Anda di halaman 1dari 33

Asuhan Keperawatan

pada Pasien dengan


CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD)
ARIF RAKHMAN
Prevalensi
The Global Burden of Disease memperkerakan setiap tahun 5-10
juta orang meninggal karena penyakit Chronic Kidney Disease.
Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik berdasarkan umur yaitu umur
65-74 tahun mencapai 8,23%, sementara umur 15-24 tahun
mencapai 1,33%. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki dengan
persentasi 4,17% dan perempuan sebanyak 3,52% (Riskesdas,
2018)
DEFINISI
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit penurunan
fungsi ginjal yang progresif dan tidak dapat lagi pulih atau
kembali sembuh secara total seperti sediakala (irreversible)
dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 mL/menit dalam
waktu 3 bulan atau lebih, sehingga tubuh gagal
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
elektrolit.
KLASIFIKASI
GFR (Rumus kockrof – gault )
ETIOLOGI
1. Penyakit glomerular kronis (glomerulonephritis)
2. Infeksi kronis (pyelonephritis kronis, tuberculosis)
3. Kelainan vaskuler (renal nephrosclerosis)
4. Obstruksi saluran kemih (nephrolithiasis)
5. Penyakit kolagen (Systemic Lupus Erythematosus)
6. Obat-obatan nefrotoksik (aminoglikosida)
PATOFISIOLOGI
Penyakit hipertensi adalah penyakit pembuluh darah. Hipertensi menyebabkan
rangsangan barotrauma pada kapiler glomerulus dan meningkatkan tekanan kapiler
glomerolus tersebut, yang lama kelamaan akan menyebabkan glomerolusclerosis.
Glomerulusclerosis dapat merangsang terjadinya hipoksia kronis yang menyebabkan
kerusakan ginjal.
Hipoksia yang terjadi menyebabkan meningkatnya kebutuhan metabolisme oksigen pada
tempat tersebut, yang menyebakan keluarnya substansi vasoaktif (endotelin,
angiotensin dan norephineprine) pada sel endothelialpembuluh darah lokal tersebut
yang menyebabkan meningkatnya vasokonstriksi.
Patofisiologi…
Aktivasi RAS (Renin Angiotensin Sistem) disamping menyebabkan vasokontriksi, juga
menyebakan terjadinya stres oksidatif yang meningkatkan kebutuhan oksigen dan
memperberat terjadinya hipoksia. Stres oksidatif juga menyebabkan penurunan efesiensi
transport natrium dan kerusakan pada DNA, lipid & protein, sehingga pada akhirnya
akan menyebakan terjadinya tubulointertitial fibrosis yang memperparah terjadinya
kerusakan ginjal
MANIFESTASI KLINIS
1. Manifestasi kardiovaskuler : Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium
dari aktivasi system renin-angiotensin-aldosteron), pitting edema (kaki, tangan,
sacrum), pembesaran vena leher.
2. Manifestasi dermatologi: Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik,
pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
3. Manifestasi Pulmoner : Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan
Kussmaul.
Manifestasi…
4. Manifestasi Gastrointestinal: Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada
mulut, anoreksia, mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
5. Manifestasi Neurologi: Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang,
kelemahan tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku.
6. Manifestasi Muskuloskeletal: Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot
drop.
7. Manifestasi Reproduktif: Amenore dan atrofi testikuler
Tanda dan Gejala
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. TES KLIREN KREATININ : GFR pada umumnya menurun
2. KIMIA DARAH : urea/BUN meningkat, serum kreatinin juga meningkat, dapat terjadi
hipoalbunemia, dislipidemia, hiperfosfatase.
3. DARAH LENGKAP : Hb, trombosit, hematokrit, Fe serum dan feritin menurun sedang
lekosit meningkat.
4. ANALISA GAS DARAH : penurunan pH, pCO2, HCO3, dan kadang-kadang terjadi
penurunan pO2.
5. HAPUSAN DARAH : leukosit meningkat, trombosit menurun dan eritrosit normokrom
normositer.
6. PEMERIKSAAN URINE : dapat terjadi hematuri, proteinuri, albuminuri, bakteriuri.
Pemeriksaan Radiologi
1. Intravenous Infusion Pyelographi (IVP) : menilai sistem pelviokalises dan ureter.
2. USG : menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi ureter proksimal,
kandung kemih dan prostat.
3. ROTGENT ABDOMEN : untuk menilai bentuk dan besar ginjal, apakah ada batu atau
obstruksi lain.
4. EKG : untuk mengetahui kemungkinan hipertropi ventrikel kiri dan kanan, tanda-tanda
perikarditis, disritmia, gangguan elektrolit.
5. Renogram : menilai fungsi ginjal kiri dan kanan, lokasi gangguan serta sisa fungsi ginjal
normal.
6. Renal anterogram : mengkaji terhadap sirkulasi ginjal dan ekstravaskularisasi serta
adanya masa.
7. Rotgen thorak : mengetahui tanda-tanda kardiomegali dan odema paru.
CT-Scan
PENATALAKSANAAN
1. Intervensi Diit: rendah protein (0,4-0,8 gr/kgBB), Vitamin B dan C, diit tinggi
lemak dan karbohidrat
2. Asidosis metabolic diatasi dengan suplemen natrium karbonat.
3. Abnormalitas neurologi diatasi dengan Diazepam IV (valium), Fenitoin (dilatin).
4. Anemia diatasi dengan rekombion eritropoitein manusia (epogen IV atau SC 3x
seminggu), kompleks besi (imferon), androgen (nandrolan dekarnoat/deca
durobilin) untuk perempuan, androgen (depo-testoteron) untuk pria, transfuse
Packed Red Cell (PRC).
5. Cuci Darah (Dialisis) dengan hemodialisa atau peritoneal dialisa.
Transplantasi ginjal.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipervolemia (Peningkatan volume cairan intravascular, intertisial dan atau
intraselule)
2. Gangguan pertukaran gas(Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan/atau
eliminasi karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler)
3. Intoleransi Aktifitas (Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas
sehari-hari)
4. Penurunan Curah Jantung (Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolism tubuh)
5. Gangguan eliminasi urin (Disfungsi Eliminasi urin)
INTERVENSI Hipervolemia
1. Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. Ortopnea, dispnea, edema, JVP/CVP meningkat,
reflex hepatojugular positif, suara napas tambahan.
2. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah dan karakteristik)
3. Monitor status hemodinamik (mis. frekuensi jantung, tekanan darah, MAP, CVP, PAP, PCWP,
CO,CI), jika tersedia
4. Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium, BUN, hematokrit, berat jenis unri)
5. Monitor tanda peningkatan onkotik plasma (mis. kadar protein dan albumin meningkat
6. Monitor kecepatan infus secara ketat
7. Monitor efek samping diuretic
8. Timbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama
9. Batasi asupan cairan dan garam
10. Tinggikan kepala tempat tidur 30-40
11. Anjurkan melapor jika haluran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam
12. Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalam sehari
13. Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan dan haluaran cairan
14. Ajarkan cara membatasi cairan
15. Kolaborasi pemberian diuretic
16. Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretic
INTERVENSI Gangguan Pertukaran Gas
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas

2. Monitor pola napas (seperti bradipneu, takipneu, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)

3. Monitor kemampuan batuk efektif

4. Monitor adanya produksi sputum

5. Monitor adanya sumbatan jalan napas

6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru

7. Auskultasi bunyi napas

8. Monitor saturasi oksigen

9. Monitor nilai AGD

10. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu


INTERVENSI Intoleransi Aktifitas
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan

2. Monitor kelelahan fisik dan emosional

3. Monitor pola dan jam tidur

4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas

5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.Cahaya,suara,kunjungan).

6. Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif (ROM)

7. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan

8. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan.
9. Anjurkan tirah baring
10. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
11. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
12. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
13. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
INTERVENSI Penurunan Curah Jantung
1. Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi dispnea, kelelahan, edema, ortopnea,
paroxysmal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)

2. Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung (meliputi peningkatan berat badan, hepatomegaly,
distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, ulit pucat)

3. Monitor tekanan darah (termasuk tekanan darah ortostatik, jika perlu)

4. Monitor intake dan output cairan

5. Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama

6. Monitor saturasi oksigen

7. Monitor keluhan nyeri dada (mis,. intensitas, lokasi, radiasi, durasi, presivitasi yang mengurangi nyeri)

8. Monitor EKG 12 sadapan


1. Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
2. Monitor nilai laboratorium jantung (mis. elektrolit, enzim jantung, BNP, NTpro-BNP
3. Monitor fungsi alat pacu jantung
4. Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah aktivitas
5. Frekuensi tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat (mis. beta blocker, ACE inhibitor,
calcium channel blocker, digoksin)
6. Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
7. Berikan diet jantung yang sesuai (mis. batasi asupan kafein, natrium, kolesterol, dan makanan tinggi
lemak)
8. Berikan stocking elastis atau pneumatic intermitten, sesuai indikasi
1. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gaya hidup sehat
2. Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jika perlu
3. Berikan dukungan emosional dan spiritual
4. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen >94%
5. Anjurkan beraktivitas fisik secara bertahap
6. Anjurkan berhenti merokok
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengkur berat badan harian
8. Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake dan output cairan harian
9. Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
10. Rujuk ke program rehabilitasi jantung
INTERVENSI Gangguan Eliminasi Urin
1. Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urin
2. Monitor eliminasi urin (mis. Frekuensi, konsistensi, aroma, volume, dan
warna)
3. Catat waktu-waktu dan haluaran berkemih
4. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
5. Ajarkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi

Anda mungkin juga menyukai