PEMBIMBING :
DR. MUHAMMAD NAHIR, SP.AN
Identitas
Primary Survey
B1:RR: 18x/menit, Rhonki-/-, Wheezing -/-, SpO2: 99%
B2:TD 110/60 mmHg, N 76 x/menit regular, kuat angkat.
B3:GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor 2,5mm/2,5mm, RC +/
+, suhu Axilla 36,6 °C, NRS 4/10
B4: urin spontan, produksi sulit dinilai
B5: Datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani.
B6: Edema (-/-), fraktur (-/-).
Darah Rutin
WBC :14,20 x 103μL (3,8 – 10,6 x 103μL)
RBC : 3,32 x 106 μL (4,4 – 5,9 mg/dL)
Hb: 7,5 g/dl (13,2 – 17,3 g/dl)
HCT : 23,7 % (40 – 52 %)
PLT : 341 x 103 μL (150 – 440 x 103 μL)
HbsAG : non reaktif (non reaktif)
PENDAHULUAN
Pertolongan pertama korban perdarahan adalah
menghentikan perdarahan dengan menekan langsung
sumber perdarahannya (jika mungkin) dan mengangkat
tungkai korban keatas, agar terjadi re-distribusi darah
dari tungkai ke sirkulasi untuk jantung dan otak
Tindakan berikutnya adalah memberikan infuse cairan.
Dari sisi pandang epidemiologic, angka nasional tahun
2016 terjadi 105.374 kasus, dengan korban meninggal
25.859, luka berat 22.939, luka ringan 120.913 orang.
Bagian terbesar pasien perdarahan adalah mereka yang
berusia produktif, sehingga setiap kegagalan terapi
membawa konsekwensi kehilangan tenaga produktif
PERUBAHAN-PERUBAHAN TUBUH
AKIBAT PERDARAHAN
Shock dan kematian pada perdarahan disebabkan kehilangan
volume darah dan eritrosit
Estimated Blood Volume (EBV) jumlahnya 65-70 ml/kg BB.
Kehilangan darah yang mencapai 25% EBV akan menyebabkan
pasien jatuh dalam shock
Korban meninggal jika volume yang hilang > 30% atau eritrosit
yang hilang > 60%
Transfusi akan serentak mengembalikan volume dan eritrosit.
Tetapi sebenarnya fungsi hemodinamik SUDAH DAPAT kembali
normal meskipun TANPA tranfusi, jika “volume” saja
dikembalikan dengan cairan (tanpa eritrosit) seperti infuse
Ringer Laktat atau Normal Saline, sebanyak 2-4x volume yang
hilang.
PERUBAHAN-PERUBAHAN TUBUH AKIBAT
PERDARAHAN
Jika volume sudah normal, Hb yang rendah dapat diatasi
tubuh dengan meningkatkan cardiac output
Jika volume sudah normal, Hb yang rendah dapat diatasi
tubuh dengan meningkatkan cardiac output.
Meskipun Hb yang rendah menyebabkan “O2 per unit
volume” yang dibawa darah menurun, tetapi karena CO
(Cardiac Output) meningkat, “O2 per unit time” yang
sampai di jaringan TIDAK menurun.
Orang normal dapat menaikkan cardiac output 3x normal
dengan cepat, asalkan volume sirkulasi cukup
(normovolemia)
Hipovolemia mematahkan kompensasi cardiac output.
APAKAH SHOCK ITU?
Definisi “shock “ yang sesuai untuk kerja klinik McLean :
“Kegagalan perfusi/aliran
darah ke organ vital atau kegagalan penggunaan
oksigen oleh jaringan vital”.
Perfusi darah membawa oksigen ke jaringan. Dan
jantung adalah pompa
Jika Cardiac Output baik, perfusi akan baik.
Jika keadaan ini disertai Tahanan Perifer yang baik,
tekanan darah akan “normal”.
Jika Co rendah (jelek), perfusi akan jelek.
APAKAH SHOCK ITU?
Jika Co rendah (jelek), perfusi akan jelek.
Jika pada saat ini Tahanan perifer tidak meningkat,
tekanan darah akan rendah/hipotensi.
Tapi jika tahanan perifer meningkat (missal:
pemberian vasopresor) maka tekanan darah dapat
tampak “normal” meski sebenarnya normal semu.
Tekanan darah TIDAK DAPAT menilai Cardiac-output.
Hasil pengamatan terhadap perfusi lebih dapat
dipercaya untuk memperkirakan CO
Apakah shock itu?
Pada shock hipovolemik terjadi hipoksia jaringan.
Metabolisme berjalan anaerobic dengan sisa asam
laktat
Karena perfusi jelek, asam laktat tertimbun dijaringan
dan menyebabkan acidosis dan gangguan fungsi
organ
Jika pasien mendapat cairan elektrolit cukup, darah
memang belum cukup membawa O2 (Hb masih
rendah) tetapi karena perfusi baik, asam laktat yang
tertimbun dapat dibilas kehepar dan dimetabolisir
disana
Terapi shock hipovolemik pada perdarahan
PERFUSI MENURUN
PENGISIAN NADI MELEMAH
TEKANAN DARAH MENURUN
PERFUSI MENURUN
Perfusi perifer
Ujung jari kaki adalah tempat yang terjauh dari jantung dan akan
mengalami gangguan perfusi paling awal jika sirkulasi terganggu
Dahi dan ujung hidung yang mendapat perfusi dari arteria
carotis, akan paling akhir mengalami gangguan perfusi karena
letaknya lebih dekat ke jantung.
Jika pada perabaan tempat-tempat tersebut kering, hangat dan
tampak berwarna merah (pink), sirkulasi masih baik.
Pada waktu shock sulit teraba dingin, basah dan pucat ke-abu-
abuan.
Tanda perfusi lainnya adalah Capillary Refill Time. Kuku atau
telapak tangan jika ditekan akan menjadi pucat. Jika perfusi
baik, begitu tekanan dilepas segera menjadi merah lagi.
Bandingkan ini dengan tangan pemeriksa sendiri sebagai control
Perfusi ginjal
Ginjal normal memproduksi urine > 0.5 ml/kg/jam (pada
pasien 50 kg = 25 ml/jam.
Ginjal, kulit, otot dan viscera adalah organ kelas 2 yang
memakai 80% cardiac output. Pada waktu shock, secara
reflek-toris, perfusi organ kelas 2 ini ditutup.
Produksi urine berkurang dan urine menjadi pekat.
Bila shock berlangsung lama, mekanisme hormone ADH
dan Aldosterone menyebabkan aliguri yang kadang-
kadang masih terus berlangsung meskipun shock sudah
diatasi.
Untuk mengatasi oliguri ini dapat diberikan lasix 1 mg/kg
i.v. diulang kalau perlu dengan dosis lipat dua tiap 30
menit sampai total 1 gram
PENGISIAN NADI MELEMAH
TRANFUSI DARAH
KRISTALOID atau
KOLOID
TRANSFUSI ?
Untuk membawa cukup O2 ke jaringan hanya
dibutuhkan Hb 8mg% dan jantung yang dapat
berdenyut 2x lebih cepat daripada biasa (nadi 120-140
per menit) jika volume sirkulasi dipertahankan normal.
Jadi sebenarnya transfusi tidak dapat jika diberikan
sebagai terapi awal pada perdarahan
Perdarahan adalah kehilangan cairan ECF, Ringer
Laktat NaCl 0.9% komposisinya mirip ECF jadi dapat
dipakai sebagai pengganti darah untuk sementara.
Cara ini disebut HERMODILUSI.
Pada dasarnya penggantian itu TIDAK selalu harus
sama dengan yang hilang
TRANFUSI
Kita dapat memanfaatkan kemampuan kompensasi tubuh
pasien sampai batas-batas tertentu untuk mencapai
kesembuhan, yaitu:
1. kapasitas transport oksigen tidak terganggu jika Hb>/=8gm%
2. tekanan oncotic tidak terlalu rendah : albumin > 2,5 gm%
tom Shires, Canizzaro dkk melakukan percobaan pada hewan
yang dibuat irreversible shock menurut cara Wiggers. Angka
mortalitas 80% jika dilakukan pengembalian volume darah saja.
Pemberian transfuse saja hanya mengembalikan plasma
volume, tetapi interstitial volume masih deficit
Jika selain dikembalikan darahnya ditambahkan extra Ringer
Laktat, angka kematian ternyata turun menjadi tinggal 30%.
Selain mengembalikan plasma volume, Ringer Laktat juga
mengembalikan interstitial volume
KRISTALOID ?
yang telah hilang memang tak dapat diukur tetapi dapat diestimasi/diperkirakan
deLakukan estimasi. Darah ngan 2 cara berikut ini:
CARA # 1.
Etimasi loss % EBV Gejala
---------------------------------------------------------------------------------------------------
10 – 15 % Minimal
15 – 25 % Preshook, acral mulai dingin
25 – 35 % Shock, perfusi menurun, T<90, N>120
35 – 50 % Shock berat, perfusi sangat buruk, Tensi tak terukur, N tak teraba dan gangguan kesadaran.
A B C
Pada kasus B, jika Hb < 8gm%/hematokrit <25%, transfuse diberikan . Tetapi jika sedang dilakukan pembedahan
untuk menghentikan perdarahan, transfuse dapat ditunda sampai sumber perdarahan terkuasai.
Pada kasus C, transfuse perlu segera diberikan. Jika tak tersedia darah golongan yang sama, dapat diberikan
Packed Red Cel -O-.
POLA KERJA
Dengan menggunakan –O-, resiko salah crossmatch
tidak mungkin terjadi. Hanya akan terjadi reaksi minor
positif yang tidak berbahaya (reaksi major-nya
negative).
Jika pasien sudah mendapat ganti golongan O > 4 unit
transfuse selanjutnya harus tetap dengam O, kecuali
sudah lewat 14 hari (titer antibody sudah turun lagi).
Plasma Substitutes amat berguna pada kasus-kasus B
dan C
Selanjutnya untuk masa pasca bedah/pasca trauma,
bisaanya kadar Hb diupayakan mencapai > 8-10 mg%.
PENYULIT
EDEMA PARU
Shires, Nyhus dan Virgillio, menunjukkan bahwa resiko
edema paru-paru pasca hemodilusi tidaklah berlebihan
(13,16,18).
Akibat pengenceran darah, terjadi hypoalbuminemia
yang diikuti turunnya tekanan onkotik plasma. Tetapi
toh edema paru-paru tak terjadi. Giesecke memberi
batasan kadar albumin terendah yang masih aman
adalah 2.5 gm%
2. GANGGUAN HEMOSTATIS
Dapat terjadi jika diberikan cairan atau transfuse sampai
jumlah 1.5 x ebv atau > 10 unit darah donor. Peyebab
gangguan ini BUKAN penurunan faktor koagulasi tapi
trombositopenia.
Untuk hemotatis yang baik diperlukan trombosit 100.000.
jika kadarnya < 50.000/mm3, kemungkinan terjadinya
perdarahan spontan adalah 100%. Jika jumlahnya 50-
75.000/mm3 : 63.6%; jika 75-100.000/mm3
kemungkinannya masih 25.4%.
Terapi: fresh blood atau platelet rich plasma. Pemakaian
Fresh Frozen Plasma tak berguna karena tak
mengandung thrombocyt sedang kebutuhan faktor V dan
VIII agar hemostatis baik sebenarnya hanya sedikit (cukup
dengan kadar 5-30% normal)
Terima Kasih