LAPORAN KASUS
Furunkel
Oleh :
Anna Hanifa Defrita, S.Ked
G1A218105
Pembimbing:
dr. Hj.Raudah
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
FURUNKEL
Oleh :
Anna Hanifa Defrita, S.Ked
G1A218105
Pembimbing
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Furunkel” sebagai kelengkapan
persyaratan dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Rotasi 2 di Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hj. Raudah yang telah
bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Pakuan Baru.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan guna kesempurnaan laporan kasus ini, sehingga nantinya dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
Penulis
4
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI.................................................................................................iv
BAB I STATUS PASIEN...............................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................9
BAB III ANALISIS KASUS........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................18
5
BAB I
LAPORAN KASUS
b. Pekerjaan/Pendidikan : IRT/SMA
Pasien berkeringat berlebihan baik pada saat aktivitas ringan maupun tidak
sedang beraktivitas
Pemeriksaan Generalisata
Cor (Jantung)
Pulmo (Paru)
8. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar, caput medusa (-), venektasi (-).
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (+), hepar lien ginjal tidak
teraba.
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
9. Ekstremitas:
Superior : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik
Inferior : Edema (-/-), akral hangat, CRT <2 detik
Status Lokalis
1.13 Manajemen
1. Promotif :
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan yang bergizi
Mengatur pola makan yang teratur dan tepat waktu
Segera membawa ke tempat pelayanan kesehatan jika sakit
berulang
Menjelaskan bahwa penyakit dapat berulang
Memberi tahu faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit
pasien
2. Preventif :
Farmakologi
Omeprazole cap 1x20 mg
Antasida tab 3x200 mg
Domperidon tab 3x10mg
4. Rehabilitatif
Memantau penyakit pasien secara rutin. Hal ini dilakukan
dengan kerja sama dari pasien tersebut dengan mengikuti saran
dokter untuk datang berobat secara berkala.
Jika keluhan dirasakan kembali segera berobat ke pelayanan
medis terdekat
Menyediakan persediaan obat di rumah
12
Pro : Ny. F
Umur: 27 Tahun Pro : Ny. R
Alamat: RT 06 Pulo Gedong Umur: 51 Tahun
Alamat: RT 03 Pasir Panjang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 FURUNKEL
2.1.1 Definisi
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut dan jaringan subkutan
sekitarnya. Furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat. Jika lebih dari
faktor antara lain akibat iritasi, kebersihan yang kurang, dan daya tahan tubuh
yang kurang. Infeksi dimulai dengan adanya peradangan pada folikel rambut di
aureus, yang disertai oleh keradangan daerah sekitarnya dan juga jaringan
Gambar 1. Furunkel. 5
14
Gambar 2. Furunkulosis. 6
Gambar 3. Karbunkel 3
2.1.2. Sinonim
2.1.3. Epidemiologi
Penyakit ini memiliki insidensi yang rendah. Belum terdapat data spesifik
anak, remaja sampai dewasa muda frekuensi terjadinya antara pria dan wanita.2
15
2.1.4. Etiologi
Permukaan kulit normal atau sehat dapat dirusak oleh karena iritasi,
yang lain, sehingga kerusakan dari kulit tersebut dipakai sebagai jalan masuknya
melalui kontak atau auto inokulasi dari lesi penderita. Furunkulosis dapat menjadi
diabetes mellitus.3
2.1.5 Patogenesis
Kulit memiliki flora normal, salah satunya S.aureus yang merupakan flora
residen pada permukaan kulit dan kadang-kadang pada tenggorokan dan saluran
hidung. Predileksi terbesar penyakit ini pada wajah, leher, ketiak, pantat atau
paha. Bakteri tersebut masuk melalui luka, goresan, robekan dan iritasi pada kulit.
terhadap infeksi S.aureus adalah pengerahan sel PMN ke tempat masuk kuman
tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ke tempat infeksi
oleh komponen bakteri seperti formylated peptides atau peptidoglikan dan sitokin
TNF (tumor necrosis factor) dan interleukin (IL) 1 dan 6 yang dikeluarkan oleh
sel endotel dan makrofag yang teraktivasi. Hal tersebut menimbulkan inflamasi
dan pada akhirnya membentuk pus yang terdiri dari sel darah putih, bakteri dan
penyakit furunkel. Lesi mula-mula berupa infiltrat kecil, dalam waktu singkat
Kemudian pada tempat rambut keluar tampak bintik-bintik putih sebagai mata
bisul. Nodus tadi akan melunak (supurasi) menjadi abses yang akan memecah
melalui lokus minoris resistensi yaitu di muara folikel, sehingga rambut menjadi
rontok atau terlepas. Jaringan nekrotik keluar sebagai pus dan terbentuk fistel.
Karena adanya mikrolesi baik karena garukan atau gesekan baju, maka kuman
furunkel yaitu, musim panas (karena produksi keringat berlebih), kebersihan dan
hygiene yang kurang, lingkungan yang kurang bersih. Sedangkan faktor endogen
kemudian menjadi pustule dan mengalami nekrosis dan menyembuh setelah pus
Nyeri terjadi terutama pada furunkel yang akut, besar, dan lokasinya di
hidung dan lubang telinga luar. Bisa timbul gejala kostitusional yang sedang,
seperti panas badan, malaise, mual. Furunkel dapat timbul di banyak tempat dan
dapat sering kambuh. Predileksi dari furunkel yaitu pada muka, leher, lengan,
2.1.7. Diagnosa
a. Anamnesa
18
Penderita datang dengan keluhan terdapat nodul yang nyeri. Ukuran nodul
tersebut meningkat dalam beberapa hari. Beberapa pasien mengeluh demam dan
malaise.4
b. Pemeriksaan Fisik
Terdapat nodul berwarna merah, hangat dan berisi pus. Supurasi terjadi
setelah kira-kira 5-7 hari dan pus dikeluarkan melalui saluran keluar tunggal
(single follicular orifices). Furunkel yang pecah dan kering kemudian membentuk
lubang yang kuning keabuan ireguler pada bagian tengah dan sembuh perlahan
dengan granulasi.8
c. Pemeriksaan Penunjang
furunkel menunjukkan proses inflamasi dengan PMN yang banyak di dermis dan
bergerombol seperti anggur, dan tidak bergerak. Kultur pada medium agar MSA
(Manitot Salt Agar) selektif untuk S.aureus. Bakteri ini dapat memfermentasikan
manitol sehingga terjadi perubahan medium agar dari warna merah menjadi
kuning. Kultur S. aureus pada agar darah menghasilkan koloni bakteri yang lebar
(6-8 mm), permukaan halus, sedikit cembung, dan warna kuning keemasan. Uji
a. Kista Epidermal
Diagnosa banding yang paling utama dari furunkel adalah kista epidermal
dengan tiba-tiba menjadi merah, nyeri tekan dan ukurannya bertambah dalam satu
atau beberapa hari sehingga dapat menjadi diagnosa banding furunkel. Diagnosa
pada tempat yang sama, terdapatnya orificium kista yang terlihat jelas dan
penekanan lesi tersebut akan mengeluarkan masa seperti keju yang berbau tidak
b. Hidradenitis Suppurativa
21
furunkel. Berbeda dengan furunkel, penyakit ini ditandai oleh abses steril dan
sering berulang. Selain itu, daerah predileksinya berbeda dengan furunkel yaitu
pada aksila, lipat paha, pantat atau dibawah payudara. Adanya jaringan parut yang
lama, adanya saluran sinus serta kultur bakteri yang negatif memastikan diagnosis
c. Sporotrikosis
berjejer sesuai dengan aliran limfe, pada perabaan terasa kenyal dan terdapat nyeri
tekan.2
d. Blastomikosis
melunak. 2
e. Skrofuloderma
(skin bridges). 2
2.1.9 Penatalaksanaan
Pada furunkel di bibir atas pipi dan karbunkel pada orang tua sebaiknya
dirawat inapkan. Pengobatan topikal, bila lesi masih basah atau kotor dikompres
dengan solusio sodium chloride 0,9%. Bila lesi telah bersih, diberi salep natrium
diberikan selama tujuh sampai sepuluh hari. Lebih baiknya, antibiotik diberikan
For 7 to 14 Days
Natural penicillins
Penicillin V 250–500 mg tid/qid for 10 days
Penicillin G 600,000–1.2 million U IM qd for 7 days
Benzathine penicillin G 600,000 U IM in children 6 years, 1.2
problem
Penicillinase-resistant penicillins
Cloxacillin 250–500 mg (adults) qid for 10 days
Dicloxacillin (drug of choice) 250–500 mg (adults) qid for 10 days
Nafcillin 1.0–2.0 g IV q4h
Oxacillin 1.0–2.0 g IV q4h
Aminopenicillins
Amoxicillin 500 mg tid or 875 mg q12h
Amoxicillin plus clavulanic acid 875/125 mg bid; 20 mg/kg per day tid for 10
mg qd days 2–5
Clindamycin 150-300 mg (adults) qid for 10 days; 15
(MRSA) dapat diberikan vankomisin sebesar 1 gram tiap 12 jam. Pilihan lain
adalah tetrasiklin, namun obat ini berbahaya untuk anak-anak. Terapi pilihan
yang alergi terhadap penisilin dapat dipilih golongan eritromisin. Pada orang yang
kulit harus ditingkatkan. Jika masih berupa infiltrat, pengobatan topikal dapat
diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep antibotik. Adanya penyakit yang
mendasari seperti diabetes mellitus, harus dilakukan pengobatan yang tepat dan
lebih komplek.2
- Proses sistemik
- Faktor-faktor predisposisi yang terlokalisasi spesifik: paparan zat industri (zat kimia,
minyak).
tempat tubuh yang lain.terjadi. Frekuensi dari bawaan nasal bervariasi : 10%-15% pada
balita 1 tahun, 38% pada mahasiswa, 50% pada dokter RS dan siswa militer.
● Perawatan kulit secara umum: tujuannya adalah mengurangi jumlah S.aureus pada
kulit. Perawatan kulit pada kedua tangan dan tubuh dengan air dan sabun adalah
stafilokokus pada kulit.. Handuk yang terpisah harus digunakan dan secara hati-hari
● Jenis Pakaian : pakaian yang menyerap keringat, ringan dan longgar harus digunakan
sesering mungkin. Sejumlah besar stafilokokus sering berada pada seprai dan pakaian
dalam pasien dengan furunkulosis atau karbunkel dan dapat menyebabkan reinfeksi
25
pada pasien dan infeksi pada anggota keluarganya. Pakaian secara terpisah dicuci
● Pertimbangan umum: beberapa pasien tetap memiliki siklus lesi rekuren. Kadang-
kadang, masalah dapat diperbaiki atau dihilangkan dengan menyuruh pasien agar tidak
melakukan pekerjaan rutin regular. Terutama pada individu dengan stres emosional
dan kelelahan fisik. Liburan selama beberapa minggu, idealnya pada iklim sejuk atau
kering akan membantu dengan cara menyediakan istirahat dan juga menyisihkan
● Pertimbangkan hal yang bertujuan eliminasi S.aureus (yang `peka methicillin maupun
- Penggunaan salep lokal pada vestibulum nasalis mengurangi S.aureus pada hidung
dan secara sekunder mengurangi sekelompok organisme pada kulit, sebuah proses
mupirocin calcium 2% dalam base paraffin yang putih dan lembut selama 5 hari dapat
mengeliminasi S.aureus pada hidung sekitar 70% pada individu yang sehat selama 3
pasien. Profilaksis dengan salep asam fusidat yang dioleskan pada hidung dua kali
sehari setiap minggu keempat pada pasien dan anggota keluarganya yang merupakan
karier strain infeksius S.aureus pada hidung (bersamaan dengan pemberian antibiotik
anti-stafilokokus peroral selama 10-14 hari pada pasien) telah terbukti dengan
beberapa keberhasilan.
- Antibiotik oral (misalnya rifampin 600 mg PO tiap hari selama 10 hari) efektif dalam
mengeradikasi S.aureus untuk kebanyakan nasal carrier selama periode lebih dari 12
rekuren adalah beralasan pada pasien yang dengan pengobatan lain gagal. Namun,
strain yang resisten rifampin dapat muncul dengan cepat pada terapi seperti itu.
resisten methicillin) telah digunakan untuk mengurangi resistensi rifampin dan untuk
2.1.10 Prognosis
mengalami resolusi, setelah mendapatkan terapi yang tepat dan adekuat. Beberapa
kekebalan tubuh.2
BAB III
27
ANALISA KASUS
Pada kasus dispepsia biasanya diawali oleh pola makan yang tidak
teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung
meningkat. dispepsia juga dapat timbul setelah minum alkohol atau
kopi serta makanan yang pedas dan sulit dicerna. Kekambuhan
dispepsia dapat disebabkan oleh pola makan yaitu frekuensi makan,
jenis, dan jumlah makanan. Sedangkan Frekuensi makan di berikan
sedikit tapi sering. Makan dalam porsi besar dapat menyebabkan
refluks isi lambung. Konsumsi jenis makanan yang berserat dan
bergas dapat menyebabkan dispepsia, dan juga stres dapat
menyebabkan luka pada saluran pencernaan.
b. Faktor obat-obatan
29
Akibat infeksi dari luar tubuh jarang terjadi, sebab bakteri tersebut
akan terbunuh oleh asam lambung.
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk melakukan diet
lambung, bertujuan untuk:
- Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien untuk menghindari stres baik
fisiologis maupun psikologis dengan istirahat yang cukup dan melakukan
kegiatan yang positif dikarenakan stres dapat meningkatkan resiko
kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA
31