Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

KATARAK KOMPLIKATA

Oleh :

Farach Nuraulia Anshoryn 21360065


Avi Hurriyatus Sholihah 21360123
Fristy Dhea Laorenzi 21360142
Sari Rahmada 21360204

Pembimbing :

dr. Yuda Saputra, Sp. M

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUD JENDRAL AHMAD YANI


PERIODE 02 OKTOBER 2021 – 06 NOVEMBER 2021
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2021
Identitas Pasien

Nama : Ny. S
Tanggal Lahir : 16/07/1968
Usia : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Desa Suka Binangun, Kec.Way Seputih.
Nama Orangtua
- Ayah : Asmuni
- Ibu : Sujirah
No RM : 441432
MRS : 11 Oktober 2021
Anamnesis
Anamnesis dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2021, bertempat di Poliklinik Mata
RSUD dengan dr. Yuda Saputra, Sp. M pada pukul 10.00 WIB. Anamnesis dengan
menggunakan teknik autoanamnesis.
1. Keluhan Utama
Kedua mata kabur sejak ±1 tahun yang lalu
2. Keluhan Tambahan
Tidak ada
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh kedua mata kabur sejak ±1 tahun yang lalu. Awalnya ada
serpihan batu kecil yang masuk ke mata sebelah kanan dan penglihatannya
menjadi kabur sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan mata kabur dirasakan pasien
sebagai penglihatan yang kurang jelas seperti ditutupi oleh bayangan putih atau
asap tetapi cahaya masih dapat terlihat hanya sedikit, keluhan semakin
memberat beberapa bulan terakhir sehingga mengganggu aktivitas pasien.
Sebelum ke RS Ahmad Yani pasien sebelumnya sempat berobat ke RS Islam
Metro dan di dapatkan GDS 600 mg/dL. Sebelumnya penglihatan pasien baik,
riwayat penggunaan kacamata (-), nyeri pada bola mata (-), mata merah (-),
gatal (-). Keluhan lain seperti nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-).
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi : Disangkal
Riwayat Trauma : Disangkal
6. Riwayat Pengobatan
Tidak ada
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang petani dan suami bekerja sebagai petani. Pasien tinggal bersama
suami dan keluarganya. Biaya pengobatan rumah sakit menggunakan BPJS.
8. Riwayat Kebiasaan :
Merokok (-)
Konsumsi alkohol (-)

Pemeriksaan Fisik
• Vital Sign
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
TD : 141/101 mmHg
HR : 101 x/menit
RR : 20 x/menit
T (Suhu) : 36,5 ֯C
GDS : >600mg/dL
• Status Generalis
- Kepala : Bentuk Normocephal, Alopesia (-)
- Mata : Dapat dilihat pada status oftalmologi
- THT : Tonsil T1/T1, Faring normal
- Mulut : Bibir pucat (-), Perdarahan gusi (-),Atrofi lidah (-)
- Leher : JVP + 0 cm H2O, Pembesaran KGB (-)
- Thoraks
a. Pulmo
I : Bentuk dada normal, Simetris (statis dan dinamis), Retraksi (-)
P : Takil fremitus N | N
N|N
N|N
P : Sonor | Sonor
Sonor | Sonor
Sonor | Sonor
A : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
b. COR
I : Ictus cordis tidak terlihat
P : Ictus cordis tidak teraba, Thrill (-)
P : Batas atas jantung ICS 2 sinistra
Batas kanan jantung parasternal line dekstra
Batas kiri jantung midclavicula line sinistra ICS 5
A : S1/S2 regular, murmur (-)
c. Abdomen
I : Distensi (-)
A : Bising usus (+) Normal
P : Timpani (+), Shifting dullness (-)
P : Nyeri tekan (-), Nyeri ketok CVA (-), Hepar dan lien tidak teraba
d. Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral hangat +/+ +/+
Echimosis -/- -/-
Pemeriksaan Status Oftalmologis

Oculi Dextra Oculi Sinistra

1/300 Visus 6/15

Tidak dilakukan Koreksi Tidak dilakukan

DBN Supersilia DBN

Edem (-), Spasme (-) Palbebra superior Edem (-), Spasme (-)

Edem (-), Spasme (-) Palbebra inferior Edem (-), Spasme (-)

DBN Silia DBN

Orthoforia (+) Eksoftalmus (-) Bulbus oculi Orthoforia (+) Eksoftalmus (-)
Strabismus (-) Strabismus (-)

Baik ke segala arah Gerak bola mata Baik ke segala arah

Injeksi konjungtiva (-) Conjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-)

Secret (-) Congjungtiva fornices Secret (-)

Hiperemi (-) Sikatrik (-) Congjungtiva palpebra Hiperemi (-) Sikatrik (-)

Siliar injeksi (-) Sclera Siliar injeksi (-)

Jernih Kornea Jernih

Dalam, hipopion (-), hifema (-) Camera oculi anterior Dalam, hipopion (-), hifema (-) hipopion (-) h

Reguler, intak Iris Reguler, intak

Bulat, Reguler, Sentral, 3 mm, Bulat, Reguler, Sentral, 3 mm,


Reflek Cahaya (+) Pupil Reflek Cahaya (+)
Shadow test (+) Shadow test Shadow test (-)

Intraocular Lensa Intraocular

Tidak diperiksa Fundus refleks Tidak diperiksa

Tidak diperiksa Korpus vitreum Tidak diperiksa

Tidak diperiksa Tensio oculi Tidak diperiksa

DBN Sistem canalis lakrimalis DBN

Resume
Ny. S, 53 tahun, pekerjaan sebagai petani. Datang ke poliklinik mata dengan keluhan
mata sebelah kanan terlihat kabur sejak ±1 tahun yang lalu. Awalnya ada serpihan batu
kecil yang masuk ke mata sebelah kanan dan penglihatannya menjadi kabur sejak 1 tahun
yang lalu. Keluhan mata kabur dirasakan pasien sebagai penglihatan yang kurang jelas
seperti ditutupi oleh bayangan putih atau asap tetapi cahaya masih dapat terlihat hanya
sedikit, keluhan semakin memberat beberapa bulan terakhir sehingga mengganggu aktivitas
pasien. Sebelum ke RS Jend. Ahmad Yani pasien sebelumnya sempat berobat ke RS Islam
Metro dan di dapatkan GDS 600 mg/dL. Sebelumnya penglihatan pasien baik, riwayat
penggunaan kacamata (-), nyeri pada bola mata (-), mata merah (-), gatal (-). Keluhan lain
seperti nyeri kepala (-), mual (-), muntah (-). Riwayat Hipertensi (-), Riwayat DM (-),
Riwayat Asma (-), Riwayat Alergi (-), Riwayat Trauma (-).
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien baik, compos mentis, tekanan
darah 141/101 mmHg, nadi 101 x/menit, pernafasan 20 x/menit, suhu 36,5 ֯C. Pada status
generalis tidak ditemukan kelainan. Pada status oftalmologis oculi sinistra didapatkan visus
6/15, oculi dextra visus 1/300. Palpebra superior et inferior tidak ditemukan edem maupun
spasme, gerak bola mata baik ke segala arah, bulbus oculi ortoforia (+), eksoftalmus (-) dan
strabismus (-), konjungtiva palpebra hiperemi (-), sikatrik (-), sclera injeksi siliar (-), kornea
jernih tidak ditemukan infiltrat maupun ulkus. Kamera okuli anterior dalam, hipopion (-),
hifema (-), iris reguler, intak, pupil bulat regular, sentral, ± 3 mm, refleks cahaya (+), dan
lensa jernih. Selanjutnya pasien di anjurkan untuk melakukan tes tonometri atau slit
lampatau funduscopy.
Pemeriksaan Penunjang
Pasien dianjurkan melakukan pemeriksaan tonometri atau slit lamp atau funduscopy.
Diagnosa
• Diagnosa Kerja
OD Katarak Komplikata
• Diagnosa Banding
- OD Katarak Imatur
- OD Katarak Matur
- OD Katarak Komplikata
Penatalaksanaan
Pasien dapat diberikan obat catarlent eye drop 3 dd gtt 1 OD dan pasien dianjurkan
untuk melalukan tindakan bedah dengan teknik ICCE (Intracapsular Cataract Extraction)
atau ECCE (Extracapsular Cataract Extraction) atau MSICS (Manual Small Incision
Cataract Surgery) atau Phacoemulsification (Phaco)dengan implantasi IOL.
Prognosis
Quo ad vitam ad bonam
Qua ad functionam dubia ad bonam
Quo ad sanam ad bonam

Edukasi
1. Beri penjelasan kepada pasien mengenai penyakitnya, penyebab, gejala, penanganan dan
komplikasi.
2. Edukasi pasien agar segera mengobati diabetesnya ke bagian dokter penyakit dalam dan
supaya dapat penangangan yang tepat untuk yang diduga menjadi penyebab keluhan
utama.
3. Edukasi pasien agar tidak mengendarai kendaraan sendiri.
TINJAUAN TEORI

Anatomi Bola Mata Tulang Orbita

Orbita adalah cavitas bertulang pada skeleton wajah yang menyerupai piramid segi empat
berongga dengan dasarnya mengarah ke anterolateral dan apeksnya ke posteromedial.
Memiliki dasar, empat dinding dan apeks :
• Dasar : Dibentuk oleh margo orbitalis, yang merupakan tulang proteksi isi orbita dan
memberikan perlekatan untuk septum orbitale.
• Dinding superior : Dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontalis, yang memisahkan
cavitas orbitalis dari fossa cranii anterior dan bagian dari sinus
frontalis. Dibagian anterolateral, bagian depresi dangkal yang
disebut fossa glandulae lacrimalis, mengakomodasi glandula
lacrimalis.
• Dinding medial : Terutama dibentuk oleh os ethmoidale. Bagian anteriornya
teridentasi oleh sulcus lacrimalis dan fossa sacci lacrimalis.
• Dinding inferior (dasar) : Terutama dibentuk oleh os maxilla dan sebagian oleh os
zygomaticus dan palatinus. Bagian ini merupakan atap
sinus maxillaris.
• Dinding lateral : Terbentuk oleh processus frontalisos zygomaticus dan ala major ossis
sphenoidalis. Dinding ini merupakan dinding paling kuat dan paling
tebal yang penting, karena paling mudah terkena trauma langsung.
Bagian posteriornya memisahkan orbita dari fossa cranii media dan
temporalis.
• Apex orbita : Berada pada canalis opticus pada ala minor ossis sphenoidalis tepat di
sebelah medial fissure orbitalis superior.
Lapisan Luar

Lapisan luar kelopak mata terdiri dari epidermis (epitel berlapis gepeng dengan papilla)
dan dermis (folikel rambut dengan kelenjar sebase dan keringat). Lapisan interior kelopak
mata adalah membrane mukosa yang disebut konjungtiva palpebral, bagian ini terletak dekat
dengan bola mata. Lamina propia adalah lempeng jaringan ikat yang disebut tarsus, dibagian
ini dapat ditemukan kelenjar tarsal (meibomian/glandula sebasea tarsalis). Bagian ujung
kelopak mata terdapat bulu mata (cilia palpebrae) yang berhubungan dengan kelenjar sebasea
kecil, diantara folikel-folikel rambut bulu mata terdapat kelenjar keringat (moll).

Bola Mata
Setiap bola mata memiliki 3 lapisan :
1. Sclera : Merupakan lapisan terluar yang tersusun oleh jaringan ikat padat. Lapisan ini
mengandung serat jaringan ikat termasuk makrofag dan melanosit. Sclera
bagian dalam berbatasan dengan koroid, sedangkan di anterior mengalami
modifikasi menjadi kornea (tempat masuknya cahaya ke mata).
2. Uvea (lapisan vascular) : Terdiri dari tiga bagian, yaitu koroid, badan siliar dan iris.
Pada koroid terdapat banyak pembuluh darah yang memberi
makan sel fotoreseptor dan struktur bola mata.
3. Retina : Tiga perempat posterior retina adalah daerah fotosensitif. Retina terdiri dari sel
batang dan sel kerucut serta berbagai interneuron yang peka terhadap
rangsangan cahaya. Ora serrate merupakan bagian retina yang tidak
fotosensitif.

Bagian-bagian pada bola mata :


1. Sclera : Tampak sebagai bagian putih mata yang mempertahankan kekakuan bola mata.
Sambungan antara kornea dan sclera di anterior disebut dengan limbus.
2. Koroid dan badan siliar : Berbatasan dengan sclera, terdiri dari otot polos siliaris dan
prosesus siliaris yang mengandung banyak pembuluh darah
serta melekat erat pada lensa oleh ligamentum pensorium.
3. Iris : Merupakan bagian mata yang berwarna dan menutupi lensa secara parsial. Serat
otot polos sirkular dan radial membentuk lubang yaitu pupil.
4. Bagian interior mata : Dibagi dua yaitu camera posterior dan camera anterior. Keduanya
diisi oleh cairan humor aquosus. Bagian belakang lensa dalam
bola mata adalah korpus vitreus.
5. Retina : Merupakan sel peka cahaya yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut.
6. Macula lutea : Merupakan bagian mata dengan ketajaman penglihatan paling baik. Yang
terlihat sebagai bercak kecil berpigmen kuning, dengan cekungan
dangkal ditengahnya yang disebut dengan fovea (yang memiliki
konsentrasi tinggi sel kerucut).
7. Papilla optik : Tempat saraf optic meninggalkan bola mata. Papilla optic tidak
mengandung sel batang maupun kerucut dan membentuk bintik buta
mata.

Kelenjar Pada Bola Mata


Kelenjar yang terdapat di bola mata :
1. Glandula meibom : Merupakan modifikasi dlandula sebasea, produk
sekresinya adalah minyak (oil).
2. Glandula zeis : Merupakan modifikasi glandula sebasea, produk yang dihasilkan adalah
minyak (oil).
3. Glandula moll : Merupakan modifikasi glandula sudorifera, produk sekresi adalah
air (water).
KATARAK KOMPLIKATA

Definisi
Katarak komplikata merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan
proses degenerasi seperti ablasi retina, retinitispigmentosa, glaukoma, tumor intra ocular,
iskemia ocular, nekrosis anteriorsegmen, buftalmos, akibat suatu trauma dan pasca bedah
mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin (diabetes
mellitus, hipoparatiroid, galaktosemia, dan miotonia distrofi) dan keracunan obat (tiotepa
intravena, steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontra septic dan miotika
antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak
selamanya didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapat difus, pungtata
ataupun linear (Ilyas, 2007).
Terdapat banyak pendapat mengenai batasan dan penyebab dari katarak komplikata.
Dalam (Vaughan, 2007) dan (Kanski, 2007) disebutkan bahwa katarak komplikata terjadi
karena adanya penyakit intraokular yang mempengaruhi fisiologi dari lensa (paling
sering adalah uveitis). (Galloway, et al., 2006) menyebutkan katarak komplikata adalah
katarak yang terjadi karena penyakit lain baik dari penyakit mata atau bukan penyakit
mata (sistemik/ penggunaan obat).
Pendapat lain mengatakan bahwa katarak komplikata adalah katarak yang terjadi akibat
gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik atau kimiawi atau terjadi karena
adanya proses inflamasi atau penyakit degeneratif dari segmen anterior atau posterior mata
(Ilyas, 2007).
Etiologi
Menurut (Kanski, 2007) menyebutkan bahwa penyakit mata yang dapat menyebabkan
katarak komplikata contohnya adalah uveitis anterior yang kronik, glaukoma sudut tertutup,
miopia yang tinggi, serta gangguan herediter pada fundus (misalnya retinitis pigmentosa).
Dalam (Kurana, 2007) ditambahkan beberapa penyakit mata yang mungkin menyebaban
katarak komplikata, yaitu ablasio retina dan tumor intraokular.
Dalam (Galloway, et al., 2006) disebutkan penyakit atau kondisi lain (selain penyakit
mata) yang dapat menyebabkan katarak komplikata, misalnya diabetes mellitus, gangguan
kelenjar parathyroid, dan Down’s syndrome. Penggunaan obat-obatan (kortikosteroid,
amiodarone, phenotiozide, antikolinergik) juga dapat menyebabkan katarak komplikata
(Goodman, 2003).
Patofisiologi
Pada katarak komplikata karena penyakit intraokular, yang paling sering adalah karena
uveitis. (Raju dan Sivan dalam Kerala Journal of Ophthalmology, 2010) meneliti katarak
komplikata yang disebabkan oleh uveitis (karena uveitis adalah penyebab terbanyak) dan
mendapatkan hasil bahwa uveitis penyebab katarak komplikata terutama adalah uveitis
anterior yang kronis. Dalam (Kurana, 2007) disebutkan, pada uveitis anterior, misalnya
iridocyclitis, terjadi beberapa perubahan pada lensa, yaitu :
1. Penghamburan pigmen pada kapsula anterior lensa oleh karena sel radang.

2. Dapat terjadi penumpukan eksudat di lensa.

3. Pada akhirnya akan terbentuk katarak komplikata, sebagai komplikasi dari iridocyclitis
yang menetap. Tanda-tanda yang nampak yaitu adanya ‘polychromatic luster’ dan
bentukan ‘bread-crumb’.

Pada katarak komplikata karena penyakit sistemik, paling sering terjadi karena diabetes
mellitus. Patofisiologinya diduga karena adanya enzim aldose reductase yang mengkatalisa
gula reduksi menjadi sorbitol. Penumpukan sorbitol dalam sel-sel lensa mengakibatkan
perubahan osmotik sehingga lensa banyak mengandung air, indeks bias lensa berubah
sehingga daya refraksi berkurang, diikuti dengan degenerasi serat-serat protein lensa sehingga
terjadi kekeruhan pada lensa. Sebenarnya sorbitol di dalam lensa pada akhirnya akan diubah
menjadi fruktosa oleh enzim sorbitol dehydrogenase, namun karena produksi sorbitol lebih
cepat daripada konversinya menjadi fruktosa, pada akhirnya sorbitol dalam lensa akan
terakumulasi dan menyebabkan katarak (Pollreisz dan Schmidt- Erfurth, 2010).

Menurut Jobling dan Augusteyn (2002), kortikosteroid dapat menghambat growth factor
yang terdapat pada aqueous humor, sehingga sel epitelial lensa di bagian anterior yang
harusnya mendapat asupan growth factor dari aliran aqueous humor menjadi kekurangan
growth factor. Dalam kondisi seperti ini, sel epitelial yang harusnya tumbuh menjadi sel fiber
dan bermigrasi ke tengah lensa menjadi abnormal. Sel epitelial akhirnya tidak tumbuh
menjadi sel fiber dan akan bermigrasi ke polus posterior lensa, kemudian akhirnya
membentuk agregat protein yang merupakan awal dari kekeruhan lensa.
Manifestasi Klinis
Gejala utama adalah berkurang hingga hilangnya kemampuan penglihatan. Transparansi
lensa yang berkurang mengakibatkan pandangan kabur, namun tanpa nyeri. Pandangan kabur
baik jarak jauh dan dekat. Pada lensa terdapat agregat protein yang menghamburkan cahaya,
dan mengurangi transparansi lensa. Adanya gangguan pada protein lensa menyebabkan lensa
berubah warna menjadi kekuningan atau kecoklatan (Vaughan, 2007).
Pada umumnya katarak komplikata bermula sebagai katarak kortikal posterior, dimana
perubahan pada lensa biasanya nampak pada kapsula posterior. Tipe katarak komplikata yang
paling sering didapat adalah tipe subskapsular posterior (Raju dan Sivan, 2010).
Kekeruhan kataraknya biasanya ireguler pada bagian terluarnya, dan densitasnya tidak
sama. Bila diamati dengan slit lamp, kekeruhan lensa akan nampak seperti bentukan
‘breadcrumb’ (remah roti). Tanda khas lainnya ialah adanya partikel berwarna yang
‘iridescent’ (berbeda warna bila dilihat dari sudut lain) yang disebut ‘polichromatic lustre’
dengan warna merah, hijau, dan biru. Di bagian lain dari korteks lensa dapat nampak
bayangan kekuningan yang difus, kemudian kekeruhan perlahan-lahan akan menyebar ke
bagian korteks lain dan akhirnya seluruh korteks menjadi keruh. Gambaran akhirnya berupa
kekeruhan yg putih seperti kapur, dengan deposisi kalsium (Kurana, 2007).
Diagnosa
Untuk mencari diagnosis katarak komplikata, diperlukan mencari tanda-tanda katarak
komplikata, yaitu :
1. Gejala klinis dari katarak komplikata, yang didapat dari anamnesa.
Anamnesa
• Pandangan kabur hingga hilang penglihatan, kabur terutama jarak dekat
• Silau di siang hari
• Bila didahului uveitis, terdapat nyeri dan mata kemerahan
• Bila didahului uveitis, bisa didapatkan mata kemerahan dan nyeri periokular
• Diplopia
• Riwayat diabetes mellitus
• Riwayat penggunaan kortikosteroid dalam waktu lama
2. Adanya katarak yang disertai satu atau lebih penyakit yang mendasari (uveitis,
glaukoma akut, ablasio retina, dan seterusnya).
3. Kekeruhan lensa yang biasanya didapat di bagian cortex posterior.
4. Pada pemeriksaan slit lamp, biasanya batas katarak bersifat ireguler yang berekstensi
sampai nukleus lensa.
Melakukan pemeriksaan lanjutan
1. Dengan penlight : Memeriksa pupil.bila terjadi kekeruhan pada lensa pupil akan
berwarna putih (leukokoria), hal ini didapatkan pada katarak
matur. Bila belum matur perlu dilakukan midriatikum untuk
melihat lensa dengan jelas. Reflek cahaya bisa masih normal.
2. Dengan oftalmoskopi : Setelah sebelumnya pupil dilebarkan. Pada stadium insipient dan
imatur tampak kekeruhan kehitam-hitaman dengan latar
belkakang jingga, sedangkan pada stadium matur didapatkan
refleks fundus negatif.
3. Slit lamp : Untuk mengetahui luas, tebal dan lokasi kekeruhan lensa.
4. USG
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan katarak komplikata adalah mengikuti penatalaksanaan katarak pada
umumnya, disertai penatalaksanaan pada penyakit yang mendasari katarak komplikata
tersebut. Penyakit intraokuler yang sering menyebabkan kekeruhan pada lensa ialah
iridosiklitis, glaukoma, dan ablasio retina. Dimana penatalaksanaannya adalah sebagai
berikut:

1. Uveitis : Pada uveitis, katarak timbul pada subkapsul posterior akibat gangguan
metabolisme lensa bagian belakang. Kekeruhan juga dapat terjadi pada
tempat iris melekat dengan lensa, yang dapat berkembang mengenai seluruh
lensa. Katarak yang disebabkan oleh uveitis bersifat reversibel.
2. Glaukoma : Pada serangan glaukoma akut dapat mengakibatkan gangguan keseimbanan
cairan lensa sehingga menyebabkan gangguan metablisme lensa
subkapsular anterior. Katarak oleh karena glaukoma bersifat reversibel
juga, dan dapat hilang apabila tekanan bola mata sudah terkontrol.
3. Ablasio : Dilakukan tindakan bedah apabila kekeruhannya sudah mengenai seluruh
bagian lensa (lihat indikasi dilakukannya bedah).
4. Katarak Diabetes : Karena faktor utama dari terbentuknya katarak pada pasien diabetes
adalah adanya gula reduksi yang kemudian diubah menjadi sorbitol
pada lensa, maka penting bagi pasien untuk mengontrol gula
darahnya sebelum hingga sesudah tindakan pada kataraknya.
5. Katarak Karena Steroid : Katarak karena steroid merupakan suatu hasil dari proses yang
lama, dan tergantung dosis. Semakin lama penggunaan dan
semakin besar dosis, kataraknya akan semakin parah. Bila
akan diterapi kataraknya, pasien perlu konsultasi dengan
dokter untuk mengontrol/menghentikan penggunaan
steroidnya terlebih dahulu.
Secara umum penatalaksanaan katarak tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :

• Penatalaksanaan Katarak Non-Bedah


Bila pada katarak yang imatur, penatalaksanaan hanya dilakukan pengkoreksian
visus. Bisa memakai kacamata ataupun kontak. Hal ini biasanya dapat dilakukan pada
fase-fase awal saja, dengan tetap mengedukasi pasien tentang sifat progresif dari
penyakit kataraknya.
• Penatalaksanaan Katarak Secara Bedah
A. Indikasi Bedah

1) Indikasi Meningkatkan atau Mengembalikan Visus

Hal ini biasanya adalah indikasi tersering untuk dilakukannya operasi pada
mata katarak. Dikatakan sangat mengganggu visus apabila sampai pada tahap
dimana melakukan aktifitas sehari-hari menjadi sangat sulit bagi penderita.
Namun, apabila penderita menghendaki dilakukannya operasi untuk memperbaiki
visusnya (kebutuhan bekerja, atau lain-lain) operasi bisa dilakukan atas
permintaan pasien.
2) Indikasi medis
Pada indikasi medis, biasanya katarak tersebut menyebabkan penurunan dari
kesehatan mata. Sebagai contohnya, pada phacolytic glaucoma, atau
phacomorphic glaucoma.
3) Indikasi kosmetik

B. Persiapan

1) Persiapan Pre-Operasi

i. Menjelaskan pasien mengenai prosedur pembedahan, serta informed consent.


ii. Memeriksa visus mata kanan dan visus mata kiri

iii. Pemeriksaan kelenjar adnexa untuk mengobati terlebih dahulu apabila ada
dakriosistisis, ekteropion, conjunctivitis, dan lain sebagainya.
iv. Segmen anterior mata bila pada pemeriksaan bilik mata depan ditemukan
dangkal, hal ini akan menyulitkan pada saat operasi. Bila hal ini terjadi dapat
diberikan mydriaticum secara intensif.
v. Lensa untuk mengetahui kekuatan lensa, serta persiapan pengganti lensa IOL
dengan pemeriksaan biometri.
2) Penatalaksanaan Post-Operasi

i. Edukasi : Pasien disarankan untuk bergerak secara hati-hati, dan menghindari


mengangkat beban berat atau berolahraga selama 1 bulan.
ii. Proteksi : Menggunakan patch atau metal shield untuk melindungi mata.
iii. Koreksi Visus : Targetnya pasien bisa melihat secara emetrop. Koreksi visus
bisa dilakukan dengan kacamata. Bila emetrop tidak bisa
dicapai, biasanya ditargetkan menjadi myopia derajad ringan.
Jarang ditargetkan menjadi hipermetrop karena pasien akan
kesulitan melihat jarak jauh maupun dekat.
C. Teknik Pembedahan

1) ICCE (Intracapsular Cataract Extraction)

Prosedur ini mengeluarkan massa lensa serta kapsul. Namun cara ini mulai
ditinggalkan karena mempunyai komplikasi yang relatif tinggi oleh karena lebar
insisi yang dibutuhkan cukup lebar.
2) ECCE (Extracapsular Cataract Extraction)
Pada prosedur ini, massa lensa dikeluarkan dengan merobek kapsul bagian
anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior. Kapsul bagian posterior
memungkinkan menjadi tempat implantasi lensa buatan.

3) MSICS (Manual Small Incision Cataract Surgery)

Teknik ini adalah lanjutan dari ECCE, dimana seluruh lensa dikeluarkan dari
mata melalui scleral tunnel. Keuntungan dari teknik ini adalah tidak
dibutuhkannya penjahitan.
4) Phacoemulsification (Phaco)
Teknik paling sering digunakan di negara berkembang. Dimana membutuhkan
alat khusus untuk mengemulsifikasi lensa. Setelah di emulsifikasi, lensa akan
mudah di aspirasi. Keuntungannya tentu lebar insisi lebih pendek.
D. Tipe Lensa Intraokuler (IOL)

1) Rigid : Penempatan lensa tipe ini membutuhkan insisi yang lebih besar daripada
diameter lensa (3mm). Keuntungan adalah tersedia secara banyak dan
relatif lebih murah.
2) Flexible : Lensa tipe ini bisa dilipat dengan forceps atau injector, sehingga insisi
yang dilakukan lebih kecil. Terbuat dari silikon, atau akrilik, atau
hidrogel.
E. Komplikasi Operasi

1) Ruptur dari kapsul posterior komplikasi ini bersifat serius karena dapat terjadi
resiko kehilangan vitreous body, yang bisa menyebabkan perdarahan dan lepasnya
retina.
2) Suprachoroidal Haemorrhage

3) Endophtalmitis
F. Prognosis Pembedahan

Baik, pada 90% pasien yang menjalani pembedahan menunjukkan peningkatan


visus secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

American academy of ophtalmology. Lens and cataract, basic and clinical science course. AAO.
2011.
Ilyas HS, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata. 4th 3 rev. ed. Badan penerbit FKUI. 2013.
J. Mariannete. Cataract and Lens Disorder. Clinical Guide to Comprehensive Opthalmology. New
York: Thieme Medical Publishers, 1999, 303-331.
Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: systemic approach. 7th ed. Saunders.2012.
Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.
Lang, Gerhard K. Ophthalmology. Thieme: New York. 2000.
Riordan-eva P, Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology. 18th ed. McGraw-
Hill Professional. 2011.
Vaughan, Daniel G. Oftalmologi Umum. Ed 17.Jakarta: EGC. 2012.
Weng SK, William RL. Ophthakmic Pathology. USA: Blackwell publishing. 2005. Hal 13.

Anda mungkin juga menyukai