Oleh :
Denanda Rahayu, S.Ked
G1A219024
Preseptor:
dr. Hj. Raodah
LAPORAN KASUS
Oleh :
Denanda Rahayu, S.Ked
G1A219024
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Katarak Senilis Imatur ODS” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Rotasi 2 di Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Raodah yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
iv
BAB I
STATUS PASIEN
Pemeriksaan Organ
1. Kepala Bentuk : normocephal, simetris, jejas (-)
2. Mata Exopthalmus/enophtal : (-)
Kelopak : normal
Conjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya +/+
Status Oftalmologikus
Pemeriksaan Eksternal
OD OS
lensa keruh
Lensa keruh
Pemeriksaan OD OS
Visus Dasar 1/60 1/60
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia
Palpebra Superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra Inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
lythiasis (-). lythiasis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
7. Thoraks;
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Kanan : ICS IV linea parasternal dekstra
Kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Auskultas BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
i
Pulmo (Paru)
Pemeriksaa
Kanan Kiri
n
Inspeksi Statis & dinamis: simetris Statis & dinamis : simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
ronkhi (-) ronkhi (-)
8. Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan (-) , hati dan lien tidak
teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
HGB : 12 g/ dl
RBC : 3,94 juta/mm3 darah
WBC : 4.700 sel/ mm3 darah
PLT : 300.000 sel/mm3 darah
GDS : 98 mg/dl
1.14 Manajemen
1. Promotif :
a. Memberikan informasi kepada pasien bahwa keluhan penglihatan
kabur adalah karena kekeruhan pada lensa mata.
b. Pasien diberi informasi bahwa penyakit yang di derita timbul
seiring dengan peningkatan usia.
c. Memberikan edukasi bahwa terapi dari katarak adalah operasi,
tujuan operasi untuk mengangkat lensa mata yang keruh dan di
ganti dengan lensa mata buatan untuk mencegah penurunan tajam
penglihatan.
d. Makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang banyak
mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-buahan.
e. Menjaga kebersihan mata
2. Preventif :
a. Tidak menggosok-gosok mata
b. Menggunakan kacamata pelindung saat terpapar matahari
langsung
3. Kuratif :
Non Farmakologi
a. Diet makan makanan yang sehat dan bergizi terutama yang
banyak mengandung antioksidan seperti sayur dan buah-
buahan.
b. Rujuk ke dokter spesialis mata
Farmakologi
Pengobatan yang diberikan di Puskesmas :
Tidak diberikan obat-obatan
Pengobatan Tradisional
Daun Tolot (Isotoma Longiflora)
Cara pembuatan/penggunaan :
1 lembar daun yang sudah bersih ditambah 5 sendok makan air
bersih kemudian tulang daun ditekan tekan dengan sendok. Daunnya
dibuang, airnya 3-5 tetes diteteskan kemata, di diamkan sejenak,
kotoran mata dibuang kemudian mata dicuci dengan air rebusan
daun sirih.
4. Rehabilitatif
a. Menjalani pengobatan sampai tuntas
b. Rutin kontrol ulang ke fasilitas kesehatan untuk melihat
perkembangan penyakitnya.
Resep Puskesmas
Pro : Pro :
Alamat: Alamat:
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-
duanya. Kekeruhan itu terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa
yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada
saat perkembangan serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi.1
Katarak Senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Pada katarak senilis terjadi
penurunan penglihatan secara bertahap dan lensa mengalami penebalan
secara progresif. Katarak senilis menjadi salah satu penybeab kebutaan di
dunia saat ini.2
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2010, prevalensi katarak di Amerika Serikat adalah
17,1%. Katarak paling banyak mengenai ras putih (80%) dan perempuan
(61%). Menurut hasil survei Riskesdas 2013, prevalensi katarak di
Indonesia adalah 1,4%, dengan responden tanpa batasan umur. 3
2.3 Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Faktor-faktor yang
dapat memicu timbulnya penyakit katarak, diantaranya adalah sebagai
berikut :1
a. Penyakit sistemik seperti peradangan dan metabolik, misalnya diabetes
melitus, dislpidemia.
b. Kekurangan vitamin A, B1, B2 dan C.
c. Riwayat keluarga dengan katarak
d. Penyakit infeksi atau cedera mata terdahulu
e. Pembedahan mata
f. Pemakaian obat-obatan tertentu (kortikosteroid) dalam jangka panjang
g. Faktor lingkungan, seperti trauma, penyinaran, dan sinar ultraviolet.
h. Efek dari merokok dan alcohol.
2.4 Patogenesis
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada
orang tua. Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum
sepenuhnya dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang
hidup, tidak ada selsel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia,
lensa bertambah berat dan tebal sehingga kemampuan akomodasinya
menurun. Saat lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara
konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah sehingga nukleus lensa
mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi
kimia menjadi high-molecular-weight-protein. Agregasi protein ini
menyebabkan fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa, penyebaran
sinar cahaya, dan penurunan transparansi. Perubahan kimia protein lensa
nuklear ini juga menghasilkan pigmentasi yang progresif sehingga seiring
berjalannya usia lensa menjadi bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa
yang seharusnya jernih tidak bisa menghantarkan dan memfokuskan
cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan konsentrasi Glutathione dan
Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium dan Kalsium.
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan anatomi katarak dibagi menjadi: 3
1. Katarak Nuklear
Bentuk katarak yang sangat umum.Kekeruhan terutama pada nucleus
yang terletak dibagian sentral lensa. Katarak ini diakibatkan oleh
bertambahnya usia.
2. Katarak Kortikal
Katarak atau kekeruhan lensa yang terbentuknya pada korteks lensa.
Diabetes mellitus akan mengakibatkan katarak kortikal ini. Pemeriksaan
menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan gambaran
vakuola dan seperti celah air disebabkan degenerasi serabut lensa, serta
pemisahan lamela korteks anterior atau posterior oleh air. Gambaran
Cortical-spokes seperti baji terlihat di perifer lensa dengan ujungnya
mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap apabila dilihat
menggunakan retroiluminasi.
3. Katarak Subkapsular Posterior
Biasanya mulai dibelakang lensa.Bentuk katarak subkapsular sering
ditemukan pada penderita diabetes mellitus, rabun jauh berat, retinitis
pigmentosa atau penderita yang memakai steroid lama.Katarak tipe ini
terletak pada lapisan korteks posterior dan biasanya selalu aksial. Pada
tahap awal biasanya katarak subkapsularis posterior ini masih terlihat
halus pada pemeriksaan slit lamp di lapisan korteks posterior, tetapi
pada tahap lebih lanjut terlihat kekeruhan granular dan seperti plak pada
korteks subkapsular posterior. Gejala yang timbul dapat berupa silau,
diplopia monokular dan lebih kabur melihat dekat dibandingkan
melihat jauh.
c. Katarak Sekunder
Terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal,
paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari ekstraksi katarak ekstra
kapsular (EKEK). Pengobatan katarak sekunder adalah pembedahan seperti
disisio katarak sekunder, kapsulotomi, membranektomi, atau mengeluarkan
seluruh membran keruh.
2.7 Diagnosis
a. Manifestasi klinis
Pasien dengan katarak akan mengeluh, gangguan penglihatan dapat
berupa:
a. Merasa silau
b. Melihat halo disekitar sinar
c. Penglihatan menurun
d. Berkabut, berasap
e. Sukar melihat di malam hari atau penerangan redup
f. Melihat ganda
g. Melihat warna terganggu
b. Pemeriksaan Fisik
- Penurunan ketajaman penglihatan
Katarak sering kali berkaitan dengan terjadinya penurunan
ketajaman penglihatan, baik untuk melihat jauh maupun dekat.Ketajaman
penglihatan dekatlebih sering menurun jika dibandingkan dengan
ketajaman pengihatan jauh, halini mungkin disebabkan adanya daya
konstriksi pupil yang kuat. Penglihatan menurun tergantung pada
derajat katarak. Katarak imatur dari sekitar 6/9 - 1/60 pada katarak
matur hanya 1/300 – 1/~.
- Miopisasi
Perkembangan katarak pada awalnya dapat meningkatkan kekuatan
dioptri lensa, biasanya menyebabkan derajat miopia yang ringan hingga
sedang.Ketergantungan pasien presbiopia pada kacamata bacanya akan
berkurang karena pasien ini mengalami penglihatan kedua. namun setelah
sekian waktu bersamaandengan memburuknya kualitas lensa,rasa
nyaman ini berangsur menghilang dan diikuti dengan terjadinya
katarak sklerotik nuklear. Perkembangan miopisasi yangasimetris pada
kedua mata bisa menyebabkan anisometropia yang tidak
dapatdikoreksi lagi, dan cenderung untuk diatasi dengan ekstraksi
katarak.
2.9 Tatalaksana
Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi, tetapi jika gejala
katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Operasi katarak
dilakukan dengan cara ekstraksi lensa dengan prosedur intrakapsular atau
ekstrakapsular.
Pengobatan Preoperatif
Antibiotik topical
Preparasi pada mata sebelum operasi dilakukan
Informed consent
Menurunkan tekanan bola mata (TIO)
Menjaga agar pupil tetap berdilatasi
Gambar 8. Phacoemulsification19
BAB III
ANALISIS KASUS
1. Ilyas, Sidarta. 2005. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta :
Balai Penerbit FK UI Jakarta
2. Ilyas, Sidarta. 2009. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai Penerbit
FK UI Jakarta
3. Astari P. 2018. Katarak : Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi
Operasi.Yogyakarta: FKUGM
4. Wijana Nana, S, D. 1993. Ilmu Penyakit Mata, Edisi 6. Abdi Tegal.
Jakarta 1993
5. Kanski JJ. 1999. Clinical Ophtalmology A Systematic Approach. 4th ed.
Oxford. Butterworth Heinemann
6. Astari P. 2018. Katarak : Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi
Operasi.Yogyakarta: FKUGM
7. Victor V. 2018 Cataract Senile. 2 november 2018. Philippines;