Jadwal Hemodialisa

Hemodialisa harus dijalankan secara berselang waktu sepanjang kehidupan

pasien dan bisa diberhentikan apabilah pasien suda bisa mendapatkan transplantasi
ginjal. Jadwal yang biasa diberlakukan untuk pasien hemodialisa yaitu selama 3 sampai

4 jam proses pengobatan dan dalam 3 hari sekali atau dalam seminggu 2 kali. Jadwal ini

disesuaikan dengan jenis dialiser yang digunakan dan aliran darah pasien.

Komplikasi Hemodialisa

Ignatavicius & Workman (2016) menyatakan komplikasi hemodialisa antara lain:

a) sindrom disekulibrium, b) kejang otot dan nyeri belakang, c) sakit kepala, d) gatal, e)

hemodinamik dan jantung, kejadian buruk (hipotensi, lisis sel berkontribusi ke anemia,

distritmia jantung), f) infeksi, g) peningkatan risiko perdarahn subdural and intracranial

dari antikoagulasi dan perubahan tekanan darah selama dialisis.

Indeks Massa Tubuh

Definisi

Indeks massa tubuh merupakan pengukuran dimana akan membandingkan berat

badan dan tinggi badan. Menurut Putra, Ermawati, & Amir (2013) indeks massa tubuh

merupakan jumlah dari pehitungan perbandingan antara berat badan (BB) dan tinggi

badan (TB). Sementara menurut Putra & Rizqi (2018) indeks massa tubuh adalah salah

satu pengukuran yang dipakai dengan menggunakan berat badan dan tinggi badan dan

dihitung menngunakan rumus indeks massa tubuh (IMT).

Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)

Table 1. Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)

Berat Badan (kg)


Indeks Massa Tubuh (IMT) =
Tinggi Badan (cm) x Tinggi Badan (cm)
Table 2 Pedoman klasifikasi kegemukan menurut Riset Kesehatan Dasar

Laki-Laki Perempuan

Kurus < 18 < 17

Normal 18 - 25 17 – 23

Kegemukan 25 - 27 23 – 27

Obesitas ≥ 27 ≥ 27

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Massa Tubuh

Ada beberapa factor yang mempengaruhi IMT secara tidak langsung maupun

secara lansung menurut (Pradana, 2014; Ramadona, 2018) faktor tersebut yaitu:

Usia. Semakin bertambah usianya seseorang, merekan akan kehilangan massa

otot sehingga mudah terjadinya akumulasi lemak pada tubuh. Metabolism juga akan

mengalami penurunan sehingga kebutuhan kalori yang diperlukan tubuh akan lebih

rendah [ CITATION Ram18 \l 1033 ].

Jenis Kelamin. Distribusi lemak tubuh tidak sama antara pria dan wanita, pada

pria biasanya mengalami obesitas pada bagian perut dibantingkan dengan wanita

[ CITATION Ram18 \l 1033 ].

Pola Makan. Pada jaman modern saat ini, makanan cepat saji bisa didapatkan

dengan mudah. Sehingga makanan siap saji berkontibusi terhadap meningkatnya energi

yang menyebabkan kenaikan berat badan [ CITATION Ram18 \l 1033 ].

Aktivitas Fisik. Pada awalnya aktivitas fisik berupah olahraga atau permainan

yang mengharuskan untuk berlari, melompat, maupun gerakan lainnya. Namun saat ini

digantikan dengan permainan yang kurang melakukan aktivitas fisik contohnya game
elektronik, computer, internet. Sehingga orang yang memiliki aktifitas fisik yang sedikit

beresiko memiliki berat badan yang lebih besar [ CITATION Ram18 \l 1033 ].

Sintesis Penelitian

Gagal ginjal kronik adalah suatu gangguan fungsi atau abnormalitas yang terjadi

pada ginjal dimana kerusakan terjadi secara meningkat terus menurus dan menyebabkan

glomerulus filtrate rate (GFR) kurang dari 60 mililiter/menit dan berlangsung selama 3

bulan atau lebih. Penyakit gagal ginjal kronik itu terjadi pada stage ke 5 atau bisa

dibilang stage terakhir dalam penyakit gagal ginjal, dimana pada stage terakhir ini

glomerulus filtrate bekerja kurang dari 15 ml/menit.

Hemodialisa adalah terapi untuk menggantikan cara kerja ginjal yang ada di

dalam tubuh yaitu untuk mengeluarkan limbah, racun, serta tumpukan cairan yang

berlebihan dan tidak diperlukan lagi oleh tubuh di saring melalui darah lewat dialiser

atau ginjal buatan. Walaupun hemodialisa ini membantu, tapi ada beberapa hal yang

tidak bisa dilakukan jika pasien mengalami tanda-tanda seperti: 1) hipertensi, 2)

hipotensi, 3) perdarahan dan 4) gula darah yang tidak bisa terkontol. Jika pasien yang

mengalami tanda-tanda tersebut, sebaiknya untuk tidak melakukan prosedur hemodialisa

untuk mencegah hal-hal buruk yang tidak diinginkan.

Indeks massa tubuh (IMT) adalah jumlah perhitungan dimana akan

membandingkan berat badan dengan tinggi badan untuk mengetahui hasil massa tubuh

apakah kurus, normal, gemuk, atau obesitas.

Pasien yang menglami gagal ginjal kronik suda tidak bertujuan untuk

memperpanjang kehidupan pasien tersebut.


Kerangka Konseptual

Menurut Hidayat (2009) kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah penelitian

yang dilaksanakan dan memberi landasan yang kuat terhadap topik yang telah dipilih

sesuai dengan identifikasi dari masalahnya.

Berdasarkan teori-teori yang suda diuraikan, penelitian ini menggunakan variabel

dependen dan independen. Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi ialah

lama menjalani hemodialisa. Variabel dependen yaitu yang dipengaruhi, dalam

penelitian ini ialah indeks massa tubuh.

Lama Menjalani
Indeks Massa Tubuh
Hemodialisa

Gambar 1 Kerangka Konseptual

Pertanyaan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sementara dari suatu penelitian yang

kebenaranya dibuktikan melalui penelitian yang akan diteliti.

Hipotesis dalam penelitian ini ialah:

Ha1: Ada hubungan yang signifikan antara lama menjalani hemodialisa dengan indeks

massa tubuh pada pasien gagal ginjal kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou

Malalayang Manado.

Ho1: Tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menjalani hemodialisa dengan

indeks massa tubuh pada pasien gagal ginjal kronik di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou

Malalayang Manado.
BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai desain penelitian, analisis data, populasi dan

sample, instrument penelitian, proses pengumpulan data, lokasi dan waktu, dan

pertimbangan etika yang digunakan dalam penelitian ini.

Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan salah satu rencana prosedur yang menuntun dalam

melakukan suatu penelitian guna menjawab pertanyaan secara valid dan benar (Faris,

2018). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi.

Rancangan penelitian deskriptif korelasi adalah mengkaji hubungan antara dua variabel.

Penelitian ini memakai pendekatan cross-sectional yaitu penelitian yang menekankan

waktu pengukuran/observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali dan

dilakukan dalam waktu yang sama [ CITATION Set13 \l 1033 ].

Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan pertama dan kedua yaitu, sejauh manakah kama

menjalani hemodialisa pasien gagal ginjal kronik di RS Advent Manado dan sejuh

manakah indeks massa tubuh pada pasien gagal ginjal kronik di RS Advent Manado,

maka digunakan rumus rata-rata (mean).

Rumus mean

Xi
X́ = ∑n

Gambar3.1 Rumus Mean


Keterangan gambar :

X : jumlah data

n : jumlah responden

X́ : rata-rata

Untuk menjawab pernyataan masalah ketiga yaitu apakah ada hubungan antara

lama menjalani hemodialisa dengan indeks massa tubuh maka peneliti akan

menggunakan rumus statistic Pearson Correlation apabilah distribusi data normal.

n Σxy−(Σx)( Σy)
r= 2 2
√ {nΣ x 2−( Σx ) }{nΣ y 2−( Σy ) }

Keterangan:

n = Banyaknya pasangan data x dan y

Σx = Total jumlah dari variabel x

Σy = Total jumlah dari variabel y

Σx² = Kuadrat dari total jumlah dari variabel x

Σy² = Kuadrat dari total jumlah dari variabel y

Σxy = Hasil perkalian dari hasil jumlah variabel x dan variabel y


Apabilah nilai koefisien korelasi mendekati +1 berarti pasangan data variabel X

dan Y memiliki korelasi linear positif yang kuat/erat. Apabilah nilai koefisien mendekati

-1 maka hal ini menunjukkan pasangan data variabel X dan Y memiliki korelasi linear

negatif yang kuat/erat. Apabilah nilai koefisen korelasi mendekati 0 berarti pasangan

data variabel X dan variabel Y memiliki korelasi yang sangat lemah atau

berkemungkinan tidak berkorelasi.

Jika distribusi yang didapatkan adalah tidak normal, maka peneliti akan

menggunakan rumus Spearmen Correlation.

Hidayat (2017), memberikan klasifikasi kriteria untuk interpretasi mengenai

derajat atau kekuatan hubungan antara dua variabel yang diberikan yaitu:

1. 0 : Tidak ada korelasi

2. 0 – 0,5 : Korelasi Lemah

3. 0,5 – 0,8 : Korelasi sedang

4. 0,8 – 1 : Korelasi kuat atau erat

5. 1 : Korelasi sempurna

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian wilaya generalisasi yang terdiri dari subjek/objek yang

mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipahami juga dipelajari dan setelah itu menarik kesimpulan. Populasi bukan hanya

orang, tetapi juga objek dan benda-benda alam yang lain [ CITATION Set13 \l 1033 ].

Menurut data yang diperoleh peneliti dari data medical record hemodialisa Rumah Sakit

Advent Manado total pasien sekitar 70 pasien yang menjalani hemodialisa kurang dari 2

kali seminggu.
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi, kesimpulan tentang

keseluruhan populasi dapat diperoleh dengan menggunakan sebuah teknik untuk

menentukan sampel yang akan menjadi subjek di dalam penelitian (Hidayat, 2017)

Cara pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

Consecutive Sampling. Menurut Hidayat (2009) consecutive sampling yaitu mengambil

sampel penelitian yang memenuhi kriteria dari penelitian sampai kurun waktu tertentu

sehingga jumlah sample bisa terpenuhi.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang dipakai untuk mengumpulkan data.

Instrument yang digunakan adalah alat tulis, timbangan, meteran, dan lembar observasi

yang di buat oleh peneliti untuk mencatat berat badan dan tinggi badan para responden.

Lembar obeservasi terdiri dari nama responden, berat badan sebelum pertamakali

menjalani hemodialisa, tinggi badan, berat badan basah, berat badan kering dan indeks

massa tubuh.

Lokasi dan waktu Penelitian

Lokasi yang akan menjadi tempat penelitian penelitinan adalah Rumah Sakit

Advent Manado, dan penelitian akan dilakukan pada bulan januari-februari 2020.

Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dikmulai dengan:

1. Peneliti membuat surat permohonan izin penelitian dari institusi fakultas

keperawatan Universitas Klabat

2. Memperoleh surat izin penelitian dari fakultas keperawatan Universitas Klabat

yang ditujukan untuk Kepala Rumah Sakit Advent Manado.


3. Mengajukan surat permohonan di RSA Manado dan setelah diterima, peneliti

mencari responden dalam penunjang proses pengumpulan data sehingga laporan

atau hasil penelitian yang dilakukan dapat diterimah sepenuhnya.

4. Memperkenalkan diri dan menjelaskan kepada responden maksud dan tujuan dan

penelitian.

5. Menjelaskan cara pengambilan data, lalu melakukan proses pengumpulan data

kepada partisipasi yang telah setuju menjadi responden dalam penelitian.

6. Mengakhiri pengumpulan data dengan mengucapkan terimahkasih kepada

partisipan yang telah bersedia menjadi subjek dalam pengumpulan data.

Pertimbangan Etika dalam Penelitian

Dalam melakukan sebuah plenelitian, peneliti harus mempertimbangkan etika

yang ada, untuk menghormati peraturan yang ditetapkan, privasi dan hak objek

penelitian tersebut. Peneliti menjelaskan terlebih dahulu prosedur yang akan dilakukan.

Setelah itu peneliti mengajukan surat persetujuan (informed concent) kepada responden

yang bersedia untuk di teliti. Surat persetujuan ini adalah sebagai bukti dalam

keikutsertaan responden dalam penelitian ini. Peneliti merahasiakan data yang diambil

dari responden serta memastikan bahwa selama pengambilan data, peneliti tidak

memberikan sesuatu yang mengandung unsur berbahaya yang dapat merugikan pasien.

Anda mungkin juga menyukai