Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS SEPTEMBER 2019

URTIKARIA AKUT

Disusun Oleh:

FITRI AFRIANA
N 111 18 064

PEMBIMBING KLINIK
dr. Seniwaty Ismail, Sp.KK., FINSDV

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
STATUS PASIEN
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : TN. A
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Tondo, Palu Sulawesi Tengah
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Pekerjaan : pegawai swasta
Tanggal pemeriksaan : 11 September 2019
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Undata

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama:
Gatal pada seluruh badan
2) Riwayat penyakit sekarang:
Pasien laki-laki usia 41 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit dan
kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal pada seluruh badannya
sejak 2 hari yang lalu. Keluhan gatal dirasakan muncul tiba-tiba dan
menghilang perlahan. Pasien mengaku awalnya keluhan gatal muncul
setelah pasien meminum obat, keluhan gatal dirasakan hampir
diseluruh tubuh . Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Riwayat
alergi disangkal, di keluarga tidak ada memiliki keluhan yang sama
pada pasien dan di lingkungan rumah tidak ada yang terkena penyakit
yang sama.

1
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini.
4) Riwayat penyakit keluarga:
Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit sedang
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital

Nadi : 84 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :

Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit


Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas : Tampak lesi urtika ( eritema dan edema setempat
yang berbatas tegas)

2
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

IV. GAMBAR

Gambar 1.
Tampak lesi urtika ( eritema dan edema setempat yang berbatas
tegas)

V. RESUME
Pasien laki-laki usia 41 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit dan
kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal pada seluruh badannya sejak
2 hari yang lalu. Keluhan gatal dirasakan muncul tiba-tiba dan menghilang
perlahan. Pasien mengaku awalnya keluhan gatal muncul setelah pasien
meminum obat herbal, keluhan gatal dirasakan hampir diseluruh tubuh .
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Riwayat alergi disangkal, di
keluarga tidak ada memiliki keluhan yang sama pada pasien dan di
lingkungan rumah tidak ada yang terkena penyakit yang sama.

3
Pasien datang dengan keadaan umum sakit sedang, status gizi
baik,dan kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital didapatkan dalam
batas normal. Hasil pemeriksaan fisik Terdapat, pada ekstremitas atas,
tampak lesi urtika (eritema dan edema setempat yang berbatas tegas).

VI. DIAGNOSIS KERJA


Urtikaria Akut

VII. DIAGNOSIS BANDING


1. Pitiriasis rosea
2. vaskulitis

VIII. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


- Pemeriksaan darah lengkap
- Uji tusuk / Skin Prick test

IX. PENATALAKSANAAN
a. Non-medikamentosa
- Menghindari factor pencetus (Alergi makanan)
- Menjaga kebersihan
Hal terpenting dalam penatalaksanaan urtikaria adalah identifikasi
dan eliminasi penyebab dan atau faktor pencetus. Pasien juga
dijelaskan tentang pentingnya menghindari konsumsi alkohol,
kelelahan fisik dan mental, tekanan pada kulit misalnya pakaian
yang ketat, dan suhu lingkungan yang panas, karena hal-hal
tersebut akan memperberat gejala urtikaria.
b. Medikamentosa
- Pengobatan sistemik :
Methylprednisolon Tab 4 mg 2x1
Cetrizine 1x1 tab
- Pengobatan topical : Desoksimetason 0,25% 3 kali perhari,

4
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad Fungtionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Quo ad cosmeticam : bonam

5
PEMBAHASAN

Pasien laki-laki usia 41 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit dan kelamin
RSUD Undata dengan keluhan gatal pada seluruh badannya sejak 2 hari yang lalu.
Keluhan gatal dirasakan muncul tiba-tiba dan menghilang perlahan. Pasien
mengaku awalnya keluhan gatal muncul setelah pasien meminum obat herbal,
keluhan gatal dirasakan hampir diseluruh tubuh . Pasien belum pernah berobat
sebelumnya. Riwayat alergi disangkal, di keluarga tidak ada memiliki keluhan
yang sama pada pasien dan di lingkungan rumah tidak ada yang terkena penyakit
yang sama.

Pasien datang dengan keadaan umum sakit sedang, status gizi baik,dan
kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital didapatkan dalam batas normal.
Hasil pemeriksaan fisik Terdapat, pada ekstremitas atas, tampak lesi urtika
(eritema dan edema setempat yang berbatas tegas).
Urtikaria adalah reaksi vaskular pada kulit ditandai dengan adanya edema
setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat atau
kemerahan, umumnya dikelilingi oleh halo kemerahan dan disertai rasa gatal yang
berat, rasa tersengat atau tertusuk. 1,4
Urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang
paling sering dikemukakan oleh penderita. Dikenal ada dua macam bentuk klinik
urtikaria, yaitu bentuk akut dan kronik. Dikatakan sebagai bentuk akut apabila
urtikaria berlangsung kurang dari 6 minggu. Jenis urtikaria ini biasanya mengenai
kelompok dewasa muda dan penyebabnya mudah diketahui. Bentuk yang lain
adalah urtikaria kronik. Urtikaria dikatakan kronik apabila telah berlangsung lebih
dari 6 minggu dan biasanya mengenai orang berusia pertengahan dan cenderung
kambuh ulang.2,3
Urtikaria terjadi karena vasodilatasi disertai permeabilitas kapiler yang
meningkat akibat pelepasan histamin dari selt mast dan basofil. Sel mast adalah
sel efektor utama pada urtikaria, dan mediator lain yang turut berperan adalah

6
serotonin, leukotrien, prostaglandin, protease dan kinin.4 Berbagai mekanisme
dapat menyebabkan aktivasi selt mast, digolongkan menjadi :
1. faktor imunologik yang terdiri atas :
 hipersensitivitas tipe cepat yang diperantarai igE, contohnya
alergi obat.
 Aktivasi komplemen jalur klasik maupun alternatif,
menghasilkan anafilatoksin yang menyebabkan pelepasan
mediator sel mast.
2. Faktor non-imunologik yang mengakibatkan aktivasi langsung sel mast
oleh penyebab, misalnya bahan kimia pelepas mediator ( morfin, kodein,
media radio-kontras, aspirin, obat anti-inflamasi non steroid, benzoat),
faktor fisik ( suhu, mekanik, sinar-x, ultraviolet, efek kolinergik).
Penyebab urtikaria sangat beragam, diantaranya : obat, makanan dan
food additive, infeksi dan infestasi, proses inflamasi, penyakit sistemik
dan keganasan, proses autoimun dan rangsangan fisik. Lebih dari 50 %
urtikaria kronis adalah idiopatik.1
Obat merupakan penyebab tersering urtikaria akut dan dapat menimbulkan
urtikaria secara imunologik dan non-imunologik. Makanan juga merupakan
penyebab urtikaria akut, dan jenis makanan yang sering dihubungkan dengan
utikaria adalah cokelat, makanan laut, telur, susu, kacang-kacangan, tomat,
stroberi, keju dan bawang. Lesi primer dari penyakit ini adalah wheal, yang di
definisikan sebagai peninggian kulit berbatas jelas berwarna putih-merah muda
yang memucat dengan penekanan karena adanya edema dermal. Erupsi lesi
urtikaria biasanya dikaitkan dengan pruritus yang intens. Jika proses melibatkan
lapisan yang lebih dalam dari dermis atau subcutan, dikenal sebagai angiodema 1.5
Urtikaria akut dapat timbul akibat infeksi saluran napas atas terutama infeksi
streptokokus. Infeksi tonsil, gigi, sinus, kandung empedu, prostat, ginjal dan
saluran kemih dapat menyebabkan urtikaia akut maupun kronis.1
Gambaran klinis rasa gatal yang hebat hampir selalu merupakan keluhan
subyektif urtikaria, dapat juga timbul rasa terbakar dan tertusuk. Secara klinis
tampak lesi urtika ( eritema dan edema setempat yang berbatas tegas) dengan

7
berbagai bentuk dan ukuran. Kadang-kadang bagian tengah lesi tampak lebih
pucat. Bila terlihat urtika dengan bentuk papular, patut dicurigai adanya gigitan
serangga atau sinar ultraviolet sebagai penyebab. Bila lesi melibatkan jaringan
yang lebih dalam sampai dermis dan subkutis atau submukosa, akan terlihat
edema dengan batas difus dan disebut angiodema.
Diagnosis urtikaria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis yang
khas. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mencari penyebab dari urtikaria
pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu:
1. Pemeriksaan darah, urin dan feses rutin untuk menilai ada tidaknya infeksi
yang tersembunyi, infestasi, atau kelainan alat dalam.
2. Pemeriksaan kadar IgE total dan eosinofil untuk mencari kemungkinan
kaitannya dengan faktor atopi.
3. Pemeriksaan gigi, THT dan usapan genitalia interna wanita untuk mencari
fokus infeksi.
4. Uji tusuk terhadap berbagai makanan dan inhalan
5. Uji serum autolog dilakukan pada pasien urtikaria kronis untuk
membuktikan adanya urtikaria autoimun
6. Uji demografisme dan uji dengan es batu (ice cuce test) untuk mencari
penyebab fisik
7. Pemeriksaan histopatologis kulit perlu dilakukan bila terdapat
kemungkinan urtikaria sebagai gejala vaskulitis atau mastositosis.

Penatalaksanaan pada urtikaria secara non-medikamentosa adalah dengan


identifikasi dan eliminasi penyebab dan atau faktor pencetus. Pasien juga
dijelaskan untuk menghindari kelelahan fisik dan mental, tekanan pada kulit
misalnya pakaian yang ketat, dan suhu lingkungan yang sangat panas, karena hal-
hal tersebut akan memperberat gejala urtikaria. Pada pasien ini sesuai diberikan
terapi dengan kepustakaan.1

Terapi lini pertama untuk urtikaria adalah antihistamin H1 generasi baru


(non-sedasi) yang dikonsumsi secara teratur, bukan hanya digunakan ketika lesi
muncul. Pemberian antihistamin tersebut harus mempertimbangkan usia, status

8
kehamilan, status kesehatan dan respons individu. Bila gejala menetap setelah 2
minggu, diberikan terapi lini kedua, yaitu dosis AH1-ns dinaikkan, dapat
mencapai 4 kali dosis biasa, dengan mempertimbangkan ukuran tubuh pasien.
Bila gejala menetap selama 1-4 minggu, dianjurkan penggunaan terapi lini ketiga,
yaitu mengubah jenis antihistamin menjadi AH1 sedasi atau AH1-ns golongan
lain, ditambah dengan antagonis leukotrien, misalnya zafirlukast atau
montelekast.1

Prognosis urtikaria akut baik, karena penyebabnya dapat diketahui dengan


mudah, untuk selanjutnya dihindari. Sedangkan urtikaria kronis merupakan
tantangan bagi dokter maupun pasien karena membutuhkan penanganan yang
komprehensif untuk mencari penyebab dan menentukan jenis pengobatannya.1

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi, S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed. 7. Jakarta : FKUI.2016.

2. Harahap, M. Ilmu Penyakit kulit. Jakarta. H ipokrates. 2015.

3. Hoesli, R. Urticaria and Angiodema: an Update on Classification and

Pathogenesis. Switzerland : 2018.

4. Soria, A. Urticaria diagnostic. Medicine interne. Prancis : 2014. 586-594

5. Murlistyarini, S. Prawitasar, S. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Jakarta :

2018.

10

Anda mungkin juga menyukai