LAPORAN KASUS
SKABIES
Disusun oleh :
Susi Yanuari 114170071
Telah disetujui
Semarang, Januari 2020
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikankan laporan kasus yang berjudul
“Skabies”. Penulisan laporan kasus ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu tugas Pendidikan Profesi Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Tegurejo
Semarang. Kami menyadari sangatlah sulit bagi kami untuk menyelesaikan tugas
ini tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sejak penyusunan sampai
dengan terselesaikannya laporan kasus ini. Bersama ini kami menyampaikan
terimakasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada:
1. dr. Catur Setiya Sulistiyana, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon yang telah
memberikan sarana dan prasarana kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan lancar.
2. dr. Sri Windayati Hapsoro., Sp.KK, dr. Agnes Sri Widajati., Sp.KK, dr.
Irma Yasmin., Sp.KK selaku pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing kami dalam penyusunan
laporan kasus ini.
3. Orang tua beserta keluarga kami yang senantiasa memberikan do’a,
dukungan moral maupun material.
4. Serta pihak lain yang tidak mungkin kami sebutkan satu-persatu atas
bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan dengan baik.
Akhir kata, kami berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan kasus ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Semarang, Januari 2020
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Tujuan .............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................................ 2
BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................... 3
2.1 Identitas Pasien................................................................................................. 3
2.2 Anamnesis ........................................................................................................ 3
2.4 Pemeriksaan Penunjang ................................................................................... 9
2.5 Resume ............................................................................................................. 9
2.6 Diagnosis Banding ......................................................................................... 10
2.7 Usulan Pemeriksaan Penunjang ..................................................................... 10
2.8 Diagnosa Kerja ............................................................................................... 10
2.9 Penatalaksanaan ............................................................................................. 10
2.10 Prognosis ...................................................................................................... 11
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
3.1 Definisi Skabies ............................................................................................. 12
3.2 Epidemiologi Skabies..................................................................................... 12
3.3 Etiologi Skabies ............................................................................................. 12
3.4 Patogenesis Skabies ....................................................................................... 13
3.5 Diagnosis Skabies .......................................................................................... 15
3.6 Diagnosa Banding Skabies ............................................................................. 21
3.7 Penatalaksanaan Skabies ................................................................................ 22
3.8 Prognosis Skabies........................................................................................... 26
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 28
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Untuk mengetahui gambaran mengenai skabies dan penatalaksananya
kepada penulis dan pembaca.
1.2.2 Untuk memenuhi salah satu tugas penulisan laporan kasus di SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai gambaran skabies.
2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 16 Januari
2020 pukul 10.00 WIB di ruang Poli Kulit RSUD Tugurejo Semarang.
1) Keluhan Utama
Gatal-gatal pada sela-sela jari kanan, pergelangan tangan
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Tugurejo dengan keluhan Gatal-gatal
pada sela-sela jari kanan, pergelangan tangan. Keluhan ini dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien merasakan gatal semakin hari semakin
memberat, terutama dirasakan pada malam hari sehingga pasien
tergganggu ketika tidur. Awalnya pasien mengeluhkan bintik-bintik
merah di sekitar jari tengah tangan kemudian meluas ke pergelangan
tangan.
3
4
5) Riwayat Sosial
Sehari-hari pasien bekerja sebagai wiraswasta
6) Riwayat Pengobatan
Keluhan pasien belum pernah diobati.
4
5
b. Status Antropometri
Berat badan : 61 kg
Tinggi badan : 157 cm
c. Status Internis
Kepala Normocephal, tidak ada tanda trauma atau benjolan. Warna
rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut dan tidak
ada kelainan kulit kepala.
Mata Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks cahaya +/+,
diameter pupil 3 mm/ 3 mm.
Telinga Bentuk normal, sekret-/-, tidak ada kelainan kulit.
Hidung Deviasi septum -/-, sekret -/-, epistaksis -/-.
Mulut Bibir tampak normal, sianosis -, dan mukosa mulut basah.
Leher Tidak tampak adanya luka maupun benjolan, pembesaran
kelenjar getah bening-/- pembesaran kelenjar tiroid-.
Toraks Inspeksi: Dada terlihat simetris kanan dan kiri, pergerakan
dinding dada terlihat simetris kanan dan kiri, tidak
ada yang tertinggal, tidak terdapat retraksi atau
penggunaan otot pernapasan tambahan. Pulsasi
ichtus kordis tidak terlihat. Terdapat kelainan kulit
(lihat status dermatologis)
Palpasi: Tidak terdapat nyeri tekan, ekspansi pernapasan
simetri kanan dan kiri, fremitus taktil sama kuat kanan
dan kiri. Ichtus kordis teraba.
Perkusi: Sonor pada seluruh lapang paru, batas paru-hepar di
ICS VI, batas kanan jantung di ICS IV linea
parasternalis dextra, apeks jantung di ICS VI linea
aksilaris anterior sinistra, dan pinggang jantung di
ICS IV parasternalis sinistra.
Auskultasi: Paru : Vesikuler +/+, Ronki -/-, Wheezing -/-.
Jantung : Bunyi jantung I-II reguler, Murmur (-).
5
6
Gallop (-).
Abdomen Inspeksi: Supel, turgor baik, dinding abdomen simetris, tidak
terlihat penonjolan massa dan terdapat kelainan kulit
(lihat status dermatologis)
Auskultasi : Bising Usus normal 12x/menit
Perkusi : Timpani seluruh lapang perut, asites (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan lien tidak teraba.
Ekstremitas Akral hangat +/+, edema -/-.
d. Status Venerologi
Tidak dilakukan
e. Status Dermatologis:
1. Inspeksi
Lokasi : Regio dorsum manus
UKK : Tampak papul dengan dasar eritem,bentuk bulat,
ukuran miliar
Palpasi : Papul teraba lunak dengan permukaan yang licin
6
7
2. Inspeksi
Lokasi : Regio Interdigiti manus
UKK :Papul dengan dasar eritem dan papul, ukuran miliar,
dan ekskoriasi
Palpasi : Papul teraba lunak dengan permukaan yang kasar
2.5 Resume
Pasien datang ke Poli Kulit RSUD Tugurejo dengan keluhan Gatal-
gatal pada sela-sela jari kanan, pergelangan tangan. Keluhan ini dirasakan
sejak 1 minggu yang lalu. Pasien merasakan gatal semakin hari semakin
memberat, terutama dirasakan pada malam hari sehingga pasien tergganggu
ketika tidur. Awalnya pasien mengeluhkan bintik-bintik merah di sekitar jari
tengah tangan kemudian meluas ke pergelangan tangan.
7
8
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini
sebelumnya. Pada anggota keluarga didapati keluhan yang sama seperti
pasien yaitu anak pasien. Keluhan pasien belum pernah diobati.
Pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal, pada status
dermatologis didapatkan :
1) Regio dorsum manus: Tampak papul dengan dasar eritem, multiple,
ukuran miliar. Papul teraba lunak dengan permukaan yang licin
2) Regio interdigiti manus ; Papul dengan dasar eritem, ukuran miliar dan
ekskoriasi. Papul teraba lunak dengan permukaan yang kasar.
.
8
9
9
10
10
11
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
11
12
12
13
dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telur akan menetes, biasanya dalam
waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini
dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari
larva akan menjadi nifma yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan bertina,
dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk
dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.(4)
13
14
antar penderita dengan orang sakit, namun skabies bukan manifestasi utama
dari penyakit menular seksual.(6)
Reaksi alergi yang sensitif terhadap tungau dan produknya
memperlihatkan peran yang penting dalam perkembangan lesi dan terhadap
timbulnya gatal. Masuknya S. scabiei ke dalam epidermis tidak segera
memberikan gejala pruritus. Rasa gatal timbul 1 bulan setelah infestasi primer
serta adanya infestasi kedua sebagai manifestasi respons imun terhadap
tungau maupun sekret yang dihasilkan terowongan di bawah kulit. Sarcoptes
scabiei var hominis melepaskan substansi sebagai respon hubungan antara
tungau dengan keratinosit dan sel-sel Langerhans ketika melakukan penetrasi
ke dalam kulit.(3), (5)
Pada reaksi tipe I, pertemuan antigen tungau dengan Imunoglobulin E
pada sel mast yang berlangsung di epidermis menyebabkan degranulasi sel-
sel mast. Sehingga terjadi peningkatan antibodi IgE. Keterlibatan reaksi
hipersensitivitas tipe IV akan memperlihatkan gejala sekitar 10-30 hari
setelah sensitisasi tungau dan akan memproduksi papul-papul dan nodul
inflamasi yang dapat terlihat dari perubahan histologik dan jumlah sel
limfosit T banyak pada infiltrat kutaneus. Kelainan kulit yang menyerupai
dermatitis tersebut sering terjadi lebih luas dibandingkan lokasi tungau
dengan efloresensi dapat berupa papul, nodul, vesikel, urtika, dan lainnya. Di
samping lesi yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei secara langsung, dapat
pula terjadi lesi-lesi akibat garukan penderita sendiri. Akibat garukan yang
dilakukan oleh pasien dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta hingga terjadinya
infeksi sekunder. (7), (9)
14
15
Infeksi yang berulang menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya
dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini
disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu yang
lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang hebat seringkali
mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.(5)
b. Menyerang secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam
sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu
pula dalam sebuah pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat
menular hampir ke seluruh penduduk. Didalam kelompok mungkin
akan ditemukan individu yang hiposensitisasi, walaupun terinfestasi
oleh parasit sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi
menjadi pembawa/carier bagi individu lain.(13)
c. Terdapat terowongan pada tempat predileksi
Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,
rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul dan
vesikel. Akan tetapi, terowongan tersebut sukar ditemukan di awal
infeksi karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat. Jika timbul
infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi,
krusta dan lain-lain). (4),(10),(13)
15
16
16
17
17
18
2. Pemeriksaan penunjang
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral
atau KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel
steril yang bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli.
Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca
penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.(14)
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing
ditusukkan kedalam terowongan yang utuh dan digerakkan secara
tangensial ke ujung lainnya kemudian dikeluarkan yang dapat
meningkatkan diagnosis dari 5% menjadi 95%. Bila positif, tungau
terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat kecil dan
transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian
tinggi.(15)
c. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit.
Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut
akan kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena
18
19
e. Uji Tetrasiklin
Pada lesi dioleskan salep tetrasiklin yang akan masuk ke dalam
kanalikuli. Setelah dibersihkan, dengan menggunakan sinar ultraviolet
dari lampu Wood, tetrasiklin tersebut akan memberikan efluoresensi
kuning keemasan pada kanalikuli.(14)
f. Dermoskopi
Dermoskopi awalnya dipakai oleh dermatolog sebagai alat yang
berguna untuk membedakan lesi-lesi berpigmen dan melanoma.
Dermoskopi juga dapat menjadi alat yang berguna dalam mendiagnosis
scabies secara in vivo. Alat ini dapat mengidentifikasi struktur bentuk
19
20
20
21
21
22
menyerang orang dewasa terutama pada orang yang jarang mandi atau jarang
mengganti dan mencuci pakaian. Lebih sering ditemukan pada daerah
beriklim dingin karena orang memakai baju yang tebal serta jarang dicuci.
Diagnosis pedikulosis dapat disingkirkan melihat gambaran klinik serta faktor
predisposisi yang tidak sesuai dengan keluhan penderita.(7)
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
BAB IV
KESIMPULAN
27
28
DAFTAR PUSTAKA
28
29
29
30
30