Anda di halaman 1dari 30

“MANAJEMEN ANASTESI DENGAN

TEKHNIK LARYNGEAL MASK AIRWAY


(LMA) PADA OPERASI EKSISI TUMOR
PALPEBRA DENGAN DIAGNOSA TUMOR
PALPEBRA DEXTRA”

Pembimbing: M U H . S AT R I A
A B I Y U D A P U T RA
dr. Ajutor Dony Tandiarrang, Sp.An H U TA B A RAT
N 111 18 094
BAB I
PENDAHULUAN

Anestesi adalah istilah yang di turunkan dari


dua kata Yunani yaitu "an” dan "esthesia",
dan bersama-sama berarti "hilangnya rasa
atau hilangnya sensasi”. Para ahli saraf
memberikan makna pada istilah tersebut
sebagai kehilangan rasa secara patologis
bagian tubuh tertentu. Istilah anestesi
dikemukakan pertama kali Oliver Wendell
Holmes 1809-1894) untuk proses "eterisasi"
Morton (1846), untuk menggambarkan
keadaan pengurangan nyeri sewaktu
pembedahan.
Pengelolaan jalan nafas menjadi salah satu bagian
yang terpenting dalam suatu tindakan anestesi.
Karena beberapa efek dari obat-obatan yang
dipergunakan dalam anestesi dapat mempengaruhi
keadaan jalan nafas berjalan dengan baik. Terdapat
beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam pemilihan
tindakan membebasakan saluran napas yang sesuai
dengan kondisi pasien dan untuk mempertahankan
jalan napas pasien selama operasi berlangsung, maka
dari itu manajemen jalan napas pada operasi
Ependimoma Interventriculare dibahas dalam
penulisan kasus berikut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ada dua gerbang untuk masuk ke jalan nafas pada


manusia yaitu hidung yang menuju nasofaring (pars
nasalis), dan mulut yang menuju orofaring (pars oralis).
Kedua bagian ini dipisahkan oleh palatum pada bagian
anteriornya, tapi kemudian bergabung di bagian posterior
dalam faring. Faring berbentuk U dengan struktur
fibromuskuler yang memanjang dari dasar tengkorak
menuju kartilago krikoid pada jalan masuk ke esofagus.
Bagian depannya terbuka ke dalam rongga hidung, mulut,
laring, nasofaring, orofaring dan laringofaring (pars
laryngeal).
EVALUASI JALAN NAFAS

Tujuan evaluasi jalan nafas adalah untuk menghindari


gagalnya penanganan jalan nafas dengan menerapkan
cara alternatif pada pasien yang diduga akan sulit
diventilasi dan/atau diintubasi. Kesulitan mask
ventilation terjadi bila terdapat penutupan yang
inadekuat antara wajah pasien dan mask, terdapat
kebocoran oksigen dari face mask, atau terdapat
resistensi aliran masuk (inflow) atau aliran keluar
(outflow) oksigen yang berlebihan. Kesulitan
laringoskopi terjadi bila tidak ada bagian glotis yang
terlihat setelah usaha laringoskopi dilakukan beberapa
kali.
Komponen Temuan yang mencurigakan

- Panjang incisivus atas - Relatif panjang


- Hubungan incisivus maksilla dan mandibula - “Overbite” yang jelas (incisivus maksilla di
saat rahang dikatupkan biasa anterior terhadap incisivus mandibula)
- Hubungan incisivus maksilla dan mandibula - Incisivus mandibula pasien di anterios (di depan)
saat rahang dibuka incisivus maksilla
- Jarak antar-incisivus (pembukaan mulut) - <3 cm
- Kemampuan uvula terlihat - Tidak terlihat saat lidah dijulurkan saat pasien
  dalam posisi duduk (misalnya Mallampati kelas
  >II)
- Bentuk palatum
- Kelainan ruang submandibula - Sangat melengkung atau sempit
  - Kaku, berindurasi, ditutupi massa, atau tidak
- Jarak tiromentalis kenyal
- Panjang leher
- Ketebalan leher - <3 buku jari atau 6-7 cm
- Kisaran gerakan kepala dan leher - Pendek
- Tebal (ukuran leher >17 inci)
- Pasien tidak bisa menyentuh ujung dagu pada
dada atau tidak bisa mengekstensikan lehernya
MALLAMPATI SCORE

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV


Gambar. Sistem klasifikasi
Mallampati
JENIS-JENIS ALAT
Oral & Nasal Airway
Facemask
Intubasi Endotrakeal
Laryngeal Mask Airway (LMA)
Oral & Nasal Airway

Panjang nasal airway dapat diperkirakan sebagai jarak


antara lubang hidung ke lubang telinga, dan kira-kira 2-
4 cm lebih panjang dari oral airway. Disebabkan adanya
resiko epistaksis, nasal airway tidak boleh digunakan
pada pasien yang diberi antikoagulan atau anak dengan
adenoid. Juga, nasal airway jangan digunakan pada
pasien dengan fraktur basis cranii. Setiap pipa yang
dimasukkan melalui hidung (nasal airway, pipa
nasogastrik, pipa nasotrakheal) harus dilubrikasi. Nasal
airway lebih ditoleransi daripada oral airway pada
pasien dengan anestesi ringan.
FACEMASK

Penggunaan face mask dapat memfasilitasi pengaliran


oksigen atau gas anestesi dari sistem pernafasan ke
pasien dengan pemasangan face mask yang rapat
Lingkaran dari face mask disesuaikan dengan bentuk
muka pasien. Face mask yang transparan dapat
mengobservasi uap gas ekspirasi dan muntahan. Face
mask yang dibuat dari karet berwarna hitam cukup
lunak untuk menyesuaikan dengan bentuk muka yang
tidak umum.
INTUBASI ENDOTRAKEAL

Tindakan intubasi endotrakeal adalah untuk


membersihkan saluran trakheobronchial,
mempertahankan jalan nafas agar tetap paten,
mencegah aspirasi, serta mempermudah pemberian
ventilasi dan oksigenasi bagi pasien operasi.
Intubasi endotrakeal diindikasikan pada berbagai
keadaan saat sakit ataupun pada prosedur medis
untuk mempertahankan jalan napas seseorang,
pernapasan, dan oksigenasi darah. Pada cakupan
tersebut, tambahan oksigen yang menggunakan face
mask sederhana masih belum adekuat.
LARYNGEAL MASK AIRWAY (LMA)

Untuk memfasilitasi ventilasi dan pemasangan ETT pada pasien dengan


jalan nafas yang sulit, dan untuk membantu ventilasi selama
bronchoscopy fiberoptic, juga pemasangan bronkhoskop. Penggunaan
LMA meningkat untuk menggantikan pemakaian face mask dan ETT
selama pemberian anestesi.
Ada 4 tipe LMA yang biasa digunakan: LMA yang dapat dipakai ulang, LMA
yang tidak dapat dipakai ulang, ProSeal LMA yang memiliki lubang untuk
memasukkan pipa nasogastrik dan dapat digunakan ventilasi tekanan
positif, dan Fastrach LMA yang dapat memfasilitasi intubasi bagi pasien
dengan jalan nafas yang sulit.
Laryngeal Mask Airway diindikasikan pada berbagai keadaan saat sakit
ataupun pada prosedur medis untuk mempertahankan jalan napas
seseorang, pernapasan, dan oksigenasi darah. Pada cakupan tersebut,
tambahan oksigen yang menggunakan face mask sederhana masih belum
adekuat. Laryngeal Mask Airway adalah ventilasi elektif, jalan nafas
sempit, cardiac arrest, conduit untuk intubasi, penggunaan pada pediatrik
KOMPLIKASI

Selama intubasi Setelah ekstubasi


 Trauma gigi geligi  Spasme laring
 Laserasi bibir, gusi,  Aspirasi
laring  Gangguan fonasi
 Merangsang saraf  Edema glottis-
simpatis (hipertensi- subglotis
takikardi)  Infeksi laring, faring,
 Intubasi bronkus trakea
 Intubasi esophagus
 Aspirasi
 Spasme bronkus
LAPORAN KASUS
 IDENTITAS PASIEN

Nama : An. Moh.Z


Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 9 Tahun
Berat Badan : 45 kg
Agama : Islam
Pekerjaan : Siswa
Alamat: Desa Lempe, Kab.Toli-Toli
Tanggal Operasi : 03 / 12/ 2019
Diagnosa Pra Bedah : Tumor Palpebra (D)
Tindakan : Eksisi Tumor Palpebra +
Rekonstruksi Palpebra
Jenis anestesi : Anestesi umum (General Anestesi)
Teknik anestesi : Laryngeal Mask Airway (LMA)
 
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Benjol pada mata kanan
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk MRS dengan adanya benjolan pada mata
kanan, keluhan ini dirasaka pasien sejak ± 2 tahun
yang lalu dan berangsu-angsur membesar, pasien
mengeluh benjolan tersebut kadang gatal, tidak sakit
Riwayat Penyakit Sebelumnya
 Riwayat alergi (-)
 Riwayat asthma (-)
 Riwayat penyakit jantung (-)
 Riwayat operasi (-)
PEMERIKSAAN FISIK PRE
OPERASI
B1 (Breath):Airway : bebas,
gurgling/snoring/crowing:-/-/-, RR: 22 x/mnt, Mallampati :
3, JMH: 6 cm, , Riwayat asma (-) alergi (-), batuk (-),
sesak (-) leher pendek (-), gerak leher bebas, tonsil (T 1-
T1), faring hiperemis (-), pernapasan vesikuler (+/+),
suara pernapasan tambahan ronchi (-/-), wheezing (-/-),
B2 (Blood):Akral : Hangat TD : 120/80 mmHg, HR : 88
x/mnt, reguler, masalah pada sistem cardiovaskuler (-).
B3 (Brain): kesadaran : CM, Pupil: isokor Ø 2 mm / 2mm,
RC +/+
B4 (Bladder): BAK (+) normal
B5 (bowel) Abdomen: peristaltik (+), Mual (-), muntah
(-),
B6 Back & Bone : edema pretibial (-)
Mallampati : 3
ASA : II
Parameter Hasil Satuan Range

MERIKSAAN LABORATORI
Normal
RBC 4.69 106/mm3 3,80-5,20
Hemoglobin 12.5 g/dL 11,7-15,5
(Hb) 34.5 % 37,0-47,0
Hematokrit 345 103/mm3 150-500
PLT 7.93 103/mm3 4,0-10,0
WBC 7’,30” Menit 4-10
CT 3’.30” Menit 1-5
BT - nmol/L 135-145
Natrium - nmol/L 3,5-5,5
Kalium - nmol/L 96-106
Clorida 32 U/L 8-33
SGOT 26 U/L 4-36
SGPT 0,58 mg/dl 0,6-1,2
Creatinin 21 mg/dl 8-53
Urea 103 mg/dl 70-140
GDS
HbsAg Non Reaktif   Non Reaktif
DATA ANASTESI

Jenis anestesi : Anestesi umum (General Anestesi)


Teknik anestesi : Laryngeal Mask Airway (LMA)
Obat : Sevoflurane
LMA No. :2
Lama anestesi : 10.35 – 10.55 (20 menit)
Lama operasi : 10.40 – 10.55 (15 menit)
Anestesiologi : dr. Ajutor Donny .T, Sp.An
Ahli Bedah : dr. Citra Azma Anggita, Sp.M
Infus : 1 line, di tangan kiri
PRE OPERATIF
Pasien puasa 8 jam pre-operatif
Infus Ringer laktat 100 ml
Keadaan umum dan tanda vital dalam batas normal
Persetujuan tindakan anestesi dan operasi
INTRAOPERATIF
Frekuensi
Saturasi
Jam denyut Terapi
oksigen
nadi

Midazolam 10 mg
Fentanyl 50 mcg
10.35 102 99 Propofol 60 mg
Sulfaatropin 0.25 mg
Dexametason 5 mg

10.40 103 99  
10.45 101 100 Midazolam 10 mg
10.50 107 100  
10.55 106 100  

Ondansentron 2 mg
11.00 106 100
Ketorolac 15 mg
11.05 101 100  
PERHITUNGAN CAIRAN

Jumlah cairan keluar selama pembedahan :


Perdarahan selama operasi: ± 50 cc.
Jumlah cairan yang diberikan selama pembedahan :
RL 500 cc
BB : 45 kg
EBV : 70 cc/kg BB x 45 kg = 3150 cc
Jumlah perdarahan : ± 50 cc
% perdarahan : 50/3150 x 100% = 1.58 %
Input yang diperlukan selama operasi
Cairan Maintanance (M) : (4x10) + (2x10) + (1x25) =
85 ml/jam
Cairan defisit pengganti puasa (P) : lama puasa x
maintenance = 8 x 85 = 680 ml – 100 ml (cairan yang
masuk saat puasa) = 580 ml
Stress Operasi Kecil (O): 2 cc x 45 kg = 180 cc
 
Cairan masuk :
Kristaloid : 500 ml
Total cairan masuk : 500 ml
Keseimbangan kebutuhan:
Cairan masuk – cairan dibutuhkan = 500 ml – 1280 ml
= - 780 ml
POST OPERATIF
 Tekanan darah, nadi, pernapasan, aktivitas
motorik.
 Memasang O2 3 L/menit nasal kanul.
 Mual (-), Muntah (-), Peristaltik usus (+), boleh
makan dan minum sedikit-sedikit
TD: 110/60 mmHg
Nadi : 102 x/menit
RR: 24 x/menit
GCS E3V4M5, KU sedang
Skor pemulihan pasca
anestesi
Pemantauan di Recovery
Room :
 Tensi, nadi, pernapasan, aktivitas motorik.
 Berikan antibiotik profilaksis, antiemetic, H2
reseptor bloker dan analgetik
 Bila Aldrette Score ≥8 boleh pindah ruangan.
 Bila mual (-), muntah (-), peristaltik usus (+), boleh
makan dan minum sedikit – sedikit.
SKOR PEMULIHAN PASCA ANESTHESIA J.A ALDRETTE 1970

TANDA KRITERIA SKOR


AKTIVITAS Mampu menggerakkan 2
4 ekstremitas
RESPIRASI Mampu bernapas 2
dalam dan batuk
SIRKULASI TD ± 20% dari nilai pre 2
anestesi
KESADARAN Sadar penuh 2
WARNA Pucat kuning 1
KULIT
  TOTAL SKOR 9
PEMBAHASAN
Pasien, An.Moh Z 9 tahun datang ke ruang
operasi untuk menjalani operasi eksisi tumor
palpebral + insisi tumor palpebral dengan diagnosis
pre operatif Tumor Palpebral Dextra. Persiapan
operasi dilakukan pada tanggal 3 Desember 2019.
Dari anamnesis terdapat keluhan Pasien masuk MRS
dengan adanya benjolan pada mata kanan, keluhan
ini dirasaka pasien sejak ± 2 tahun yang lalu dan
berangsu-angsur membesar, pasien mengeluh
benjolan tersebut kadang gatal, tidak sakit.
Pemeriksaan fisik dari tanda vital didapatkan nadi
88x/menit; respirasi 22x/menit;. Dari pemeriksaan
laboratorium hematologi: Kreatinin 0.58 mg/dl.
I : Pasien normal dan sehat fisis dan mental
II : Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai
sedang dan tidak ada keterbatasan fungsional
III : Pasien dengan penyakit sistemik sedang hingga
berat yang menyebabkan keterbatasan fungsi
IV : Pasien dengan penyakit sistemik berat yang
mengancam hidup dan menyebabkan ketidakmampuan
fungsi
V : Pasien yang tidak dapat hidup/bertahan dalam
24 jam dengan atau tanpa operasi
VI : Pasien mati otak yang organ tubuhnya dapat
diambil
Bila operasi yang dilakukan darurat (emergency) maka
penggolongan ASA diikuti huruf E (misalnya IE atau IIE).
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis Tumor
Palpebra Dextra. Klasifikasi status penderita
digolongkan dalam PS. ASA II karena pasien
memiliki nilai kreatinin rendah yaitu 0.58 mg/dl
Pada kasus ini dilakukan tindakan operasi insisi
dan eksisi tumor palpebra dan jenis anestesi
regional berupa General Anastesi LMA.
Berdasarkan indikasi GA LMA Laryngeal Mask Airway
adalah ventilasi elektif, jalan nafas sempit, cardiac arrest,
conduit untuk intubasi, penggunaan pada pediatrik.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai