Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS

OD KERATITIS
OD PTERYGIUM GRADE II

INGGRI OCVIANTININGSIH

PEMBIMBING
DR. DJOKO S. TARDAN, SP. M
DR. MARSITA LITA
LATAR BELAKANG
lapisan bening yang tembus cahaya dan
Korenea merupakan salah satu media refraksi yang
menunjang fungsi penglihatan seseorang

Indonesia urutan kedua


Keratitis
poenyebab kebutaan

rasa sakit pada mata, penglihatan kabur,


Manajemen yang
rasa silau, mata merah, merasa kelilipan
tepat
dan mata berair
IDENTITAS PASIEN
No RM : 903720

Nama : Ny. R

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 42 Tahun

Suku : Melayu

Alamat : Dusun Rukun RT 06/09 Kecamatan Selakau Timur

Pekerjaan : Petani

Agama : Islam

Anamnesa Dan Pemeriksaan Fisik Dilaksanakan Tanggal : 5 Oktober 2017


KELUHAN UTAMA
PASIEN MENGELUHKAN MATA KANAN MERAH DAN
PANDANGAN KABUR
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang diantar oleh suaminya dengan keluhan mata kanan
merah, perih dan kabur. Keluhan mata merah sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan disertai rasa perih dan silau pada mata. Pandangannya terasa
menjadi lebih kabur sejak mata merah. Awalnya sekitar 2 bulan yang
lalu mata kanan pasien tertusuk rumput padi pada saat di sawah.
Setelah tertusuk rumput mata kanan di gosok-gosok pasien. Sejak saat
itu mata pasien menjadi merah, kabur, perih, mata sering mengeluarkan
kotoran dan silau jika melihat cahaya. Pasien juga mengeluhkan
adanya selaput yang tumbuh pada mata kanan. Menurut pengakuan
pasien selaput itu sudah ada sejak kurang lebih 10 tahun yang lalu.
Pasien sudah melakukan pengobatan di poli mata sejak 1 bulan yang
lalu.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat Trauma Mekanik Terkena Kumput Pada Mata Kanan


Riwayat Traauma Kimia/Radiasi/Termal Disangkal
Riwayat Operasi Mata Sebelumnya Disangkal
Riwayat Pemakaian Kacamata Disangkal
Riwayat Penggunaan Kontak Lens Disangkal
Riwayat Hipertensi Disangkal
Riwayat Obat-obatan Jangka Lama Disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Baik Kepala : Normosefal, Jejas (-)
GCS :E4m5v6 THT : Batas Normal

Kesadaran : CM Leher : Batas Normal

Tanda Vital : Jantung/Paru : Batas Normal


Tekanan Darah : 120/80 Mmhg Abdomen : Batas Normal


Nadi
Frek. Napas
: 80 Kali/Menit
: 24 Kali/Menit
Ekstremitas : Batas Normal
Suhu : 36,7 0c
STATUS OFTALMOLOGIS
Edema (-), Sikatrik (+), Edema (-), Infiltrat (-),
Oculus Dextra Oculus Sinistra
Keratomalasia (-), Ulkus (-), Xerosis Kornea Keratomalasia (-), Ulkus (-), Xerosis
6/45 Visus 6/6
kornea (-) kornea (-)
Tidak Dilakukan Koreksi Tidak dilakukan
Kedalaman normal, Jernih, Hifema Kedalaman normal, Jernih, Hifema (-),
Gerak bola mata baik ke segala arah, COA Gerak bola mata baik ke segala arah,
(-), Hipopion (-) Hipopion (-)
Enoftalmus (-), Eksoftalmus (-), Bulbus Okuli Enoftalmus (-), Eksoftalmus (-),
KriptaStrabismus
(+), Sinekia(-)(-) Iris Strabismus
Kripta (-)
(+), Sinekia (-)
Tidak ada kelainan Suprasilia Tidak ada kelainan
Bulat, sentral, regular, Bulat, sentral, regular,
Lagoftalmos (-), Edema (-), Hematom Pupil Lagoftalmos (-), Edema (-), Hematom (-
3mm, refleks pupil (+) N Palpebra 3mm, refleks pupil (+) N
(-), Ekimosis (-), Trikiasis (-), Ptosis (-) ), Ekimosis (-), Trikiasis (-), Ptosis (-)
Jernih Lensa Jernih
Injeksi konjungtiva (-), Injeksi siliar
Injeksi konjungtiva (-), Injeksi siliar (-),
(+)
(+),Tidak
Sekret cemerlang
(-), Perdarahan Refleks Fundus (+) Cemerlang
Konjungtiva Sekret (-), Perdarahan subkonjungtiva (-
subkonjungtiva
Palpasi (-),normal
dalam batas Jaringan TIO Palpasi dalam batas normal
), Jaringan fibrovaskular (-)
fibrovaskular (-)
(-) Uji Flouresein (-)
DIAGNOSIS
Keratitis bacterial ocular dextra dan
Pterygium derajat 2 ocular dextra.
TATALAKSANA
Terapi farmakologis
Ciprofloxacin 2 x 500 mg
Natrium diclofenac 2 x 50 MG
Ranitidin 2 x 150 mg
Cendo xytrol 4 x 2 tetes OD
Edukasi komprehensif
KORNEA

Selaput bening di bagian anterior mata, tembus cahaya dan menutup


bola mata bagian depan.
Kornea adalah struktur kompleks yang memiliki peran protektif dan
memiliki fungsi sekitar tiga perempat kekuatan optik mata.
Kornea normal tidak memiliki pembuluh darah, nutrisi diberikan dan
produk metabolik dihilangkan terutama melalui humor akuosus di
posterior dan air mata di anterior.
KORNEA
KORNEA
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya mikroorganisme ke.
Dalam kornea.
Sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan lapisan bowman mudah
terinfeksi berbagai macam organisme.
Kornea memiliki banyak serat nyeri, kebanyakan lesi kornea, baik
superfisial maupun dalam (benda asing kornea, abrasi kornea, fliktenula,
keratitis interstisial), menimbulkan rasa nyeri dan fotofobia.
Karenakornea berfungsi sebagai media refraksi mata lesi pada kornea
umumnya akan mengaburkan penglihatan.
KERATITIS

Keratitismerupakan peradangan kornea yang akan mengakibatkan


kornea menjadi keruh.
Mata merah pada keratitis terjadi akibat injeksi pembuluh darah
perikorneal yang dalam atau injeksi siliar.
Keratitis biasanya diklasifikasikan dalam lapis yang terkena seperti
keratitis superfisial dan profunda atau interstisial.
ETIOLOGI KERATITIS
Agen infeksi (virus, bakteri, protozoa atau jamur)
Paparan sinar ultraviolet seperti sinar matahari.
Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau tidak cukupnya
pembentukan air mata.
Benda asing (corpus alienum) di mata.
Reaksi terhadap obat seperti neomisin, tobramisin, polusi, atau partikel
udara seperti debu dan serbuk sari.
MANIFESTASI KLINIS KERATITIS
Gejala keratitis :
Mata terasa sakit
Gangguan fungsi penglihatan
Trias keratitis (lakrimasi, fotopobia dan bleparospasme)
Tanda keratitis :
Infiltrat
Neovaskularisasi
Injeksi perikornea
Kongesti jaringan
STADIUM KERATITIS

Stadium infiltrasi : infiltrasi epitel stroma, defek sel epitel, edema dan
nekrosis lokal
Stadium regresi : ulkus yang disertai infiltrasi di sekitarnya, tampak
vaskularisasi meningkat dengan hasil tes positif pada uji fluoresin
Stadium sikatrik : terjadi epitelisasi, ulkus menutup, terdapat jaringan
sikatrik dengan warna kornea kabur.
PATOFISIOLOGI KERATITIS

Karena kornea avaskular, maka mekanisme pertahanan tubuh sewaktu


peradangan tidak dapat segera terjadi > sel-sel yang terdapat di dalam
stroma segera bekerja sebagai makrofag > pembuluh darah lokal > baru
terbentuk infiltrat, yang tampak sebagai bercak bewarna keabuan, keruh,
dan permukaan yang licin > dapat terjadi kerusakan epitel kornea dan
timbul ulkus yang dapat menyebar ke permukaan dalam stroma >
peradangan hebat (bisa menyebabkan uveitis dan hipopion).
PATOFISIOLOGI KERATITIS

Bila peradangan terus mendalam, tetapi tidak mengenai membran


descement dapat timbul tonjolan membran descement yang disebut mata
lalat atau descemetocoele.
Peradangan dipermukaan kornea, penyembuhan dapat berlangsung
tanpa pembentukan jaringan parut.Sebaliknya pada peradangan yang
lebih dalam, penyembuhan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut
yang dapat berupa nebula, makula ataupun leukoma.
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL
Merupakan suatu peradangan akut, yang mengenai satu, kadang-kadang
dua mata, mulai dengan konjungitivitis kataral, disertai dengan infeksi
dari traktus respiratorius bagian atas.
Disusul dengan pembentukan infiltrat yang berupa titik-titik pada kedua
permukaan membran bowman
Infiltrat tersebut dapat besar atau kecil dan di dapatkan di bagian
superfisial dari stroma, sedang epitel di atasnya tetap licin sehingga hasil
uji fluoresin negatif.
KERATITIS NUMULARIS/DIMMER

Disebut juga keratitis sawahica atau keratitis pungtata tropica.


Keratitis numularis diduga diakibatkan oleh virus yang diduga masuk ke
dalam epitel kornea melalui luka setelah trauma.
Replikasi virus pada sel epitel diikuti penyebaran toksin pada stroma
kornea sehingga menimbulkan kekeruhan atau infiltrat berbentuk bulat
seperti mata uang.
KERATITIS DISIFORMIS

Penyebabnya adalah virus yang berasal dari sayuran dan binatang. Pada
anamnesa umumnya ada riwayat trauma dari lumpur sawah.
Pada kornea tampak infiltrat yang bulat, di tengahnya lebih padat dari
pada di tepi dan terletak subepitelial, terletak terutama dibagian tengah
kornea.
Hasil uji fluoresin akan didapatkan hasil negatif.
KERATITIS LAGOFTALMOS

Keratitis yang terjadi akibat adanya lagoftalmos dimana kelopak tidak


dapat menutup dengan sempurna sehingga terdapat kekeringan kornea.
Lagoftalmos akan membuat mata terpapar sehingga terjadi trauma pada
konjungtiva dan kornea menjadi kering dan terjadi infeksi.
KERATITIS PUNGTATA SUPERFISIAL ULSERATIF
Penyakit ini didahului oleh konjungtivitis kataral, akibat stafilokok
ataupun pneumokok dan hasil uji fluoresin yang positif (+).
KERATOKONJUNGTIVITIS FLIKTEN

Merupakan radang kornea dan konjungtiva akibat dari reaksi imun pada
jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.
Pada mata terdapat flikten yaitu berupa benjolan berbatas tegas
berwarna putih keabuan yang terdapat pada lapisan superfisial kornea
dan menonjol di atas permukaan kornea.
Bentuk keratitis dengan gambaran bermacam-macam, dengan
ditemukannya infiltrat dan neovaskularisasi pada kornea.
KERATITIS HERPETIKA

Keratitis herpes simpleks merupakan radang kornea yang disebabkan


oleh infeksi virus herpes simpleks tipe 1 dan tipe 2.
Kelainan mata akibat infeksi herpes simpleks dapat bersifat primer dan
kambuhan. Lnfeksi primer ditandai oleh adanya demam, malaise,
limfadenopati preaurikuler, konjungtivitis folikutans, bleparitis, dan 2/3
kasus terjadi keratitis epitelial
KERATOKONJUNGTIVITIS SIKA

Keratokonjungtivitis sika adalah suatu keadaan keringnya permukaan


kornea dan konjungtiva.
Pasien dengan keratokonjungtivitis sika akan mengeluh mata gatal,
berpasir, silau, dan penglihatan kabur.
Sukar menggerakkan kelopak mata. Mata kering karena dengan erosi
kornea.
KERATITIS SKLEROTIKAN

Kekeruhan berbentuk segitiga pada kornea yang mnyertai radang sklera


atau skleritis.
Kekeruhan kornea terjadi akibat proses yang berulang-ulang yang selalu
memberikan sisa-sisa baru sehingga defek makin luas bahkan mengenai
seluruh kornea.
Keratitis sklerotikan memberikan gejala berupa kekeruhan kornea yang
terlokalisasi dan berbatas tegas unilateral.
PROGNOSIS KERATITIS

Tergantung pada beberapa faktor, termasuk luas dan dalamnya lapisan


kornea yang terlibat, ada atau tidaknya perluasan ke jaringan orbita lain,
status kesehatan pasien (contohnya immunocompromised), virulensi
patogen, ada atau tidaknya vaskularisasi dan deposit kolagen pada
jaringan tersebut.
Pasien dengan infeksi ringan dan diagnosis lebih awal memiliki
prognosis yang baik
PTERIGIUM

Pterygium merupakan suatu pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva


yang bersifat invasif dan degeneratif. Pertumbuhan ini biasanya terletak
pada celah kelopak bagian nasal maupun temporal konjungtiva yang
meluas ke daerah kornea
Pterigium diduga disebabkan iritasi kronis akibat debu, cahaya sinar
matahari, dan udara panas
PATOFISIOLOGI
Konjungtiva bulbi selalu berhubungan dengan dunia luar. Kontak dengan
ultraviolet, debu, kekeringan mengakibatkan terjadinya penebalan dan
pertumbuhan konjungtiva bulbi yang menjalar ke kornea.
Daerah nasal konjungtiva juga relatif mendapat sinar ultraviolet yang lebih
banyak dibandingkan dengan bagian konjungtiva yang lain, karena di
samping kontak langsung, bagian nasal konjungtiva juga mendapat sinar
ultra violet secara tidak langsung akibat pantulan dari hidung, karena itu
pada bagian nasal konjungtiva lebih sering didapatkan pterigium
dibandingkan dengan bagian temporal
GEJALA DAN TANDA
Gejala
Mata sering berair dan tampak merah Tanda

Merasa seperti ada benda asing Adanya massa jaringan


kekuningan akan terlihat pada
Timbul astigmatisme akibat kornea lapisan luar mata (sclera) pada
tertarik oleh pertumbuhan pterigium limbus, berkembang menuju
tersebut, biasanya astigmatisme with the ke arah kornea dan pada
rule ataupun astigmatisme irreguler permukaan kornea. Sclera dan
sehingga mengganggu penglihatan selaput lendir luar mata
Pada pterigium yang lanjut (derajat 3 dan (konjungtiva) dapat merah
akibat dari iritasi dan
4) dapat menutupi pupil dan aksis visual
peradangan
sehingga tajam penglihatan menurun.
DERAJAT
TATALAKSANA

Konservatif
Pada pterigium yang ringan tidak perlu di obati. Untuk pterigium derajat
1-2 yang mengalami inflamasi, pasien dapat diberikan obat tetes mata
kombinasi antibiotik dan steroid 3 kali sehari selama 5-7 hari
TATALAKSANA
Pembedhan
Indikasi operasi
Pterigium yang menjalar ke kornea sampai lebih 3 mm dari limbus
Pterigium mencapai jarak lebih dari separuh antara limbus dan tepi pupil
Pterigium yang sering memberikan keluhan mata merah, berair dan silau
karena astigmatismus
Kosmetik, terutama untuk penderita wanita.
TEKNIK BEDAH YANG DAPAT
DIGUNAKAN
BARE SCLERA
SIMPLE CLOSURE
SLIDING FLAP
ROTATION FLAP
CONJUNTIVAL GRAP
PEMBAHASAN

Pemeriksaan pasien dari anamnesis dan pemeriksaan fisik telah


didapatkan keluhan mata merah pada mata sebelah kanan sejak 2 bulan
yang lalu, juga mengeluh mata kanannya perih,, mengganjal, dengn
riwayat trauma terkena pda 2 bulan yang lalu
Pasien mengalami suatu infeksi didaerah mata bagian kanan dengan
disertai keluhan penurunan visus (kabur), mata perih, mata merah, silau
(fotofobia) dan sering berair.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan inspeksi langsung kornea dengan
sentolop tampak mata kanan keruh dan tampak bercak infiltrat dengan
batas yang tidak tegas.
Dari gejala yang timbul menunjukkan adanya peradangan akibat infeksi
di bagian kornea dan hal ini diperkuat dengan ditemukannya infiltrat
pada kornea serta adanya hiperemis pada konjungtiva, dengan demikian
diagnosis mengarah pada keratitis oculi dextra.
Karena kornea memiliki banyak serabut nyeri, kebayak lesi kornea
superfisialis maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan
fotofobia seperti yang dikeluhkan oleh pasien tersebut
PEMBAHASAN

Kekeruhan pada kornea ini cukup sulit dinilai dengan mata telanjang,
namun dapat dilihat dengan menggunakan slit-lamp atau loupe. Pada
pasien dilakukan juga uji flouresein dan diperoleh hasil negatif (-),
sehingga kemungkinan keratitis yang ada termasuk dalam keratitis
subepitel atau profunda.
Fluoresein merupakan sebuah tes diagnostik untuk mengetahui
terdapatnya kerusakan epitel kornea.
PEMBAHSAN

Selain itu pasien juga mengeluh seperti ada sesuatu yang mengganjal
pada mata kanannya, serta mata kanan pasien sering merah dan perih
jika terkena debu dan angin
Dari pemeriksaan fisik anterior mata kanan di dapatkan adanya terdapat
jaringan fibrovaskular pada tepi kornea.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik maka pasien ini ddiagnosis
sebagai suatu pterigium grade ii.
PEMBAHASAN

Terapi yang diberikan yaitu pemberian antibiotik, analgesik, dan anti


inflamasi.
Pasien dianjurkan menggunakan pelindung mata (kacamata hitam)
untuk melindungi dari paparan luar seperti debu, dan sinar ultraviolet
(sinar matahari).
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan


oftalmologi yang dilakukan pada pasien ditegakkan diagnosa keratitis
bacteril ocular dextra.
Tatalaksana yang diberikan pada pasien berupa terapi antibiotik dan
kortikosteroid pada mata kanan.
Pasien diberikan edukasi untuk menjaga higenisitas, dan menjaga
kesehatan mata serta menggunakan alat pelindung saat bekerja.

Anda mungkin juga menyukai