NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA
Disusun Oleh:
Wahyu Ratna Sari
N 111 18 080
PEMBIMBING KLINIK
dr. Asrawati Sofyan, Sp. KK, M.Kes
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. R
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 44 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Nelayan
` Alamat : Talise, Sulawesi Tengah
Tgl pemeriksaan : 11 September 2019
II. ANAMNESIS
1
yang dioleskan pada daerah yang gatal, setelah menggunakan salep
tersebut pasien mengaku keluhan membaik namun setelah obat habis
keluhan dapat muncul kembali. Pada 1 bulan SMRS muncul bercak
kehitaman pada leher yang kadang kadang terasa gatal.
Pasien menyangkal keluhan gatal menjadi semakin bertambah
apabila pasien sedang berkeringat ataupun bertambah berat apabila
pasien menggunakan detergen untuk mencuci.
Pasien sekarang sedang dalam pengobatan penyakit hipertiroid.
Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan serupa seperti pasien.
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 140/90 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Respirasi : 18 kali/menit
Suhu : 36,70 C
2
c. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit:
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Terdapat makula hiperpigmentasi
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Perut : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
7. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Ekstremitas atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
Ekstremitas bawah : Tampak makula hiperpigmentasi bilateral,
likenifikasi dan squama pada dorsum pedis
bilateral
IV. GAMBAR
3
Gambar 2. Tampak makula hiperpigmentasi bilateral, likenifikasi
dan squama pada dorsum pedis bilateral
4
V. RESUME
Pasien Tn. R, Laki-laki, usia 44 tahun datang dengan keluhan gatal
dikedua punggung kaki sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya muncul kemerahan
pada kulit dibagian kedua punggung kaki dan disertai dengan kulit terasa
tebal. Gatal semakin bertambah sehingga pasien seringkali tidak tahan dan
akhirnya menggaruk-garuk daerah yang gatal sehingga daerah yang gatal
terkadang sampai berdarah. Pasien merasakan daerah yang gatal lama-
kelamaan menjadi terasa tebal dan bersisik akibat pasien sering
menggaruknya. Pasien merasakan gatal bertambah apabila pasien banyak
pikiran dan stres. Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke puskesmas
terdekat dengan keluhan yang sama, pasien diberikan obat berupa salep yang
dioleskan pada daerah yang gatal, setelah menggunakan salep tersebut pasien
mengaku keluhan membaik namun setelah obat habis keluhan dapat muncul
kembali. Pada 1 bulan SMRS muncul bercak kehitaman pada leher yang
kadang kadang terasa gatal. Pada pemeriksaan status generalis dalam batas
normal. Pada pemeriksaan status dermatologikus pada leher terdapat makula
hiperpigmentasi dan Lokasi Ekstremitas Inferior tampak Makula
hiperpimentasi bilateral disertai erosi pada dorsum pedis bilateral disertai
likenifikasi.
5
VIII. DIAGNOSIS BANDING
No. Neurodermatitis Psoriasis Dermatitis Atopik
Definisi Liken simpleks kronikus Psoriasis adalah DA adalah
atau Neurodermatitis penyakit kulit peradangan kulit
sirkumskripta adalah kronik dengan berupa dermatitis
Penebalan kulit dengan dasar genetik yang kronis residif,
skala variable yang yang kuat disertai rasa gatal, dan
timbul sekunder karena dengan mengenai bagian
garukan atau gosokan karakteristik tubuh tertentu di
berulang-ulang perubahan wajah pada bayi (fase
pertumbuhan infertil) dan bagian
dan diferensiasi fleksural ekstremitas
sel epidermis (pada fase anak)
disertai
manifestasi
vaskular, juga
adanya penyaruh
sistem saraf.
Etiologi penyebab belum Psoriasis Sampai saat ini
diketahui secara pasti dianggap sebagai penyebab pasti DA
tetapi ada berbagai faktor penyakit masih sulit dipahami.
penyebab dari autoimun, Pada beberapa kasus,
neurodermatitis, antara namun antigen DA merupakan
lain: pemicunya masalah kulit yang
a. Faktor eksternal: hingga kini berlangsung lama dan
lingkungan, belum dapat memerlukan lebih dari
gigitan serangga diidentifikasi. satu pengobatan.
b. Faktor internal: Faktor Beberapa penelitian
psikologis predisposisi menunjukkan
genetik yang kemungkinan DA
kompleks berhubungan dengan
ditambah dengan interaksi antara
faktor pemicu penurunan fungsi
6
dari lingkungan sawar kulit, sistem
dapat imun, genetik, serta
menyebabkan faktor pemicu lainnya
timbulnya seperti faktor
penyakit ini lingkungan maupun
agen infeksi
Manifestas Penderita mengeluh gatal DA secara subyektif
i klinis sekali. Rasa gatal lebih gatal. Rasa gatal
memang tidak tersu dan garukan yang
menerus, biasanya terus menerus memicu
muncul pada waktu sibuk, kerusakan kulit barier
bila muncul sulit ditahan kulit, sehingga
untuk tidak di garuk. memudahkan alergen
Penderita merasa enak dan iritan. Keadaan
digaruk, setelah luka baru tersebut menyebabkan
hilang rasa gatalnya. DA sering berulang
Lesi - Lesi biasanya Gambaran klasik Gambaran lesi
tunggal berupa plak eksematous dapat
- Awalnya berupa eritematosa timbul secara akut
plak eritematosa, diliputi squama (plak eritematosa,
sedikit edematosa putih disertai prurigo papules,
- Bersquama dan titik titik papulovesikel),
menebal perdarahan bila subakut (penebalan
- Likenifikasi dan squama dilepas, dan plak ekskoriasi),
eksoriasi dari seujung dan kronik
- Hiperpigmentasi jarum sampai (likenifikasi). Lesi
dengan batas dengan plakat eksematous dapat
tegas terkadang menutupi menjadi erosif bila
batas tidak tegas sebagian area terkena garukan dan
tubuh, umumnya terjadi eksudasi yang
simetris. berakhir dengan lesi
berkrustae. Lesi kulit
yang sangat basah
7
(weeping) dan
berkrusta sering
didapatkan pada
kelainan yang lanjut.
Pemeriksa KOH 10% Histopatologi -
an
penunjang
Gambar
IX. PENATALAKSANAAN
a. Non medikamentosa
1. Edukasi kepada pasien tentang penyakitnya
2. Mencegah garukan pada daerah yang gatal
3. Hindari stress psikologis
4. Istirahat yang cukup
5. Menjaga kebersihan kulit, dan menjaga kelembapan kulit agar kulit
tidak kering.
b. Medikamentosa
Sistemik :
1. Antihistamin : cetirizine tab 10 mg (1x1)
2. Topikal : desoxymethasone oint 0,25% (2 kali sehari oles
tipis)
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : ad bonam
8
PEMBAHASAN
Hasil anamnesis pada pasien ini sesuai dengan Sri Adi pada Ilmu Penyakit
Kulit FKUI bahwa [1]:
1. Penderita mengeluh gatal sekali, rasa gatal memang tidak terus menerus,
biasanya pada waktu tidak sibuk, bila muncul sulit ditahan untuk tidak
digaruk.
9
2. Keluhan timbul dipengaruhi oleh aspek psikologis atau tekanan emosi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan gambaran tingkat stres penderita
LSK yang paling banyak adalah tingkat stres sedang sebanyak 12 orang (66.7%).
[3]
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Roman M Brufau mengatakan bahwa
stres dianggap dapat memicu atau memperburuk gangguan kulit dan mempersulit
[4]
pemulihan. Hal ini didukung oleh Daniel J Hogan yang menyatakan adanya
hubungan antara sistem saraf pusat dan perifer dan sel pro-inflamasi yang
menimbulkan persepsi gatal pada LSK. Ketegangan emosional pada penderita
mungkin memiliki peranan penting dalam menyebabkan sensasi pruritus yang
berujung pada garukan dan menimbulkan LSK. Hal ini didukung oleh penelitian
[5]
yang dilakukan Lotti et al yang menyatakan bahwa pasien dengan gangguan
yang nyata dan dirasakan di daerah yang penting (wajah, kulit kepala, tangan, dan
area genital) lebih rentan menimbulkan tekanan psikologis.
Dari pemeriksaan status dermatologis ini sesuai dengan Sri Adi pada Ilmu
Penyakit Kulit FKUI [1]:
10
Menurut Surya Wijaya, untuk penatalaksanaan pada penderita berupa
edukasi, terapi sistemik, dan terapi topikal. Pengobatan ditujukan untuk
mengidentifikasi dan menangani faktor penyebab gatal sehingga dapat memutus
rantai gatal-garuk-gatal. Edukasi pada pasien berupa penjelasan kepada penderita
bahwa garukan akan memperburuk keadaan penyakitnya sehingga harus
dihindari. Pasien dianjurkan untuk memotong kuku agar kalaupun terpaksa
menggaruk, tekanan garukan akan berkurang. Terapi lini pertama untuk
mengontrol gatal adalah pemberian kortikosteroid topikal poten (lebih baik bila
dilakukan secara okslusif). Oklusi yang umumnya digunakan, khususnya pada
kasus berat adalah unna boot (dressing pasta zink oksida). Kombinasi tar 5%,
pasta zink oksida), dan glukokortikoid kelas II serta oklusi polliten. Dressing ini
dapat bertahan hingga 1 minggu plester adhesif berisisteroid (plester Haeland)
cukup efektif dan dapat bertahan selama 24 jam.
Kortikosteroid topikal potensi tinggi, seperti krim/salep atau betametason
dipropionat harus segera diaplikasikan, namun harus diwaspadai adanya atrofi
akibat steroid dan diganti dengan kortikosteroid topikal potensi sedang-rendah
ketika lesi mulai menyembuh.
11
DAFTAR PUSTAKA
12