KATARAK DIABETIK
Perceptor:
dr. Aryanti Ibrahim, Sp. M
Disusun oleh:
Wulan Yuniarti
2118012184
Diperkirakan sekitar 20 juta orang buta karena katarak (Cantor LB dkk, 2015).
Katarak adalah kondisi mata yang mengacu pada lensa kristalina yang
katarak sekunder yang terjadi sekunder akibat penyakit intraokular (Shaw E &
Diabetic Federation memperkirakan bahwa akan ada 439 juta pasien DM pada
dalam struktur mata, dengan penyakit metabolik kronis sistemik dan karakter
sejumlah perubahan patologis dalam organ mata, yang meliputi, antara lain:
katarak, retinopati, edema makula diabetik, disfungsi lapisan air mata, dan
(Alabdulwahhab dkk, 2022). Karena jumlah orang dengan diabetes tipe 1 dan
tipe 2 yang terus meningkat, kejadian katarak diabetes telah meningkat sesuai
dengan itu. Perubahan pada lensa pasien diabetes menyerupai perubahan lensa
terkait usia pada pasien lanjut usia. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa
perubahan ini biasanya memanifestasikan diri pada usia yang lebih muda
Diagnosis yang cepat dan manajemen yang tepat adalah kunci untuk prognosis
komplikata.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah sebagai berikut.
katarak.
BAB II
STATUS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 56 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Riwayat Pribadi/Sosial
• Pasien menderita diabetes melitus sejak 4 tahun yang lalu
namun tidak terkontrol. Pasien baru rutin konsumsi obat
diabetes sejak 3 bulan terakhir .
1. Tanda Vital
2. Status Oftalmologis
OD KETERANGAN OS
20/30 Tajam Penglihatan 20/200
Orthoforia Posisi Bola Mata Orthoforia
Palpasi dalam Tekanan Intraokular Palpasi dalam batas
batas normal normal
Dalam batas Gerakan Bola Mata Dalam batas normal
normal
Dalam batas Lapang Pandang Dalam batas normal
normal
Eksoftalmus (-), Bulbus Okuli Eksoftalmus (-),
endoftalmus (-), endoftalmus (-),
strabismus (-), strabismus (-),
nystagmus (-) nystagmus (-)
Normal Supersilia Normal
Edema (-), Hiperemis (-), Palpebra Superior Edema (-), Hiperemis (-),
Sekret (-), Trikiasis (-) Sekret (-), Trikiasis (-)
o Katarak diabetik OS
2.6 Tatalaksana
Non medikamentosa:
membersihkan lensa mata yang keruh dan diganti dengan lensa mata
buatan
infeksi
● Memberi tahu pasien untuk menjaga kebersihan mata dan tidak
mengucek mata
Medikamentosa
2.7 Prognosis
Kornea merupakan lapisan transparan pada anterior bola mata, dinding proteksi
dan sebagai media refraksi. Tebal kornea yaitu 550 µm Diameter horizontal
Kalau kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai
prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo. 4
a) Lapisan epitel : tebalnya 50 µm, terdiri dari 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng. Pada
sel basal sering terlihat mitosis sel. Sel basal sering berkaitan erat dengan sel
c) Stroma : terdiri atas lamelar yang merupakan susunan jaringan kolagen yang
sejajar satu dengan yang lainnya. Jaringan stroma terdiri dari keratosit, matriks
ekstraselular.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid,
Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi dalam waktu
3 bulan.4
3.2 Definisi
jaringan kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek
kornea bergaung, dan diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari
3.3 Epidemiologi
berkaitan dengan riwayat trauma mekanik atau kecelakaan kerja pada mata,
dilaksanakan di Indonesia.6
3.4 Patofisiologi
Kornea bagian mata yang avaskuler, bila terjadi infeksi maka proses infiltrasi
dan vaskularisasi dari limbus baru akan terjadi 48 jam kemudian. Badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea,
tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah
ulkus kornea. 7
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia.
Rasa sakit juga diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra
sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan fenomena
Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang
timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi
ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan
sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
3.5 Etiologi
1. Infeksi
berbentuk sentral. Gejala klinis yang khas tidak dijumpai, hanya secret
infeksi P aeruginosa.
c) Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk
yang bila pecah akan menimbulkan ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada
bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral. Infeksi virus
d) Acanthamoeba
pemakai lensa kontak yang terpapar air atau tanah yang tercemar.
2. Noninfeksi
a) Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH. Bahan asam yang
superfisial saja. Pada bahan alkali antara lain amonia, cairan pembersih
Dapat terjadi pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari yang
akan merusak epitel kornea.
c) Sindrom Sjorgen
defisiensi unsur film air mata (akeus, musin atau lipid), kelainan
permukan palpebra atau kelainan epitel yang menyebabkan timbulnya
timbul ulkus pada kornea dan defek pada epitel kornea terpulas dengan
flurosein.
d) Defisiensi vitamin A
e) Obat-obatan
imunosupresif.
h) Neurotropik.
a) Granulomatosa wagener.
b) Rheumathoid arthritis.
3.6 Klasifikasi
● Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
● Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat
● Ulkus Pseudomonas.
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea yang dapat menyebar
Kadangkadang bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan
● Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan
cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di daerah ini terdapat
banyak kuman.
agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular, feathery edge dan terlihat
penyebaran seperti bulu di bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah
Ulkus Korea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan
perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala kulit.
fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan
Ulkus Komea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinis. Biasanya gejala dini dimulai
dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel
diujungnya.
d. Ulkus kornea acanthamoeba
kemerahan dan fotofobia. Tanda khas adalah ulkus korea indolen, cincin
bulat atau dapat juga rektangular (segiempat) dapat satu atau banyak dan
terdapat daerah korea yang sehat dengan limbus. Ulkus marginal dapat
ulkus marginal dapat menurun disertai rasa sakit, lakrimasi dan fotofobia.
sampai sekarang belum diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah
satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi dan autoimun.
1. Gejala Subjektif
b) Sekret mukopurulen
d) Pandangan kabur
e) Mata berair
g) Silau
h) Nyeri
Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada
perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
2. Gejala Objektif
a) Injeksi siliar
c) Hipopion
3.8 Diagnosis
1. Anamnesis
Adanya riwayat trauma, benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit
2. Pemeriksaan fisik
kornea disertai adanya jaringan nekrotik. Pada kasus berat dapat terjadi iritis
• Visus
• Tes refraksi
• Slit-lamp
• Keratometris
3. Pemeriksaan penunjang
10% didapatkan jamur, maka akan terlihat gambaran ulkus berwarna abu-
abu yang dikelilingi infiltrat halus disekitarnya (lesi satelit) dan terdapat
sekumpulan hifa.
b. Kultur Bakteri
klinis sesuai atau bila tidak ada respon terhadap terapi sebelumnya.
c. Pewarnaan Gram
Pemeriksaan pewarnaan gram dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
d. Tes Seidel
e. Tes fluoresensi
Tes ini juga dapat mendeteksi kerusakan pada epitel kornea, permukaan luar
mata. Zat warna fluoresin akan berubah hijau pada media alkali: Bila
menempel pada epitel kornea yang defek akan memberikan warna hijau
3.3 Penatalaksanaan
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah. Beberapa
dari derajat tajam penglihatan, namun lebih pada berapa besar penurunan
adalah bila terjadi gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan perifer, rasa silau
2012).
Indikasi medis operasi katarak adalah bila terjadi komplikasi antara lain:
EKIK adalah jenis operasi katarak dengan membuang lensa dan kapsul
edema (CME), dan ablasio retina (Kansky, 2007). Meskipun sudah banyak
ditinggalkan, EKIK masih dipilih untuk kasus- kasus subluksasi lensa, lensa
sangat padat, dan eksfoliasi lensa (Suhardjo & Agni, 2012). Kontraindikasi
absolut EKIK adalah katarak pada anak-anak, katarak pada dewasa muda,
EKEK adalah jenis operasi katarak dengan membuang nukleus dan korteks
(LIO). Teknik ini mempunyai banyak kelebihan seperti trauma irisan yang
lebih kecil sehingga luka lebih stabil dan aman, menimbulkan astigmatisma
lebih kecil, dan penyembuhan luka lebih cepat. Pada EKEK, kapsul
posterior yang intak mengurangi risiko CME, ablasio retina, edema kornea,
serta mencegah penempelan vitreus ke iris, LIO, atau kornea (Cantor LB
dkk, 2015).
irisan sangat kecil (7-8 mm) dan hampir tidak memerlukan jahitan, teknik
ini dinamai SICS. Oleh karena irisan yang sangat kecil, penyembuhan relatif
anestesi topikal, dan bisa dipakai pada kasus nukleus yang padat. Beberapa
c) Fakoemulsifikasi
memecah nukleus lensa dan selanjutnya pecahan nukleus dan korteks lensa
tekanan positif vitreus dan perdarahan koroid. Teknik operasi katarak jenis
3.6 Prognosis
Khurana AK. 2015. Comprehensive Ophthalmology. Sixth Edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
Prilly A. 2018. Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi Operasi. CDK269. Vol
45 (10): 748-53.
Sitorus RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP. 2017. Buku Ajar Oftalmologi. Edisi 1.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2015. 2014-2015 Basic and clinical
Science course. San Francisco: American Academy of Ophthalmology.
Shaw E & Patel BC. 2023. Complicated cataract. StatPearls [Internet]. Diakses pada 19
Maret 2024.
Memon, A.F.; Mahar, P.S.; Memon, M.S.; Mumtaz, S.N.; Shaikh, S.A.; Fahim, M.F. 2016.
Age-related cataract and its types in patients with and without type 2 diabetes
mellitus: A Hospital-based comparative study. J. Pak. Med. Assoc. 66: 1272–1276.
Suhardjo SU, Agni AN. 2012. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta: Departemen
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.
Jogi R. 2009. Basic Ophthalmology. Fourth Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publisher.
Ilyas S, Yulianti SR. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.