PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan
non elektrolit.5
a. Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan
arus listrik. Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion
negatif (anion). Jumlah kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama
(diukur dalam miliekuivalen).5
Kation
Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah potassium
(K+). Suatu sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa keluar sodium dan potassium ini.
Anion
Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3 -), sedangkan anion utama dalam cairan
intraselular adalah ion fosfat (PO4 3-). Karena kandungan elektrolit
dalam plasma dan cairan interstitial pada intinya sama maka nilai
elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler
tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.5
1. Natrium
Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan
paling berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar
natrium plasma: 135-145mEq/liter.Kadar natrium dalam plasma
diatur lewat beberapa mekanisme:
- Left atrial stretch reseptor
- Central baroreseptor
- Renal afferent baroreseptor
- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)
- Atrial natriuretic factor
- Sistem renin angiotensin
- Sekresi ADH
- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body
Water)
Kadar natrium dalam tubuh 58,5mEq/kgBB dimana + 70% atau
40,5mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine
100-180mEq/liter, faeces 35mEq/liter dan keringat 58mEq/liter.
Kebutuhan setiap hari = 100mEq (6-15 gram NaCl). Natrium
dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan interstitial
maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak
mengeluarkan natrium (muntah,diare) sedangkan pemasukkan
terbatas maka akan terjadi keadaan dehidrasi disertai kekurangan
natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma akan diganti
dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan
cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan
apabila volume plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah
kegagalan sirkulasi.7
2. Kalium
Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan
ekstraseluler berperan penting di dalam terapi gangguan
keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah kalium dalam tubuh
sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah sedangkan
yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan
protein didalam sel. 7
Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari
1-3 mEq/kgBB. Keseimbangan kalium sangat berhubungan
dengan konsentrasi H+ ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine
60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter dan keringat 10 mEq/liter. 7
3. Kalsium
Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-
90% dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah
pengeluaran ini tergantung pada intake, besarnya tulang, keadaan
endokrin. Metabolisme kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-
kelenjar paratiroid, tiroid, testis, ovarium, dan hipofisis. Sebagian
besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1% dalam cairan
ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.7
4. Magnesium
Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk
pertumbuhan + 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces. 7
5. Karbonat
Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai
salah satu hasil akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat
dikontrol oleh ginjal. Sedikit sekali bikarbonat yang akan
dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh paru-paru dan
sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa. 7
b. Non elektrolit
Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi
dalam cairan. Zat lainya termasuk penting adalah kreatinin dan
bilirubin.5
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama : Ny. Kiki Anggraini
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 38 tahun
Berat badan : 53 kg
Tinggi badan : 156 cm
Alamat : Parigi
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Tanggal operasi :-
B. Anamnesis
1. Keluhan Utama : Nyeri perut
2. Riwayat keluhan sekarang : pasien masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri
perut sejak 1 hari yang lalu, keluhan disertai dengan perdarahan (+),
menggigil (+), nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+), demam (+), BAK (+),
BAB (+). Sebelumnya pasien mempunyai riwayat melakukan kuretase karena
abortus sejak 1 minggu yang lalu.
3. Riwayat penyakit sistemik : pasien tidak memiliki riwayat hipertensi dan
diabetes melitus.
4. Tanda-tanda vital:
Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
TD : 100/ 60 mmHg
S : 36,60 C
N : 80 x/m
R : 18 x/m
C. Pemeriksaan fisik
Primary Survey
B1:RR: 18x/menit, Rhonki-/-, Wheezing -/-, SpO2: 99%
B2:TD 110/60 mmHg, N 76 x/menit regular, kuat angkat.
B3:GCS 15 (E4M6V5), pupil isokor ∅2,5mm/2,5mm, RC +/+, suhu
Axilla 36,6 °C, NRS 4/10
B4: urin spontan, produksi sulit dinilai
B5: Datar, peristaltik (+) kesan normal, timpani.
B6: Edema (-/-), fraktur (-/-).
Secondary survey
Kepala dan leher : anemis (-/-), ikterik (-/-), pembesaran KGB (-),
deviasi trachea (-)
Thorax
o Paru :
Inspeksi : Pergerakan dada simetris, D=S
Palpasi : Fremitus raba simetiris, D=S
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, rhonki (-/-),
wheezing (-/-)
o Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V MCL (S)
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS III PSL (D)
Batas jantung kiri : ICS V MCL (S)
Auskultasi : S1/S2 tunggal reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
o Inspeksi : tampak benjolan di region iliaca dextra
o Palpasi : tampak normal
o Perkusi : timpani
o Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal
Ekstremitas : fraktur (-), edema (-)
D. Pemeriksaan penunjang
Darah Rutin
WBC : 14,20 x 103μL (3,8 – 10,6 x 103μL)
RBC : 3,32 x 106 μL (4,4 – 5,9 mg/dL)
Hb : 7,5 g/dl (13,2 – 17,3 g/dl)
HCT : 23,7 % (40 – 52 %)
PLT : 341 x 103 μL (150 – 440 x 103 μL)
HbsAG : non reaktif (non reaktif)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien ini estimasi jumlah maksimum darah yang dibenarkan hilang
selama operasi sebanyak 1/608 ml tanpa memerlukan transfusi darah dan hanya
cukup dengan gantian cairan kristaloid atau koloid.
Pada pasien ini estimasi output perdarahan adalah 200 ml maka diganti dengan
cairan kristaloid 600 ml selama operasi berlansung.
Urine output pada pasien ini adalah 100 ml selama operasi berlansung, sudah
melebihi minimal urine output yaitu 0.5 – 1 ml/kgbb/jam.
BAB V
KESIMPULAN
1. Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti milieu interiur
dalam batas-batas fisiologis.
2. Gangguan dalam keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum
terjadi pada pasien bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif,
perioperatif dan postoperatif.
3. Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan elektrolit
utama Na+=1-2 mmol/kgBB/haridan K+= 1mmol/kgBB/hari.
4. Selama pembedahan dapat terjadi kehilangan cairan melalui perdarahan dan
kehilangan cairan lainnya, seperti translokasi internal dan evaporasi.
5. Terapi cairan perioperatif meliputi pemberian cairan prabedah, selama bedah dan
pasca bedah.
6. Cairan yang dapat digunakan yaitu kristaloid (tanpa tekanan onkotik), koloid
(memiliki tekanan onkotik) dan darah.
DAFTAR PUSTAKA