Pembimbing klinik :
dr. Wijoyo Halim, Sp.S
identitas
• Nama : Tn. M
• Jenis Kelamin : laki-laki
• Umur : 58 tahun
• Suku Bangsa : Indonesia
• Pekerjaan : Wiraswasta
• Alamat : jln. Dewi Sartika
anamnesis
• Keluhan utama
Nyeri pada kedua kaki
• Pasien datang diantar oleh keluarga ke poli saraf
Undata dengan keluhan nyeri dan rasa kebas pada
kedua kaki yang dirasakaan sejak 1 tahun terakhir dan
memberat 2 hari ini, hal ini dirasakan secara perlahan-
lahan dan semakin memberat. Keluhan nyeri pada
kedua kaki juga dirasakan semakin hebat bahkan
dengan bersentuhan pun pasien akan terasa sangat
kesakitan. Sebelumnya pasien pernah dirawat oleh
dokter jantung, riwayat DM (+), hipertensi (+), BAB dan
BAK (+) lancar.
Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum
- Kesan : Sakit Berat
- Kesadaran : E4 V5 M6 GCS 15
- Tekanan darah : 170/100mmHg
- Respirasi : 20x/menit
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36,7˚C
Pemeriksaan neurologis
• Pemeriksaan refleks fisiologis
Biceps, Triceps, Radialis, Ulnae, Patella, Achilles
(++)
• Pemeriksaan refleks patologis
Babinski, Chaddock, Gordon, Chaefer, Oppenhim,
Rossolimo (-/-)
• Rangsangan meningeal
Kaku kuduk : (-)
Kernig sign : -/-
Brudzinski I : -/-
• Pemeriksaan nervus cranialis
- N I : DBN
- N II : DBN
- N III, IV, VI: DBN
- N V : Refleks kornea (+) DBN
- N VII : DBN
- N VIII : TDP
- N IX, X : TDP
- N XI : TDP
- N XII : TDP
Kolumna vertebralis
• Inspeksi :TDP
• Pergerakan : TDP
• Palpasi : TDP
• Perkusi : TDP
Superior Inferior
Motorik
Pergerakan Normal Normal Normal Normal
Kekuatan 5 5 5 5
Tonus Otot + + + +
Refleks fisiologis
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Radius ++ ++
Ulna ++ ++
Achilles ++ ++
Patella ++ ++
Refleks Patologis
Hoffman - - Chaddock: - Chaddock:-
Tromner - - Gordon: - Gordon: -
Schaefer: - Schaefer: -
Oppenheim: - Oppenheim: -
Babinsky : - Babinski : -
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
Hasil Pemeriksaan Nilai Normal Interpretasi
• Didasarkan atas permulaan dan perjalanan penyakit yang akut, disusul oleh paresis flaksid
lengan dan tungkai, simetrik atau tidak, sedangkan sensibilitas tidak atau hanya sedikit
terganggu.
Diagnosis • DD : polineuritis biasa, penyakit polimyelitis akut dan kadang-kadang penyakit mielitis
Miastenia Gravis
Definisi
• Suatu penyakit menahun • Keadaan miasthenia juga
terdapat pada beberapa penyakit
dengan kelelahan otot yang dan keadaan lain seperti misalnya
luar biasa cepatnya bila pada penyakit polimiositis dan
bekerja, yang pulih kembali dermatomiositis, penyakit lupus
sistemik dan pada keadaan
bila istirahat dan memberi karsinoma yang lanjut. Yang
response baik atas obat penting ialah bahwa pada semua
antikholinesterase. keadaan ini dengan reaksi
miastenik, response terhadap
obat antikholinesterase tidak
atau kurang memuaskan,
berbeda dengan penyakit
miastenia gravis
Miastenia Gravis
Gambaran Klinis Pemeriksaan Penunjang
• Ptosis fatig • Analisis antibodi reseptor
• Diplopia asetil kolin.
• Kelemahan wajah • Tes asetilkolinesterase : (+)
• Disfagia menunjukkan perbaikan
• Disartria klinis.
• Keterlibatan otot pernapasan • Tes fungsi tiroid :
• Kelemahan otot leher dan tirotoksikosis.
wajah dan ekstermitas gerak • CT scan mediastinum
terutama pada sore dan anterior : timoma.
malam hari.
Polineuropati Diabetik. .
• Neuropati yang disebabkan DM dengan kadar
glukosa yang tidak terkontrol, terutama DM
tipe I.
• Mekanisme kerusakan saraf terjadi karena
gangguan metabolisme dimana akumulasi
sorbitol dan fruktosa di akson dan sel
Schwann atau terjadi oklusi pembulah darah
yang menyediakan nutrisi pada saraf tersebut
terhambat (vasa vasorum).
Polineuropati Diabetik. .
• Gejala Klinis yang terdapat pada neuropati
diabetikum adalah :
– Motoris: Penurunan daerah distal
– Sensoris : Penurunan daerah distal
– Neuropati serabut saraf besar mengakibatkan
atraksia, sedangkan serabut saraf kecil menyebabkan
allodynia.
– Otonom : Abnormalitas pupil, pengeluaran keringat
terganggu, hipotensi orthostatik, takikardi saat
istirahat, gastroparese dan diare, kandung kemih yang
berdilatasi, dan impotensi.
Polineuropati Diabetik. .
• Diagnosa ditegakkan dari gejala klinik dan
pemeriksaan elektromiografi, serta
menyingkirkan neuropati kronis oleh
penyebab lain. Pasien diabetes melitus juga
dapat mengalami neuropati karena defisiensi
atau kompresi
Kesimpulan. .
• Polineuropati adalah suatu keadaan yang ditandai
gangguan fungsi dan atau struktur yang mengenai
banyak saraf tepi, bersifat simetris dan bilateral.
• Klasifikasi polineuropati dibagi berdasarkan onset
(akut, subakut, kronik) dan etiologinya (infeksi,
herediter, metabolik, toksik, pengaruh obat, tumor).
• Patofisiologi polineuropati dapat berupa degenerasi
wallerian, kerusakan segmental, dan degenerasi akson
distal. Patofisiologi polineuropati bergantung pada
etiologi yang mendasarinya dan menghasilkan ketiga
tipe patofisiologi tersebut.
Kesimpulan. .
• Diagnosa berdasarkan gejala dan pemeriksaan
neurologi dasar pada pasien.
• Pada pemeriksaan neurologi dapat ditemukan
keadaan :
– Sistem motorik: kelumpuhan bersifat simetris
bilateral, flaksid, atrofi
– Sistem sensorik: bersifat simetris bilateral (glove dan
stocking)
– Sistem otonom: hipertensi, hipotensi, hiperhidrosis,
takikardi
– Refleks fisiologis: hilang atau menurun
Kesimpulan. .
• Elektromiografi dan uji kecepatan penghantaran
saraf dilakukan untuk memperkuat diagnosis.
• Pemeriksaan darah dilakukan jika diduga
penyebabnya adalah kelainan metabolik (anemia
pernisiosa karena kekurangan vitamin B12),
diabetes (kadar gula darah meningkat) dan gagal
ginjal (kadar kreatinin meningkat).
• Pemeriksaan air kemih bisa menunjukkan adanya
keracunan logam berat atau mieloma multipel.
Kesimpulan. .
• Beberapa penyakit yang memiliki gejala
polineuropati antara lain Guillain Bare Syndrome,
Myastenia Gravis, Polineuropati Diabetik, dan
Polineuropati karsinomatosa yang cukup sering
ditemukan di beberapa RS. Tata laksana
polineuropati berdasarkan etiologi yang
mendasari polineuropati. Prognosa dari
polineuropati antara lain : Akut : 75%
penyembuhan spontan, 10-17% penyembuhan
dengan intervensi, 8% berulang, 5% meninggal,
Kronis: tergantung etiologi.