Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

* Program Profesi Dokter/G1A219024/Februari/ 2021


** Preseptor : dr. Hj. Raodah

KATARAK SENILIS IMATUR ODS

Oleh :
Denanda Rahayu, S.Ked
G1A219024

Preseptor:
dr. Hj. Raodah

PROGRAM PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
PUSKESMAS PAKUAN BARU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS

KATARAK SENILIS IMATUR ODS

Oleh :
Denanda Rahayu, S.Ked
G1A219024

Sebagai salah satu tugas Program Profesi Dokter


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Jambi
Puskesmas Pakuan Baru
2021

Jambi, Februari 2021


Preseptor

dr. Hj. Raodah

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis Imatur ODS” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Rotasi 2 di Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Raodah yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Jambi, Februari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

BAB I STATUS PASIEN............................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................9

BAB III ANALISIS KASUS.....................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25

iv
BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


1. Nama/ Jenis Kelamin/ Umur : Tn.A/ Laki-laki/ 58 tahun
2. Pekerjaan/ Pendidikan : Buruh/ SMA
3. Alamat : RT 24 Pakuan Baru

1.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang anak
c. Status ekonomi keluarga : Cukup

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis di Keluarga


a. Pasien tinggal bersama istri dan anaknya
b. Hubungan dengan anggota keluarga baik

1.4 Keluhan Utama :


Penglihatan mata kiri dan kanan kabur sejak ± 3 bulan yang lalu.

1.5 Riwayat Perjalanan Penyakit :


Pasien datang dengan keluhan penglihatan kabur sejak ± 3 bulan terakhir.
Pasien mengaku penglihatan kabur pertama kali dirasakan sejak ±1 tahun yang
lalu tetapi saat itu pasien belum merasa terganggu. Karena keluhan tidak
berkurang dan penglihatan kabur semakin bertambah berat sehingga pasien
terganggu dalam melakukan aktivitas sehari-hari terutama saat bekerja.
Keluhan seperti gatal pada mata, mata merah, adanya kotoran mata yang
banyak, riwayat trauma dan riwayat kemasukan binatang disangkal. Riwayat
penggunaaan kacamata atau menggunakan obat tetes mata juga disangkal.
Pasien mengaku baru pertama kali ini memeriksakan matanya ke Puskesmas.
1.6 Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat Hipertensi (-)
b. Riwayat Alergi (-)
c. Riwayat penyakit Diabetes Melitus (-)
d. Riwayat panyakit pada mata sebelumnya (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga


a. Riwayat keluarga yang menderita penyakit seperti pasien (-)
b. Riwayat Hipertensi (-)
c. Riwayat Diabetes Melitus (-)

1.8 Riwayat makan, alergi, obat-obatan dan perilaku kesehatan :


• Riwayat alergi makanan atau obat-obatan (-)
• Riwayat penggunaan obat-obatan jangka panjang (-)
• Riwayat penggunaan kacamata baca (-)

1.9 Pemeriksaan Fisik


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis
3. Tekanan Darah : 130/70 mmhg
4. Nadi : 80x/menit
5. Pernafasan : 18 x/menit
6. Suhu : 36,7°C
7. Berat Badan : 54 kg
8. Tinggi Badan : 155 cm
9. Status Gizi :IMT = 22,5 (Normal)

Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal, simetris, jejas (-)
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+

Status Oftalmologikus
Pemeriksaan Eksternal
OD OS

lensa keruh
Lensa keruh

Pemeriksaan OD OS
Visus Dasar 1/60 1/60
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik Duksi : baik


Versi : baik Versi : baik
Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra Superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra Inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
lythiasis (-). lythiasis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)

Kornea infiltrat (-) infiltrat (-)

Bilik Mata Depan normal, hifema (-), normal, hipema (-)


hipopion (-) hipopion (-)
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor
Reflek cahaya + +
Lensa Keruh keruh
3. Telinga : Nyeri tarik daun telinga (-), sekret (-)
4. Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-), perdarahan (-)
5. Mulut Bibir : lembab
Gigi geligi : tidak lengkap, caries (-)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-), stomatitis (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
6. Leher : pembesaran KGB (-), pembesaran tiriod (-)

7. Thoraks;
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultas BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
i

Pulmo (Paru)
Pemeriksaa
Kanan Kiri
n
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)

8. Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-) , hati dan lien tidak
teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik


Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik

1.10 Pemeriksaan Penunjang


Darah Rutin :
Hasil Pemeriksaan

HGB : 12 g/ dl
RBC : 3,94 juta/mm3 darah
WBC : 4.700 sel/ mm3 darah
PLT : 300.000 sel/mm3 darah
GDS : 98 mg/dl

1.11 Usulan Pemeriksaan


 Pemeriksaan visus dengan koreksi
 Pemeriksaan TIO
 Pemeriksaan Slit Lamp
 Funduskopi

1.12 Diagnosis Kerja


Katarak Senilis Stadium Imatur ODS (H25.013)
1.13 Diagnosis Banding
Katarak senilis matur ODS (H25.013)
Katarak senilis hipermatur ODS (H25.013)

1.14 Manajemen
1. Promotif :
a. Memberikan informasi kepada pasien bahwa keluhan penglihatan
kabur adalah karena kekeruhan pada lensa mata.
b. Pasien diberi informasi bahwa penyakit yang di derita timbul
seiring dengan peningkatan usia.
c. Memberikan edukasi bahwa terapi dari katarak adalah operasi,
tujuan operasi untuk mengangkat lensa mata yang keruh dan di
ganti dengan lensa mata buatan untuk mencegah penurunan tajam
penglihatan.
d. Makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak
mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
e. Menjaga kebersihan mata

2. Preventif :
a. Tidak menggosok-gosok mata
b. Menggunakan kacamata pelindung saat terpapar matahari
langsung

3. Kuratif :
Non Farmakologi
a. Diet makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang
banyak mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-
buahan.
b. Rujuk ke dokter spesialis mata
Farmakologi
Pengobatan yang diberikan di Puskesmas :
Tidak diberikan obat-obatan
Pengobatan Tradisional
Daun Tolot (Isotoma Longiflora)
Cara pembuatan/penggunaan :
1 lembar daun yang sudah bersih ditambah 5 sendok makan air
bersih kemudian tulang daun ditekan tekan dengan sendok. Daunnya
dibuang, airnya 3-5 tetes diteteskan kemata, di diamkan sejenak,
kotoran mata dibuang kemudian mata dicuci dengan air rebusan
daun sirih.

4. Rehabilitatif
a. Menjalani pengobatan sampai tuntas
b. Rutin kontrol ulang ke fasilitas kesehatan untuk melihat
perkembangan penyakitnya.

Resep Puskesmas

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Pakuan Baru Puskesmas Pakuan Baru
dr. Denanda Rahayu dr. Denanda Rahayu
SIP : G1A219024 SIP : G1A219024
Jl. Jen.Sudirman No.075 Kel.Tambak Sari Jl. Jen.Sudirman No.075 Kel.Tambak Sari
Kec Jambi Selatan, 36138 Kec Jambi Selatan, 36138

Jambi, 2021 Jambi, 2021


Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

Resep ilmiah 2 Resep ilmiah 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Pakuan Baru Puskesmas Pakuan Baru
dr. Denanda Rahayu dr. Denanda Rahayu
SIP : G1A219024 SIP : G1A219024
Jl. Jen.Sudirman No.075 Kel.Tambak Sari Jl. Jen.Sudirman No.075 Kel.Tambak Sari
Kec Jambi Selatan, 36138 Kec Jambi Selatan, 36138

Jambi, 2021 Jambi, 2021

Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya. Kekeruhan itu terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa
yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada
saat perkembangan serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi.1
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi
penurunan penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan
secara progresif. Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di
dunia saat ini.2

2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2010, prevalensi katarak di Amerika Serikat adalah
17,1%. Katarak paling banyak mengenai ras putih (80%) dan perempuan
(61%). Menurut hasil survei Riskesdas 2013, prevalensi katarak di
Indonesia adalah 1,4%, dengan responden tanpa batasan umur. 3

2.3 Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang
dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai
berikut :1
a. Penyakit sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya diabetes
melitus, dislpidemia.
b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.
c. Riwayat keluarga dengan katarak
d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu
e. Pembedahan mata
f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang
g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.
h. Efek dari merokok dan alcohol.

2.4 Patogenesis
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada
orang tua. Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum
sepenuhnya dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang
hidup, tidak ada selsel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia,
lensa bertambah berat dan tebal sehingga kemampuan akomodasinya
menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara
konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga nukleus lensa
mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi
kimia menjadi high-molecular-weight-protein. Agregasi protein ini
menyebabkan fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa, penyebaran
sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan kimia protein lensa
nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring
berjalannya usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa
yang seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan
cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan konsentrasi Glutathione dan
Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium dan Kalsium.

2.5 Faktor Resiko


Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan menjadi faktor
individu, lingkungan, dan faktor protektif. Faktor individu terdiri atas usia,
jenis kelamin, ras, serta faktor genetik. Faktor lingkungan termasuk
kebiasaan merokok, paparan sinar ultraviolet, status sosioekonomi, tingkat
pendidikan, diabetes mellitus, hipertensi, penggunaan steroid, dan obat-
obat penyakit gout. Faktor protektif meliputi penggunaan aspirin dan
terapi pengganti hormon pada wanita.4

2.6 Klasifikasi
Berdasarkan anatomi katarak dibagi menjadi: 3

Gambar 1. Klasifikasi katarak berdasarkan anatomi

1. Katarak Nuklear
Bentuk katarak yang sangat umum.Kekeruhan terutama pada nucleus
yang terletak dibagian sentral lensa. Katarak ini diakibatkan oleh
bertambahnya usia.
2. Katarak Kortikal
Katarak atau kekeruhan lensa yang terbentuknya pada korteks lensa.
Diabetes mellitus akan mengakibatkan katarak kortikal ini. Pemeriksaan
menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran
vakuola dan seperti celah air disebabkan degenerasi serabut lensa, serta
pemisahan lamela korteks anterior atau posterior oleh air. Gambaran
Cortical-spokes seperti baji terlihat di perifer lensa dengan ujungnya
mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap apabila dilihat
menggunakan retroiluminasi.
3. Katarak Subkapsular Posterior
Biasanya mulai dibelakang lensa.Bentuk katarak subkapsular sering
ditemukan pada penderita diabetes mellitus, rabun jauh berat, retinitis
pigmentosa atau penderita yang memakai steroid lama.Katarak tipe ini
terletak pada lapisan korteks posterior dan biasanya selalu aksial. Pada
tahap awal biasanya katarak subkapsularis posterior ini masih terlihat
halus pada pemeriksaan slit lamp di lapisan korteks posterior, tetapi
pada tahap lebih lanjut terlihat kekeruhan granular dan seperti plak pada
korteks subkapsular posterior. Gejala yang timbul dapat berupa silau,
diplopia monokular dan lebih kabur melihat dekat dibandingkan
melihat jauh.

Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam:


1. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera
setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun.Katarak kongenital
merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat.
Katarak kongenital digolongkan dalam:
 Kapsulolentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular
dan katarak polaris.
 Katarak Lentikular, dimana pada golongan ini termasuk katarak yang
mengenai korteks atau nukleus lensa saja.
Pada pupil mata bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat
bercak putih atausuatu leukokoria. Untuk mengetahui penyebab katarak
kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi pada ibu
seperti rubella pada kehamilan trimester pertama dan riwayat pemakaian
obat selama kehamilan.
2. Katarak Juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuk
pada usia kurang dari 9 tahun dan lebih dari 3 bulan. Katarak juvenile
biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya
merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya
seperti:
Katarak metabolik
 Katarak diabetik dan galaktosemik (gula)
 Katarak hipokalsemik (tetanik)
 Katarak defisiensi gizi
 Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom Lowe dan homosistinuria)
 Penyakit Wilson
 Katarak berhubungan dengan kelainan metabolik lain.
Katarak komplikata
 Kelainan kongenital dan herediter (siklopia, koloboma, mikroftalmia,
aniridia, pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridis).
 Katarak degeneratif (dengan miopia dan distrofi vitreoretinal), seperti
Wagner dan retinitis pigmentosa, dan neoplasma).
 Katarak anoksik
 Toksik (kortikosteroid sistemik atau topikal, ergot, naftalein, dinitrofenol,
triparanol, antikholinesterase, klorpromazin, miotik, klorpromazin,
busulfan, dan besi).
 Lain-lain kelainan kongenital, sindrom tertentu, disertai kelainan kulit
(sindermatik), tulang (disostosis kraniofasial, osteogenesis imperfekta,
kondrodistrofia kalsifikans kongenita pungtata), dan kromosom.
 Katarak radiasi
3. Katarak Senilis, katarak setelah usia 50 tahun
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun. Penyebabnya sampai sekarag tidak diketahui
secara pasti.Katarak senil secara klinis dikenal dalam 4 stadium yaitu insipien,
imatur, matur dan hipermatur.
I. Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut Kekeruhan mulai dari tepi
akuator berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior. Vakuol
mula terlihat di dalam korteks.Katarak subkapsular posterior, kekeruhan
ini mulai terlihat anterior subkapsular posterior, celah berbentuk antara
serat lensa dan korteks berisi jaringan degeneratif pada katarak insipien.
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi
yang tidak sama pada semua bagian lensa.

Gambar 2. Katarak Insipien


II. Katarak imatur
Sebagian lensa keruh atau katarak yang
belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa degeneratif. Pada keadaan
lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.

Gambar 3. Katarak Imatur


III. Katarak matur
Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini biasa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila
katarak imatur tidak dikeluarkan,maka cairan lensa akan keluar sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada
lensa yang keruh, sehingga uji bayangan negatif.

Gambar 4. Katarak Matur


IV. Katarak hipermatur
Katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut, dapat menjadi keras
atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi keluar dari
kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil, berwarna kuning dan
kering.Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul
lensa.Kadang-kadang pengkerutan berjalan terus sehingga hubungan
dengan zonula Zinn menjadi kendur. Bila proses katarak berjalan lanjut
disertai dengan kapsul yang tebal, maka korteks yang berdegenerasi dan
cair tidak dapat keluar, korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai
sekantong susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks
lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni.

Gambar 5. Katarak Hipermatur


Klasifikasi Katarak Lainnya
a. Katarak Komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaukoma, tumor
intraokular, iskemia okular, akibat suatu trauma dan pasca bedah mata.
Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik endokrin
( hipoparatiroid, galaktosemia dan miotonia distrofi) dan keracunan obat
(steroid lokal lama, steroid sistemik, oral kontra septik dan miotika
antikolinesterase). Katarak komplikata memberikan tanda khusus dimana
mulai katarak selamanya di daerah bawah kapsul atau pada lapisan korteks,
kekeruhan dapat difus, pungtata ataupun linear.Dapat berbentuk rosete,
retikulum dan biasanya terlihat vakuol.
Dikenal 2 bentuk yaitu:
 Kelainan pada polus posterior mata terjadi akibat penyakit koroiditis,
retinitis pigmentosa, ablasi retina, miopia tinggi dan kontusio retina.
Biasanya kelainan ini berjalan aksial sehingga sering terlihat nukleus
lensa tetap jernih. Katarak akibat miopia tinggi dan ablasi retina
memberikan gambaran agak berlainan.
 Kelainan pada polus anterior mata Biasanya akibat kelainan kornea
berat, iridosiklitis, kelainan neoplasma dan glaukoma. Pada katarak
iridosiklitis akan mengakibatkan katarak subkapsularis anterior
sedangkan pada katarak akibat glaukoma akan terlihat katarak
disiminata pungtata subkapsular anterior.
b. Katarak Diabetes
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit Diabetes Mellitus.
Katarak pada pasien diabetes mellitus dapat terjadi dalam 3 bentuk:
 Pasien dengan dehidrasi berat, asidosis dan hiperglikemi nyata, pada
lensa akan terlihat kekruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.
Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensa, kekeruhan akan
hilang jika terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali.
 Pasien diabetes juvenil dan tua tidak terkontrol, dimana terjadi katarak
serentak pada kedua mata dalam 48 jam, bentuk dapat snowflakes atau
bentuk piring subkapsular.
 Katarak pada pasien diabetes dewasa dimana gambaran secara
histologi dan biokimia sama dengan katarak pasien non diabetik.

c. Katarak Sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal,
paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari ekstraksi katarak ekstra
kapsular (EKEK). Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti
disisio katarak sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan
seluruh membran keruh.

2.7 Diagnosis
a. Manifestasi klinis
Pasien dengan katarak akan mengeluh, gangguan penglihatan dapat
berupa:
a. Merasa silau
b. Melihat halo disekitar sinar
c. Penglihatan menurun
d. Berkabut, berasap
e. Sukar melihat di malam hari atau penerangan redup
f. Melihat ganda
g. Melihat warna terganggu

b. Pemeriksaan Fisik
- Penurunan ketajaman penglihatan
Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan
ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat.Ketajaman
penglihatan dekatlebih sering menurun jika dibandingkan dengan
ketajaman pengihatan jauh, halini mungkin disebabkan adanya daya
konstriksi pupil yang kuat. Penglihatan menurun tergantung pada
derajat katarak. Katarak imatur  dari sekitar 6/9 - 1/60 pada katarak
matur hanya 1/300 – 1/~.
- Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga
sedang.Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan
berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. namun setelah
sekian waktu bersamaandengan memburuknya kualitas lensa,rasa
nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya
katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yangasimetris pada
kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak
dapatdikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi
katarak.

2.8 Diagnosis Banding


 Katarak diabetes
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus.
Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan sistemik, seperti salah satunya
pada penyakit diabetes mellitus.
 Katarak komplikata
Merupakan katarak akibat penyakit mata lain seperti radang, dan proses
degenerasi seperti ablasi retina, retinitis pigmentosa, glaucoma, tumor
intraocular, iskemia ocular, nekrosis anterior segmen, buftalmos,akibat suatu
trauma dan pasca bedah mata. Katarak komplikata dapat juga disebabkan oleh
penyakit sistemik endokrin(diabetes melitus, hipoparatiroid,galaktosemia,dan
miotonia distrofi) dan keracunan obat ( tiotepa intravena, steroid local lama,
steroid sistemik, oral kontraseptik dan miotika antikolinesterase ). Katarak
komplikata memberikan tanda khusus dimana mulai katarak selamanya
didaerah bawah kapsul atau pada lapis korteks, kekeruhan dapay difus,
pungtata, linear, rosete, reticulum dan biasanya terlihat vakuol. 
 Katarak traumatik
Retinopati hipertensi adalah suatu kondisi dengan karakteristik perubahan
vaskularisasi retina pada populasi yang menderita hipertensi.Untuk
memastikan ada tidaknya retinopati hipertensif adalah melalui pemeriksaan
funduskopi direk.Funduskopi direk digunakan untuk melihat adanya
perubahan fundus akibat hipertensi. Tanda-tanda pada retina yang diobservasi
adalah penyempitan arteriolar secara general dan fokal, perlengketan atau
“nicking” arteriovenosa, perdarahan retina dengan bentuk  flame-shape dan -
blot-shape,cotton-wool spots, dan edema papilla.

2.9 Tatalaksana
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi, tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Operasi katarak
dilakukan dengan cara ekstraksi lensa dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular.
Pengobatan Preoperatif
 Antibiotik topical
 Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
 Informed consent
 Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
 Menjaga agar pupil tetap berdilatasi

Katarak dapat dilakukan tindakan pembedahan :


1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)
Merupakan tekhnik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah katarak
ekstrakapsular. Seluruh lensa bersama dengan pembungkus atau kapsulnya
dikeluarkan.Diperlukan sayatan yang cukup luas dan jahitan yang banyak
(14-15mm). Prosedur tersebut relatif beresiko tinggi disebabkan oleh insisi
yang lebar dan tekanan pada badan vitreus.Metode ini sekarang sudah
ditinggalkan.
Metode yang mengangkat seluruh lensa bersama kapsulnya melalui insisi
limbus superior 140-160 derajat. Masih dapat dilakukan pada zonula Zinn
yang telah rapuh atau berdegenerasi atau mudah putus. Keuntungannya
adalah tidak akan terjadi katarak sekunder.1
Meskipun demikian, terdapat beberapa kerugian dan komplikasi post
operasi yang mengancam dengan teknik ICCE. Insisi limbus superior yang
lebih besar 160-180º dihubungkan dengan penyembuhan yang lebih lambat,
rehabilitasi tajam penglihatan yang lebih lambat, angka kejadian astigmatisma
yang lebih tinggi, inkarserata iris, dan lepasnya luka operasi. Edema kornea
juga dapat terjadi sebagai komplikasi intraoperatif dan komplikasi dini.insisi
yang sangat lebar dan astigmatisma yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus
selama operasi sangat besar.
Gambar 6. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

2. Ekstra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Merupakan tekhnik operasi katarak dengan melakukan pengangkatan
nukleus lensa dan korteks melalui pembukaan kapsul anterior yang lebar 9-
10mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
Metode ini mengangkat isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior, sehingga masa lensa dan korteks lensa dapat keluar melalui
robekan tersebut. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda,
pasien dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
okuler posterior. Keuntungan dari metode ini adalah karena kapsul posterior
untuh maka dapat dimasukan lensa intraokuler ke dalam kamera posterior
serta insiden komplikasi paska operasi (ablasi retina dan edema makula
sistoid) lebih kecil jika dibandingkan metode intrakapsular. Penyulit yang
dapat terjadi yaitu dapat timbul katarak sekunder.

Gambar 7. Capsular Cataract Extraction (ECCE)

3. Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Pada tekhnik ini insisi dilakukan di sklera sekitar 5.5mm –
7.0mm.Keuntungan insisi pada sklera kedap air sehingga membuat katup dan
isi bola mata tidak prolaps keluar.Dan karena insisi yang dibuat ukurannya
lebih kecil dan lebih posterior, kurvatura kornea hanya sedikit berubah.
4. Phacoemulsification
Merupakan salah satu tekhnik ekstraksi katarak ekstrakapsuler yang
berbeda dengan ekstraksi katarak ekstrakapsular standar (dengan ekspresi dan
pengangkatan nukleus yang lebar). Sedangkan fakoemulsifikasi
menggunakan insisi kecil, fragmentasi nukleus secara ultrasonik dan aspirasi
korteks lensa dengan menggunakan alat fakoemulsifikasi. Secara teori operasi
katarak dengan fakoemulsifikasi mengalami perkembangan yang cepat dan
telah mencapai taraf bedah refraktif oleh karena mempunyai beberapa
kelebihan yaitu rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi setelah operasi yang
ringan, astigmatisma akibat operasi yang minimal dan penyembuhan luka
yang cepat.
Phacoemulsification merupakan modifikasi dari metode ekstrakapsular
karena sama-sama menyisakan kapsul bagian posterior. Insisi yang
diperlukan sangat kecil yaitu 5 mm yang berguna untuk mempercepat
kesembuhan paska operasi. Kemudian kapsul anterior lensa dibuka.Dari
lubang insisi yang kecil tersebut dimasukan alat yang mampu mengeluarkan
getaran ultrasonik yang mampu memecah lensa menjadi kepingan-kepingan
kecil, kemudian dilakukan aspirasi.Teknik ini bermanfaat pada katarak
kongenital, traumatik dan kebanyakan katarak senilis. Namun kurang efektif
untuk katarak senilis yang padat.

Gambar 8. Phacoemulsification19
BAB III
ANALISIS KASUS

1. Hubungan diagnosis dengan keluarga dan hubungan keluarga:


Dari hasil lingkungan keluarga dan hubungan keluarga yang baik dan
harmonis dapat disimpulkan bahwa penyakit yang diderita pasien tidak
berhubungan dengan keadaan lingkungan keluarga dan hubungan keluarga.

2. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga,


lingkungan sekitar, dan kebiasaan:
Derajat kesehatan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perilaku kesehatan dan lingkungan di sekitar tempat tinggal kita. Diantara
faktor – faktor tersebut pengaruh perilaku terhadap status kesehatan, baik
kesehatan individu maupun keluarga sangatlah besar.
Pada pasien ini perilaku kesehatan keluarganya cukup baik begitu juga
lingkungan sekitar yang baik. Sehingga tidak ada hubungan antara diagnosis
penyakit dengan perilaku kesehatan dan lingkungan sekitar.

3. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien:
Dan dari hasil anamesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa
kemungkinan terbesar penyebab dari penyakit pasien adalah karena proses
penuaan.

4. Analisis untuk mengurangi paparan:


Mengkonsumsi makan makanan yang sehat dan bergizi terutama makanan
yang banyak mengandung antioksidan seperti buah dan sayuran. Namun,
karena penyakit ini salah satu penyebabnya adalah proses penuaan sehingga
terkadang tidak dapat dihindari.

5. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga


 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga bahwa pasien
menderita katarak senilis, dimana penyakit ini berhubungan dengan usia
serta proses penuaan yang terjadi di dalam lensa.
 Memberikan edukasi bahwa terapi dari katarak senilis adalah operasi,
tujuan operasi untuk mengangkat lensa mata yang keruh dan di ganti
dengan lensa mata buatan untuk mencegah penurunan tajam penglihatan.
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang tindakan operasi yang
dilakukan pada katarak senilis dimana memiliki resiko post operasi serta
membutuhkan perawatan tertentu post operasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, Sidarta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI Jakarta
2. Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI Jakarta
3. Astari P. 2018. Katarak : Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi
Operasi.Yogyakarta: FKUGM
4. Wijana Nana, S, D. 1993. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 6. Abdi Tegal.
Jakarta 1993
5. Kanski JJ. 1999. Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 4th ed.
Oxford. Butterworth Heinemann
6. Astari P. 2018. Katarak : Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi
Operasi.Yogyakarta: FKUGM
7. Victor V. 2018 Cataract Senile. 2 november 2018. Philippines;

Anda mungkin juga menyukai