Anda di halaman 1dari 16

Case Report Session

KATARAK SENILIS

Oleh:

Violla Regina 1210312074

Ghucyka Jhonelta 1010313082

Nia Atmalini 1740312220

Preseptor :

dr. Hj. Kemala Sayuti, Sp. M (K)


dr. M. Sauqie Sp. M

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


RSUP DR M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB 1

PENDAHULUAN

Kata katarak berasal dari bahasa Yunani ‘rrhakie’, bahasa Inggris ‘cataract’,

dan bahasa Latin ‘cataracta’ yang berarti ‘air terjun’, karena orang yang menderita

katarak mempunyai penglihatan yang kabur seolah-olah penglihatannya dihalangi air

terjun. Menurut istilah, katarak dapat diartikan sebagai keadaan dimana terdapat

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (peningkatan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa, atau keduanya. Kekeruhan lensa dapat mengenai satu atau

kedua mata dan tampak kekeruhan lensa yang mengakibatkan lensa tidak transparan,

sehingga pupil akan berwarna putih.1 Menurut WHO, katarak merupakan penyebab

utama gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia.2

Berdasarkan usia, katarak dibedakan mnjadi katarak kongenital, katarak

juvenile, dan katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat

pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.3 Katarak senilis dilaporkan telah diderita

lebih dari 90% individu berusia 70 tahun. Penelitian The Beaver Dam Eye

melaporkan 38,8% laki-laki dan 45,9% perempuan berusia lebih dari 74 tahun telah

menderita katarak. Katarak biasanya menyerang kedua mata, nammun hampir pada

semua kasus satu mata lebih dahulu terkena dibanding mata lainnya.3,4

Katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu katarak insipien, katak

imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Katarak insipient merupakan stadium

katarak yang paling awal dan belum menimbulkan gangguan visus. Pada katarak

imatur, kekeruhan belum mengenai seluruh bagian lensa sedangkan pada katarak

matur, kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa. Sementara katarak hipermatur

1
adalah katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras atau

lembek dan mencair.3,5

Faktor-faktor yang mempengaruhi onset usia, tipe dan maturase katarak senilis

yaitu keturunan, radiasi sinar ultraviolet, faktor diet, krisis dehidrasi dan merokok.4

Diagnosis katarak dapat ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi.

Gejala-gejala umum dari katarak adalah glare atau intoleransi terhadap cahaya terang,

poliopia uniokuler, halo berwarna, spot hitam di depan mata, pandangan kabur atau

berawan, dan kehilangan penglihatan.4 Penyakit intraokuler lain, penyakit sistemik,

riwayat trauma, dan penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat menyebabkan

katarak juga harus ditanyakan.6 Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada penyakit

katarak adalah pemeriksaan visus, pemeriksaan glare dan contrast sensitivity test

untuk mengukur derajat gangguan penglihatan, pemeriksaan slit lamp, dan

pengukuran kekuatan intraocular lens (IOL).

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Tatalaksana nonsurgikal

dapat diberikan pada pasien yang tidak mau dioperasi atau ketika pembedahan tidak

bisa dilakukan. Tatalaksana nonsurgikal yang diberikan adalah pembuatan kacamata

untuk membantu penglihatan. Sementara, agen farmakologi untuk mengatasi katarak

masih dalam penelitian. Belum ada pengobatan yang dapat menghentikan

progresifitas atau mengembalikan lensa seperti semula pada manusia.2

2
BAB 2

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

- Nama : Tn. E

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- No RM : 01000840

- Usia : 46 tahun

- Alamat : Mata Air, Padang

- Pekerjaan : Buruh bangunan

- Tanggal Pemeriksaan :18 Desember 2017

2.2 Anamnesa

Seorang pasien laki-laki berumur 46 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP Dr.

M. Djamil Padang tanggal 18 desember 2017 dengan:

Keluhan Utama :

Penglihatan mata kanan kabur yang semakin meningkat sejak + 6 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang :

- Penglihatan mata kanan kabur yang semakin meningkat sejak + 6 bulan yang

lalu. Keluhan ini sudah dirasakan pasien sejak + 1 tahun yang lalu, muncul

perlahan-lahan dan semakin lama dirasakan semakin kabur.

- Penglihatan mata kiri menurun sejak + 6 bulan yang lalu, muncul perlahan-

lahan.

3
- Pasien menyadari ada bayangan putih di tengah bola mata kanannya sejak 2

minggu yang lalu.

- Rasa silau (-), pandangan ganda (-).

- Mata merah (-), mata berair (-), mata nyeri dan gatal (-).

- Pasien sebleumnya berobat ke RS Reksodiwiryo Padang dan kemudian dirujuk

ke RSUP dr. M. Djamil Padang untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat DM (-), hipertensi (-)

- Riwayat trauma pada mata (-)

- Riwayat penyakit mata sebelumnya (-)

- Riwayat penggunaan obat jangka panjang (-)

- Riwayat pembedahan mata sebelumnya (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama seperti pasien.

Riwayat Kebiasaan dan Sosioekonomi

- Pasien seorang buruh bangunan

- Kebiasaan merokok (+), konsumsi alcohol (-)

2.3 Pemeriksaan Fisik :

Vital Sign

- Keadaan Umum : Sakit ringan

- Kesadaran : Komposmentis

4
- Tekanan darah : 110/80 mmhg

- Frekuensi Nadi : 80x/menit

- Frekuensi Nafas : 20x/menit

- Suhu : afebris

Kulit : teraba hangat, turgor baik

Kelenjar Getah Bening : tidak ada pembesaran KGB

Kepala : normocephal

Mata : Status oftalmologis

Telinga : tidak ada kelainan

Hidung : tidak ada kelainan

Tenggorokan : tidak ada kelainan

Gigi dan Mulut : caries dentis (-)

Leher : JVP 5-2 cmH2O

Toraks : cor dan pulmo dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Punggung : dalam batas normal

Genitalia : tidak diperiksa

Ekstremitas : akral hangat, CRT < 2 detik

5
Status Oftalmikus

STATUS
OD OS
OFTALMIKUS

Visus tanpa koreksi 1/~ P benar 2/60

Visus dengan koreksi - -

Refleks fundus - -

Bulu mata hitam, Bulu mata hitam,

Silia / supersilia trikiasis tidak ada, trikiasis tidak ada,

madarosis tidak ada madarosis tidak ada

Edema (-) Edema (-)

Palpebra superior Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Massa (-) Massa (-)

Edema (-) Edema (-)

Palpebra inferior Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Massa (-) Massa (-)

Secret (-) Secret (-)


Margo Palpebra
Krusta (-) Krusta (-)

Aparat lakrimalis Dalam batas normal Dalam batas normal

Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-),


Konjungtiva Tarsalis
folikel (-), Sikatrik (-) folikel (-), sikatrik (-)

Hiperemis (-), Papil (-), Hiperemis (-), Papil (-),


Konjungtiva Forniks
folikel (-), Sikatrik (-) folikel (-), sikatrik (-)

6
Hiperemis (-), Injeksi siliar Hiperemis (-), Injeksi siliar
Konjungtiva Bulbii
(-) Injeksi konjungtiva (-) (-) Injeksi konjungtiva (-)

Sklera Warna putih Warna putih

Kornea Bening Bening

Kamera Okuli Anterior Cukup dalam Dangkal

Iris Coklat, rugae (+) Coklat, rugae (+)

Bulat, RP (+/+), diameter


Pupil Dilatasi, DPO
3 mm,

Keruh bagian nucleus dan


Lensa Keruh total
subkapsul posterior

Korpus vitreum Sulit dinilai Sulit dinilai

Fundus :

- Media Sulit dinilai Sulit dinilai

- Papil optikus Sulit dinilai Sulit dinilai

- Pembuluh darah
Sulit dinilai Sulit dinilai
aa:vv

- Retina Sulit dinilai Sulit dinilai

- Makula Sulit dinilai Sulit dinilai

Tekanan bulbus okuli Normal palpasi Normal palpasi

Posisi bulbus okuli Ortho Ortho

Gerakan bulbus okuli Bebas ke segala arah Bebas ke segala arah

7
Gambar

2.4 Diagnosis Kerja : Katarak Matur OD

Katarak Imatur OS

2.5 Diagnosis banding :-

2.6 Terapi : Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)

2.7 Prognosis :

Quo ad vitam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

8
BAB 3

DISKUSI

Telah datang seorang pasien laki-laki usia 46 tahun ke poliklinik mata RSUP

Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 18 Desember 2017 dengan diagnosis katarak

matur OD dan katarak imatur OS. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan keluhan utama berupa penglihatan mata kanan

kabur yang semakin meningkat sejak + 6 bulan yang lalu. Keluhan ini sudah

dirasakan pasien sejak + 1 tahun yang lalu, muncul perlahan-lahan dan semakin lama

dirasakan semakin kabur. Selain itu, penglihatan mata kiri juga menurun sejak + 6

bulan yang lalu yang juga muncul perlahan-lahan. Pasien menyadari ada bayangan

putih di tengah bola mata kanannya sejak 2 minggu yang lalu. Tidak ada rasa silau,

pandangan ganda, mata merah, mata berair, serta mata gatal dan nyeri. Pasien

sebelumnya berobat ke RS Reksodiwiryo Padang dan kemudian dirujuk ke RSUP dr.

M. Djamil Padang untuk penatalaksanaan lebih lanjut.

Berdasarkan keluhan pasien, penyakit pasien ini termasuk ke dalam mata

tenang dengan penurunan penglihatan perlahan. Beberapa penyakit yang dapat

menyebabkan hal tersebut diantaranya yaitu katarak, glaucoma, dan retinopati.3

Penurunan penglihatan pada pasien ini disertai dengan adanya bayangan putih pada

bola mata. Hal ini disebabkan oleh kekeruhan lensa yang mengakibatkan lensa tidak

transparan, sehingga pupil akan berwarna putih.1 Oleh karena itu, diagnosis pasien ini

mengarah kepada katarak.

9
Katarak adalah keadaan dimana terdapat kekeruhan pada lensa yang dapat

terjadi akibat hidrasi (peningkatan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, atau

keduanya.1 Berdasarkan usia, katarak dibedakan menjadi katarak kongenital, katarak

juvenile, dan katarak senilis. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat

pada usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun.3 Katarak merupakan penyebab paling

sering dari penurunan penglihatan pada usia lanjut.2 Onset katarak pada pasien ini

lebih cepat, yaitu pada usia 46 tahun. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor risiko

yang terdapat pada pasien, diantaranya merokok, paparan sinar UV, dan status nutrisi

yang kurang. Merokok dapat meningkatkan risiko terjadinya katarak karena dapat

meningkatkan opasitas nukleus lensa.2 Paparan sinar UV yang berlebihan dapat

mempercepat maturasi dan usia munculnya katarak. Defisiensi zat gizi berupa protein

tertentu, asam amino, vitamin, dan elemen-elemen esensial juga berperan dalam

terjadi dan matangnya katarak pada usia yang lebih awal.7

Pasien pada kasus ini tidak memiliki riwayat trauma pada mata, riwayat

penyakit mata sebelumnya, riwayat pembedahan mata sebelumnya dan riwayat

hipertensi ataupun diabetes, sehingga diagnosis katarak traumatika, katarak

komplikata, katarak sekunder dan katarak diabetes dapat disingkirkan.

Seiring dengan pertambahan usia, terjadi peningkatan dalam massa dan

ketebalan serta penurunan daya akomodasi dari lensa. Dengan terbentuknya lapisan

baru dari serat kortikal secara konsentris, nucleus lensa akan mengalami kompresi

dan pengerasan (sklerosis nuklear). Perubahan kimiawi dan pembelahan proteolitik

dari kristalin (protein lensa) menghasilkan pembentukkan agregat protein dengan

massa molekul tinggi. Agregat-agregat protein tersebut dapat menjadi cukup besar

10
untuk menyebabkan fluktuasi mendadak pada indeks refraksi local lensa, sehingga

dapat menghamburkan berkas cahaya dan mengurangi transparansi lensa. Modifikasi

kimiawi dari protein nucleus lensa juga meningkatkan pigmentasi, sehingga lensa

menjadi kuning atau cokelat.2,5

Pada pemeriksaan visus tanpa koreksi didapatkan penurunan visus pada kedua

mata pasien. Visus mata kanan yaitu 1/~ proyeksi benar dimana mata bisa melihat

cahaya dengan arah yang benar dan visus mata kiri 2/60 dimana mata bisa melihat

hitungan jari pada jarak 2 meter yang pada orang normal bias terlihat pada jarak 60

meter.8 Refleks fundus pada kedua mata tidak ada karena terdapat kekeruhan lensa,

sehingga cahaya tidak dapat masuk. Refleks fundus dihasilkan dari pantulan sumber

cahaya oleh fundus yang melalui media mata yang jernih. Setiap kekeruhan di

sepanjang jaras optic pusat akan menghalangi seluruh atau sebagian refleks fundus

ini.5 Kekeruhan lensa juga menyebabkan pemeriksaan funduskopi tidak dapat

dilakukan sehingga penilaian terhadap media, papil optikus, pembuluh darah, retina

dan macula menjadi tidak jelas dan sulit dinilai.5

Camera okuli anterior (COA) pada mata kanan cukup dalam dan pada mata

kiri dangkal. COA pada mata yang normal adalah cukup dalam, yaitu jarak antara

kornea dan iris 3 mm. Pada katarak imatur, COA menjadi dangkal akibat

bertambahnya volume lensa sehingga lensa mencembung oleh karena meningkatknya

tekanan osmotic bahan lensa yang degeneratif. Pupil mata kanan berada dalam

keadaan dilatasi akibat pengaruh pemberian tropikamida 0,5%. Tropikamid

memberikan efek maksimal dalam 20-30 menit dan hilang setelah 3-6 jam.

Tropikamida merupakan suatu midriatik. Secara umum midriatika digunakan untuk:

11
melebarkan pupil sehingga mudah melakukan pemeriksaan funduskopi; menekan

peradangan; melepaskan sinekia; melemahkan akomodasi pada pemeriksaan kelainan

refraksi pada anak-anak; melebarkan pupil selama pembedahan lensa yang

memerlukan pupil tetap lebar.3

Berdasarkan letaknya dikenal ada 3 bentuk katarak senilis, yaitu katarak

nuklear, kortikal dan subkapsularis posterior. Katarak nuklear merupakan hasil dari

sklerosis nuklear yang berlebih dan penguningan dengan konsekuensi pembentukan

opasitas lentikular sentral. Pada beberapa keadaan, nukleus dapat menjadi sangat

padat dan coklat, yang disebut sebagai katarak brunesen. Katarak kortikal terjadi

akibat perubahan komposisi ionik pada korteks lensa dan perubahan hidrasi pada

serat lensa. Sedangkan pada katarak subkapsular posterior, terjadi pembentukan

kekeruhan seperti plak dan granular pada korteks subkapsular posterior. Dari

pemeriksaan slit lamp pada pasien ini, didapatkan lensa mata kanan keruh total dan

lensa mata kiri keruh bagian nucleus dan subkapsul posterior.2

Selain itu, katarak senilis dapat dibagi kedalam 4 stadium, yaitu katarak

insipien, katak imatur, katarak matur dan katarak hipermatur. Mata kanan pasien

mengalami katarak matur karena kekeruhan telah mengenai seluruh bagian lensa.

Sedangkan mata kiri pasien mengalami katarak imatur karena kekeruhan belum

mengenai seluruh bagian lensa. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmikus

tersebut, maka pasien ini didiagnosis dengan katarak matur OD dan katarak imatur

OS.3

Indikasi operasi pada katarak terdiri dari indikasi optic, indikasi medis, dan

kosmetik. Indikasi optic yaitu jika penurunan dari tajam penglihatan pasien telah

12
menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari, maka operasi katarak bisa

dilakukan. Indikasi medis seperti pada kondisi katarak hipermatur, glaukoma

sekunder, uveitis sekunder, dislokasi/subluksasio lensa, benda asing intra-lentikuler,

retinopati diabetika, dan ablasio retina. Sedangkan indikasi kosmetik pada operasi

katarak yaitu jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus

optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima, misalnya

pada pasien muda.

Terdapat beberapa macam teknik operasi pada katarak, diantaranya ICCE,

ECCE, SICS, dan fakoemulsifikasi. ICCE yaitu tindakan pembedahan dengan

mengeluarkan seluruh lensa dan kapsulnya, tindakan ini hanya dilakukan pada

keadaan subluksasio dan dislokasi lensa. Sedangkan ECCE adalah tindakan

pembedahan dengan pembuangan nucleus dan korteks lensa melalui pembukan

kapsul anterior lensa, dimana teknik ini lebih menguntungkan dari ICCE karena insisi

yang lebih kecil dan trauma ke endotel kornea lebih minimal. Small Incision Cataract

Surgery (SICS) yaitu teknik operasi katarak dengan membuat insisi tunnel kornea-

sklera. Fakoemulsifikasi adalah teknik yang menggunakan ultrasound untuk

memecah nucleus katarak dan mengemulsifikasi fragmen-fragmen tersebut,

komplikasi lebih jarang terjadi, dan penyembuhan lebih cepat. Selain itu, pada hampir

semua ekstraksi katarak, dilakukan pemasangan IOL (Intra Ocular Lens), yaitu lensa

buatan atau yang disebut dengan pseudophakia. Terdapat beberapa jenis IOL,

diantaranya IOL monofokal, multifokal, toric IOL, dan IOL akomodatif. 2,5,6

Pada kasus ini, pada mata kanan terdapat katarak matur yang kekeruhan lensa

sudah pada seluruh permukaan lensa maka dapat diindikasikan untuk

13
penatalakasanaan bedah dengan Extracapsular Cataract Extraction (ECCE), yaitu

dengan dilakukan pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa

anterior sehingga massa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan

tersebut. Termasuk dalam golongan ini ekstraksi linear, aspirasi dan irigasi.3

Tindakan ECCE dapat menimbulkan komplikasi baik intraoperatif maupun

pascaoperatif. Komplikasi yang dapat timbul intraoperatif seperti rupture kapsula

posterior atau zonula, prolaps korpus vitreus, kerusakan iris atau badan siliar,

lepasnya material nucleus lensa ke vitreus, perdarahan suprakoroid, dan perdarahan

retrobulbar. Sedangakan komplikasi yang dapat timbul pascaoperatif seperti

abnormalitas iris, edema kornea, rupture luka, dislokasi IOL, endoftalmitis, robekan

retina, dan persisten iritis.2

Prognosis pada pasien ini bonam (baik) jika tidak adanya kelainan yang lain

pada mata, karena operasi standar ECCE biasanya akan memberikan hasil yang baik.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kanski Jack J. Clinical Ophtalmology. Edisi 6. Saunders Elsevier. British. 2008.


2. American Academy of Opthalmology. Lens and Cataract. Section 11. San
Fransisco: MD Association, 2014-2015.
3. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005.
4. Khurana, AK. Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age
International Publisher. 2007. pp 92-101.
5. Vaughan DG, Asbury T, Riodan Eva P. Oftalmologi umum. Edisi 17. Jakarta :
EGC, 2013.
6. Lang G. 2006. Ophthalmology – A Pocket Textbook Atlas 2nd ed. Thieme:
Stuttgart. pp 191-192.
7. Khurana, AK. Comprehensive Ophthalmology. New Delhi: New Age
International Publisher. 2007. pp 92-101
8. Artini W, Hutauruk JA, dan Yudisianil. Pemeriksaan Dasar Mata. Jakarta:
Departemen Ilmu Kesehatan Mata RS. Cipto Mangunkusumo-FKUI. 2011; hlm.
13-4.
9. Kanski JJ. 2007. Clinical Ophthalmology 6 th edition. Edinburg: Elsevier
Publishers Ltd. p. 216-34.

15

Anda mungkin juga menyukai