Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tingkat kecemasan


2.1.1 Definisi kecemasan
Kecemasan adalah kondisi psikologis individu dimana rasa takut dan khawatir akan
terjadi sesuatu hal yang belum pasti dan menggambarkan efek negative serta
rangsangan fisiologis. Kecemasan pada setiap individu akan berbeda tergantung dari
pengalaman yang terjadi, Kecemasan muncul sebagai akibat dari rasa ketakutan yang
dirasakan tidak tenang dan mengancam jiwa (Muyasaroh et al. 2020).

Menurut Atkinson dalam Ardiyanto (2012) Kecemasan atau dalam Bahasa inggris
disebut anxiety berasal dari Bahasa latin yaitu angustus yang berarti kaku dan
ango,anci yang berarti mencekik atau bisa diartikan sebagai emosi yang tidak
menyenangkan seperti perasaan tidak enak, kacau dan was-was yang ditandai dengan
kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang terkadang dialami oleh individu
dengan keadaan yang berbeda-beda.

Berdasarkan American Psychological Association (APA) dalam (Muyasaroh et al.


2020), kecemasan bisa diartikan sebagaI keadaan emosi seseorang yang muncul saat
sedang stress yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran yang tidak tenang serta
respon fisik (jantung berdetak kencang, tekanan darah naik dan sebagainya). Perasaan
yang timbul pada saat tertentu tentunya akan berdampak pada tingkat stressor setiap
individu. Stressor yang tinggi menyebabkan individu merasa tidak tenang dan tidak
terlindungi.

Kecemasan merupakan perwujudan tingkah laku psikologis dan pola prilaku yang
muncul akibat rasa takut dan rasa kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar secara
subjektif dan ketegangan (Ratih, 2012). Kecemasan merupakan salah satu perasan
yang timbul akibat adanya stressor, ancaman terhadap kematian bisa menyebabkan
kecemasan disebabkan karena kondisi sakit terutama individu yang mengalami
penyakit kronis. Penderita dengan penyakit kronis akan mengalami k ecemasan yang
akan mempengaruhi kesehatannya dimana akan terjadi penurunan respon psikologis
(Suwanto et al., 2020).

Dari beberapa pengertian kecemasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa


kecemasan adalah kondisi psikologis individu dimana rasa takut dan khawatir akan
terjadi sesuatu hal belum pasti yang muncul saat sedang stress yang ditandai dengan
perasaan tegang, pikiran yang tidak tenang serta respon fisik (jantung berdetak
kencang, tekanan darah naik dan sebagainya).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan


Menurut Kaplan dan Sadack (2010) faktor yang dapat menyebabkan kecemasan
adalah
2.1.2.1 Faktor intrinsik
2.1.2.1.1 Usia
Gangguan kecemasan dapat terjadi di segala usia, lebih sering pada usia dewasa
wanita berkisar usia 21-45 tahun. Feist (2009) menyimpulkan bahwa semakn usia
bertambah maka kematangan psikologi individu semakin membaik yang artinya
semakin usia bertambah dan matang akan beradapsi dengan baik.
2.1.2.1.2 Pengalaman pasien menjalani pengobatan
Pengalaman awal pasien dalam menjalani pengobatan merupakan pengalaman yang
berharga yang terjadi pada individu di masa datang. Pengalaman ini penting dan
sangat menentukan bagi mental individu.
2.1.2.1.3 Konsep diri dan peran
Konsep diri merupakan suatu ide atau gagasan, kepercayaan dan pikiran yang
diketahui individu terhadap dirinya dan mempengaruhi individu yang dapat
berhubungan dengan orang lain.
2.1.2.2 Faktor ekstrinsik
2.1.2.2.1 Kondisi medis
Gejala kecemasan berhubungan dengan kondisi medis terkadang ditemukan kasusnya
misalnya hasil pemeriksaan pasien terdiagnosa pembedahan,dimana ini akan
mempengaruhi tingkat kecemasan. Sebaliknya pasien dengan diagnose baik akan
mengurangi tingkat kecemasan pada pasien.
2.1.2.2.2 Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan setiap orang berbeda beda, pendidikan pada umumnya berguna
dalam merubah pola pikir, pola tingkah laku serta pola dalam pengambilan
keputusan. Tingkat pendidikan yang cukup baik akan lebih mudah dalam
mengidentifikasi stresor. Di samping itu tingkat pendidikan juga mempengaruhi
kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus.
2.1.2.2.3 Akses informasi
Akses informasi merupakan pemberitahuan tentang sesuatu agar orang membentuk
pendapatnya berdasarkan sesuatu yang diketahuinya. Informasi adalah segala
penjelasan yang didapatkan pasien sebelum pelaksanaan tindakan yang terdiri dari
tujuan anestesi, proses anestesi, resiko dan komplikasi serta alternatif tindakan yang
tersedia, serta proses administrasi.
2.1.2.2.4 Proses adaptasi
Tingkat adaptasi individu dipengaruhi oleh stimulus internal dan eksternal dan
membutuhkan respon perilaku yang berkala. Perawat merupakan sumber daya yang
tersedia di lingkungan rumah sakit yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan
untuk membantu pasien mengembalikan atau mencapai keseimbangan diri dalam
menghadapi lingkungan yang baru.
2.1.2.2.5 Tingkat social ekonomi
Keadaan status social ekonomi juga berpengaruh pada psikologis individu.

2.1.3 Tingkat kecemasan


Menurut Anissa & Ifdil (2016) kecemasan dibagi menjadi empat yaitu
2.1.3.1 Kecemasan ringan
Kecemasan ringan biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan
individu merasa waspada dan meningkatnya pola pikir sehingga menumbuhkan
kreatifitas.
2.1.3.2 Kecemasan sedang
Kecemasan sedang yaitu berfokus pada hal yang penting dan mempersempit pola
pikiran individu
2.1.3.3 Kecemasan berat
Kecemasan berat yaitu mengurangi pola dalam berpikir dan cenderung berfokus pada
hal tertentu yang khusus.
2.1.3.4 Kecemasan panik
Kecemasan panik biasanya berhubungan dengan ketakutan sehingga individu
mengalami tidak mampu untuk mengendalikan sesuatu dengan arahan.

2.1.4 Gejala kecemasan


Menurut Cahyani (2020) gejala kecemasan diantaranya adalah Khawatir,tidak tenang,
ragu dan bimbang,berpikir jauh kedepan dengan perasaan khawatir,kurang percaya
diri,sering meyalahkan orang lain dan tidak pernah merasa bersalah,tidak suka
mengalah,gelisah,khawatir yang berlebihan terhadap penyakit,mudah tersingggung
dan suka memperbesar masalah kecil,ragu dalam mengambil keputusan.

2.2 Kualitas hidup


2.2.1 Definisi kualitas hidup
Menurut Moghaddam (dikutip dalam Behboodi Moghadam, Fereidooni, Saffari, &
Montazeri, 2018) Kualitas hidup atau quality of life adalah penilaian individu yang
terkait dengan kondisi kesehatan yang dialami.
World Health Organization Quality of life mengatakan kualitas hidup adalah persepsi
individu dalam konteks budaya yang mempunyai tujuan, harapan dan kualitas hidup.
Menurut Taylor dalam Vergi (2013) kualitas hidup adalah kemampuan individu
dalam mengoptimalkan fungsi fisik,sosial,psikologis atas dasar kemampuan dalam
menghadapi penyakit kronis.

2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
Menurut Rustandi et al., (2018) faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien gagal ginjal kronik adalah
2.2.2.1 Sosial demografi
2.2.2.1.1 Usia
Pasien dengan usia produktif akan lebih bisa mengambil keputusan sendiri dan lebih
berpikir yang mendorong memulihkan kondisinya sedangkan umur yang sudah
tergolong tua biasanya menyerahkan pilihan dan keputusannya dari anak atau
keluarganya.
2.2.2.1.2 Jenis kelamin
Laki-laki biasanya memiliki kualitas hidup yang buruk seiring waktu dan lamanya
hemodialisa yang akan menurunkan kualitas hidup.
2.2.2.1.3 Pendidikan
Faktor pendidikan juga salah satu yang berpengaruh dalam kualitas hidup. Pendidikan
tinggi dengan pengetahuan yang luas mempunyai kemampuan untuk mengendalikan
diri dalam menghadapi masalah, cara berpikir, berpengalaman dan kepercayaan yang
tinggi serta dapat mengelola waktu dengan efektif terhadap apa yang terjadi.
2.2.2.1.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu tindakan atau gerakan individu yang bekerja untuk perusahaan
di tempat kerja yang bertujuan untuk mendapatkan bayaran atau upah dan
kompensasi tertentu.

2.2.3 Aspek kualitas hidup


Menurut world health organization (dikutip dalam Ekasari, Riasmini, & Hartini,
2018) penilaian kualitas hidup dengan WHOQOL-BREF mencakup 4 bagian yaitu
2.2.3.1 Kesehatan fisik
Aspek kesehatan fisik mencakup kelelahan, energy, nyeri, ketidaknyamanan dalam
tidur dan istirahat, aktivitas sehari-hari dan ketergantungan obat dan bantuan medis
serta kapasitas kerja.
2.2.3.2 Kesehatan psikologis
Aspek psikologis meliputi citra dan penampilan, perasaan negative, harga diri,
berfikir, memori dan konsentrasi, agama dan spiritualitas dan keyakinan pribadi.
2.2.3.3 Hubungan sosial
Aspek hubungan social mencakup hubungan pribadi, dukungan sosial dan aktivitas
seksual
2.2.3.4 Hubungan dengan lingkungan
Aspek hubungan dengan lingkungan meliputi sumber daya keuangan , kebebasan,
keselamatan dan keamanan fisik, kualitas lingkungan rumah, memperoleh informasi
baru dan ketrampilan, peluang untuk rekreasi dan waktu luang.

2.3 Gagal ginjal kronik


2.3.1 Pengertian gagal ginjal kronik
Gagal ginjal kronik atau biasa disebut dengan Chronic kidney Disease (CKD)
didefinisikan sebagai kerusakan ginjal atau penurunan fungsi ginjal yang terjadi >3
bulan. Gagal ginjal kronik merupakan perubahan kondisi tubuh dan fungsi ginjal
secara progresif yang disebebkan oleh banyak faktor (Kalantar-Zadeh et al., 2021).
Gagal ginjal Kronik (GGK) juga merupakan gangguan fungsi ginjal yang tidak dapat
pulih kembali,dimana tubuh tidak mampu memelihara metabolisme dan tidak bisa
memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit yang mengakibatkan peningkatan
ureum (Putri et al., 2020).

2.3.2 Etiologi
Menurut Kowalak (2011) penyebab gagal ginjal kronik adalah
2.3.2.1 Penyakit glomerulus yang kronis
2.3.2.2 Infeksi kronis
2.3.2.3 Anomali konginetal (penyakit polikistik ginjal)
2.3.2.4 Obstruksi renal (batu ginjal)
2.3.2.5 Penyakit kolagen (lupus eritematosus)
2.3.2.6 Preparat nefrotoksik
2.3.2.7 Penyakit endokrin (nefropati diabetik)

2.3.3 Manifestasi klinik


Menurut Robinson (2014) tanda dan gejala gagal ginjal kronik adalah
2.3.3.1 Kardiovaskuler
Pada kardiovaskuler meliputi hipertensi, aritmia, uremic pericarditis, efusi
perikardinal, gagal jantung, edema perifer, edema periorbital,
2.3.3.2 Pulmoner
Edema pulmonal, nyeri pleura, crackles, sputum yang kental, uremic pleuritic, uremic
plung, sesak nafas
2.3.3.3 Gastrointestinal
Pada gastrointestinal yang biasa muncul nausea, vomitus, anoreksia, peradangan dan
ulserasi pada mukosa gastrointestinal karena stomatitis dan perdarahan gusi
2.3.3.4 Muskuloskeletal
Musculoskeletal meliputi nyeri pada sendi dan tulang, mineral tulang, deskripsi otak
(otak, mata, sendi, gusi, miokard)
2.3.3.5 Integumen
Sianosis, kekuningan, sklera ikterik, selain itu bisa menunjukkan purpura, ekimosis,
tumpukan urea dalam tubuh.
2.3.3.6 Neurologis
Neurologis mencakup adanya nerupathy perifer, nyeri, gatal-gatal, kram otot dan
reflex kedutan, daya memori turun, rasa kabtuk berat,pusing, koma, kejang
2.3.3.7 Endokrin
Dapat terjadi infertilitas dan penurunan libido, amennorhea, gangguan siklus
menstruasi pada wanita, penurunan sekresi sperma.
2.3.3.8 Hematopoitiec
Pada hematopoitiec menunjukkan gejala anemia, trombositopenia, kerusakan platelet.

2.3.4 Klasifikasi gagal ginjal


Menurut Husna (2011) klasifikasi gagal ginjal kronik meliputi
2.3.4.1 Stadium 1 (Glomerulo filtrasirate/GFR normal (>90 ml/menit))
Kondisi ginjal pada stadium 1 harus waspada jika kadar ureum creatinine melebihi
normal yang mana terdapat darah dan urin di dalam urin. Cek ureum creatinine secara
berkala agar dapat menunjukkan seberapa jauh kerusakan ginjalnya.
2.3.4.2 Stadium 2 (penurunan laju filtrasi glomerulus/LFG ringan (60-89 ml/menit))
Pada stadium 2 daya konsentrasi ginjal menurun dan lebih dari 50% jaringan telah
rusak. Kadar kreatinin mulai terjadi peningkatan pada tahap ini namu setiap individu
kadar peningkatannya berbeda beda tergantung pada protein dietnya.
2.3.4.3 Stadium 3 (penurunan laju filtrasi glomerulus/LFG Sedang (30-59ml/menit))
Pada tahap ini tanda dan gejala sudah jelas mengarah ke gagal ginjal kronis dimana
individu sangat terbatas dalam melakukan aktivitas dan pada tahap ini 90% dari masa
nefron telah hancur
2.3.4.4 Stadium 4 (penurunan laju filtrasi glomerulus/LFG berat (15-29 ml/menit))
Pada tahap ini akan dipersiapkan dalam melakukan terapi pengganti ginjal dan
kemungkinan mengalami komplikasi ada biasanya terjadi peningkatan tekanan darah
dan anemia, penyakit jantung, penyakit persendian dan sebagainya.
2.3.4.5 Stadium 5 (penurunan laju filtrasi glomerulus/LFG berat (<15 ml/menit))
Pada tahap 5 ini hamper seluruh ginjal kehilangan fungsinya secara efektif sehingga
harus dilakukan dialysis sebagai terapi pengganti ginjal atau bisa dengan transplantasi
ginjal.
2.3.5 Penatalaksanaan
Kerusakan yang terjadi pada ginjal tidak bisa disembuhkan dengan menggunakan
obat atau terapi konservatif tetapi jika sudah mengalami penurunan fungsi ginjalnya
akan menjalani terapi dimana terapi ini akan membatu fungsi ginjal yang sudah rusak
dan terapi ini dilakukan seumur hidupnya. Salah satu terapi pengganti ginjal adalah
dialysis, continuous ambulatory peritoneal dialyisis (CAPD) dan transplantasi ginjal.
Terapi dengan dialysis dilakukan secara terus menerus sepanjang hidupnya tetapi
terkecuali jika sudah dilakukan transplantasi ginjal (Bhuwania et al.,2022;Juwita &
Kartika, 2019;LeMone et al., 2016).
2.3.5.1 Hemodialisa
Hemodialisa atau biasa dikenal dengan nama cuci darah yaitu suatu terapi tindakan
yang digunakan untuk menggantikan fungsi atau kerja ginjal di dalam tubuh yang
rusak dimana darah kotor yang ada di dalam tubuh akan dibersihkan oleh tabung
dialyzer dan setelah darah bersih akan dikembalikan ke tubuh. Tujuan dari tindakan
ini adalah untuk membuang toksik atau racun di dalam darah dan membuang air yang
berlebihan (Suharyanto, 2009). Tindakan hemodialisa dilakukan tergantung dari
fungsi ginjal masing-masing pasien, dimana seminggu bisa sekitar 2-3 kali dalam
seminggu dengan durasi tindakan 4-5 jam dalam sekali terapi (Yulianto et al., 2020).
2.3.5.2 Indikasi
Menurut konsensus perhimpunan nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003) indikasi
dilakukan hemodialisa adalah jika LFG kurang dari 15 mL/menit, LFG kurang dari
10 mL/menit dengan tanda adanya uremia atau malnutrisi dan LFG kurang dari 5
mL/menit dengan atau tanpa gejala yang bisa dilakukan dialysis. Indikasi dilakukan
hemoddialisa juga biasanya memunculkan tanda dan gejala seperti sesak nafas, kaki
dan tangan bengkak atau di seluruh tubuh menjadi bengkak, hyperkalemia, asidosis
metabolic berulang, nefropatik diabetik.
2.3.5.3 Prinsip kerja hemodialisa
Menurut Corwin (2000) secara umum proses kerja hemodialisa dimulai dengan darah
yang kotor dikeluarkan dari dalam tubuh melalu selang berwarna merah dan dialirkan
masuk ke sebuah mesin yang dihubungkan dengan membrane semipermeable
(dialyzer) yang terdiri atas 2 bagian yaitu bagian kompartemen darah dan
kompartemen dialisat. Setelah darah dibersihkan di dalam tabung dialyzer maka
darah akan dikembalikan ke tubuh pasien melalui selang berwarna biru atau
pembuluh darah vena.
2.3.5.4 Komplikasi
Menurut konsensus perhimpunan nefrologi Indonesia (2013) adalah
2.3.5.4.1 Hipotensi
2.3.5.4.2 Sindrom disekuilibrium
2.3.5.4.3 Perdarahan
2.3.5.4.4 Emboli udara
2.3.5.4.5 Hemolisis
2.3.5.4.6 Reaksi terhadap dialiser
2.3.5.4.7 Kram otot
2.3.5.4.8 Komplikasi akibat kesalahan teknik
2.3.5.4.9 Kontaminasi mikroba/endotoksin

2.4 Kerangka teori

Penurunan Gagal ginjal


fungsi kronik
ginjal
LFG <15mL/menit
dengan tanpa atau
gejala seperti
anemia,malnutrisi,ed
ema pulmo,asidosis
metabolic,nefropati
Hemodialisa

Kecemasan Kualitas hidup

Faktor yang mempengaruhi kecemasan : Faktor yang mempengaruhi


kualitas hidup:
1. Faktor intrinsik
- Usia 1. Kesehatan fisik
2. Kesehatan psikologi
- Pengalaman menjalani
3. Hubungan sosial
pengobatan
4. Hubungan lingkungan
- Konsep diri dan peran
2. Faktor ektrinsik (Rustandi et al., 2018)
- Kondisi medis
- Tingkat pendidikan
- Akses informasi
- Proses adaptasi
- Tingkat sosial ekonomi

(Kaplan dan Sadack, 2010)

Gambar 2. 1 kerangka teori

Sumber: (PERNEFRI, 2003), (Kaplan dan Sadack, 2010), (Rustandi et al., 2018)

2.5 Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan yang akan menghubungkan secara teori
antara variabel independen dengan variabel dependen yang akan diamati dan diukur
melalui penelitian yang akan dilaksanakan (Sugiyono, 2013).
Variabel Independen Variabel Dependen

Tingkat Kecemasan Kualitas hidup

Gambar 2.2 kerangka konsep

2.6 Hipotesis penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara jawaban sementara dari penelitian, biasanya


dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat (Notoadmojo, 2018).

Ho : Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di rs mitra siaga tegal

Anda mungkin juga menyukai