Pembimbing:
dr. Teguh Anamani, Sp.M
Disusun oleh :
Raditya Bagas Wicaksono (G4A014067)
2015
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
GLAUKOMA PRIMER SUDUT TERBUKA
Disusun oleh :
Raditya Bagas Wicaksono (G4A014067)
Dokter Pembimbing :
Identitas Penderita
Nama : Tn. RH
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kebasen RT 01/03 Kabupaten Banyumas
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : Pensiunan guru
Keluhan Utama
Mata kanan terdapat penurunan penglihatan
Anamnesis
Pasien datang ke poli mata RSMS Purwokerto dengan keluhan utama
penurunan penglihatan di mata kanan yang dirasakan sejak 2 tahun yang lalu.
Keluhan tersebut dirasakan terus menerus hingga mengganggu aktivitas sehari-
hari. Pasien mengeluh kesulitan untuk melihat sekeliling dan harus menolehkan
kepala untuk melihat sisi yang lain. Pasien menyatakan keluhan tidak bertambah
baik maupun berat dengan apapun. Obat tetes yang digunakan sebelumnya (pasien
lupa nama obatnya) tidak menyebabkan keluhan membaik. Pasien menyangkal
mata merah, mata gatal, mata nyeri, mata berair berlebihan, pandangan ganda,
pandangan berkabut/seperti ada asap putih, rasa silau, kotoran mata berlebih, dan
rasa berpasir.
Mata kiri pasien sudah mengalami kebutaan total sejak sekitar 2 tahun
yang lalu, berdasarkan keterangan pasien, menurut dokter yang memeriksa pasien
sebelumnya terdapat kerusakan saraf yang tidak bisa diperbaiki. Pasien memiliki
riwayat penyakit hipertensi namun tidak mengetahui adanya riwayat DM. Tidak
ada keluhan yang sama pada anggota keluarga pasien. Pasien sudah tidak bekerja
dan hanya tinggal beristirahat di rumah sebagai pensiunan guru.
Status Presen
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Vital sign
TD : 140/90 mmHg RR : 18 x/menit
Nadi : 78 x/menit Suhu : 36,30 C
Status Oftalmologik
Occuli Dexter Occuli Sinister
0,15 NC PH (-) Visus 0
Tidak menggunakan kacamata Visus Tidak menggunakan kacamata
dengan
kacamata
sendiri
Tidak dilakukan pemeriksaan Visus Tidak dilakukan pemeriksaan
koreksi
Eksoftalmus (-); gerak bola Bola mata Eksoftalmus (-); gerak bola mata
mata bebas bebas
Madarosis (-); trikiasis (-) Silia Madarosis (-); trikiasis (-)
Edema (-); hiperemis (-) Palpebra Edema (-); hiperemis (-)
superior
Edema (-); hiperemis (-) Palpebra Edema (-); hiperemis (-)
inferior
Papil (-); edema (-); sekret (-); Konjungtiv Papil (-); edema (-); sekret (-);
hiperemis (-) a palpebra hiperemis (-)
Edema (-); sekret (-); injeksi Konjungtiv Edema (-); sekret (-); injeksi
konjungtiva (-); pterygium (-) a bulbi konjungtiva (-); pterygium (-)
Ikterik (-); injeksi siliar (-) Sklera Ikterik (-); injeksi siliar (-)
Infiltrat (-); ulkus (-) Kornea Infiltrat (-); ulkus (-)
Normal; dalam; hipopion (-); Bilik mata Normal; dalam; hipopion (-);
hifema (-) depan hifema (-)
Coklat gelap (+); arcus senilis Iris Coklat gelap (+); arcus senilis
(+); kripte (+); sinekia (-) (+); kripte (+); sinekia (-)
Isokor; bentuk bulat; reflek Pupil Isokor; bentuk bulat; reflek
cahaya direk (+ menurun); d : 3 cahaya direk (-) ; d : 4 mm
mm
Di sentral; jernih (+); iris Lensa Di sentral; jernih (+); iris shadow
shadow (+) (+)
Merah terang Refleks Merah terang
fundus
Tidak dapat dinilai Korpus Tidak dapat dinilai
vitreous
Excavatio glaucomatosa (+), Funduskopi Papil nervi optici berbatas tegas,
CDR >0,3 CDR <0,3
T Dig Normal (tidak keras), Tekanan T Dig Normal (tidak keras),
TIO 10,3 mmHg Intra Okuli TIO 10,5 mmHg
Edema (-); nyeri tekan (-) Sistem Edema (-); nyeri tekan (-)
Kanalis
Lakrimalis
Mengalami penyempitan, Lapang Tidak bisa melihat (visus 0)
hanya bisa melihat jari jika Pandang
terletak tepat di depan mata
Ringkasan
Anamnesis : Bapak Rusdianto Hadi memiliki keluhan utama penurunan
penglihatan pada mata kanan sejak 2 tahun lalu, semakin memberat dan
mengganggu.
Riwayat Penyakit Dahulu : DM tidak diketahui (-); hipertensi (+)
Riwayat Penyakit Keluarga : tidak ada keluarga dengan penyakit yang sama
dengan pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi : pekerjaan pensiunan guru, sekarang beristirahat di
rumah
Pemeriksaan Fisik : Keadaan umum (baik/Compos Mentis); Tekanan Darah:
140/90 mmHg; nadi : 78x/menit; RR : 18x/menit; suhu: 36,30 C
Status oftalmologik : V OD : 0,15 NC PH (-); V OS : 0.
OD : terdapat penurunan reflex cahaya direk, funduskopi ditemukan excavatio
glaucomatosa (+) CDR >0,3, terdapat penurunan lapangan pandang hingga hanya
bisa melihat jari tepat di depan mata.
OS : tidak terdapat reflex cahaya direk.
Diagnosis Diferensial
Glaukoma sudut terbuka primer
Hipertensi okuler
Glaukoma normotensi
Diagnosis
OD Glaukoma primer sudut terbuka
Terapi
Non Farmakologi :
1. Edukasi pasien tentang penyakitnya (penyebab, prognosis, komplikasi, terapi)
2. Merujuk ke dokter spesialis mata untuk mendapatkan terapi definitif dan
motivasi operasi trabekulektomi
3. Olah raga dapat merendahkan tekanan bola mata
4. Minum tidak boleh langsung dalam jumlah banyak karena dapat
meningkatkan tekanan bola mata
5. Tekanan darah apabila naik cepat, dapat meningkatkan tekanan bola mata.
Tekanan darah tinggi yang berlangsung lama apabila diturunkan terlalu cepat,
dapat mengakibatkan saraf mata terancam rusak. Pasien harus menjaga
kondisi tekanan darah stabil.
6. Memeriksakan papil nervi optici dan lapang pandang 6 bulan sekali.
Farmakologi :
Timol eye drop 0,5% No. I
S 2 dd gtt 1 ODS
Glaucon tab mg 250 mg No. VII
S 1 dd tab 1 pc
KSR tab No. VII
S 1 dd tab 1 pc
Mecobalamin tab mg 500 No. XV
S 2 dd tab 1 dc
Prognosis OD OS
Quo ad visam : dubia ad malam malam
Quo ad sanam : dubia ad malam malam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmetikam : bonam
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma simpleks) merupakan kelainan
neuropati optik perifer multifaktorial progresif kronis yang ditandai dengan
atrofi papil nervi optici, penyempitan lapang pandang, dan didukung oleh
peningkatan tekanan intraokuler sebagai salah satu faktor risikonya. Ekskavasi
glaukomatosa merupakan kerusakan anatomis yang terjadi pada papil nervi
optici sebagai akibat dari progresivitas glaukoma. Glaukoma dapat
menyebabkan degenerasi papil nervi optici hingga terjadi kebutaan (Ilyas dan
Yulianti, 2013).
B. Epidemiologi
Secara global glaukoma adalah penyebab utama dari kebutaan yang masih
dapat dicegah (preventable causes of blindness) sehingga menjadi salah satu
masalah kesehatan utama. Di Indonesia, Glaukoma merupakan penyebab
kebutaan nomor dua setelah katarak, dimana glaukoma menyumbang 0,20%
dari 3,5 juta penderita kebutaan. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 2
juta penderita glaukoma. Hampir 80.000 penduduk Amerika Serikat buta
akibat glaukoma. Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengidap
glaukoma (3-4 kali lipat), dengan risiko keterlambatan diagnosis, dan
penurunan penglihatan yang berat dibandingkan ras kaukasian. Usia di atas 40
tahun mengalami peningkatan risiko mengidap glaukoma (Bell et al., 2014)
C. Etiologi
Penyebab pasti dari glaukoma sudut terbuka primer tidak dapat diketahui,
namun kerap dikaitkan dengan usia tua (lebih dari 40 tahun) dan herediter
homozigot. Glaukoma tersebut dapat terjadi akibat hambatan pengeluaran
aquous humor pada anyaman trabekulum dan kanal Schlemm. Beberapa faktor
risiko yang dapat berkontribusi adalah diabetes mellitus, hipertensi, kulit
berwarna gelap, dan miopia. Penyakit lain seperti penyakit kardiovaskular,
oklusi vena retina, tirotoksikosis juga memiliki hubungan dengan kejadian
glaukoma (Ilyas dan Yulianti, 2013).
D. Klasifikasi
Glaukoma sudut terbuka primer merupakan salah satu klasifikasi dari
glaukoma secara umum. Glaukoma menurut Vaughan dapat dibagi menjadi
sebagai berikut:
1. Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi atas :
a. Glaukoma primer
1) Glaukoma sudut terbuka
2) Glaukoma sudut tertutup
a) Akut
b) Kronik
b. Glaukoma sekunder
1) Glaukoma pigmentasi
2) Sindrom eksfoliasi
3) Akibat kelainan traktus uvea
4) Sindrom iriokorneo endotel (ICE)
5) Trauma
6) Pascaoperasi
7) Glaukoma neovaskular
8) Peningkatan tekanan vena episklera
9) Steroid-induced
c. Glaukoma kongenital
1) Glaukoma kongenital primer
2) Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan
ekstraokular
d. Glaukoma absolut
2. Berdasarkan mekanisme peningkatan tekanan intraokular
a. Glaukoma sudut terbuka
1) Kontraksi membran pratrabekular
2) Kelainan trabekular
3) Kelainan pasca trabekular
b. Glaukoma sudut tertutup
1) Sumbatan iris (iris bombe)
2) Pergeseran lensa ke anterior
3) Pendesakan sudut
4) Sinekia anterior perifer
E. Patomekanisme
Patogenesis glaukoma sudut terbuka sebenarnya belum sepenuhnya
diungkap, namun dapat dijelaskan melalui adanya ketidakseimbangan sekresi
dan drainase aqueous humor (AH). Drainase AH memiliki dua jalur yang
saling berdiri sendiri yaitu anyaman trabekular dan aliran uveoscleral. Pada
pasien glaukoma sudut terbuka terjadi peningkatan resistensi aliran AH
melalui anyaman trabekular. Sedangkan, pada sudut tertutup, terdapat
obstruksi oleh iris pada aliran uveoscleral (Weinreb et al., 2014).
c.
Penilaian Sudut Bola Mata
Gonioskopi adalah metode pemeriksaan anatomi angulus
iridokornealis (sudut kamera okuli anterior) dengan pemeriksaan
binokuler dan sebuah goniolens khusus. Tujuan pemeriksaan dengan
gonioskopi antara lain mengidentifikasi abnormalitas struktur sudut
kamera okuli anterior, memperkirakan lebar sudut kamera okuli
anterior, dan memvisualisasikan sudut kamera okuli anterior selama
prosedur-prosedur pembedahan misalnya trabekulopasti dengan laser
argon dan goniotomi. Apabila keseluruhan jalinan trabekular, taji
sclera, dan prosessus iris dapat terlihat maka sudut dinyatakan terbuka.
Apabila hanya garis Schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan
trabekular yang dapat terlihat maka sudut dikatakan sempit Apabila
garis Schwalbe tidak terlihat, maka sudut dinyatakan tertutup.
Gambar 4. Gambaran hasil pemeriksaan gonioskopi. Pada glaukoma sudut
terbuka hasil gonioskopi seperti pada orang normal (gambar atas)
sedangkan gambar bawah menunjukkan sudut iridokornealis yang tertutup
(Weinreb et al., 2014)
G. Diagnosis Banding
1. Hipertensi okular
Pasien dengan hipertensi okular memperlihatkan peningkatan tekanan
intraokular secara signifikan (di atas 21 mmHg) namun tidak tampak
kerusakan nervus optik maupun gangguan lapangan pandang. Diagnosis
ini secara umum ditegakkan jika didapatkan kenaikan TIO di atas 21
mmHg (Morrison, 2003).
2. Glaukoma normotensi
Beberapa kriteria glaukoma normotensi TIO rata-rata 21 mmHg
(maksimal 24 mmHg), gonioskopi tampak sudut terbuka, terdapat
cupping glaucomatosa dengan defek lapangan pandang, dan kerusakan
glaukomatosa yang progresif (Morrison, 2003).
H. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Untuk menurunkan TIO maka digunakan obat-obat yang mampu
menghambat produksi humor akuos, meningkatkat drainase humor akuos
pada trabekula dan uvoskleral (Weinreb et al., 2014)
J. Prognosis
Prognosis amat terkait dengan penatalaksanaan yang dini. Semakin
dini penanganannya, maka prognosis akan semakin baik. Prognosis terkait
dengan kontrol tekanan intraokular. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut
terbuka dapat berkembang secara perlahan hingga menimbulkan kebutaan
total (Kooner, 2000).
DAFTAR PUSTAKA